Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT POLITIK SEBAGAI DISIPLIN AKADEMIK Agus Wahyudi Dua cara nampaknya bisa dibayangkan ketika kita harus

menggambarkan state of the play dari filsafat politik.1 Cara pertama, filsafat politik bisa dijelaskan dengan mengatakan sesuatu tentang usaha filsafat politik itu sendiri. Dengan cara ini, kita mungkin diharapkan dapat membuat definisi tentang apa itu filsafat politik. Cara ini tidak mudah dilakukan, mengingat bukan hanya bah a rumusan dalam bentuk kalimat pendek tidak pernah mencukupi untuk menggambarkan keseluruhan maksud filsafat politik, tetapi juga karena filsafat politik pada hakikatnya bukan sesuatu yang tidak berubah. It is not an essence with eternal nature! "ilsafat politik adalah #kegiatan yang kompleks yang hanya dapat dipahami dengan baik melalui analisis terhadap banyak sekali cara yang dilakukan oleh mereka yang telah mengembangkannya# $Wolin %&&'( )*. Cara kedua, yang akan kita coba tempuh, adalah dengan melihatnya sebagai tradisi acana khusus. Dengan ini kita dapat mendiskusikan ciri+ciri umum tradisi tersebut, juga berbagai minat atau keprihatinan yang telah melatarbelakangi mereka yang mengembangkannya, dan pergeseran yang menandai garis+garis penting dalam perkembangannya. Dengan kata lain, filsafat politik dapat dijelaskan dengan anggapan bah a telah ada orang+orang yang mengajarkan tema ini di berbagai uni,ersitas. Cara ini juga menyarankan kita untuk memanfaatkan pencapaian bidang ilmu lain yang rele,an dalam mendeskripsikan pokok masalah dan pendekatan yang mungkin dapat dikembangkan. Apa yang mereka kerjakan dan apa yang telah mereka capai- .al ini berhubungan dengan dua pertanyaan( 1. Apa pokok masalah $subject-matter* filsafat politik yang semestinya menjadi pegangan kita dalam bekerja%. /etode dan pendekatan apa yang mungkin membantu untuk mengembangkan pokok masalahnya, dan bagaimana mereka yang mempelajari filsafat politik memilih metode dan berbagai pendekatan itu0a aban terhadap beberapa butir pertanyaan itu akan saya berikan secara ringkas, tidak dalam bentuk argumen tetapi dalam bentuk paparan, karena tujuan saya adalah sekedar
1 /ahasis a sering bertanya apakah perbedaan antara filsafat sosial dan filsafat politik. Dalam

diskusi ini istilah filsafat politik, filsafat sosial, atau filsafat sosial politik akan dipergunakan secara bergantian dan menunjuk arti yang sama. 1uku 2obert 3. 1eck menyinggung sedikit masalah ini dalam catatan kaki no. 1 dalam bukunya( 4ihat 2obert 3. 1eck ed., Perspective in Social Philosophy; Reading in Philosophic Sources of Social Thought $.olt, 2inehart and Winston, 5nc. 3e 6ork* 1789, p. 1: William /c1ride juga mengatakan bah a membedakan filsafat politik dengan filsafat sosial sebenarnya tidak perlu dan merupakan usaha yang terlalu di buat+buat, lihat /c1ride, William 4., Social and Political Philosophy $;aragon .ouse, 3e 6ork* 177', p. %

memberikan deskripsi umum tentang filsafat politik sebagai disiplin akademik, yaitu mengungkapkan pandangan umum $general point of view* tentang filsafat politik, sesuatu yang diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih jauh bagi siapa saja yang berminat mengembangkannya. <aya akan menutup uraian ini dengan catatan akhir bagi mereka yang tertarik dengan bidang ilmu ini untuk membantu mengembangkan filsafat politik di =ni,ersitas dan menarik manfaatnya dalam kehidupan masyarakat. POKOK MASALAH (SUBJECT-MATTER) FILSAFAT POLITIK Apa pokok masalah filsafat politik- =ntuk menja ab pertanyaan ini, kita agaknya harus menelusuri sejak kapan filsafat politik muncul dan mulai berkembang. /enurut sebuah penilaian, filsafat politik ada sejak manusia menyadari dapat hidup satu sama lain dengan cara yang lebih bermanfaat. % Dengan ini, kerjasama di antara manusia dimungkinkan, dan usaha mengembangkan atau menata kehidupan bersama yang ideal melalui rasionalitas $dan ini berarti menggantikan naluri*, mulai dikembangkan. Dengan rasionalitas manusia menyadari bah a berbagai pilihan terbuka untuk mengatur dan mengembangkan kehidupan bersama, meskipun tidak selalu jelas mana diantara berbagai pilihan itu yang dapat dianggap paling baik, bahkan pertimbangan yang rele,an untuk menentukan berbagai pilihan itu juga sering kabur.) ;ada titik itulah pertanyaan filsafat politik dimulai. Dengan rasionalitasnya manusia mencoba mempertanyakan apa hakikat dari organisasi masyarakat yang baik $good* dan tepat $right*' atau >bagaimana cara hidup yang terbaik dan paling tepat bagi manusia, baik sebagai indi,idu maupun sebagai kelompok# $1ro n, 17?8, p. 11: @ymlicka, 177&, p. 1*. ;andangan semacam ini memang merujuk pada pengertian modern atau kontemporer tentang filsafat politik, sebuah tradisi yang berbeda dengan
2 4ihat, Alan 1ro n,

odern Political Philosophy $;enguin 1ooks, /iddleseA* 17?8, p. 11

3 Dalam kata+kata Alan 1ro n( >5t

as ob,ious that there as a ,ariety of possible ends, ,alues or ideals hich ere rele,ant to ho a man ought to li,e and act and ho a community ought to be organiBed. 5t as less ob,ious, on reflection, hich of these ,alues, if any, as correct# $ibid.*
4 Dua pertanyaan ini menjadi perdebatan penting dalam studi filsafat politik, yaitu antara paham

teoleogi dan deontologi. ;ertanyaannya adalah mana yang lebih utama, apakah prinsip kebaikan harus mengalah pada prinsip ketepatan, ataukah prinsip ketetapan harus diletakkan di ba ah prinsip kebaikan. <ebuah buku yang banyak didiskusikan yang mengembangkan filsafat politik dengan pendekatan deontologis, jadi berbeda dengan tradisi utilitarianism, atau liberalisme yang dikembangkan oleh 5mmanuel @ant, dan 0ohn <tuart /ill dapat dilihat, misalnya, 0ohn 2a ls, Political !iberalism" #ith $ %ew Introduction and the Reply to &abermas $Columbia =ni,ersity ;ress, 3e 6ork* 177). =ntuk diskusi mengenai teori kebaikan dan teori kebenaran lihat misalnya 2ichard 1. 1rand, Theory of the 'ood and The Right $CAford =ni,ersity ;ress, CAford*, 1797, lihat juga ;ettit ;hilip, >Dhe Contribution of Analytical ;hilosophy#, in $ (ompanion to (ontemporary Political Philosophy, 2obert E. Foodin and ;hilip ;ettit $eds* $1lack ell, Gictoria*, %&&'.

tradisi filsafat politik pada masa klasik dan abad pertengahan, dan mengesampingkan pengaruh filsafat bahasa dan filsafat analitik yang merupakan tradisi tersendiri.H @ecenderungan filsafat politik klasik, seperti yang nampak dalam pemikiran ;lato, adalah tidak membedakan filsafat politik dan filsafat pada umumnya, karena penyelidikan tentang hakikat kehidupan indi,idu yang baik $ the nature of the good life of individual* diasosiasikan dengan penyelidikan yang mempertemukan $meskipun tidak sejajar* dengan hakikat masyarakat yang baik $the nature of the good community*. 1anyak filsuf klasik lain yang terkenal memberikan sumbangan pada perkembangan ide+ide politik, dengan mena arkan metode analisis dan kriteria penilaian, dan karena itu secara historis perbedaan utama antara filsafat dan filsafat politik sering dianggap sebagai masalah spesialisasi, bukan sebagai masalah metode atau pemba aan $Wolin, %&&'( '*. ;ersekutuan yang erat antara filsafat dan filsafat politik ini menjelaskan mengapa para filsuf politik menerima dorongan untuk mengejar pengetahuan yang sistematis seperti yang dilakukan para filsuf pada umumnya. 3amun, ada pengertian lain yang lebih fundamental tentang keterkaitan yang erat antara filsafat politik dengan filsafat pada umumnya. "ilsafat dipahami sebagai usaha mengejar kebenaran hingga ke akar+akarnya, meskipun kualitas esensial tentang apa yang #politis# $political* mulai mendapat perhatian di kalangan para ahli teori politik dan pokok masalah $subject matter* filsafat politik mulai terbentuk dengan menentukan keterkaitannya dengan apa yang dianggap #publik# $Wolin, %&&'( '*. Akan tetapi, karena filsafat digambarkan sebagai usaha sistematis untuk memahami prinsip yang mendasari semua hal, penyelidikan tentang apa yang politis $ political* dianggap harus membentuk bagian dari usaha berfilsafat secara umum $/c1ride, 177'( 1*. Cicero menunjukkan pokok perhatian filsafat politik ketika menyebut (ommonwealth sebagai #res publica#, yang artinya benda publik $public thing*, atau milik rakyat $property of a people*. Dengan ini, tatanan politik $political arrangement* dipahami sebagai sesuatu yang unik, yang berhubungan dengan sesuatu yang umum $ common* dalam masyarakat. <atu+satunya institusi yang menyaingi otoritas tatanan politik ini adalah Fereja abad pertengahan, meskipun hal ini terjadi karena Fereja, dalam mengontrol ciri+ciri regim politik, telah menjadi sesuatu yang berbeda dengan badan keagamaan. @arena itu, filsafat politik dapat dilihat sebagai usaha para filsuf dalam memberikan panduan dan ja aban untuk menanggapi masalah yang menjadi perhatian masyarakat secara keseluruhan, yaitu masalah publik atau politik. Dalam bahasa 2obert 3. 1eck filsafat sosial $atau politik* adalah #kritik kefilsafatan terhadap prinsip+prinsip yang mendasari proses sosial $atau politik* dengan cara mengembangkan argumen yang dapat membenarkan institusi+institusi sosial dan politik, baik sebagaimana adanya $ as they actually are*, atau sebagaimana yang dibayangkan $as they imagined*# $1eck, 1789( )*. <aya berpendapat bah a filsafat politik sebaiknya memang dikembangkan sebagai studi tentang penilaian dan kritik moral terhadap proses yang melandasi kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang diarahkan pada penciptaan susunan H =raian ringkas tentang hal ini lihat Antony "le , >;olitical ;hilosophy, in $ )ictionary of
Philosophy $;an 1ooks, 4ondon* 17?1, pp. %97+%?1

organisasi masyarakat yang baik dan tepat. Ada dua keunggulan yang terdapat dalam rumusan demikian itu( di satu pihak, karena ia menggarisba ahi, dan menurut saya beralasan, bah a ada hubungan yang erat antara filsafat politik dengan praktek aktual, dan di pihak lain, karena ia mengakui bah a filsafat politik bukan sekedar hasil refleksi pasif atau citra bayangan $mirror images* tentang masyarakat. <ebab, jauh sebelum manusia mulai berefleksi atau berfilsafat tentang masyarakat, institusi politik dan struktur sosial sudah ada lebih dahulu sehingga #batas dan substansi dari subject matter filsafat politik sebagian besar ditentukan oleh praktek+praktek yang sudah ada dalam masyarakat# $Wolin, %&&'(9*. Akan tetapi, sebagian besar temuan penting dalam studi filsafat politik juga terjadi dalam masa krisis, yaitu sebuah masa ketika kerusakan institusional melepaskan fenomena politik menjadi tidak lagi terintegrasi secara efektif, sehingga #filsafat politik selalu mengandung aspek aktif dan kreatif, yang terpisah atau berbeda dengan keadaan yang sedang berlaku, dan secara demikian juga mengimplikasikan kritik terhadap keadaan yang ada sekarang# $/c1ride, 177'( )* "ilsafat politik juga memiliki sejumlah karakteristik yang lain. <alah satu yang utama adalah studi filsafat politik pada dasarnya merupakan cabang dari filsafat praktis $practical philosophy*, yaitu cabang filsafat yang, terkait erat dengan etika atau filsafat moral, menangani pertanyaan moral dari kehidupan publik. ;ara ahli mengakui adanya kontinuitas yang fundamental antara moralitas dan filsafat politik. 2obert 3oBick, misalnya, mengatakan bah a >filsafat moral menentukan latar+belakang dan batas bagi filsafat politik>8. 3amun, ada pandangan yang berbeda di antara para filsuf politik menyangkut pembagian bidang moralitas dan filsafat politik dan tentang kriteria untuk argumen yang dianggap paling berhasil $@ymlicka, 177&, p. 8*. "ilsafat politik berbeda dengan etika( etika berhubungan dengan dimensi moral pribadi, misalnya bagaimana seseorang seharusnya hidup, nilai atau gagasan ideal apa yang seharusnya dipegang dan aturan hidup macam apa yang hendaknya diperhatikan. @arena itu, sebagai cabang filsafat praktis, filsafat politik berhubungan dengan sisi atau aspek sosial dari etika atau lebih tepat berhubungan dengan pertanyaan tentang bagaimana pengaturan dan pengorganisasian kehidupan masyarakat yang seharusnya $1ro n, 17?8, p. 11*. 3amun, perbedaan antara moralitas pribadi $privat morality* dan filsafat politik yang menekankan etika bersama tidak mudah ditentukan. Aristoteles misalnya menyatakan dalam halaman pertama Politics+nya bah a negara an $politikos* tidak boleh dikacaukan dengan pemilik budak atau kepala rumah tangga( nega aran menyangkut sesuatu yang politis, sedangkan pemilik budak atau kepala rumah tangga tidak bersangkut paut dengan yang politis. Di sini, Aristoteles menyinggung kesulitan yang dialami para filsuf politik dalam memisahkan subject-matter yang dalam realitasnya tidak bisa dipisahkan. @enyataannya, tanggungja ab moral yang ada pada seseorang kepada orang lain kadang menjadi sesuatu yang pribadi, hanya melibatkan peraturan perilaku personal, namun kadang juga menjadi masalah publik yaitu harus dipaksakan melalui lembaga+lembaga politik. /isalnya, ketika seorang anita mengatakan bah a #yang pribadi adalah politis# $the personal is political*, ia mulai 8 Dikutip dari @ymlicka, 177&( 4ihat juga 2obert 3oBick, Anarchy, State and *topia $1asic
1ooks, 3e 6ork* 179', p. 8

menyadari bah a apa yang dianggap sebagai masalah pri,at, domestik dan indi,idual, dalam kenyataannya adalah publik dan struktural. 9 0adi, salah satu persoalan yang dihadapi filsafat politik dalam hubungannya dengan etika nampaknya terkait dengan pertanyaan mana yang lebih penting antara moralitas pribadi dan moralitas publik dan juga tentang konflik yang dapat ditolerir dari nilai+nilai moral politik dan personal. @arakteristik lain filsafat politik yang tak kalah penting adalah sebagai pengetahuan normatif, yaitu bah a filsafat politik mencoba membentuk norma $aturan atau standar ideal*, yang dapat dibedakan dari pengetahuan deskriptif, yaitu mencoba menguraikan bagaimana sesuatu secara apa adanya $Wolf, %&&8( %*. <tudi normatif mencari tahu bagaimana sesuatu seharusnya( apa yang benar, adil dan secara moral tepat, sementara studi politik deskriptif dilakukan oleh ilmu an politik, sosiolog, dan ahli sejarah. /aka, meskipun filsuf politik memiliki perhatian yang sama seperti halnya ilmu an politik yang mempertanyakan distribusi barang+barang dalam sebuah masyarakat, misalnya, seorang filsuf politik $berbeda dengan ilmu an politik* akan memusatkan perhatiannya pada aturan atau prinsip apa yang menentukan distribusi barang+barang tersebut. <eorang filsuf politik tidak bertanya bagaimana properti didistribusikan, tetapi distribusi properti semacam apa yang adil dan fair, ia tidak bertanya hak dan kebebasan apa yang sesungguhnya dimiliki rakyat tetapi hak dan kebebasan apa yang seharusnya dimiliki rakyat. Dentu saja, pembagian antara studi normatif dan studi deskriptif tidak selalu sejelas seperti yang mungkin disangka karena masalah perilaku manusia seringkali berada di antara dua titik pembagian deskriptif dan normatif. Cara lain yang kadang dilakukan untuk lebih memahami subject matter filsafat politik adalah dengan membedakannya dari ilmu politik dan teori politik. /enurut 1ro n $17?8, p.1'*, pokok perhatian ilmu politik adalah realitas atau peristi a politik seperti perebutan kekuasaan, kecenderungan memilih, hubungan antara kelas sosial dalam masyarakat dengan partai politik dan teori yang menjelaskan realitas dari berbagai peristi a politik itu. <ebagai pengetahuan deskriptif, ilmu politik, tidak berkepentingan dengan pertanyaan tentang nilai, yaitu pertanyaan benar dan salah dalam pengertian etis, jadi nilai dianggap sebagai sesuatu yang dapat diabaikan atau setidaknya hanya dilihat sebagai gagasan ideal. Akan tetapi, karena pertanyaan tentang nilai harus dipertimbangkan, maka diperlukan disiplin ilmu yang menangani pertanyaan ini. Disinilah teori politik dan filsafat politik muncul sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang dianggap rele,an menangani pertanyaan tentang nilai, meskipun ada perbedaan diantara keduanya( Deori politik, di satu pihak, merupakan kumpulan doktrin+doktrin tentang organisasi masyarakat politik yang diinginkan, seperti liberalisme, sosialisme atau anarkisme. Doktrin teori politik adalah deskripsi tentang kemungkinan bentuk masyarakat yang dianggap baik dan tepat dan didalamnya juga terkandung berbagai 9 4ihat, 0ane /asbridge dan <usan /oller Ckin, >"eminism#, dalam $ (ompanion to
(ontemporary Political Philosophy, 2obert E. Foodin and ;hilip ;ettit Eds. $1lack ell, Gictoria*, %&&', pp. %87+%7&

rencana dan program politik, dan karena itu sering diistilahkan sebagai ideologi. ? "ilsafat politik, di pihak lain, juga menaruh perhatian terhadap doktrin+doktrin politik, namun berbeda dengan teori politik, filsafat politik berkepentingan untuk memberikan landasan kefilsafatan terhadap doktrin+doktrin normatif tersebut. Asumsinya adalah bah a teori politik $dan sebenarnya juga teori+teori ekonomi dan sosial* bisa saja tidak memiliki justifikasi rasional, atau hanya merupakan bentuk rasionalisasi praktek politik, ekonomi dan sosial yang dikembangkan berdasarkan kepercayaan semata melalui otoritas tertentu seperti agama. @arena itu, perhatian filsafat politik diarahkan pada usaha memberikan kritik atau justifikasi terhadap doktrin+doktrin atau teori+teori itu. 0adi, minat filsafat politik dapat dibedakan dari teori politik dalam hal bah a ada kebutuhan untuk memberikan landasan rasional atas nilai+nilai, ideal+ideal dan prinsip+ prinsip yang memberikan bentuk pada teori atau doktrin itu. ;ada tempatnyalah sekarang memberikan gambaran tentang sejumlah perkembangan filsafat politik. ;ertama, ada perbedaan yang signifikan dalam hal perhatian filsafat politik pada masa lalu $sekitar duapuluh lima tahun yang lalu* dengan perhatian filsafat politik de asa ini di sebagian negara 1arat. 1uku+buku teks filsafat politik kontemporer umumnya memusatkan perhatian pada tema yang berbeda dengan perhatian studi filsafat politik di masa lalu, dan sejumlah isu yang dulu pernah dianggap penting seperti tokoh+tokoh sejarah7, analisis konsep kekuasaan, kedaulatan negara dan hakikat hukum tidak lagi mendapat porsi pembahasan yang ekstentif $cf. @ymlicka, 177&: 1ro n, 1778: /urray, 17H)*. .al ini kemungkinan besar juga mencerminkan perubahan dan orientasi a asan politik di dunia internasional dan dalam negeri di banyak negara de asa ini. <atu implikasi yang penting adalah bah a anggapan tentang prinsip politik yang kerap menjadi haluan politik seseorang, kelompok masyarakat atau negara dapat dibedakan dengan cara menggambarkannya seolah menyerupai garis tunggal yang membentang dari kiri ke kanan sudah mulai diabaikan $@ymlicka, 177&( 1+'*. <ering digambarkan bah a mereka yang ada di kiri dikategorikan sebagai penganut sosialisme dan karena itu mempercayai pentingnya persamaan $e+uality* dan yang di kanan dikategorikan sebagai penganut kapitalisme dan karena itu mempercayai pentingnya kebebasan indi,idu. Di tengah+tengah adalah mereka yang menganut campuran antara kebebasan dan persamaan dan menganut kebijaksanaan kapitalisme negara kesejahteraan $welfare state capitalism*. Detapi, dalam kenyataannya realitas politik modern tidak lagi sesederhana seperti yang digambarkan tersebut. <tudi filsafat politik menunjukkan bah a ada banyak posisi di antara ketiga titik itu dan banyak orang menerima bagian yang berbeda dari berbagai teori yang berbeda. 0elas bah a pembedaan prinsip dan haluan politik sebagai sebuah garis yang membentang antara
8 1andingkan dengan diskusi tentang

ajor Ideologies yang mencakup tema+tema khusus seperti $narkhism, (onservatism" ,eminism" !iberalism" ar-isme" dan Socialism dalam Foodin, 2obert E. and ;hilip ;ettit $eds.*, 5bid.
9 Contoh teks yang memusatkan perhatian pada tokoh lihat, 0. Charles @ing and 0ames A.

/cFil,ray, Political and Social Philosophy. Traditional and (ontemporary Readings $/cFra +.ill, 3e 6ork* 179): <te,en /. Cahn, Political Philosophy" The /ssential Te-ts $CAford =ni,ersity ;ress, 3e 6ork* %&&H

kiri dan kanan semakin tidak memadai. /unculnya aliran teori seperti feminisme atau komunitarianisme, misalnya, dapat menjadi petunjuk yang menjelaskan kesalahan menyederhanakan kompleksitas kehidupan politik. /aka, mahasis a filsafat politik memang ditantang untuk lebih kritis dalam melihat berbagai prinsip atau haluan politik yang dianut seseorang, sekelompok masyarakat atau sebuah negara. @edua, studi filsafat politik kontemporer juga menunjukkan implikasi lebih jauh dari penyederhanaan garis politik antara kiri dan kanan. /isalnya, jika seseorang mendukung persamaan $e+uality* maka orang itu pasti dianggap menganut sosialisme, atau jika seseorang mendukung kebebasan, maka orang itu pasti menganut kapitalisme. ;andangan semacam ini muncul karena anggapan bah a tiap+tiap teori atau prinsip politik selalu memiliki landasan nilai $foundational values* yang bertentangan, saling menolak dan tidak dapat dipadukan. 0adi, pandangan ini mengatakan bah a karena orang menganut nilai+nilai dasar $fundamental values* yang berbeda, maka perbedaan prinsip+prinsip dan haluan politik mereka tidak akan mungkin bisa diselesaikan. .al ini berarti tidak ada jalan yang bisa dilakukan seseorang untuk mendukung persamaan diatas kebebasan atau mendukung kebebasan di atas persamaan, karena masing+masing merupakan landasan nilai, dan tidak ada nilai atau premis lain yang lebih tinggi tempat keduanya memungkinkan mencapai titik temu. <tudi filsafat politik kontemporer membuktikan bah a landasan nilai dalam kehidupan politik justru lebih kompleks daripada apa yang semula disangka itu. Dengan kata lain, landasan nilai utama dalam kehidupan politik mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, seperti yang terlihat dalam karya filsuf+filsuf kontemporer seperti 0ohn 2a ls $kesepakatan kontrak*, kaum komunitarian $kebaikan bersama*, kaum utilitarian $kemanfaatan*, 2onarld D orkin $hak* atau kaum "eminisme $androgini*. @enyataan ini menjelaskan bah a mahasis a filsafat politik harus menerima keharusan memadukan berbagai teori yang paling rele,an, ketimbang mengharapkan suatu teori dapat memberikan petunjuk yang komprehensif. /ahasis a bisa mencoba memeriksa kebenaran pandangan tentang apakah landasan nilai yang lebih dalam yang dapat menyelesaikan pertentangan di antara berbagai teori yang ada bisa ditemukan, seperti yang misalnya telah dimulai oleh 2onald D orkin.1&

1& /enurut D orkin, semua teori politik sesungguhnya memiliki landasan nilai yang sama
yaitu persamaan $e+uality*, jadi semuanya merupakan teori egalitarian. Dengan teori egalitarian yang dimaksudkan adalah bukan teori yang mendukung distribusi pendapat secara merata, tetapi merupakan gagasan untuk memperlakukan orang secara sama. /isalnya, kaum kiri mempercayai persamaan pendapatan atau kesejahteraan sebagai prakondisi untuk memperlakukan orang secara sama, dan kaum kanan percaya pada hak indi,idu yang sama atas pemilikan dan pekerjaan juga merupakan prakondisi untuk memperlakukan orang secara sama. $=ntuk pembahasan tentang masalah ini lihat Will @ymlicka, 177&, op cit, ': lihat juga 2onald D orkin, Taking Rights Seriously. $Duck orth, 4ondon* 1799, p. 197+?): 2onald D orkin, 4a s Empire $.ar,ard =ni,ersity ;ress, 4ondon* 17?8, pp. %78+)&1 : 2onald D orkin, >What is EIuality-: ;art 555( Dhe ;lace of 4iberty#, Iowa !aw Review, 17?9, 9)J1, pp. 9+?: lihat juga 3agel D., ortal 0uestions $Cambridge =ni,ersity ;ress, Cambridge*, 1797, p. 111*

METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI FILSAFAT POLITIK <ejauh ini kita telah memahami bah a filsafat politik bukanlah disiplin akademik yang berdiri sendiri.11 ;ertama, sebagai cabang dari filsafat praktis, filsafat politik berhubungan erat dengan etika atau filsafat moral, yaitu studi yang menangani pertanyaan tentang apa yang baik dan yang buruk dan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Detapi, berbeda dengan studi etika pada umumnya, perhatian filsafat politik diarahkan pada sisi sosial dari pertanyaan+pertanyaan etis. @edua, sebagai studi normatif, filsafat politik tidak bisa mengabaikan begitu saja pertanyaan faktual: pertanyaan faktual tentang perilaku manusia adalah sama rele,annya dengan isu+isu normatif, karena #studying ho things are helps to eAplain ho things can be, and studying ho they can be is indispensable for assessing ho they ought to be# $Wolf, %&&8( )*. /aka, dari segi metode, pertanyaannya adalah bagaimana cara menja ab pertanyaan normatif( bagaimana kita dapat menja ab pertanyaan tentang sesuatu seharusnya- 1erbeda dengan pertanyaan deskripsi yang mudah dibayangkan dalam menja abnya, yaitu dengan cara mencari dan melihat fenomenanya, pertanyaan normatif hanya bisa didekati dengan cara mempelajari dan masuk secara langsung kedalam pemikiran para filsuf atau ahli filsafat politik yang telah bekerja dan memberi kontribusi pada perkembangan filsafat politik. @arena itu, memilih di antara bahan yang rele,an dan pantas dipelajari dan memperhatikan bagaimana mereka yang telah mengerjakan filsafat politik bernalar tentang politik akan menentukan cara kita menguasai metode dalam studi filsafat politik( kita harus memperhatikan bagaimana para filsuf politik membedakan konsep satu dengan konsep yang lain, mengamati apakah proposisi satu bertentangan dengan proposisi yang lain, atau apakah proposisi itu konsisten secara logis dan mereka mencoba membuktikan bah a tesis+tesis yang sangat mengejutkan dapat diajukan berdasarkan tesis yang sudah dianggap jelas. /asih ada banyak tantangan untuk membuat metode filsafat politik menjadi lebih jelas dan sistematis dan dapat membantu mengembangkannya. <eperti halnya ilmu politik, ilmu ekonomi dan ilmu+ilmu pengetahuan sosial pada umumnya, yang penemuannya harus dipertimbangkan oleh studi filsafat politik, ada berbagai pendekatan yang mungkin dapat dikembangkan dalam studi filsafat politik. Pendekatan Seba !an "# S!#te$at!# (P!e%e$a& "# S!#te$at!% A''()a%*) <alah satu problematik yang muncul dalam studi filsafat politik adalah apakah filsafat politik harus dikembangkan melalui pendekatan sebagian atau pendekatan sistematis. <ejumlah buku filsafat politik kontemporer telah disusun dengan orientasi
11 1uku 2obert E. Foodin dan ;hilip ;ettit antara lain juga mencantumkan diskusi yang

mendalam dari masing+masing kontribusi penulis yang me akili berbagai latar belakang disiplin ilmu dalam kaitannya dengan studi filsafat politik, mencakup filsafat analitik, filsafat kontinental, sejarah" sosiologi" ekonomi" ilmu politik dan studi hukum . 4ihat, $ (ompanion to (ontemporary Political Philosophy, 2obert E. Foodin and ;hilip ;ettit $eds* $1lack ell, Gictoria*, %&&'

pada sejumlah konsep, seperti legitimasi, otoritas, otonomi, demokrasi, pemilikan, hak+ hak asasi, kebebasan dan persamaan.1% /engembangkan pembahasan atas konsep+ konsep tersebut barangkali bermanfaat untuk membantu memahami hakikat kekuasaan negara, dan dapat memberikan inspirasi untuk membangkitkan pemikiran alternatif tentang bentuk ideal dari organisasi masyarakat manusia. 3amun, benarkah analisis konseptual merupakan pendekatan yang paling sesuai dalam studi filsafat politik dan harus dikembangkan oleh para mahasis a kita1erbeda dengan apa yang terjadi sekitar duapuluh lima tahun yang lalu, tekanan studi filsafat politik di negara+negara 1arat telah mengalami pergeseran, yaitu dari sekadar memberikan analisis konseptual terhadap makna kekuasaan, kedaulatan negara atau hakikat hukum kepada gagasan yang lebih ideal tentang keadilan, kebebasan dan komunitas untuk memberikan e,aluasi bagi kebijaksanaan dan institusi politik $@ymlicka 177&, 1*. 4agipula, dalam kenyataannya, akti,itas para filsuf selama ini memang tidak hanya terbatas pada analisis konseptual, yaitu mengembangkan kejelasan makna atas berbagai konsep dasar, tetapi juga mencakup akti,itas spekulatif, akti,itas deskriptif atau fenomenologi dan akti,itas normatif atau e,aluasi.1) Alan 1ro n juga mengatakan bah a analisis konseptual tidak dapat menuntaskan filsafat politik: analisis konseptual hanya merupakan bentuk penerapan suatu pendekatan dari sekian banyak konsep kefilsafatan, sesuatu yang tidak mencukupi untuk dipergunakan dalam menyelesaikan tugas yang harus dijalankan oleh studi filsafat politik. @arena itu, menurut 1ro n $17?8( 1H*, analisis konseptual hanya merupakan salah satu bentuk pendekatan sebagian dalam studi filsafat politik. /enurut 1ro n, disamping analisis konseptual $project of conceptual analysis*, pendekatan sebagian dalam studi filsafat politik juga dapat mengambil bentuk berupa pencarian konsep+ konsep normatif $project of normative in+uiry*. Dalam pencarian konsep+konsep normatif, kajian tentang demokrasi, misalnya, dikembangkan dengan memeriksa apakah demokrasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai atau tidak bernilai.
12 1andingkan, silabus kuliah filsafat politik Christopher 1ertram, 177l $dalam internet*: lihat

pula sejumlah buku filsafat sosial politik dalam bahasa 5nggris seperti 2obert E Foddin and ;hilip ;ettit, $eds* (ontemporary Political Philosophy. $n $nthology $1lack ell ;ublisher 4td, CAford* 1779: 2obert /. <te art, Readings in Social and Political Philosophy $CAford =ni,ersity ;ress, 3e 6ork* 1778: lihat juga Derek /atra,ers and 0on ;ike, )ebates in (ontemporary Political Philosophy $n $nthology $2outledge, 4ondon* %&&)
13 /enurut 2obert 3. 1eck, akti,itas #'ek+&at!,, merupakan pengembangan ,isi yang

komprehensif tentang alam dengan merujuk pada penemuan ilmu pengetahuan lain termasuk seni tetapi dengan mengatasi disiplin ilmu pengetahuan itu: akti,itas de#k(!'t!, atau fenomenologi adalah mencoba memberikan deskripsi yang lengkap dan tidak bias tentang pengalaman: dan akti,itas n)($at!, atau e,aluasi adalah dengan mencoba memberikan kritik dengan ukuran+ukuran untuk memberikan penilaian dan petunjuk terhadap perilaku sosial dan indi,idu. <ementara, mahasis a dapat memperlakukan keempat pendekatan itu sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk akti,itas kefilsafatan yang inklusif, masing+masing juga dapat dipilih sebagai akti,itas kefilsafatan yang berdiri sendiri. 4ihat dalam 2obert 3. 1eck, ed., Perspective in Social Philosophy; Reading in Philosophic Sources of Social Thought $.olt, 2inehart and Winston, 5nc. 3e 6ork* 1789, p. %

10

1erbeda dengan pendekatan sebagian, pendekatan sistematis berusaha Kmengembangkan proyek yang sistematis dan bersifat mencakup semua filsafat praktis tentang politikK $1ro n, 17?8, p. 1H*. Dengan ini, pertama, filsafat politik melangkah jauh dari sekadar Kproyek analisis konseptualK, yaitu memberikan perhatian terhadap masalah yang muncul dalam kehidupan politik dengan memberikan petunjuk tentang prinsip keadilan atau bentuk pemerintahan. @edua, dengan pendekatan sistematis, filsafat politik juga dibedakan dari sekadar usaha terlibat dalam pencarian secara sebagian atas premis nilai yang bersifat normatif $ piecemal normative in+uire*. @ajian tentang konsep demokrasi misalnya akan gagal jika dilihat hanya sebagai nilai $untuk ditolak atau disetujui* tanpa usaha mengkaitkannya dengan keseluruhan nilai yang mendasari sebuah masyarakat. 1egitu juga, jika seseorang berpendapat, misalnya, bah a kebebasan $freedom* atau persamaan $e+uality* merupakan nilai+nilai yang penting, harus dilihat penting dalam arti apa dan dibandingkan dengan apa. <ecara demikian, pendekatan sistematis menyarankan bah a filsafat politik perlu terlibat dalam totalitas citra politik, yaitu dengan terus menerus menemukan konsistensi pandangan politik satu sama lain, dan karena itu mengharuskan bentuk kajian yang bersifat perbandingan $interdisciplinary* atau memperhatikan antar hubungan dari berbagai pandangan politik. Dengan pendekatan sistematis, filsafat politik berarti melihat >kebenaran sebagai terletak pada keseluruhan#. Asumsinya adalah politik mengatur keseluruhan bidang kehidupan dan banyak hal yang merupakan perhatian utama indi,idu ternyata juga harus mengalah dan diatur oleh kehidupan politik. ;endekatan sistematis, pendek kata akan mendorong filsafat politik terlibat untuk menangani baik aspek teoritis1' maupun aspek praktis dari pokok masalahnya. Aspek teoritis dari pokok masalah filsafat politik akan mencakup pembahasan sebagai berikut $1ro n 17?8, p. *, L logika atau analisa yang difokuskan pada makna atau fungsi konsep+konsep seperti KbaikK, KbenarK, dan KseharusnyaK. 0adi analisa diarahkan pada apa yang dimaksud jika suatu masyarakat dikatakan tertib dan baik, misalnya. L metode, yaitu bagaimana menentukan jenis+jenis pertimbangan yang dianggap rele,an dan dengan cara apa dapat dilakukan e,aluasi atas berbagai pilihan praktis yang saling bersaing: dengan ini kita harus dapat memberikan alasan bagi argumentasi yang kita dipergunakan dan bukti+bukti yang kita pilih. L pertanyaan metafisik yaitu menyangkut pengujian terhadap pranggapan atas pemikiran+pemikiran dan diskursus praktis, dan memeriksa konsistensinya atau jika tidak dengan membandingkan atas dasar penemuan ilmu pengetahuan faktual atau agama. <edangkan aspek praktis dari pokok masalah filsafat politik menunjuk pada penerapan $aplikasi* yaitu pengambilan keputusan atas suatu pilihan atau kebijakan. /asalah yang diperhatikan adalah Ktindakan+tindakan atau bentuk+bentuk organisasi apa yang baik dan tepatK. Disini mengambil keputusan tentang bagaimana menja ab
14 ;engertian teori dalam filsafat politik barangkali dapat didefinisikan sebagai kumpulan

proposisi umum yang dikembangkan mengenai masyarakat politik yang baik, bebas dan adil

11

pertanyaan tidak sama dengan menja ab pertanyaan yang diajukan, karena hal ini akan menyangkut penerapan sebuah metode dan penggunaan sebuah teori dalam kehidupan praktis. /eskipun demikian, sejumlah pemikir lain seperti Girginia .eld mengajukan gagasan yang berbeda, mengatakan bah a >adanya beragam teori terpisah bagi beragam konteks terpisah layak kita terima>.1H .eld dalam konteks ini memang tidak secara khusus membicarakan pendekatan filsafat politik, tetapi berbicara tentang pendekatan studi etika atau filsafat moral. 3amun, pandangannya menarik dipertimbangkan mengingat, seperti yang sudah diuraikan, filsafat politik berhubungan erat dengan studi tentang etika atau filsafat moral. <alah satu argumentasi .eld adalah bah a usaha mencari sebuah teori moral ilmiah tunggal yang benar untuk menjelaskan segala sesuatu yang terjadi dalam bidang apa saja, merupakan suatu langkah keliru yang sangat serius yang telah dilakukan oleh para ahli teori moral di masa lalu. Dengan ini ia mengkritik pendekatan+pendekatan yang telah dilakukan antara lain oleh 0ohn 2a ls $ $ Theory of 1ustice*, 5mannuel @ant $Imperative (atagories* dan juga penganut utilitarianisme $utility*, yang dinilainya sebagai telah mengajukan teori moral yang bersifat ideal. /enurut .eld, semua pandangan itu menyajikan teori tentang apa keadilan, hak moral dan kepentingan umum dalam sebuah masyarakat yang ideal, tetapi dalam kenyataannya masyarakat yang kita hadapi saat ini masih sangat tidak ideal, kita bahkan belum memiliki >komunitas manusia bebas> seperti yang dimaksudkan oleh berbagai teori ideal. <ebaliknya, yang kita miliki hanya masyarakat aktual, yaitu masyarakat yang merupakan produk dari peperangan, imperialisme, eksploitasi, rasisme, patriarki, dan pemaksaan kehendak oleh yang kuat kepada yang dikuasi. /aka, .eld menganjurkan agar kita berpegang pada teori moral yang berhubungan dengan konteks spesifik, yaitu dengan situasi aktual kita. 1erbeda dengan pendekatan sistematis, yang berusaha mengembangkan teori moralitas politik yang tunggal dan ideal, .eld menyarankan dikembangkannya teori moralitas bagi beragam konteks. ;endekatan semacam ini disebut .eld sebagai metode moralitas eksperimental. <aya berpendapat, pendekatan sebagian dan pendekatan sistematis menyajikan teknik yang berbeda dan memberikan kemungkinan hasil yang berbeda dalam usaha kita mengembangkan filsafat politik, namun kita tidak dapat begitu saja mengabaikan pendekatan yang satu demi pendekatan yang lain. ;endekatan sebagian dapat mendorong munculnya penemuan yang lebih mendalam dan kritis mengenai konsep atau isu penting tertentu dalam filsafat politik dan akan membantu menjelaskan rele,ansinya dengan situasi aktual yang kita hadapi, sementara pendekatan sistematis memungkinkan lahirnya sintesis yang kreatif dari ide+ide besar dalam teori filsafat politik. .al yang lain adalah baik pendekatan sebagian maupun pendekatan sistematis memerlukan kemampuan berspekulasi, berimaginasi, sekaligus berdialog dengan ide+ ide besar dalam sejarah pemikiran manusia dan untuk pada akhirnya menghubungkannya dengan realitas kehidupan aktual.
15 Girginia .eld, /tika

oral. Pembenaran Tindakan Sosial, ;enterjemah Drs. 6. Ardy .andoko, Erlangga, 0akarta, 17?7, p. '

12

B- Pendekatan Pe$e%a*an Ma#a&a* "# Pendekatan K(!t!# (P()b&e$ S)&"!n "# C(!t!%a& A''()a%*) ;embedaan lain yang barangkali cukup penting dan dapat membantu dalam memahami berbagai pandangan dan strategi dalam pendekatan studi filsafat politik adalah pendekatan pemecahan masalah $problem solving approach* dan pendekatan kritis $critical approach* seperti yang diajukan oleh 2obert CoA 18, seorang ilmu an terkemuka dalam studi hubungan internasional. /enurut CoA, pendekatan pemecahan masalah adalah, >menerima dunia seperti apa adanya, dengan keseluruhan institusi dan hubungan kekuasaan dan sosial yang berlaku, tempat semuanya diorganisasi, sebagai kerangka kerja pasti untuk menentukan tindakan. Dujuan umum pemecahan masalah adalah untuk menjadikan berbagai institusi dan hubungan itu bekerja secara lancar, dengan menangani secara efektif sumber masalah tertentu> /aka, pendekatan pemecahan masalah bukan saja menerima tetapi juga membantu memperkuat paradigma pandangan politik yang dominan. Dengan pendekatan ini, sistem ekonomi yang didasarkan pada paham kapitalisme atau sosialisme, misalnya, akan diterima sebagai sesuatu yang dalam dirinya sendiri tanpa cacat : berbagai masalah yang timbul didalamnya hanya dilihat sebagai masalah teknis atau managerial semata sehingga memungkinkan sistem itu bekerja secara lebih efektif dan efisien. 1egitu juga, sebuah sistem dari kepemerintahan internasional $ international governance* yang berlandaskan pada kedaulatan negara, jika diterima sebagai >kenyataan> juga akan memungkinkan munculnya anggapan bah a tidak realistik untuk mengharapkan apalagi mengajukan perubahan ekstensif terhadap sistem itu. Dalam kajian ideologi berkembang apa yang dinamakan konsepsi netral $neutral conception* tentang ideologi, yaitu ketika ideologi dikembangkan oleh berbagai penulis dalam pengertian yang murni deskriptif : orang berbicara tentang sistem pemikiran, tentang sistem kepercayaan atau tentang praktek simbolis untuk mempertahankan proyek politik atau tindakan sosial.19 Di 5ndonesia, karya kebanyakan ahli ideologi ;ancasila dalam masa Crde 1aru mungkin memberikan contoh yang jelas mengenai bagaimana pendekatan semacam ini dikembangkan.1?
16 CoA, 2obert W., <ocial "orces, <tates and World Crder ( 1eyond 5nternational 2elations

Dheory > in 2obert C. @eohane $ed.*, =ni,ersity ;ress, 17?8

%eoRealism and its (ritics, 3e

6ork, Columbia

17 =ntuk uraian mengenai hal ini lihat 0ohn 1. Dhompson, Studies in the Theory of Ideology ,

=ni,ersity of California ;ress, 1erkeley, 17?', p. '


18 3amun, tulisan+tulisan tentang ideologi ;ancasila yang menggunakan pendekatan

pemecahan masalah tidak hanya ditemui dalam masa Crde 1aru, meskipun mungkin era orde 1aru 5ndonesia memberikan lahan yang subur untuk perkembangan tulisan tentang ideologi ;ancasila dengan pendekatan pemecahan masalah dan kecenderungan kearah perfeksionis.

13

Dentu saja pendekatan semacam itu tidak sesuai dengan cita rasa filsafat politik. <ifat dasar filsafat politik adalah kritis, dan teori kritis, sebagaimana dijelaskan 2obert CoA adalah, berdiri terpisah dari tata dunia yang berlakuM$teori kritis* tidak menerima begitu saja berbagai institusi dan hubungan sosial dan kekuasaan, tetapi mempertanyakannya dengan memusatkan perhatian pada asal+usulnya, pada bagaimana, dan apakah tata dunia itu berada pada proses perubahan. Deori kritis diarahkan untuk menilai setiap kerangka kerja bagi tindakan atau masalah yang oleh teori pemecahan masalah diambil sebagai ukurannya. ;endekatan kritis, menurut CoA, juga #diarahkan pada kompleksitas sosial dan politik sebagai keseluruhan daripada pada bagian yang terpisah# $17?8, p. %&?*. Deori yang berkembang dalam filsafat politik karena itu juga mencerminkan kecenderungan untuk menyajikan formula yang dapat dipergunakan dalam menja ab kompleksitas sosial, politik dan ekonomi sebagai keseluruhan, dan bukan menangani bagian tertentu dari isu sosial, politik atau ekonomi. Deori+teori filsafat politik yang berkembang baik yang me akili kubu utilitarianisme, persamaan liberal, libertarianisme, marAisme hingga feminisme pada a alnya merupakan teori yang radikal karena menentang kerangka berpikir dan perilaku politik yang mapan, meskipun pada perkembangan selanjutnya teori+teori itu bisa menjadi ortodoAi dan dogma. @etika mahasis a menerima paradigma berpikir atau kumpulan teori tertentu dalam aliran filsafat politik dan kemudian mempertahankan aliran teori itu atau bekerja didalamnya untuk memberi pembenaran terhadap tata sosial politik tertentu, maka mahasis a telah menjauh dari pendekatan kritis ini dan mulai memeluk pendekatan pemecahan masalah. C- Kete(!katan (C)$$!t$ent) .# Pen a$b!&an Ja(ak (Deta%*$ent) da&a$ F!&#a,at P)&!t!k /ahasis a yang sedang mengerjakan filsafat politik sering terdorong untuk menunjukkan keterikatannya terhadap sebuah teori dan berusaha menerapkannya untuk menja ab atau menjelaskan berbagai masalah politik, ekonomi atau sosial yang menarik perhatiannya. @ecenderungan ini muncul karena pandangan bah a dalam mengerjakan filsafat politik mahasis a harus menunjukkan komitmen secara politik. Dalam ilmu politik, termasuk filsafat politik, kecenderungan semacam ini sering dianggap negatif karena mengancam studi filsafat politik yang sungguh+sungguh $genuine*, dan mahasis a perlu disarankan untuk selalu mengambil jarak terhadap seluruh pandangan atau teori dalam filsafat politik. 17 5ni berarti, mahasis a harus dapat melepaskan diri dari hegemoni sebuah teori, dan mencoba mencapai objektifitas politik sebagai tujuan dalam mengembangkan filsafat politik, jika bukan sebagai sesuatu yang memang hendak dicapai.
19 ;endapat .edley 1ull, seorang pakar studi hubungan 5nternasional dalam >5nternational

2elations as an Academic ;ursuit#, $ustralian 2utlook, Gol. %8, ) December 179%

14

/emang tidak selalu mudah memisahkan preferensi pribadi terhadap sebuah pandangan atau teori politik. Apalagi, apa yang dinamakan #bebas nilai# dalam filsafat politik dan juga dalam ilmu+ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan sering dianggap sebagai ilusi. /engambil jarak, karena itu, bukan berarti mengesampingkan keyakinan pribadi atau nilai yang dianut, tetapi menyadari asumsi nilai sebuah teori atau aliran filsafat politik, yaitu dengan mengungkapkan secara terbuka asumsi nilai itu dalam mengembangkan argumen menurut sebuah teori atau aliran filsafat politik. 5ni adalah ungkapan lain tentang perlunya bersikap kritis terhadap semua aliran teori, yaitu dengan memperlakukan nilai yang mendasari setiap teori itu sebagai sesuatu yang juga harus diteliti. @arena mempelajari filsafat politik berarti juga memahami dan memberikan penilaian terhadap berbagai pemikiran para filsuf politik, maka ini akan berhasil dilakukan jika orang memperhatikan konteks umum dari pemikiran filsuf politik itu dan memperhatikan masalah yang dicoba dipecahkanya. Dengan kata lain, adalah penting menghayati kondisi ketika para filsuf politik itu menuliskan karyanya dan menghayati tujuan mereka dalam menuliskan pemikirannya. Dalam situasi nyata, mahasis a memang perlu mengungkapkan >apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh 0ohn <tuart /ill>, misalnya, tetapi dalam melakukan hal ini, mahasis a juga perlu mempertimbangan interpretasi yang berbeda dari sumber+sumber lain yang penting yang berhubungan dengan pandangan utama 0ohn <tuart /ill. ;ilihan antara keterikatan $commitment* dan pengambilan jarak $detachment* hanya menunjuk pada perilaku atau sikap ilmu an dalam menangani pokok masalah filsafat politik dan bukan pada keyakinan filsofis yang dianut. ;endekatan dengan mengambil jarak barangkali dapat dilakukan baik oleh mereka yang menganut paham relati,isme maupun paham absolutisme dalam ilmu pengetahuan.%& Crang tetap dapat menjadi absolutis atau relati,is meskipun ia menunjukkan keterikatan tertentu atau ia mengambil jarak dengan sebuah teori atau aliran dalam rangka menjelaskan dan menangani masalah filsafat politik. /emang tidak dapat dikatakan bah a pendekatan keterikatan selalu buruk dan tidak sesuai dengan cita rasa studi filsafat politik, sebab kadangkala terjadi justru ketika seorang mahasis a menunjukkan komitmennya terhadap konflik politik tertentu dalam kehidupan politik maka ia berhasil mengungkapkan kedalaman sisi lain dari karakter fenomena politik, dimana jika dilakukan dengan mengambil jarak, hal semacam itu kecil kemungkinan akan diperoleh. Akan tetapi, komitmen secara politik dapat membahayakan studi filsafat politik jika ini kemudian meniadakan dorongan untuk mempertanyakan premis+premis nilai yang dianut oleh mahasis a sendiri. Akibatnya
20 Absolutisme pada intinya adalah paham yang mempercayai ada realitas absolut yaitu realitas

yang berdiri sendiri terlepas dari pengetahuan dan pengalaman manusia. "ungsi pengetahuan, menurut kaum absolutis adalah merefleksikan realitas objektif secara pasif yaitu sebagai benda dalam dirinya sendiri $things in themselves*. 2elati,isme, sebaliknya, mengatakan hanya nilai yang relatif yang dapat dikenali oleh pengetahuan manusia, karena manusialah yang membentuk dunianya sendiri dengan pengetahuan yang ada dalam diri manusia. $lihat dalam William Ebenstein, odern Political Thought. The 'reat Issues , 2inehart N Company, 5nc. 3e 6ork, 17H7, p. 8+9*

15

karya+karya filsafat politik hanya menjadi alat propaganda dan polemik dan bukan sebagai sarana untuk menguji secara kritis setiap pandangan intelektual dengan suatu kerangka moral dan politik yang lebih luas. CATATAN AKHIR ;eranan apa yang dapat dimainkan oleh ilmu an, termasuk mahasis a, yang menekuni filsafat politik baik dalam kehidupan akademik maupun dalam kehidupan masyarakat- <aya telah mencoba menunjukkan bah a pokok masalah filsafat berhubungan dengan bidang yang sangat luas, ia berhubungan dengan disiplin ilmu lain seperti etika, teori politik, ilmu politik, ilmu sosial dan ilmu ekonomi, maupun dengan realitas faktual dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi itu. Dengan demikian, filsafat politik mencoba menangani susunan organisasi masyarakat atau bentuk kehidupan bersama yang baik, bebas dan adil. ;okok perhatian semacam ini menyarankan bah a mahasis a harus ditantang untuk selalu berpikir alternatif dan imaginatif tentang bentuk dan susunan organisasi kehidupan masyarakat bersama. Disamping itu, meskipun mahasis a filsafat politik juga harus mempertimbangkan berbagai penemuan aktual dari disiplin ilmu yang lain, filsafat politik tidak dapat diarahkan untuk menangani fakta atau peristi a politik politik yang berlangsung sehari+ hari. Dalam menekuni filsafat politik, mahasis a dianjurkan untuk memberikan perhatian terhadap berbagai topik yang dimunculkan, misalnya, oleh media massa. 3amun, hal itu tidak berarti bah a mereka harus tenggelam dalam kesibukkan memberikan kritik terhadap berbagai peristi a yang terjadi sehari+hari. ;erhatian filsafat politik, sebaliknya, harus diarahkan pada tema sosial, politik dan ekonomi yang lebih mendasar dan bukan kejadian atau peristi a sehari+hari. <ebab, jika mahasis a selalu memberi komentar terhadap kejadian yang muncul kapanpun dan dimanapun, filsafat politik sebagai disiplin ilmu akan dengan sendirinya lenyap. <ebaliknya mahasis a harus juga mempertimbangkan berbagai temuan yang dihasilkan oleh studi ilmu politik dan teori politik $dan sebenarnya juga oleh ilmu ekonomi, terutama teori+ teori ekonomi politik dan teori sosial pada umumnya* dalam usaha mereka berfilsafat. 1elajar filsafat politik adalah memupuk kemampuan untuk mengembangkan argumen yang menolak atau membenarkan institusi sosial, politik dan ekonomi, baik yang bersifat nyata $real* maupun yang dibayangkan $imagined*. 0elas bah a studi filsafat politik tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dunia empiris dan interpretasi kebudayaan tertentu, dan harus memanfaatkan semua perkembangan itu untuk menatanya kembali dengan membentuk saling hubungan antar disiplin ilmu, mempertimbangkan konteks yang lebih umum dan menyajikannya dalam bentuk yang sistematis. @arena itu, peran mahasis a yang menekuni filsafat politik adalah untuk mengembangkan kedalaman teori dan untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang bentuk yang lebih ideal dari organisasi masyarakat atau kehidupan bersama. Disini

16

mahasis a hendaknya didorong untuk tidak hanya mengulang atau menelan begitu saja berbagai pendirian dan teori tentang bentuk kehidupan masyarakat, nilai, arah dan tujuannya, apalagi hanya memberikan komentar instan dan terbatas terhadap kebijaksanaan sosial, politik dan ekonomi. <ifat studi filsafat politik adalah kritis, dan meskipun mahasis a dapat mendekati masalahnya baik melalui pendekatan sebagian maupun melalui pendekatan sistematis, mahasis a juga perlu mengembangkan sikap yang lebih mengambil jarak, yaitu mengembangkan skeptisisme yang keras dan tidak diskriminatif terhadap teori+teori atau pendirian politik dalam usaha mereka menangani pokok masalah filsafat politik. <ebagian tambahan, keahlian dalam filsafat politik juga tidak sepantasnya hanya diabdikan kepada pemerintah atau agen kelompok politik, atau partai politik, apalagi dimaksudkan sebagai pelayan atau juru bicara mereka. <ebagaimana dikemukakan .edley 1ull bah a karena tanggungja ab kaum akademisi adalah untuk >membicarakan kebenaran dan menguak kebohongan> $ to speak the truth and e-pose lies*%1, maka mereka perlu memahami pola hubungan yang ideal antara tugas dirinya dengan pemerintah dan agen kelompok politik. .ubungan yang terlalu jauh akan mengurangi peluang yang diperlukan dalam memberikan saling masukan oleh karena bagaimanapun pertukaran gagasan antara kaum akademisi, termasuk ahli filsafat politik, dengan pemerintah dan berbagai agen kelompok politik adalah penting. .ubungan yang terlalu dekat, sebaliknya, juga kurang baik, karena seperti dalam kasus perkembangan ideologi ;ancasila selama masa Crde 1aru di 5ndonesia, ketika institusi pendidikan menjadi alat pemerintah untuk menangani program penataran ;' seperti 1;9, maka yang dihasilkan adalah lingkungan akademis yang cenderung mengembangkan kesimbukan non akademis. @arena itu, para mahasis a dan ahli filsafat politik tetap dapat berhubungan dengan pemerintah atau agen kelompok politik manapun, namun mereka harus tetap mengambil jarak dengan kekuasaan pemerintah, sebab hanya dengan inilah dapat diharapkan munculnya sumbangan intelektual yang lebih jelas dan hanya dengan ini pula agaknya integritas filsafat politik sebagai sebuah cabang ilmu filsafat dapat ditegakkan. OOO

21 1ull, op cit., mengutip pendapat 3oam Chomsky dalam $merican Power and the %ew

andarin, Gintage 1ooks, 1789, p. )%H

17

Re,e(en%e# 1eck, 2obert 3. ed., Perspective in Social Philosophy; Reading in Philosophic Sources of Social Thought $.olt, 2inehart and Winston, 5nc. 3e 6ork* 1789 1ull, .edley, >5nternational 2elations as an Academic ;ursuit#, in $ustralian 2utlook, Gol. %8, ) December 179% Cahn, <te,en /. Political Philosophy" The /ssential Te-ts, CAford =ni,ersity ;ress, 3e 6ork, %&&H CoA, 2obert W., <ocial "orces, <tates and World Crder ( 1eyond 5nternational 2elations Dheory > in 2obert C. @eohane $ed.*, %eoRealism and its (ritics, 3e 6ork, Columbia =ni,ersity ;ress, 17?8 1ro n, Alan, odern Political Philosophy. ;enguin 1ooks, /iddleseA, 17?8

Ebenstein, William, odern Political Thought. The 'reat Issues, 2inehart N Company, 5nc. 3e 6ork, 17H7 "le , Antony, $ )ictionary of Philosophy, ;an 1ooks, 4ondon, 17?1 Foodin, 2obert E. and ;hilip ;ettit $eds.*, $ (ompanion to (ontemporary Political Philosophy, 1lack ell, Gictoria, %&&' Foddin, 2obert E. and ;hilip ;ettit $eds.*, (ontemporary Political Philosophy. $n $nthology" 1lack ell ;ublisher 4td, CAford, 1779 .eld, Girginia, /tika oral. Pembenaran Tindakan Sosial, ;enterjemah Drs. 6. Ardy .andoko, Erlangga, 0akarta, 17?7 @ing, 0. Charles and 0ames A. /cFil,ray, Political and Social Philosophy. Traditional and (ontemporary Readings, /cFra +.ill, 3e 6ork, 179) @ymlicka, Will, (ontemporary Political Philosophy. $n Introduction . CAford =ni,ersity ;ress, CAford, 177& /atra,ers, Derek and 0on ;ike, )ebates in (ontemporary Political Philosophy $n $nthology, 2outledge, 4ondon, %&&)

18

/c1ride, William 4., Social and Political Philosophy, ;aragon .ouse, 3e 6ork, 177' /urray, A.2./., $n Introduction to Political Philosophy, Cohen and West, 4ondon, 17H) <te art, 2obert /., Readings in Social and Political Philosophy, CAford =ni,ersity ;ress, 3e 6ork, 1778. Dhompson, 0ohn 1., Studies in the Theory of Ideology, =ni,ersity of California ;ress, 1erkeley, 17?' Wolf, 0onathan, $n Introduction to Political Philosophy, 2e,ised Edition, CAford =ni,ersity ;ress, CAford, %&&8 Wolin, <heldon <., Politics and 3ision, EApanded Edition. 3e =ni,ersity ;ress, %&&' 0ersey, ;rinceton

3oBick, 2obert, $narchy" State and *topia, 1asic 1ooks, 3e 6ork, 179'

Anda mungkin juga menyukai