Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SISTEM POLITIK

Oleh : wiga nisa apriyanda

Pendahuluan

Menurut David Easton Sistem politik adalah sistem terbuka, proses-proses dan struktur sistem politik tidak bebas dari serangan oleh berbagai pengaruh yang aneh-aneh, dan bahwa ia tidak harus tidak berdaya dalam menghadapi gangguan-gangguan yang meungkin

menghadangnya. Teori sistem menampilkan pandangan tentang kehidupan politik sebagai Responding System. Ia membentuk seperangkat perilaku lewat mana tindakan positif dapat diambil untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang terarah padanya.

Kelangsungan Sistem

Ciri-ciri sistem-sistem politik yang membedakan dengan sistem sosial lainnya dan juga sistem mekanik dan biologis, ialah bahwa ia tidak harus tidak berdaya dalam menghadapi gangguan-gangguan yang meungkin menghadangnya. Karena hakikat tersebut anggota suatu sistem politik mempunyai keuntungan, tetapi mereka tidak selalu mengambil kesempatan, menanggapi tekanan yang demikian untuk dapat meyakinkan kelangsungan suatu sistem dari membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat.

Yang merupakan gambaran fenomena ini adalah bahwa sistem-sistem politik melalui reaksinya sendiri menanggapi berbagai tekanan sehingga mampu bertahan walau dalam suatu perubahan dunia yang cepat dan ia menampilkan masalah pokok untuk diselidiki secara teoritis.

Gambaran teori sistem menghadapi berbagai tekanan luar sama halnya dengan makhluk hidup atau organisme yang mampu menangkal berbagai ganguan penyakit dan virus, seperti manusia yang memiliki kekebalan dan mekanisme membunuh kuman, bakteri dan virus.

Sumber-sumber Tekanan

Sumber-sumber tekanan sistem politik tidak harus bersifat sangat dramatis seperti perangperang, revolusi, atau trauma sosial lainnya. Sesungguhnya, secara normal semua sumber tersebut bersifat prosaik. Sumber-sumber tersebut kemungkinan berasal dari kesatuan yang konstan, tekanan-tekanan setiap hari dalam kehidupan politik. Tanpa bantuan dari berbagai kemelut tertentu, nampaknya ia mampu menciptakan tekanan-tekanan serius pada kemampuan sistem politik untuk tetap bertahan atau pada kemampuan anggota masyarakat untuk meyakinkan sebuah kerangka untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang otoritatif. David Easton membagi sumber tekanan itu menjadi dua yaitu sumber-sumber tekanan yang berasar dari internal dan sumber-sumber tekanan yang berasal dari eksternal. Yakni tekanan yang berasal dari lingkungan intara dan ekstra sosial.

Sumber tekanan internal berupa disorganisasi dan pengrusakan, hubungan-hubungan antara para anggota sistem cenderung menjadi fokus- bentuk-bentuk antagonisme yang paling mencolok dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam sarana dalam mengatasi dan memcahkan masalah tentang bagaimana nilai-nilai langka didistribusikan dan digunakan.

Sedangkan yang menjadi tekanan eksternal biasanya adalah hal-hal yang luar biasa yang memaksa masyarakat untuk tidak mampu menyelesaikan kemelut dalam sistem politik, suatu

keadaan yang bila terjadi akan menyebabkan kejatuhan pada masyarakat tersebut secara keseluruhan. Sistem bisa bertahan bila mampu mengatasi takanan-tekanan yang ada sehingga terjadi Persistensi sistem itu sendiri.

SistemPolitik Sistem yang stabil bisa berlangsung dalam dua keadaan yaitu pertama, ia bisa tampil apabila lingkungannya sendiri tidak menunjukan adanya perubahan. Dalam jangka pendek hal ini bisa terjadi tetapi tidak dalam jangka panjang. Kedua, suatu sistem bisa tetap utuh apabila dapat melindungi diri dari setiap tekanan dari lingkungannya, maupun tekanan-takanan internal yang menghadang struktur dan prosesnya.

Tekanan-tekanan bisa juga berasal dari dalam sistem politik itu sendiri, selama hal-hal yang terjadi dalam suatu sistem membentuk wataknya sebagai sistem interkasi, David Easton menyebutnya Whitinputs

Tanggapan Sistem Politik

Sistem mungkin terbuka terhadap tekanan tuntutan lewat 2 cara, pertama, apabila pihak yang berwenang dalam sistem tersebut tidak mampu atau mau bersedia menghadapi atau memenuhi tuntutan-tuntutan anggota dalam proporsi-proporsi tertentu (paling tidak anggotaanggota politisi yang kuat). Situasi ini dapat menyebabkan kekecewaan dan melahirkan ketidak puasan para anggota bisa meluap kepada penguasa dan bisa menyebabkan separatisme. Kegagalan Output sebagai akibat ketidakmauan dan ketidakmampuan memenuhi tuntutan, akan

cenderung mengarah pada munculnya dukungan yang merusak sistem. Selama tuntutan gagal dipenuhi, ia akan mempunyai akibat-akibat penting terhadap input dukungan.

Disamping itu tuntutan bisa terjadi terlalu banyak dan beragam jenisnya sehingga menyebabkan konflik yang berkepanjangan, dan membutuhkan waktu yang panjang untuk memprosesnya. Dan sistem tidak cukup waktu untuk memperoses segala tuntutan dan menyebabkan gambaran bahwa input tuntutan yang terlalu berat.

Tuntutan Masyarakat Sebagai bentuk Demokrasi

Tuntutan masyarakat kepada pemerintah dalam teori sistem merupakan bagian dari sistem politik, dan diorganisasian oleh keberadaan lembaga-lembaga politik dan kerjasama yang terjalin di antara mereka, sehingga kemampuan sistem politik dapat dimengerti sebagai kesanggupan lembaga-lembaga politik itu secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama merancang dan melakukan langkah-langkah efektif yang terus-menerus demi tercapainya tujuan bersama mereka. Dalam pengorganisasian seperti itu tercakup pula hubungan yang saling mempengaruhi antara satu lembaga dan lembaga-lembaga yang lain. Dan hasil dari hubungan lembaga dalam unit sistem politik menghasilkan output.

Dalam kaitan itu, institusi-institusi politik harus melengkapi diri dengan berbagai perangkat kelembagaan supaya dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai prasyarat bagi bekerjanya sistem politik. Karena itu, kelengkapan kelembagaan institusi-institusi ini bersifat kontributif terhadap kemampuan sistem politik. Output dari kemampuan sistem politik dapat dilihat dari paling tidak dalam lima hal, yaitu : extratctive capability, regulative capability, distributive capability, symbolic capability, dan responsive capability.

Dalam sistem politik Indonesia aspirasi masyarakat lazimnya secara prosedur disalurkan kepada partai politik, namun demokrasi di Indonesia hanya demokrasi prosedural bukan demokrasi yang signifikan memperhatikan aspirasi rakyat. Demokrasi di Indonesia hanya ada di Pemilu dan Pilkada, setelah itu yang ada hanya oligarki politik. Dimana demokrasi hanya dimainkan hanya oleh segelintir orang. Ditengah arus lingkungan intra sosial yang deras, dan juga ekstrasosial yang mengglobal dalam kepentingan liberalisasi, sistem politik menjadi tidak sehat. Terlebih ketika para politisi bisa disuap dengan uang, kebijakan yang dihasilkan tidak memihak kepada kepentingan rakyat tetapi memihak kepada kepentingan-kepentingan yang bermain dengan politik uang. Hasilnya pemerintah tidak mampu dalam mengelola kehidupan masyarakat melalui berbagai peraturan yang mengikat. Tidak mampu membagi dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dan tidak kemampuan merancang kebijakan dan merespon perubahan sikap, perkembangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai