Anda di halaman 1dari 13

BUDAYA POLITIK DAN Nama : Kuncoro Wahyudjati

BENTUK NEGARA NIM : 195120201111022


POKOK PEMBAHASAN
1. Definisi Budaya Politik
2. Macam-macam Budaya Politik
3. Hubungan Antara Budaya Politik dan Sistem Politik
4. Definisi dan Teori Negara
5. Bentuk-Bentuk Negara
1. DEFINISI BUDAYA POLITIK
Budaya politik didefinisikan sebagai “keyakinan, nilai, sikap, cita-cita, sentimen,
dan evaluasi suatu masyarakat mengenai sistem politik negara tersebut, serta
peran seseorang dalam sistem tersebut.”
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia
yang Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media. Hal 96)
Menurut Miriam Budiharjo, Budaya Politik adalah keseluruhan dari pandangan-
pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan
pandangan hidup pada umumnya.
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia
yang Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media. hal 58)
Budaya Politik di dunia maupun di masing-masing negara sangat beragam. Orang
Rusia lebih skeptis dibandingkan Australia dalam hal manfaat demokrasi. Orang
Prancis punya kecenderungan lebih besar untuk memperhatikan politik daripada
orang Indonesia.
2. MACAM-MACAM BUDAYA POLITIK
Berdasarkan orientasi-orientasi warga negara terhadap kehidupan politik atau budaya
politiknya, Almond membedakan adanya tiga budaya politik.
1. Budaya Politik Partisipan
Budaya ini hidup dalam masyarakat yang orang-orangnya melibatkan diri dalam
kegiatan politik atau paling tidak dalam kegiatan pemberian suara, dan memperoleh
informasi yang cukup banyak tentang kehidupan politik. Budaya ini ditandai oleh adanya
perlaku seseorang yang mengangap dirinya ataupun orang lain sebagai anggota aktif dalam
kehidupan politik.
2. Budaya Politik Subjek
Budaya Politik ini ditemukan dalam masyarakat yang orang-orangnya secara pasif
patuh kepada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri
dalam politik ataupun memberikan suara dalam pemilhan. Masyarakat menganggap bahwa
dirinya tidak berdaya untuk memengarui atau mengubah sistem, dan karena itu mereka
menyerah saja pada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan dalam
masyarakatnya.
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia yang Berubah.
Bandung : Penerbit Nusa Media)
3. Budaya Politik Parokial
Budaya Politik Parokial adalah budaya politik dimana tingkat partisipasi
politik masyarakatnya masih sangat rendah. Tipe political culture yang satu ini
sering ditemukan di masyarakat tradisional yang sifatnya sederhana. Budaya politik
parkoial ini terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil atau sempit misalnya
yang bersiat provinsial. Pada kebudayaan ini, anggota masyarakat cenderung tidak
menaruh minat terhadap objek-objek politik yang luas, kecuali terhadap objek-
objek dalam skala kecil.
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia yang
Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media)
4. Budaya Politik Primordial
Ditandai adanya ikatan-ikatan kepentingan-kepentingan secara rasional
individual atau kelompok berada di atas kepentingan hidup bersama. Dari keadaan
seperti ini akan menimbulkan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) yang mudah
tumbuh dalam berbagai lembaga.
(Riyanto, Astim. 2006. Jurnal Budaya Politik Indonesia. Universitas Pendidikan
Indonesia)
3. HUBUNGAN ANTARA BUDAYA POLITIK DAN SISTEM
POLITIK

Budaya Politik juga mempunyai peran penting dalam turut


menjelaskan sistem politik
meskipun budaya politik bukan merupakan suatu aspek politik.
Hubungan antara Budaya Politik dan Sistem Politik dilandasi oleh dua
hal. Pertama, meskipun sistem politik menghadirkan keterkaitan yang
kompleks antara budaya politik dengan sistem politik, baik formal
maupun informal, tetapi dengan menggunakan alat yang ada sangatlah
sulit untuk melihat totalitas sistem dalam waktu bersamaan. Oleh
karenanya, hampir semua ilmuwan politik dipaksa untuk melihat satu
aspek atau aspek-aspek lain dalam sistem politik. Kedua, dilandasi oleh
keyakinan bahwa budaya politik masyarakat merupakan aspek yang
sangat signifikan dalam sistem politik. Dalam konteks ini, terdapat
hubungan yang dekat antara struktur dan budaya politik.
Nilai-nilai budaya memengaruhi kans suatu negara atau wilayah
untuk menegakkan atau memertahankan demokrasi. Contohnya adalah,
alasan mengapa hanya sedikit negara-negara islam di dunia ini dikarenakan
oleh banyaknya nilai-nilai budaya islam yang bertentangan dengan nilai
demokratis.
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia
yang Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media.hal 94)

Nilai-nilai budaya politik juga ikut andil dalam menentukan stabil


tidaknya sistem politik disuatu negara. Bentuk dari budaya politik dalam
suatu masyarakat dipengaruhi oleh sejarah perkembangan sistem politik.
(Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal 59). Menurut Gabriel Almond,
“Budaya politik memengaruhi struktur dan kinerja pemerintahan hingga
mengekangnya, tetapi tentu tidak menentukannya.”
(Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia
yang Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media. hal 94)
4. DEFINISI DAN TEORI NEGARA
Istilah negara telah digunakan untuk untuk merujuk pada banyak hal
; sebuah kumpulan lembaga, sebuah satuan teritorial, sebuah ide filsafat,
sebuah perangkat pemaksaan atau penindasan, dan lain sebagainya.
Bnayaknya pengertian istilah negara tersebut muncul karena negara telah
dipahami dalam empat perspektif yang berbeda yaitu :
a. Idealis
G.W.F. Hegel mengidentifikasikan tiga ‘momen’ dari eksistensi sosial :
keluarga masyarakat sipil, dan negara.
b. Fungsionalis
Fungsi utama dari negara adalah pemeliharaan tatanan sosial, negara di
definisikan sebagai rangkaian lembaga yang menegakkan tatanan dan
menghasilkan stabilitas sosial.
(Heywood, Andrew. Politik edisi ke-4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2014.
c. Organisasionalis
Mendefinisikan negara sebagai perangkat pemerintahan dalam pengertiannya
yang paling luas, yaitu sebagai rangkaian lembaga yang bersifat public, di mana mereka
bertanggung jawab dalam pengaturan kehidupan sosial dan di biayai oleh belanja publik.
Dalam sudut pandang ini dapat diidentifikasi lima ciri penting dari negara, yaitu :
a) Negara adalah penguasa. Ia menggunakan kekuasaan yang mutlak dan tak terbatas, di
mana ia berdiri di atas semua organisasi dan kelompok lain di masyarakat.
b) Lembaga negara dapat dikenali bersifat ‘publik’ (negeri) kepentingan bersama,
berbeda dengan ‘privat’ (swasta) kepentingan individual atau kelompok tertentu.
c) Negara adalah sebuah ukuran legitimasi. Keputusan dari negara biasanya diterima dan
dianut sebagai mengikat para anggota masyarakat karena, sebagaimana di klaim,
mereka dibuat untuk kepentingan publik.
d) Negara adalah sebuah perangkat dominasi. Otoritas Negara disokong oleh pemaksaan.
Negara harus memilki kepastian untuk memastikan bahwa hukum-hukumnya dipatuhi
dan para pelanggarnya di hukum.
e) Negara adalah sebuah kestuan teritorial. Wilayah hukum negara didefinisikan secara
d. Internasional
Negara sebagai unit dasar politik internasional ini
memperlihatkan bahwa negara memiliki dua wajah.
a) Satu, wajah menghadap ke dalam yaitu hubungannya dengan
individu dan kelompok yang hidup di dalam batas-batas wilayahnya.
b) Kedua, wajah menghadap ke luar yaitu hubungannya dengan negara-
negara lain dan kemampuannya untuk memberikan perlindungan
dari serangan luar.
(Heywood, Andrew. Politik edisi ke-4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2014. Hal 98-99)
Jadi, sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara
adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed)
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui
penguasaan (kontrol) monopolitan terhadap kekuasaan yang sah.
5. BENTUK-BENTUK NEGARA

Menurut para pakar negara, istilah staatvormen tersebut kemudian di terjemahkan


menjadi “bentuk negara”, yang dapat digolongkan setidaknya menajdi 4 bentuk, meliputi
negara kesatuan, federasi, konfederasi, dan khilafah.
1. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara kesatuan adalah negara bersusun tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh wilayah / daerahnya ada di tangan pemerintah pusat.
a) Sentralisasi, Yaitu urusan negara langsung diatur oleh pemerintah pusat; Dalam negara
kesatuan yang bersistem sentralisasi, maka semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah
pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan
dari pemerintah pusat.
b) Desentralisasi, Yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah yang diberikan hak
otonomi untuk kekuasaan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri; Dalam
negara kesatuan yang bersisitem desentra-lisasi. Maka daerah diberi kekuasaan unuk
mengatur rumah tangganya sendiri.
(Johan, Teuku Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban
Globalisasi Dunia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 30)
2. Negara Federasi
Yakni adanya satu negara besar yang berfungsi sebagai negara pusat dengan satu
konstitusi federal yang di dalamnya terdapat sejumlah negara bagian yang masing-masing
memiliki konstitusinya sendiri-sendiri.
(Johan, Teuku Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 33)
3. Negara Konfederasi
Negara Konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang
berdaulat. Persatuan tersebut diantaranya dilakukan guna mempertahankan kedaulatan dari
negara-negara yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut.
(Johan, Teuku Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 37)
4. Negara Khilafah
Bentuk negara ini dikenal dalam sistem politik Islam, dimana negara ini berbentuk
negara global yang meliputi seluruh wilayah di dunia dengan kekuasaan yang terpusat, namum
bukan tanpa batas pada diri seorang kepala negara yaitu khilafah.
(Johan, Teuku Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 39)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ethridge, Marcus. E., dan Howard Handelman. 2016. Politik Dalam Dunia
yang Berubah. Bandung : Penerbit Nusa Media.
2. Riyanto, Astim. 2006. Jurnal Budaya Politik Indonesia. Universitas
Pendidikan Indonesia.
3. Winarno, Budi. 2007. Sistem Politik Indonesia era Reformasi. Jakarta. Ma
Medpress.
4. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama. 2008.
5. Heywood, Andrew. Politik edisi ke-4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2014.
6. Johan, Teukau Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara Dalam
Peradaban Globalisasi Dunia. Yogyakarta : Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai