SISTEM PEMILU
HASTUTI INDRA SARI.SE.MM
KELOMPOK IV
05 06 07
Winda Almar’atu Gina Melati
Rodhiyah Salis Maghfira Agustin Alfahma
22520049 22520051 22520052
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia
adalah :
Demokrasi parlementer ini dimulai ketika Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka hingga berakhir di
tahun 1959. Demokrasi parlementer adalah sistem demokrasi yang menempatkan parlemen sebagai bagian
fundamental di pemerintahan.
Pada masa ini pula digelar Pemilu pertama pada 1955. Pemilu 1955 mendapat pujian dari berbagai pihak,
termasuk dari negara-negara asing. Pemilu ini diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar
kumpulan dan calon perorangan.
Beberapa hal yang menarik dari Pemilu 1955 adalah tingginya kesadaran berkompetisi secara sehat. Misalnya,
meski yang menjadi calon anggota DPR adalah perdana menteri dan menteri yang sedang memerintah, mereka
tidak menggunakan fasilitas negara dan otoritasnya kepada pejabat bawahan untuk menggiring pemilih yang
menguntungkan partainya.
Demokrasi terpimpin adalah sistem pemerintahan, di mana segala kebijakan atau keputusan yang
diambil dan dijalankan berpusat kepada satu orang, yaitu pemimpin pemerintahan.
Di lain sisi, demokrasi terpimpin juga terlihat dari pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) di
politik Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin banyak terjadi penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945, seperti:
2. Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
4. Pengangkatan ketua DPR Gotong Royong/MPRS menjadi menteri negara oleh presiden
5. GBHN yang bersumber pada pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul 'Penemuan
Kembali Revolusi Kita' ditetapkan oleh DPA bukan MPRS
Setelah peristiwa G30S PKI terjadi di tahun 1965, terjadi pergantian pemimpin dari Soekarno menuju Soeharto.
Era orde baru ini juga dikenal dengan istilah Demokrasi Pancasila yang menjadikan Pancasila sebagai landasan
demokrasi. Akan tetapi, rezim yang berkuasa selama 32 tahun juga dihantui dengan beberapa penyimpangan,
seperti:
· Kekuasaan kehakiman (Yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah anggota PNS Departemen
kehakiman
Berakhirnya rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun melahirkan demokrasi
baru yang dikenal dengan istilah era reformasi. Era reformasi adalah fase demokrasi
yang kembali ke prinsip dasar demokrasi, seperti:
· Adanya Pemilu secara langsung · Hak-hak dasar warga negara lebih terjamin
· Desentralisasi
Peran serta masyarakat dalam politik adalah terciptanya masyarakat politik yang
“Kritis Partisipatif” dengan ciri-ciri :
b. Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan politik
2. Sistem proporsional ialah sistem dimana persentase kursi di dewan perwakilan rakyat yang dibagikan
kepada tiap-tiap partai politik disesuaikan dengan jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik,
dalam sistem ini, para pemilih akan memilih partai politik, bukan calon perseorangan seperti dalam sistem
ditrik. Akibatnya hubungan antara pemilih dengan wakil-wakilnya di dewan perwakilan rakyat tidak seerat
dalam sistem distrik.
3. Sistem pemilihan campuran menggabungkan antara keterwakilan dengan kondisi geografis dalam suatu
negara, sehingga pemilihan tidak menghilangkan suara minoritas juga memiliki mekanisme keterwakilan
berdasarkan wilayah untuk meningkatkan representasi kedaulatan rakyat.
• "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.
• "Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan
suara.
• "Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
• "Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian pada era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas
"jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa
setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih
memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil" adalah perlakuan yang
sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau
pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga
penyelenggara pemilu.
Start Table of contents Back Next
SEJARAH PEMILU di Indonesia
Indonesia telah melaksanakan beberapa kali Pemilu, dimulai sejak tahun 1955, 1971, 1977-1997, 1999,
2004, 2009, dan 2014. Berikut penjelasan singkat tentang pelaksanaan pemilihan umum tersebut:
1. Pemilu 1955
Berdasarkan amanat UU No.7 Tahun 1953, Pemilu 1955 dilakukan dua kali. Pemilu pertama dilaksanakan pada
29 September 1955 untuk memilih anggota-anggota DPR. Pemilu kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota-anggota Dewan Konstituante.
Pemilu 1955 menggunakan sistem proposional. Pemilihan umum sistem proposional adalah dimana kursi yang
tersedia dibagikan kepada partai politik (organisasi peserta pemilu) sesuai dengan imbangan perolehan suara
yang didapat oleh partai politik itu. Oleh karena itu sistem ini disebut juga dengan sistem berimbang. Dalam
sistem ini wilayah negara adalah daerah pemilihan, akan tetapi karena terlalu luas maka dibagikan berdasarkan
daerah pemilihan dengan membagi sejumlah kursi dengan perbandingan jumlah penduduk.
Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara 1999 ini bisa
dilakukan sesuai jadwal, yakni pada 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan
banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 dapat terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan
yang berarti.Cara pembagian kursi hasil pemilihan kali ini tetap memakai sistem proposional dengan
mengikuti varian Roget. Dalam sistem ini sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara
yang diperolehnya di daerah pemilihan.Namun, cara penetapan calon terpilih berbeda dengan pemilu
sebelumnya, yakni dengan menentukan peringkat perolehan suara suatu partai di dapil. Apabila sejak
Pemilu 1977 calon nomor urut pertama dalam daftar calon partai otomatis terpilih apabila partai itu
mendapat kursi. Kini calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah
tempat seseorang dicalonkan.
Pemilihan kali ini merupakan pemilihan yang diikuti banyak partai. Partai politik
yang memenuhi ambang batas masuk menjadi anggota parlemen dan partai politik
yang berada di luar gedung parlemen. Yang kedua melakukan pemilihan presiden,
dan ternyata pada calon presiden tahun 2004 dilakukan dua putaran.Dalam Pemilu
2004, ada perbedaan sistem bila dibandingkan dengan pemilu periode sebelumnya,
khususnya dalam sistem pemilihan DPR/DPRD, sistem pemilihan DPD, dan
pemilihan presiden-wakil presiden yang dilakukan secara langsung dan bukan lagi
melalui anggota MPR seperti pemilu sebelumnya. Pemilu 2004 menunjukan
kemajuan dalam demokrasi kita. Pemilu 2004 merupakan pemilu yang pertama kali
untuk rakyat Indonesia dapat memilih presiden. Dan pemilu ini mulai dikenal
sebagai pilpres pertama di Indonesia. Presiden yang yang terpilih pada saat pemilu
ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dari lima kandidat
pasangan.
Pemilu 2014 dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para
anggota legislatif dan tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan Wakil
Presiden.Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu Legislatif 2014) untuk
memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun
DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2014-2019.Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden ini diikuti oleh dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Prabowo
Subianto, mantan Panglima Kostrad yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, mantan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian 2009-2014, serta Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta
yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode
2004-2009.