Anda di halaman 1dari 107

Ada beberapa isu penting yg terkandung dalam pengertian Sistem

Politik:
1. Sistem Interaksi: Dalam sistem politik pasti terjadi interaksi
antara aktor-aktor, yaitu: individu, kelompok, organisasi;
2. Alokasi nilai kpd masyarakat: Nilai-nilai itu antara lain:
kekuasaan, jabatan, peraturan, kemakmuran, keadilan,
keamanan, kebebasan. Setiap nilai dialokasikan ke masy. dng
sistem paksaan yg sedikit banyak bersifat sah
3. Paksaan yg bersifat sah: Sistem politik punya
kewenangan utk mrnggunakan paksaan yg
bersifat sah.
4. Jembatan antara negara dan masyarakat. Dapat
digambarkan sebagai berikut:

NEGARA

SISTEM
POLITIK

MASYARAK
AT
BAB II
PENDEKATAN ANALISIS SISTEM
TERHADAP SISTEM POLITIK

Perkembangan pendekatan dalam ilmu politik :

Pendekatan Kelembagaan Pendekatan tingkah laku


(institutional approach) (behavior approach)

wujudnya adalah pendekatan


analisis sistem (oleh David Easton)
Analisis sistem mencoba memisahkan kehidupan
politik dari kehidupan yang bukan politik.
Kehidupan politik antara lain :
- pembuatan keputusan yang sah dan mengikat
dalam masyarakat;
- berfungsinya lembaga-lembaga politik, seperti
parpol, kelompok kepentingan, pemerintahan dan
voting;
- praktek-praktek politik seperti manipulasi,
propaganda dan kekerasan
Berdasarkan pendekatan analisis sistem politik ini
kita mencoba melihat semua segi kehidupan
politik tersebut sebagai suatu jalinan kegiatan
yang berkaitan satu dengan lainnya sebagai suatu
sistem.
Sistem tersebut dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sistem politik
(ekstern) maupun dalam sistem politik itu sendiri
(intern).
Untuk mempermudah membayangkan sistem
politik dan bagaimana cara bekerjanya,
dibutuhkan sistem yang konkret, misal tubuh
manusia, sebagai suatu sistem, tubuh manusia
mempunyai ciri-ciri antara lain : identifikasi,
diferensiasi, integrasi dan keinginan untuk tetap
hidup.
Demikian halnya sistem politik juga mempunyai
ciri-ciri :
1. identifikasi : - beda dengan sistem lain
- unit-unitnya adalah tindakan-tindakan politik
yaitu pembuatan keputusan yang mengikat
masyarakat
- unit-unit lain disebut lingkungan yang akan
mempengaruhi sistem politik berupa input
(dukungan dan tuntutan) yang akan berubah
menjadi output.
2. diferensiasi: - adanya pembagian kerja
- beragam tindakan-tindakan politik akan
membawakan peran-peran politik tertentu, seperti
legislatif, eksekutif, judikatif maupun kelompok-
kelompok politik seperti parpol, kelompok
kepentingan, militer dan birokrasi.
3. integrasi : upaya mengatur kekuatan-
kekuatan dalam sistem politik agar dapat dijaga
dan diatur akan adanya pengrusakan dan
penghancuran sistem politik itu sendiri.
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang sistem politik
sbb:
Tuntutan Keputusan
Konversi
Input Input ke Output Output
Dukungan Kebijakan

Umpan Balik
LINGKUNGAN LINGKUNGAN

LINGKUNGAN: Sistem sosial, sistem ekonomi, sistem pendidikan,


sistem budaya dll.
Input dan Output dari Sistem Politik
Input merupakan enerji dari suatu sistem politik.
Input ada dua bentuk, yaitu:
 input berupa dukungan
 input berupa tuntutan
Tuntutan Organisasi politik Sistem politik
Tuntutan dapat berasal dari lingkungan sistem
politik (eksternal) dan dapat dari dalam sistem
politik (internal).
Input berupa dukungan dalam suatu sistem politik
diarahkan kepada tiga hal :
1. Dukungan terhadap komunitas politik : yaitu
dukungan terhadap keberadaan suatu kelompok
yang berusaha menyelesaikan perbedaan-
perbedaan yang ada atau mendorong pembuatan
keputusan-keputusan yang mengikat melalui
tindakan-tindakan bersama secara damai
(Dukungan utk tetap bersatu, jangan sampai
terjadi dis-integrasi);
2. Dukungan terhadap rejim : yaitu dukungan
terhadap aturan-aturan dasar yang mengatur dan
menyelaraskan berbagai tindakan anggota-
anggota sistem politik dalam rangka
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul
sebagai konsekuensi dukungan terhadap suatu
komunitas politik. Jadi rejim adalah aturan
permainan yang dipakai oleh sebagian besar
anggota-anggota sistem politik, sebagai ukuran
untuk menilai sah tidaknya tindakan yang
dilakukan anggota sistem politik (Dukungan utk
taat kepada aturan-aturan)
3. Dukungan terhadap pemerintah : sebagai
dukungan terhadap suatu pemerintahan yang
bertugas melaksanakan penyelesaian terhadap
berbagai masalah dan konflik yang muncul di
antara sesama anggota sistem politik. Dukungan
terhadap pemerintah dapat diperoleh baik melalu
cara-cara yang etis sampai cara tidak etis yang
bersifat paksaan dan ancaman (Dukungan
berkaitan dengan legitimasi pemerintah)
Berapa besar dukungan yang harus diperoleh oleh
suatu sistem politik agar dapat melaksanakan
tugasnya ?
Jawabnya tergantung pada situasi aktual dari kasus-
kasus yang ada: pada masyarakat yang bodoh dan
apatis, tidak membutuhkan dukungan yang besar
(misal India, hanya memperoleh dukungan 3%
politisi dan intelektual). Sebaliknya, Perancis
meskipun memperoleh dukungan yang tinggi, namun
dukungan tersebut hanya pada komunitas politik,
bukan pada rejim dan pemerintah. Jadi hanya
sekedar untuk menjaga keutuhan masyarakat
Perancis.
Bagaimana sistem politik mengelola dukungan itu
sacara cukup dan kontinu? Ada dua cara :
1. Menggunakan output-output yang dihasilkan;
2. politisasi sebagai mekanisme dukungan (rasa
keterikatan yang tinggi dari anggota-anggota
sistem pada sistem politik itu).
Lingkungan Sistem Politik
Lingkungan adalah semua sistem baik sosial maupun
fisik yang bukan termasuk ke dalam sistem politik
Lingkungan dapat dibagi :
- Lingkungan Masyarakat Dalam (intra societal
environment), yaitu semua sistem baik sosial
maupun fisik yang berada di luar sistem politik akan
tetapi masih berada di dalam masyarakat yang sama.
- Lingkungan Masyarakat Luar (extra societal
environment), yaitu semua sistem baik sosial
maupun fisik dari masyarakat lain.
Lingkungan Masyarakat Dalam dibagi empat sistem :
1. Sistem ekologi : lingkungan fisik dan kondisi organik
non humanis dari kehidupan manusia, misal : ciri
geografi, seperti luas teritorial, iklim dsb.
2. Sistem Biologi : susunan biologis manusia yg
dianggap mempunyai keterkaitan kuat dlm
pembentukan perilaku politik tertentu.
3. Sistem Kepribadian : membantu elit pembuat
keputusan utk mengetahui motivasi masy.
4. Sistem Sosial : terdapat beberapa sistem: struktur
sosial, sistem kebudayaan, ekonomi dan demografi.
Lingkungan Masyarakat Luar, dibagi menjadi tiga
sistem :
1. Sistem politik internasional;
2. Sistem ekologi internasional;
3. Sistem sosial internasional.
Gabriel Almond, menjelaskan bagaimana
struktur/lembaga politik menjalankan
fungsi-fungsinya dengan
membandingkan sistem politik yang
bersifat oligarki, monarki, demokratis
dan totaliter.
Menurut Almond sistem politik adalah sistem interaksi
yang terdapat di dalam masyarakat merdeka yang
melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi,
baik di dalam masyarakatnya sendiri maupun
masyarakat internasional melalui penggunaan
paksaan fisik yang sedikit banyak bersifat sah.

 Sistem interaksi
 Masyarakat merdeka
 Fungsi integrasi dan adaptasi
 Paksaan fisik yg sedikit banyak bersifat sah
Hubungan sistem politik dengan lingkungannya

Menurut Easton yg termasuk ke dlm sistem politik


adl semua tindakan sosial yg sedikit banyak
berkaitan dng pembuatan dan pelaksanaan
keputusan yang sah atau mengikat masyarakat,
selain hal tsb disebut lingkungan di mana sistem
politik itu berada.
Hubungan sistem politik dengan lingkungan
sebagai berikut :
Sebuah Sistem Politik dpt mempengaruhi dan dipengaruhi
sistem politik tetangganya /internasional (lingkungan
luar) dpt pula mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
masyarakatnya sendiri (lingkungan dalam).

Kemampuan sistem politik


a. Kemampuan ekstraktif: kemampuan mengelola
sumber-sumber material dan manusia dari lingkungan
dlm maupun luar;
b. Kemampuan regulatif:kemampuan mengontrol,
mengendalikan perilaku individu atau kelompok dlm
sistem politik;
c. Kemampuan distributif : kemampuan
mengalokasikan berbagai jenis barang, jasa,
kehormatan, status dan kesempatan.
d. Kemampuan simbolis : parade, bendera, upacara
kemiliteran, kunjungan pejabat tinggi dan “applaus”
(tepukan tangan) yang diberikan pada pidato
seorang tokoh;
e. Kemampuan responsif : tanggap tidaknya thd
tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan;
f. Kemampuan domestik dan internasional :
kemampuan interaksi dengan lingkungan luar dan
dalam.
BAB IV
FUNGSI INPUT DAN OUTPUT

Fungsi-fungsi Input :
1.a. Sosialisasi politik dan rekrutmen politik
Sarana sosialisasi politik : keluarga, sekolah,
kelompok bergaul dan bermain, pekerjaan, media
massa, kontak-kontak politik langsung dan
organisasi politik.
Proses sosialisasi politik sering dikaitkan dengan
kebudayaan politik masyarakat.
Sosialisasi politik dapat mengubah dan atau
mempertahankan suatu kebudayaan politik.
Kebudayaan politik adalah orientasi individu-
individu dan masyarakat, meliputi sikap-sikap dan
nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat terhadap suatu sistem politik.
Klasifikasi budaya politik :
- Parokial : individu kurang mengadakan aktifitas
atau tidak mempunyai kesadaran terhadap sistem
politik nasional;
- Subjek : telah berorientasi terhadap sistem politik
(mis: dampak output,seperti: kesejahteraan sosial,
hukum dsb.) tetapi tdk berpartisipasi dlm
pembentukan input;
- Partisipan : individu berorientasi pada
struktur/lembaga dan proses pembentukan input.
Disinilah sosialisasi politik berperan dalam
pembentukan kebudayaan politik tersebut.
Proses sosialisasi politik tergantung dari penerimaan
individu terhadap nilai-nilai yg ditanamkan. Tingkat
penerimaan tsb ada tiga komponen : kognitif, afektif
dan evaluatif.

b. Rekrutmen politik
Proses penyeleksian individu untuk dapat mengisi
lowongan dalam jabatan-jabatan politik dan
pemerintahan.
Rekrutmen dengan cara terbuka dan tertutup
2. Artikulasi kepentingan
Lembaga yang mengartikulasikan kepentingan masy.
ke tingkat pengambilan keputusan disebut kelompok
kepentingan (interest group) yg terdiri dari:
a. Kelompok kepentingan institusional cirinya:
- bersifat formal;
- terorganisir secara rapi dan teratur;
- mempunyai fungsi-fungsi sosial politik lain
- dapat memperjuangkan kepentingan umum.
 Misal: Parlemen, TNI/Polri, Birokrasi dsb.
b. Kelompok kepentingan asosiasional cirinya:
- bersifat formal;
- mempunyai struktur organisasi formal
- memperjuangkan kepentingan kelompoknya
Misal: HIPMI, IDI, IWAPI, PGRI dsb.
c. Kelompok kepentingan non-asosiasional ciri:
- kurang terorganisir;
- kegiatannya kadangkala saja;
- keanggotaannya krn kesamaan,mis: keluarga, status,
kelas, kedaerahan, keagamaan, keturunan dan etnis.
Misal: Trah, Marga, Lion’s Club, Jong Java dsb.
d. Kelompok kepentingan anomik cirinya:
- merupakan gerakan, bukan organisasi yang
teratur;
- gerakannya bersifat spontan;
- mengartikulasikannya melalui kerusuhan,
demonstrasi dsb.

3. Agregasi kepentingan
- memadukan semua kepentingan masyarakat
yang telah diartikulasikan;
- mengubah tuntutan (input) menjadi alternatif
kebijakan.
4. Komunikasi Politik
- merupakan proses penyampaian informasi
politik
- dilakukan secara formal melalui radio, TV,
media cetak, media sosial;
- dilakukan secara informal melalui tatap muka.
Fungsi-fungsi output:

1. Pembuatan Keputusan:
- proses mengubah tuntutan menjadi keputusan yang
mengikat masyarakat;
- tahapan-tahapannya: diartikulasikan menjadi tuntutan
dan diagregasikan menjadi alternatif kebijakan
umum, kemudian dikonversikan menjadi kebijakan
umum;
- pembuat peraturan : legislatif dan
pemerintah/eksekutif, di negara komunis dilakukan
oleh partai komunis.
2. Penerapan Peraturan
- melaksanakan keputusan berupa peraturan-
peraturan yang telah dibuat oleh lembaga
pembuat keputusan;
- lembaga yang melaksanakan peraturan disebut
eksekutif;
- pada sistem presidensial oleh Presiden dan
Menteri-menteri;
- pada sistem parlementer oleh Perdana Menteri.
3. Penghakiman Keputusan
- menghakimi dan mencegah terjadinya
penyimpangan terhadap peraturan-peraturan yang
dilaksanakan di dalam kehidupan masyarakat;
- pelaksana penghakiman adalah badan-badan
pengadilan (yudikatif).
Menurut Gabriel Almond ada empat ciri sistem
politik baik yang bersifat modern maupun
primitif:
a. Semua sistem politik memiliki struktur/lembaga
politik;
b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi
yang sama walaupun frekwensinya berbeda-beda;
c. Semua struktur politik menjalankan fungsi-fungsi
tertentu, walaupun demikian tetap bersifat multi-
fungsi, yaitu melaksanakan beberapa fungsi
sekaligus;
d. Semua sistem politik mempunyai sistem
campuran bila ditinjau dari segi kebudayaan.
Menurut Almond di dalam suatu sistem politik
paling tidak terdapat enam struktur/lembaga
politik, yaitu kelompok kepentingan, partai
politik , badan legislatif, eksekutif, yudikatif dan
birokrasi.
Bila membandingkan sistem politik yang satu
dengan yang lain hanya menggunakan enam
struktur/lembaga politik tersebut, maka yang kita
peroleh, misal: berapa jumlah parpol, bentuk
sistem pemerintahannya, apakah federal atau
kesatuan dsb. Oleh karena itu Almond
berpendapat dalam membandingkan perlu
memberi gambaran bagaimana hubungan antara
struktur dan fungsi . Sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Ada tiga tipe sistem politik, demokrasi,
otokrasi/otoritarian dan totalitarian.
Apakah demokrasi itu?
Berasal dari kata “demos”= rakyat, “kratos” =
pemerintah atau kedaulatan. Jadi demokrasi adalah
kedaulatan rakyat atau pemerintahan rakyat.
Lebih tegas lagi demokrasi adalah pemerintahan “dari”,
“oleh” dan “untuk” rakyat
Untuk memahami apakah sebuah sistem politik
demokratis ataukah tidak, ada dua kategori
demokrasi:
a. demokrasi normatif, yaitu nilai-nilai, aturan-
aturan formal dan norma-norma yang
dilembagakan dalam konstitusi, misal di
Indonesia UUD 45
b. demokrasi empirik, yaitu perwujudan demokrasi
normatif yang ada dalam konstitusi untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan
politik sehari-hari.
Demokrasi empirik kriterianya:
Menurut Robert Dahl (1971):
1. kebebasan membentuk dan bergabung dlm organisasi
2. kebebasan menyampaikan pendapat
3. hak memilih dalam pemilu
4. hak untuk menduduki jabatan politik
5. hak para pemimpin untuk bersaing memperoleh dukungan dan
suara rakyat
6. terselenggaranya pemilu yang jujur
7. tersedianya sumber informasi alternatif
8. adanya lembaga yg menjamin kebijakan publik tergantung pd
suara pemilu dan pd cara penyampaian preferensi lain.
Menurut Samuel Huntington (1991)
1. para pembuat keputusan dipilih melalui pemilu
yang jujur, adil dan berkala;
2. para calon bebas bersaing untuk memperoleh
suara;
3. hampir semua penduduk dewasa berhak
memberikan suara;
4. adanya kebebasan untuk berbicara, pers,
berkumpul dan berorganisasi.
Larry Diamond, Juan Linz dan Seymour M. Lipset
(1989,1990) menyederhanakan kriteria Dahl menjadi
tiga kriteria:
1. Kompetisi di antara individu dan kelompok organisasi
utk memperebutkan jabatan pemerintah yg mempunyai
kekuasaan efektif pada jangka waktu yg teratur dan tak
menggunakan daya paksa;
2. Partisipasi dlm pemilu yg diselenggarakan secara teratur
dan adil;
3. Tingkat kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan utk
berbicara, pers, membentuk dan bergabung dlm
organisasi.
Diamond dkk. memilah demokrasi menjadi demokrasi penuh,
semi demokrasi dan non-demokrasi.
Tiga kriteria di atas termasuk demokrasi penuh, sedang semi
demokrasi ditandai:
1. Tingkatan substansial kompetisi dan kebebasan politik
terbatas, misal kompetisi antar parpol sangat dibatasi,
kebebasan dan kejujuran pemilu hanya berdasarkan
kompromi;
2. Kebebasan sipil sangat terbatas.
Non-demokrasi ditandai dengan adanya rejim yang tidak
memberi kesempatan kompetisi dan partisipasi secara
bebas.
Apakah otokrasi/otoritarian itu?
Sebuah tipe sistem politik yang dikendalikan
sendiri oleh penguasa dan tidak melibatkan
pertisipasi masyarakat
Ciri-cirinya:
1. Kekuasaan terpusat ditangan oligarki elit yang
dikendalikan oleh penguasa;
2. Militer adalah penyangga utama sistem politik
dan beraliansi dengan birokrasi dan teknokrat
sipil;
3. Lembaga-lembaga politik seperti parlemen,
parpol dan kelompok kepentingan lemah,
sehingga tidak mampu mengontrol aliansi
militer-birokrasi-teknokrat;
4. Partai oposisi dibiarkan tumbuh tetapi ruang
geraknya dibatasi;
5. Kompetisi antar partai tidak dibiarkan
berlangsung secara terbuka. Partai penguasa
selalu memenangkan pemilu;
6. Mekanisme pembuatan keputusan selalu top-
down;
7. Perangkat hukum tidak independen
8. Pemilu dielenggarakan tidak untuk mewujudkan
demokrasi tetapi hanya untuk melegitimasikan
sistem politik otokratis;
9. Lebih banyak mobilisasi dari pada partisipasi;
10.Masyarakat tidak bebas untuk berbicara,
berkumpul dan berorganisasi.
Apakah Totalitarian itu?
Ciri-cirinya:
1. merupakan sistem politik yg totalistik, bidang
kehidupan ekososbudpol terpusat ditangan negara,
diatur secara terpusat dan seragam;
2. Kekuasaan negara menyeluruh;
3. Masyarakat merupakan kesatuan total sedang bagian-
bagian dan kelompok-kelompok sosial tidak berarti
apa-apa. Jadi tidak mengenal perbedaan ideologi;
4. Biasanya hanya ada satu partai yg mengemban ideologi
totaliter resmi.
Bentuk negara biasanya ditinjau berdasarkan siapa
kepala negaranya. Ada dua:
1. Republik: kepala negaranya adalah Presiden, dan
dipilih setiap periode tertentu;
2. Monarki: kepala negaranya adalah Raja, dan
berkuasa secara turun temurun.
Bangunan negara adalah pembedaan berdasarkan
pembagian kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah:
1. Negara kesatuan (unity state): negara yg memiliki satu
otoritas pembuat undang-undang, yaitu pemerintah
pusat;
2. Negara serikat/federasi (federation state): pemerintah
pusat mempunyai otoritas yg sama dengan pemerintah
di negara bagian utk membuat undang-undang;
3. Serikat negara-negara: gabungan beberapa negara
berdaulat tetapi masing-masing negara tetap berdaulat
Bentuk atau Sistem pemerintahan adalah suatu sistem yg
berlaku menentukan bagaimana hubungan antar alat
perlengkapan negara yg diatur dlm konstitusinya:
1. Sistem presidensiil yg menjadi kepala pemerintahan adl
Presiden, sekaligus sebagai kepala negara, Presiden tdk
bertanggungjawab kpd Parlemen;
2. Sistem parlementer: kepala pemerintahannya adl Perdana
Menteri yg dipilih Parlemen (di Jerman disebut Konselir),
bertanggungjawab kpd Parlemen. Kepala negaranya dpt
Kaisar, Ratu, Yang Dipertuan Agong, Raja dsb.
Beberapa negara di dunia dpt dikelompokkan:
1. Negara Kesatuan:
a. Bentuk republik, sistem presidensiil, mis:
Indonesia, Filipina, Korsel;
b. Bentuk republik, sistem parlementer, mis:
Singapura, Iran, Pakistan, Israel, Vietnam
c. Bentuk monarki absolut (raja menjadi kepala
negara dan kepala pemerintahan), mis: Arab Saudi
dan Yordania;
d. Bentuk monarki, sistem parlementer, mis:
Inggris, Thailand.
2. Negara Federasi:
a. Bentuk republik, sistem presidensiil, mis:
Amerika Serikat;
b. Bentuk republik, sistem parlementer, mis:
Jerman, India;
c. Bentuk monarki, sistem parlementer, mis:
Malaysia;
d. Bentuk monarki absolut, mis: Uni Emirat
Arab
Bagan Bangunan Negara, Bentuk Negara dan Bentuk
atau Sistem Pemerintahan:

ABSOLUT
MONARKI
PARLEMENTER
KESATUAN
PRESIDENSIIL
REPUBLIK
PARLEMENTER
NEGARA
ABSOLUT
MONARKI
PARLEMENTER
FEDERASI
PRESIDENSIIL
REPUBLIK
PARLEMENTER
1. Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD
45 (17-8-1945 s.d. 27-12-1949)
Pada masa ini menganut quasi presidensiil, karena
Presiden juga mempunyai kekuasaan legislatif
bersama DPR.
Presiden bertanggungjawab kpd MPR
MPR terdiri dari anggota DPR dan Utusan
Golongan dan Daerah.
Setelah merdeka, UUD 45 belum dpt dilaksanakan
sehingga diatur melalui Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 45, yaitu utk sementara
(Agustus-Oktober 1945) fungsi MPR, DPR dan
DPA dijalankan oleh Presiden dng bantuan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Saat itu Presiden didudukkan sebagai Diktator
Konstitusional, kekuasaannya mutlak.
Tanggal 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil
Presiden yg menetapkan KNIP sebagai pengganti
MPR. KNIP dpt mengontrol dan meminta
pertanggungjawaban Presiden.
Tanggal 11 Nopember 1945 keluar Pengumuman
Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) mengusulkan
agar Presiden bertanggungjawab kpd BP-KNIP
(bersifat parlementer). Hal ini berlaku sejak
Oktober 1945 hingga 1949.
2. Sistem Pemerintahan Menurut Konstitusi RIS (29
Des. 1949 s.d. 17 Agustus 1950)
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) merubah
bentuk negara Kesatuan menjadi negara Serikat
dng Konstitusi RIS.
Konstitusi RIS menganut sistem parlementer,
walaupun ada beberapa ketidakjelasan, misal: ada
istilah Pemerintah dan Kabinet. Biasanya kedua
istilah tersebut menjadi satu, yaitu Pemerintah yg
dipimpin oleh Presiden (presidensiil), atau oleh
PM (parlementer).
3. Sistem Pemerintahan Menurut UUDS 50 (17
Agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959)
Menganut Sistem Parlementer, namun ada
keanehan, karena Presiden dapat membubarkan
DPR, sedang DPR tidak dapat menjatuhkan
Presiden, sehingga prinsip cheks and balances
tidak dapat berjalan.
Pada masa ini terjadi peristiwa jatuh bangunnya
Perdana Menteri (PM)
4. a. Sistem Pemerintahan Setelah Berlakunya
Kembali UUD 1945 Berdasar Dekrit Presiden
5 Juli 1959 (5 Juli 1959 s.d. 11 Maret 1966 di
bawah Soekarno)
Ada beberapa penyimpangan thd UUD 45
a. MPRS dibentuk oleh Presiden melalui Penetapan
Presiden yg tdk dikenal dlm UUD 45;
b. Pimpinan MPRS, DPRS dan DPAS diberi
kedudukan setingkat Menteri.
Akibatnya terjadi pemerintahan diktator oleh
Presiden.
4. b. Sistem Pemerintahan Masa Orde Baru.
Pada masa ini juga berdasar UUD 1945 dan telah
dilaksanakan, MPR, DPR, MA, BPK, DPA telah
dibentuk sesuai dng UUD 45. Tetapi mengapa
pemerintahan Orba otoriter? Ada beberapa hal:
1. UUD 45 memang mengkonstruksikan Presiden
menjadi diktator;
2. Pembuatan keputusan (UU, Perpu dll) didominasi
kepentingan penguasa melalui partai Golkar dan
wakil-wakilnya di DPR;
3. Pengekangan hak-hak rakyat melalui alat
keamanan ( militer, polisi dan intelejen)
4. Pengangkatan dan pemberhentian anggota MPR
dan DPR melalui SK Pres.
5. Penyederhanaan partai;
6. Pemilu dilaksanakan 5 tahun sekali tetapi hanya
utk melegitimasi Suharto sebagai Presiden
7. Penguasa mengendalikan lembaga negara lainnya
(MPR, DPR, MA, BPK) dan lembaga masyarakat
spt LSM
5. Sistem Pemerintahan Menurut UUD 45 Pasca
Amandemen
Pokok-pokok perubahan antara lain:
 Merubah posisi kekuasaan pembuatan UU ke
DPR dan pembatasan masa jabatan Presiden;
 Melarang Presiden membekukan dan atau
membubarkan DPR dan memperbarui tata cara
impeachment terhadap Presiden;
 MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara;
 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung.
Ada empat periode:
1. Demokrasi Parlementer/Liberal
(17-8-1945 sampai dengan 5-7-1959);
2. Demokrasi Terpimpin
(5-7-1959 sampai dengan 11-3-1966);
3. Demokrasi Pancasila
(11-3-1966 sampai dengan 21-5-1998)
4. Era Reformasi
(21-5-1998 sampai dengan sekarang)
1. Periode Demokrasi Parlementer/Liberal
a. Penyaluran tuntutan:
Tuntutan sangat tinggi dan intensif, melebihi
kapasitas sistem politik;
b. Pemeliharaan dan kontinuitas nilai:
- merebaknya ide liberal;
- pengakuan HAM sangat tinggi;
- terjadi perbedaan ideologis dan pragmatis.
c. Kapabilitas sistem politik
- Kapabilitas simbolik tinggi, kapabilitas
ekstraktif rendah karena iptek rendah
d. Integrasi bangsa
- hubungan elit-massa berdasar aliran, budaya
patrimonial tumbuh subur;
- hubungan horisontal antar elit terjadi persaingan yg
menjurus perpecahan dan terjadi kesenjangan antar
wilayah dan antar kelompok
- stabilitas nasional sangat rapuh.
e. Gaya politik dan kepemimpinan
- gaya politik bersifat ideologis;
- kepemimpinan karismatis, dukungan massa
berdasar emosi bukan rasional;
- terdapat pemimpin pembentuk solidaritas dan yg
bersifat administrator.
2. Periode Demokrasi Terpimpin
Dicirikan asas Nasakom.
a. Penyaluran tuntutan
- sangat dibatasi;
- harus melalui dan sesuai kehendak Front
Nasional
b. Pemeliharaan dan kontinuitas nilai
- begitu besarnya pengaruh Soekarno;
- Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi;
c. Kapabilitas sistem politik
- menonjolnya kapabilitas simbolik
d. Integrasi bangsa
- dikendalikan elit nasional;
- hubungan elit-massa dikendalikan politik aliran;
- hubungan horisontal antar elit: adanya isolasi elit
tertentu.
e. Gaya politik dan kepemimpinan
- gaya politik bersifat ideologis;
- kepemimpinan karismatis;
- dukungan massa bersifat emosi bukan rasionalitas.
3. Periode Demokrasi Pancasila
a. Penyaluran tuntutan
- aspirasi yg selaras dng keinginan rejim akan
mampu menjadi isu politik dan ditindak lanjuti
menjadi kebijakan publik;
- aspirasi hanya efektif bila melalui Golkar.
b. Pemeliharaan dan kontinuitas nilai
- asas “integralistik” dikembangkan;
- sering mengatasnamakan kepentingan nasional.
c. Kapabilitas sistem politik
- kapabilitas ekstraktif menonjol, wujud dari
pragmatisme;
- hukum hanya mampu menjerat rakyat kecil.
d. Integrasi nasional
- terjadi stabilitas semu;
- integrasi elit-massa (vertikal) dilakukan dengan
asas tunggal;
- integrasi horisontal diperkenalkan istilah SARA
e. Gaya politik dan kepemimpinan
- gaya politik dicerminkan dari kuatnya
intelektual pragmatis;
- kepeimpinan tidak memberi peluang sikap kritis
dan cenderung bersifat normatif konstitusional;
- munculnya “budaya petunjuk”
MPR

BPK DPR PRESIDEN DPA MA


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
- MPR adalah lembaga tertinggi negara yg
merupakan penjelmaan rakyat, memegang
kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan utk
menetapkan konstitusi;
- Anggota MPR terdiri anggota DPR (separuh
anggota MPR), utusan golongan dan utusan
daerah;
- Tugas MPR: menetapkan UUD, menetapkan
GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden
- Wewenang MPR: (a). Membuat keputusan yg
tdk dpt dibatalkan oleh lembaga negara yg lain;
(b). Meminta dan menilai pertanggungjawaban
Presiden tentang pelaksanaan GBHN dan
menghentikannya sebelum masa jabatannya
berakhir bila melanggar konstitusi; (c); merubah
UUD (amandemen)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
- Anggota DPR berasal dari partai politik
(dipilih) dan berasal dari ABRI (diangkat)
- Tugas dan wewenang: (a) bersama pemerintah
membentuk UU, (b)memberi persetujuan atau
menolak perjanjian yg dilakukan pemerintah dng
negara lain atau menyatakan perang dng negara
lain; (c) melakukan pengawasan atas pelaksanaan
UU, APBN dan kebijakan pemerintah sesuai
UUD 45.
3. Presiden
- Presiden merupakan lembaga tinggi negara yg
mempunyai kekuasaan eksekutif, yaitu
menjalankan UU;
- Presiden di samping sebagai Kepala Negara
juga sebagai Kepala Pemerintahan;
- Presiden bertanggung jawab kepada MPR;
- Presiden mempunyai tugas melaksanakan
GBHN yg telah ditetapkan MPR
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
- BPK adalah lembaga tinggi negara yg
memegang kekuasaan inspektif, yaitu
mengadakan pemeriksaan dan pengawasan
terhadap pengelolaan keuangan negara;
- Hasil pemeriksaan BPK dilaporkan kepada
DPR;
- Bila dalam pemeriksaan ada serangkaian tindak
pidana, BPK melaporkan kepada pemerintah
untuk ditindaklanjuti.
5. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
- DPA adalah lembaga tinggi negara yg
memegang kekuasaan konsultatif, yaitu bertugas
memberi nasehat dan pertimbangan kepada
Presiden diminta atau tidak;
- Keanggotaannya terdiri dari tokoh-tokoh
politik, tokoh karya, tokoh nasional dan tokoh
daerah.
6. Mahkamah Agung (MA)
- MA adalah lembaga tinggi negara yg memiliki
kekuasaan yudikatif atau peradilan;
- Tugas MA: (a) memberikan pertimbangan
bidang hukum baik diminta atau tidak kepada
lembaga negara lainnya; (b) memberikan nasehat
hukum kepada Presiden untuk menolak atau
menerima grasi; (c) mempunyai wewenang untuk
menguji secara materi thd peraturan di bawah
UU.
Permasalahan Kelembagaan pada masa Orba
1. MPR dan DPR
- Peran yg besar dari Presiden dlm rekrutmen
anggota MPR dan DPR;
- Mekanisme internal MPR dan DPR yg
bertumpu pd fraksi;
- Penyelewengan penggunaan prinsip
musyawarah-mufakat dlm pengambilan
keputusan;
- Besarnya peran pimpinan MPR dan DPR dlm
proses pengambilan keputusan;
- MPR dan DPR yg tidak setara tetapi
pimpinannya sama;
- Pelaksanaan sidang MPR yg hanya sekali dlm
lima tahun;
- Pengendalian anggaran MPR dan DPR oleh
eksekutif;
- Akibat terbelenggu tata tertib, DPR tidak dapat
menjalankan tiga fungsinya: legislasi, anggaran
dan pengawasan.
2. Presiden
- Pelimpahan wewenang dan kekuasaan kepada
Presiden terlampau besar;
- Lemahnya implementasi pengawasan politik dalam
prnggunaan kekuasaan Presiden.
3. MA
- Tingginya intervensi lembaga eksekutif/Presiden
dalam rekrutmen hakim agung di MA;
- Tidak berfungsinya Judicial Review dari MA
- Adanya kerancuan fungsi peradilan militer dan
sipil;
- Pengendalian anggaran oleh eksekutif;
4. BPK
- Adanya lembaga yg paralel dng BPK, seperti:
BPKP, Irjen, Irwilprop, Irwilkab;
- Lembaga perwakilan BPK di daerah tdk
menyebar secara merata;
- Pengenadalian anggaran oleh eksekutif.
5. DPA
- Ketidakjelasan fungsi dan kedudukan DPA
sebagai lembaga tinggi negara, karena nasehat
dan saran yg disampaikan tidak mengikat;
- Hanya untuk menampung bekas pejabat;
- Keberadaannya tidak efektif.
Ciri Sistem Politik Orba:
1. Sistem Politik tersusun secara hirarkis-
sentralistik;
2. Parpol, parlemen, kelompok kepentingan dan
organisasi sosial dalam posisi sub-ordinat;
3. Birokrasi, militer dan teknokrat beraliansi dng
kekuatan bisnis oligopolistik baik domestik dan
asing yg dikendalikan Soeharto;
4. Sumber daya politik dan ekonomi
dipersonifikasikan sebagai milik rumah tangga
Soeharto dan didistribusikan scr leluasa utk
dipertukarkan dng loyalitas elit di sekelilingnya,
birokrasi bahkan rakyat di pedesaan;
5. Selain dng sumber daya material, Soeharto
memelihara kepatuhan massa dengan penerapan
ideologi dan hukum, wujudnya Demokrasi
Pancasila, UUD 45 dan Dwi Fungsi ABRI.
6. Loyalitas bukan pada ideologi, hukum dan lembaga
politik tetapi pada figur yg mempunyai akses
ekonomi politik
7. Dibentuk organisasi korporatis yg seragam dan
tunggal, misal: Korpri, Dharma Wanita, PWI, KNPI,
HKTI dsb.

Dalam menjalankan Sistem Politik, Soeharto


mempunyai tiga sumberdaya yg saling terkait:
koersif, persuasif dan material.
Ketiganya dilakukan dalam bentuk strategi
birokratisasi politik dan politisasi birokrasi
Birokratisasi politik artinya menempatkan birokrasi
sebagai “mesin politik”
Politisasi birokrasi artinya menciptakan birokrasi yg
tanggap dan patuh kepada kepentingan politik
jangka pendek.

Birokratisasi politik antara lain ditunjukkan dengan


beberapa fenomena:
1. Birokrasi adalah lembaga yg paling dominan,
mensub-ordinasikan lembaga politik seperti:
parlemen, partai, kelompok kepentingan dan
rakyat;
2. Birokrasi tidak hanya bertindak sebagai
pelaksana kebijakan yg telah dibuat di tempat
lain, tetapi juga pembuat keputusan publik;
3. Birokrasi melakukan kontrol atau regulasi
terhadap segenap aspek kehidupan masyarakat
(adanya lembaga “ijin”).
Sedangkan politisasi birokrasi dilakukan misal:
dengan pembentukan Korpri sebagai underbouw
Golkar (jalur B). Di samping ABRI (jalur A) dan
Golkar (jalur G)
Dalam mengendalikan birokrasi dan kekuatan lain,
diterapkan strategi umpan (pemikat) dan tongkat
(pukulan) atau disebut carrot and stick bukan reward
and punishment.
Demokrasi Pancasila dibangun atas dasar budaya politik
paternalistik-hirarkis-konsentrik, bukan atas dasar
kebebasan dan hak asasi manusia spt konsep
Demokrasi Liberal (Barat).
Pancasila dipakai sebagai penolakan thd negara Islam
dan Komunisme.
Pembangunan dan modernisasi mrpk kata kunci melalui
stabilitas pol dan ketertiban.
Soeharto melakukan korporatisasi dan marginalisasi
thd parpol dng jalan memfusikan parpol secara
sepihak setelah Pemilu 1971. PDI (PNI, Murba,
IPKI, Parkindo, Partai Katolik) dan PPP (NU,
Parmusi, PSII dan Perti).
Fusi tersebut memindahkan konflik antar parpol
menjadi konflik dlm parpol.
Kokohnya Orba ditopang oleh sumber daya
material yg dikombinasikan dng strategi koersif,
persuasi, birokratisasi, militerisasi, korporatisasi
dan “carrot and stick”
Awal Perubahan
Terjadi krisis ekonomi yg mengakibatkan:
1. Merosotnya legitimasi Soeharto;
2. Memicu protes sosial dipimpin mahasiswa dan
oposisi kelas menengah kota.
Sebelum Soeharto jatuh ada usaha kompromi antara
Soeharto dng kaum oposisi, namun gagal, sebab:
a. Aturan politik dan lembaga politik yg berada dlm
genggaman Soeharto tdk dpt menjadi tempat
penguatan bargaining thd kaum oposisi, misal: ide
pembentukan komite reformasi, ditolak oleh oposisi;
2. Tak adanya pengalaman negosiasi, krn sistem
politik yg represif;
3. Tdk adanya orang-orang “garis lunak” dlm
pemerintah (yg berani melawan) yg dpt menjadi
jembatan transaksi antara kubu oposisi dng kubu
“garis keras” (kelompok yg ingin
mempertahankan “status quo” secara keras);
4. Oposisi dlm kondisi terpecah-pecah sehingga
sulit utk kompromi dan tetap menempatkan
Soeharto sebagai musuh bersama.
Setelah Soeharto jatuh digantikan Habibie. Suatu
pergantian kekuasaan yg sebenarnya tdk dikehendaki
oleh oposisi sehingga tingkat legitimasinya sangat
rendah. Walaupun sebenarnya telah membuka tiga
elemen penting dlm demokrasi:
1. Kompetisi terbuka melalui Pemilu, dng membiarkan
tumbuhnya parpol baru melalui penggantian UU
politik;
2. Partisipasi dng jalan membiarkan oposisi berpartisipasi
mengontrol pemerintah;
3. Liberalisasi hak politik dan sipil, mis: kebebasan pers,
pembebasan tahanan politik dsb.
Namun apapun yg dihasilkan oleh pemerintahan yg tdk
“legitimate”, meskipun mempunyai sisi positip, tetap
dikecam.
Masalah-masalah krusial tdk dpt diatasi oleh
pemerintahan Habibie antara lain: Dwi Fungsi ABRI,
krisis ekonomi, kekerasan dan kerusuhan, bahaya
disintegrasi. Bahkan malah mengeluarkan opsi
tentang Timtim.
Pemilu 1999 menghantar kita pada suasana penuh
harapan akan berlangsungnya demokratisasi di
bawah pemerintahan Gus Dur.
Perubahan Struktur Politik dan Pemerintahan
Pasca Amandemen UUD 45

Perubahan struktur ini terjadi bersamaan dengan


diadakannya amandemen UUD 45 sejak tahun 1999
sampai dengan 2002 yang dilakukan 4 kali
Di dalam struktur baru terdapat lembaga negara baru,
yaitu Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY),
dan Dewan Perwakilan Daerah, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dan ada lembaga negara yang dihapus,
yaitu Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Struktur baru tersebut sebagai berikut:

MPR

MK DPR

UUD 45 DPD

PRES.
MA Wk.PRE
S

BPK
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
(MPR)
1. Bukan lagi sebagai lembaga tertinggi negara;
2. Komposisi MPR terdiri dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD);
3. Kewenangan MPR: (a) merubah UUD, (b)
melantik presiden dan atau wakil presiden, (c)
memberhentikan presiden dan wakil presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
1. Dipilih secara langsung oleh rakyat secara paket;
2. Masa jabatan lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan;
3. Presiden memegang kekuasaan menurut UU,
menetapkan PP untuk menjalankan UU, berhak
mengajukan RUU, tidak boleh membubarkan
DPR, mengesahkan RUU, dalam keadaan
tertentu dapat mengeluarkan Perpu.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)
1. Anggota DPR berasal dari parpol melalui
pemilihan dan tidak ada yang diangkat;
2. Kewenangannya: bersidang sedikitnya sekali
setahun, memegang kekuasaan membentuk UU,
setiap RUU dibahas DPR bersama Presiden
untuk memperoleh persetujuan bersama, bila
RUU dalam jangka waktu tertentu tidak disahkan
Presiden tetap dapat menjadi UU dan wajib
diundangkan, anggota DPR dapat di “recall”
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)
1. Lembaga perwakilan daerah semacam “senat” di
negara federal;
2. Anggota DPD dipilih dari setiap propinsi dng
jumlah sama, melalui pemilu scr perorangan;
bersidang min.1x setahun;
3. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari
sepertiga jumlah DPR;
4. Berhak mengajukan RUU dlm bidang otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran daerah,
hubungan dan perimbangan keuangan pusat-
daerah yang dibahas bersama DPR.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
1. Anggotanya dipilih DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan diresmikan Presiden;
2. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR,
DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
MAHKAMAH AGUNG (MA)
1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi;
2. Menguji peraturan perundang-undangan di
bawah UU;
3. Calon hakim agung diajukan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR untuk memperoleh
persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung
oleh Presiden.
MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yg putusannya bersifat final untuk
menguji UU terhadap UUD;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yg kewenangannya diberikan UUD;
3. Mempunyai kekuasaan memeriksa secara logika
hukum pelanggaran presiden dan
memutuskannya layak atau tidak layak untuk
sidang Istimewa MPR
4. Memutuskan pembubaran parpol;
5. Memutuskan perselisihan hasil pemilu.

KOMISI YUDISIAL (KY)


1. berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan menjaga serta menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku
hakim;
2. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden dng persetujuan DPR.
KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)

Di dalam UUD 45 yg diamandemen disebutkan adanya KPU


sebagai penyelenggara pemilu yg bersifat nasional, tetap dan
mandiri.

Perubahan struktur politik dan pemerintahan pasca amandemen


UUD 45, lebih lanjut akan dijelaskan secara detail pasal demi
pasal dalam UUD 45 yg telah diamandemen.
Afan Gaffar, 1999, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Andrew Mc Collins & Mohtar Mas’oed, 1996, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Haryanto, 1982, Sistem Politik, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta
Heywood, Andrew, 2014, Politics, (Edisi ke-empat, dalam bahasa Indonesia, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Kacung Marijan, 2010, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde
Baru, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Mashuri Maschab, 1999, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Fisipol UGM
Nazaruddin Syamsuddin, 1993, Dinamika Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta
Nazaruddin Syamsuddin, 1997, Sistem Politik Indonesia, Universitas Terbuka, Jakarta
Sutoro Eko, 2003, Transisi Demokrasi Indonesia, Runtuhnya Rezim Orde Baru,
APMD Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai