Anda di halaman 1dari 18

Teori Sistem Politik (David Easton) Oleh Novi Hendra

I. Beberapa Ciri System Politik


Jika kita memandang system aksi-aksi politik sebagai suatu kesatuan maka
dapatlah kita lihat bahwa apa yang membuat system itu berjalan, ialah masukan dari
berbagai jenis. Masukan ini dikonversi oleh proses system tersebut menjadi hasil, dan
hasil tersebut pada gilirannya mempunyai konsekuensi baik terhadap system itu sendiri
maupun terhadap lingkungan dimana system tersebut berada.System politik mempunyai
ciri-ciri tertentu yaitu;
1 Ciri Identifikasi.
Untuk membedakan suatu system politik dari system sosial lainnya, kita harus
mengidentifikasikannya dengan menggambarkan unit-unit itu dari unit-unit
yang ada di luar system politik.
i. Unit-unit system politik adalah unsur-unsur yang membentuk suatu
system politik. Dalam system politik, unit-unit ini terbentuk dalam
tindakan- tindakan politik.
ii. Balasan. Bahwa suatu system politik memiliki batasan, yang
termasuk dalam suatu system politik adalah semua tindakan yang lebih
kurang berlangsung berkaitan dengan pembuatan keputusan-keputusan
yang mengikat masyarakat; dan setiap tindakan sosial yang tidak
mengandung ciri tersebut tidak termasuk dalam system politik,
sehingga secara otomatis akan dipandang sebagai variable eksternal di
dalam lingkungan tersebut.
2. Input dan Output. System politik tersebut mempunyai konsekuensikonsekuensi yang penting bagi masyarakat, yaitu keputusan-keputusan dan otoritatif.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang dinamakan output. Tanpa input maka system tidak
dapatbekerja; tanpa output tidak dapat mengidentifikasikan pekerjaan yang dilakukanoleh
system itu.

Untuk lebih memahami permasalahan system politik akan dijelaskan ciri-ciri


sistim politik lainnya:
1. Diferensiasi Sebuah System
Dari lingkungan datanglah energi untuk mengaktifkan suatu sistem serta
informasi dimana sistem menggunakan energi dengan cara inilah suatu system dapat
bekerja
2. Integrasi Sebuah System
Suatu sistem terstruktur ingin mempertahankan dirinya sendiri, maka system itu
harus memiliki mekanisme yang mengintegrasi atau merangsang anggota-anggotanya
untuk bekerja sama walaupun dalam kadar minimal sehingga, mereka dapat membuat
keputusan yang otoritatif.

II. Input:Tuntutan
Ada dua jenis input-input suatu system politik yaitu tuntutan dan dukungan.
Penelitian sistematik tentang tuntutan-tuntutan ini mengharuskan kita untuk
memperhatikan beberapa pertanyaan pokok.
1. Bagaimana tuntutan-tuntutan itu timbul dan mendapatkan ciri khusus dalam
masyarakat? Bahwa tuntutan-tuntutan itu timbul dari dua pengalaman: yaitu dari
lingkungan sekitar sistem itu (eksternal), atau di dalam system itu sendiri
(internal)
2. Bagaimana tuntutan-tuntutan itu dirubah menjadi isu-isu politik? Apa yang
mementukan sehingga suatu tuntutan menjadi masalah yang menjadikan diskusi
politik yang serius. Jadi isu adalah suatu tuntutan oleh anggota- angota
masyarakat ditanggapi dan dianggap sabagai hal yang penting untuk dibahas
melalui saluran-saluran yang diakui dalam system itu.
Bagi sitem politik, lingkungan sangat penting artinya karena iamemberikan energi
yang dapat merangsang bekerjanya system politik. Energiyang dibawakan lingkungan
kepada system politik ialah input (masukan), baikyang berbentuk demand (tuntutan)
ataupun support (dukungan).
Dan untuk alat bantu dalam memahami system politik akan dijelaskan tentang
lingkungan dalam dan lingkungan luar dengan pembagian sistem-sistemdalam
lingkungan. Penjelasan dari lingkungan dalam sebagai berikut:
1 System ekologi yaitu semua lingkungan fisik dan kondisi-kondisi organic non
humanis dari kehidupan manusia.
2 System biologi menunjukkan pada susunan biologis manusia dari masyarakat
yang bersangkutan yang dianggap mempunyai keterkaitan kuat di dalam
pembentukan prilaku politik
3 System kepribadian dari suatu masyarakat akan membantu elite pembuat
keputusan dalam system politik dari masyarakat yang bersangkutan untuk
mengetahui motivasi masyarakat lebih dalam lagi, atau menentukan bagaimana
cara-cara yang sebaiknya di dalam pencapaian bersama.
4 System sosial dikelompokkan menjadi system, dan yang penting diantaranya
adalah stuktur sosial, system kebudayaan, system ekonomi dan system demografi.
o stuktur sosial dapat dilihat secara fertikal yaitu adanya pelapisanpelapisan mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas (elit).
o system kebudayaan merupakan bagian dari system sosial yang juga sangat
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan-keputusan politik.
o System ekonomi mempunyai pengaruh kuat di dalam pembuatan
keputusan politik system ekologi dan kemajuan teknologi mempunyai
keterkaitan kuat di dalam menentukan system ekonomi suatu masyarakat.
o System demografi menunjukkan pada keadaan penduduk baik pada
jumlah, komposisi dan distribusi penduduknya itu sendiri
Sementara itu, system politik internasional yang mempunyai keterkaitandengan
luar atau internasional. Dalam system ini dibagi lagi ke dalam tiga system yaitu: system
politik internasional, system ekologi internasional dan system sosialiternasional.

1. System politik internasional terbagi menjadi dua yaitu:


I. System politik individu (system politik Negara-negara lain) yang dimaksud
dengan system ini adalah system poliotik dari masyarakat lain
II. Pengelompokan beberapa system politik ( organisasi-organisasi
internasional) ialah semua bentuk organisasi internasional yang
mempengaruhi system politik suatu Negara
2. system ekologi internasional mencakup semua lingkungan fisik dan kondisi non
humanis dari masyarakat internasional
3. system sosial internasional ialah suatu Negara harus memahami kebijakan Negara
lain agar tidak terjebak oleh pengaruh luar. System ini juga dibagi ke dalam
stuktur sosial internasional, system kebudayaan internasional dan system
demografi internasional.

III. Input:Dukungan
Untuk menjaga keberlangsungan fungsinya, system itu juga memerlukan energi
dalam bentuk tindakan-tindakan atau pandangan-pandangan yang memajukan dan
merintangi suatu system politik, tuntutan-tuntutan yang timbul didalamnya dan
keputusan-keputusan yang dihasilkannya. Input ini disebut dengandukungan (support),
tanpa dukungan tuntutan tidak akan bisa dipenuhi ataukonflik mengenai tujuan tidak akan
terselesaikan. Bila tuntutan ingin ditanggapiharus mampu memperoleh dukungan dari
pihak-pihak lain dalam system tersebut.
Tingkah laku dukungan ada dua macam, yaitu:
1. Tingkah laku itu mungkin terwujud tindakan tindakan yang mendorong
pencapaian tujuan, kepentingan, dan tindakan orang lain.
2. Mungkin terwujud memberikan suara yang mendukung pencalonan seorang
pemimpin dalam pemilu, atau membela suatu keputusan yang dibuat oleh badan
yang berwewenang.
Dalam kasus ini , dukungan itu menyatakan diri dalam bentuk tindakannyata dan
terbuka (over action). Sebaliknya, tingkah laku mendukung itu mungkin tidak terwujud
tindakan yang nampak nyata dari luar, tetapi merupakan bentuktingkah laku batiniah
yang disebut pandangan atau pikiran. Tetapi sebelumnyamarilah diteliti sasaran-sasaran
politik dalam kaitan dengan usaha memperluasdukungan dalam system politik, dalam hal
ini terbagi menjadi dua macam, yaitu;
1. Wilayah dukungan. Dukungan dimaksukkan ke dalam system politik dan mengarah
pada tiga sasaran, diantaranya;
a. komunitas politik. Tidak satupun system politik yan dapat berjalan terus
melangsungkan kerjanya apabila anggota-anggotanya tidak bersedia mendukung
eksistensi suatu kelompok yang berusaha menyelesaikan perbedaan-perbedaan
atau mendorong pembuatan keputusan melalui tindakan damai.
b. Rezim. Rezim ini terdiri dari semua aturan yang mengatur tata cara menangani
tuntutan yang dimaksudkan dalam system tersebut dan cara melaksanakan
keputusan. Ini semua yang biasa disebut dengan aturan main.
c. Pemerintah. Bila suatu system politik ingin memiliki kemampuan untuk
menangani tuntutan yang saling bertentangan yang dimasukkan ke dalamnya,

bukan hanya anggota-anggotanya harus bersedia mendukung penyelesaian konflik


ini secara bersama dan harus konsesus tentang aturan permainan.
2. Kuantitas dan ruang lingkup dukungan. Berapa banyak dukungan yang diperlukan
oleh suatu system dan berapa banyak anggota system yang dibutuhkan untuk
memberikan dukungan apabila suatu system ingin memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan mengubah tuntutan menjadi keputusan. Dari pembahasan
ini nampak bahwa anggota dari suatu system politik bisa memberikan dukungan
ataupun tidak, artinya menunjukan pertentangan atau apatis, nyatanya anggota itu
bisa , dan biasanya memang , secara serempak terlibat dalam tingkah laku
mendukung maupun menentang.

IV. Mekanisme Dukungan.


Suatu masyarakat menghasilkan dukungan bagi suatu system politikdengan cara :
melalui hasil yang memuaskan kebutuhan para anggota masyarakat,dan melalui proses
politisasi.
1. Hasil sebagai suatu mekanisme dukungan. Output dari suatu system politik adalah
berwujud suatu keputusan atau kebijakan politik. Salah satu cara utama untuk
memperkuat ikatan anggota dengan system mereka adalah dengan menciptakan
keputusan-keputusan yang bisa memenuhi kebutuhan tuntutan sehari-hari
anggotanya itu. Karena output khas dari suatu system adalah keputusan mengenai
kebijakan, maka pada pemerintah terletak tanggung jawab tertinggi untuk
menyesuaikan output berupa keputusan dengan input berupa tuntutan. Jadi, suatu
system tidak harus memenuhi semua tuntutan dari anggotanya selama system itu
memiliki sumber yang cukup bertahun- tahun.
2. Politisasi sebagai mekanisme dukungan. Politisasi diartikan sebagai cara-cara
dimana anggota masyarakat mempelajari pola-pola politik. Melalui proses
politisasi inilah seorang individu belajar untuk memainkan peranan politiknya dan
meniru sikap-sikap politik yang dianggap cocok.

SISTEM POLITIK INDONESIA


Pengertian dan Ciri-Ciri Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan yang utuh, dimana didalamnya terdapat komponenkomponen, yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri, mempunyai tugas dan
fungsi masing-masing yang saling berhubungan alam rangka mencapai suatu tujuan
(S.Pamudji)
Sistem adalah himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan bersama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Ciri-ciri pokok sistem :
- setiap sistem mempunyai tujuan
- setiap sistem mmpunyai batas

- walaupun terbatas sistem memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan
lingkungan
- suatu sistem terdiri dari berbagai unsur atau komponen (sub sistem) yang saling
bergantung dan berhubungan
- setaip sistem melakukan kegiatan atu proses tranformasi atau proses merubah
masukan (input) menjadi luaran (output)
- setiap sistem memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik
Sistem
Untad
, Negara
DPR

Unsur-unsur
Dosen, Mahasiswa
Pegawai
Legislatif, Eksekutif,
Yudikatif
Anggota, Sekwan,
Rumah Tangga

Tujuan
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
Welfare
Legislasi, Budgeting, Controling

Sistem Politik

System Politic Is As Any Persistent Pattern of Human Relationship That Involves, To


A Significant Extend, Control, Influence, Power or Authority (Robert Dahl)
Sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah 1. ruang lingkup yang lebih luas;
2. realisme; 3. ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus anatara
comparative government dengan political theory dapat ditata kembali (G Almond dan
G. Bingham Powell Jr)
Keseluruhan dari interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoriatatif
(berdasarkan wewenang) untuk dan atas nama masyarakat

Sistem Politik Indonesia


Sistem Politik Indonesia adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam
struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu persisten
pattern (proses yang langgeng) dalan wilayah Indonesia (masa lampau, kini dan akan
datang)
Sistem Politik Indonesia merupakan sebuah sistem politik yang mempunyai
kapabilitas dan memelihara identitas dalam wilayah Indonesia
Sistem Politik di Indonesia dapat menunjuk suatu sistem politik ; 1. pernah berlaku di
Indonesia; 2. yang sedang berlaku atau nyata-nyata berlaku di Indonesia; 3. yang
berlaku selama eksistensi negara Indonesia sampai sekarang (Rusadi
Kantaprawira;1999;17)

Lingkungan Internal Sistem Politik

Lilngkunagn internal Sistem Politik adalah lingkungan dalam negeri yang meliputi
lingkungan fisik, sosial dan ekonomi domestik yang menjadi sumber devisa bagi
input lingkungan fisik, negara dalam mebiayai struktur politik, yang meliputi lembaga
dan ekonomi domestik infrastruktur maupun suprasturktur politik dalam upaya
melaksanakan tugas dan fungsinya bagi terwujudnya tujuan nasional suatu negara
(Gabriel Almond)

Klasifikasi Lingkungan Internal

Lingkungan fisik
o Kondisi Geografis
o Sumber kekayaan alam
o Kondisi Demografis (kependudukan)
Lingkungan Sosial
o
o
o
o

Lingkungan politik
Lingkungan sosial budaya
Lingkungan hankam
Lngkungan hukum

Lingkungan Ekonomi Domestik


o Sumber daya migas
o Sumber daya non
o migas Sumber daya pajak

Lingkungan Eksternal Sistem Politik


Lingkungan eksternal politik meliputi lingkungan internasional yakni lingkungan
masyarakat suatu negara yang berada berbatasan dengan wilayah negara, baik
regional maupun internasional yang satu smaa lain memiliki saling ketergantungan,
serta lingkungan yang mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu negara
(globalisasi)

Klasifikasi Lingkungan Masyarakat Internasional

Sistem Politik Internasional


o Sistem politik individu
o North Atlantic Triaty Organization (NATO)
o Perserikatan Bangsa-Bangsa Subsistem lainnya (Pakta Warswa, SEATO,
NAFTA)

Sistem Ekologi Internasional


Sistem Sosial Internasional
o
o
o
o

Kebudayaan Internasional
Struktur sosial internasional
Sistem ekonomi internasional
Sistem demografi internasional

STRUKTUR, FUNGSI, PENDEKATAN DAN KAPABILITAS SISTEM POLITIK


Infra struktur politik, mesin politik informal yang ada dalam masyarakat yang tidak
memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan keputusan politik negara Supra
struktur politik, mesin politik formal yang ada dalam negara yang memiliki pengaruh

secara langsung dalam pembuatan keputusan politik. Tingkat Pusat Dewan Pimpinan
Pusat (DPP) Partai Politik Organisasi Masyarakat (Ormas) Asosiasi Profesi Pusat
(AIPI, MIPI, dll) Media Massa Pendapat Umum Tingkat Daerah Dewan Pimpinan
Wilayah/Cabang (DPW/DPC) Partai Politik Ormas di Daerah Asosiasi Profesi
Cabang (AIPI Cabang Palu, MIPI Cabang Palu, dll) Tingkat Pusat Kepala Negara
(Eksekutif) DPR (Legislatif) MA (Yudikatif) Tingkat Daerah Pemerintah daerah
(Propinsi, Kabupaten/Kota) DPRD Propinsi, Kabupaten/Kota Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi

Fungsi Supra Struktur Politik (Gabriel Almond)


o Rule Making (membuat undang-undang)
o Rule Aplication (melaksanakan undang-undang)
o Rule Adjudication (mengadili pelaksana undang-undang)
Fungsi Infra Strukutr Politik
o Pendidikan politik
o Artikulasi kepentingan
o Agregasi kepentingan
o Rekruitmen politik
o Komunikasi politik

Lingkungan Internasional
Diagram Sistem Politik dalam S truktur dan Fungsi Politik (Gabriel Almond)
Sosialisasi Politik Rekrutmen Politik Komunikasi Politik Lingkcc

ungan fisik, sosial Dan ekonomi domestik Partai Politik Birokrasi Agregasi
Kepentingan Artikulasi Kepentingan Input Badan legislatif Eksekutif Pembuatan
Kebijaksanaan Penerapan Kebijaksanaan Badan Peradilan Kelompok Kepentingan
Output Penghakiman Kebijaksanaan Lingkungan Internasional

Pendekatan Sistem Politik

Pendekatan Tradisional (Leo Strauss John Hallowell)


adalah pendekatan sistem politik yang memandang lembaga pemerintahan, kekuasaan
dan keyakinan politik sebagai dasar analisa sistem politik Asumsi :
o Kerangka perbandingan sistem politik bersifat sempit, dalam arti lebih
cenderung dipengaruhi oleh konsep hukum, ideologi dan lembaga pemerintah
o Menfokuskan perhatian pada pembentukan lembaga (struktur politik),
kekuasaan dan keyakinan politik)
o Pendekatan ini berpedoman pada nilai dan norma serta tradisi yang berlaku di
masyarakat (bersifat pragmatis dan dogmatis)
o Mengacu pada filsafat (das sollen)
o Mengacu pada ilmu terapan (praktis)
o Konsep pemikiran lebih banyak dipengaruhi oleh kons e p sejarah dan hukum
(historis dan yuridis)
o Analisis lebih banyak mengacu pada metode kualitatif

Pendekatan Behavioralis
Pendekatan ini yang sangat dipengaruhi oleh sistem analisi behavioralis (tingkah
laku), dalam arti unit analisisnya lebih didasarkan pada pernyataan, sikap dan prilaku
individu, organisasi dan lembaga pemerintah yang sedang berjalan.
Prinsip timbulnya pendekatan ini :
o Pendekatan ini merupakan gerakan pembaharuan dalam ilmu politik
o Sistem analisa dalam pendekatan ini adalah structural and funtional analysis
(G. Almond) artinya pendekatan ini adalah pendekatan yang mengacu pada
struktur dan fungsi suatu lembaga pemerintah dan masyarakt dengan
berpedoman pada realitas, fakta yang sedang terjadi
o Pendekatan ini menfokuskan perhatian pada analisa tingkah laku poliitk dan
bukan pada lembaga, kekuasaan, dan keyakinan politik)
o Pendekatan ini berpedoman pada fakta yang berlaku di masyarakat (bersifat
struktur dan fungsi)
o Mengacu pada penelitian empiris (das sain)
o Mengacu pada ilmu murni (teoritis)
o Konsep pemikiran lebih banyak dipengaruhi oleh konsep sosiologis dan
psikologis
o Analisi lebih banyak mengacu pada metode kuantitatif
o Pendekatan ini timbul pada dekade tahun 1950-an (pasca perang dunia II)

Pendekatan Post Behavioralis

Pendekatan ini timbul sebagai reaksi terhadap aliran behavioralism karena dianggap
kerap melupakan nilai manusia, pendekatan yang memiliki anggapan bahwa manusia
adalah makhluk yang kreatif Asumsi
o Fokus utama pendekatan ini adalah lebih bersifat proaktif, kreatif, imagination
and vision
o Pendekatan ini memiliki tujuan ingin mengubah pendidikan dan metode
penelitian ilmu politik menjadi ilmu pengetahuan yang murni (eksakta) dan
metode kuantitatif
o Mengutamakan penelitian yang bersifat k o relatif dari pada penelitian yang
cermat
o Mengingatkan ilmu politik tidak kehilangan kontak dengan realitas sosial,
bahkan ilmu politik merasa harus melibatkan diri dalam usaha mengatasi
krisis yang dihadapi manusia. Menginginkan nilai sebagai fokus penelitian
ilmu politik
o Timbul pada dekade tahun 1960-an

Kapabilitas Sistem Politik

Kapabilitas Sistem Politik Indonesia adalah kemampuan sistem politik Indonesia


dalam bidang ekstrakstif, distributif, regulatif, simbolik, responsif dalam negeri dan
internasional untuk mencapai suatu tujuan nasional sebagaimana yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 (A. Rahman H.I)
Macam-macam kapabiliats sistem politik
Kapabilitas Ekstrakftif, adalah kemampuan sistem politik untuk melakukan
eksplorasi potensi yang ada pada sumber daya alam dan sumber daya manusia
Kapabilitas Distributif, adalah kemampuan dalam mengelola dan
mendistribusikan sumber daya yang ada dalam negara.
Kapabiltas Regulatif, adalah kemampuan dalam menyusun peraturan
perundangan dan mengawasi serta mengatur dan mengendalikan tingkah laku
individu dan kelompok serta organisasi yang berada dalam sistem politik
Kapabilitas Simbolik, adalah kemampuan dalam upaya membangun
kebanggaan bangsa terhadap pemimpin negaranya
Kapabilitas Responsif, kemamampuan dalam menciptakan daya tanggap
masyarakat terhadap hasil input dan output sistem politik
Kapalblitas dalam Negeri dan Internasional, adalah kemampuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan domestik dan dunia internasional
Budaya Politik adalah Sikap individu terhadap sistem politik dan komponenkomponennya, serta peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik
(Almond dan Verba,1963)
Budaya Politik Indonesia Hierarki yang tegar Kecenderungan patronage
Kecenderungan neo-patrimonialistik (Affan Gaffar,2004)

Perbedaan sistem politik di berbagai Negara


1. Sistem Politik Di Negara Komunis
Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi, peniadaan hakhaak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya
oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat
2. Sistem Politik Di Negara Liberal
Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok, pembatasan
kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan agama, penegakan hukum; pertukaran
gagasan yang bebas, sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat
jaminan hak-hak kaum minoritas.
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia
adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Bentuk Republik
4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
5. Pemerintahan yang bertanggung jawab
6. Sistem Pemilihan langsung
7. Sistem pemerintahan presidensiil

http://wartanusantara.blogspot.com/2009/12/politisasi-dalam-hukum-media.html
POLITISASI
Dalam masyarakat yang demokratis akan lahir undang-undang yang responsif.
Undang-undang yang baik, hanya bisa dihasilkan oleh lembaga dan iklim yang baik
POLITISASI hukum adalah penyimpangan atau pembelokan dalam penegakan ataupun
pembuatan hukum. Politisasi menyebabkan hukum tidak berfungsi secara filosofis,
sosiologis, ataupun yuridis. Contoh politisasi dalam penegakan hukum yang aktual adalah
kasus Prita Mulyasari, kasus Bibit Chandra, dan sebagainya. Kasus politisasi pembuatan
hukum misalnya kasus UU Kesehatan, UU Peradilan Tipikor dan sebagainya.
Politisasi dalam pembuatan hukum khususnya undang-undang, memperlihatkan adanya
iklim dan faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa lahir undang-undang yang tidak
responsif. Maka tidak aneh kalau Satjipto Rahardjo, menyebut biasanya undang-undang
sudah cacat sejak lahir.Sementara UU yang ideal, yang responsif, sesuai dengan idealisasi
rakyat, hanya bisa dilahirkan dalam sistem dan kultur yang kondusitf untuk itu.

Sistem otoriter atau demokrasi dalam sebuah negara menentukan kecenderungan


politisasi dalam pembuatan undang-undang. Makin otoriter kecenderungan munculnya
politisasi makin besar. Ukuran sebuah negara semakin demokratis menurut Samuel P
Huntington adalah jika ada pemilu yang bebas, lembaga perwakilan yang mandiri, pers
yang merdeka, penghormatan HAM, dan kemerdekaan berserikat. Jika sebaliknya yang
terjadi maka cenderung ke sistem otoriter .
Sistem Otoriter, terlihat dalam beberapa kurun waktu di Indonesia. Artinya sistem otoriter
dan demokrasi saling silih berganti, bahkan sering tidak dalam bentuk hitam putih.
William Liddle menyebutkan sejak 5 Juli 1959 lahir demokrasi terpimpin, sejak itu
demokrasi berakhir. Adpun Edward Smith menyebutkan dalam era demokrasi terpimpin,
partai oposisi dilarang, DPR dibubarkan, pers hanya alat propaganda pemerintah. Bahkan
Hasnan Habib pernah berpendapat bahwa Indonesia negara otoriter bersama China, Iran,
dan Arab Saudi.
Tjipta Lesmana menyimpulkan bahwa pemerintah Orde Baru cenderung otoriter. Hinca
Pandjaitan menambahkan masa Orde Baru, hukum media didesain untuk melestarikan
kekuasaan. Sementara Adnan Buyung Nasution menyatakan bahwa Petisi 50 hadir untuk
melawan rezim otoriter. Data Freedom House menunjukkan ranking demokrasi
Indonesia, masih di atas 75 dari 150 negara
Iklim yang Baik Dalam masyarakat yang demokratis akan lahir undang-undang yang
responsif. Undang-undang yang baik, hanya bisa dihasilkan oleh lembaga dan iklim yang
baik. Menurut Muladi, undang-undang harus menampung aspirasi nasional dan standar
internasional. Undang-undang yang ideal, harus merumuskan dengan jelas dan sistematis
mengenai kebijakan yang akan dicapai, dengan menangkap aspirasi rakyat secara cermat.
Adapun Philippe Nonet dan Philip Seznick menyebutkan hukum yang responsif akan bisa
menjaga aspirasi publik tekanan politik kekuasaan. Jika hanya melayani kepentingan
kekuasaan, menjadi hukum yang represif.
Mahfud MD dan Padmo Wahyono berpendapat hukum merupakan produk politik karena
undang-undang tidak bisa menghindari pengaruh politik, dan merupakan hasil persaingan
aspirasi politik. Dalam menerjemahkan politik, hukum menjadi undang-undang yang
responsif (adil, pasti, dan berguna) karena tekanan politik, ekonomi, dan sosial budaya,
bisa terjadi politisasi hukum.
Umumnya proses legislasi (legal drafting) di DPR pada era 1980-1990-an, diwarnai oleh
dominasi eksekutif sebagai perancang undang-undang, kelemahan kemampuan para legal
drafter di parlemen, posisi politis parlemen yang lemah (kasus hak inisiatif UU Pers).
Dominasi kekuasaan politik yang dikendalikan pemerintah, terutama Presiden terlihat
pada UU Pers Nomor 21 Tahun 1982. Peraturan pemerintah tentang hak jawab dan hak
tolak, tidak pernah diterbitkan. Yang ada Permenpen Nomor 01 Tahun 1984 yang justru
bertentangan dengan prinsip tidak ada sensor dan breidel. Politisasi yang paling
mencolok, terjadi pada UU Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, karena ada kepentingan
kelompok bisnis yang tidak bisa diakomodasikan saat pembahasan di DPR. Akhirnya

presiden dengan kekuasaannya mengembalikan RUU ke DPR lagi.


Potret demokratisasi paska Reformasi 1998, ditandai dengan amandemen UUD 1945,
lahirnya UU Pers Nomor 40 Tahun 1999), UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002, UU
Penyusunan UU Nomor 10 Tahun 2004). Walaupun masih belum sempurna di sana-sini,
ada situasi yang lebih baik untuk melahirkan UU yang lebih responsif.
Mulai tahun 1999, ada tanda-tanda lahirnya UU yang reformis dan responsif, seperti UU
Referendum No 6 Tahun 1999, UU Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999), UU
Pemberantasan KKN Nomor 28 Tahun 1999), UU tentang HAM Nomor 39 Tahun 1999),
termasuk UU Pers Nomor 40 Tahun 1999. Lahir pula UU Penyiaran Nomor 32 Tahun
2002, yang mengadopsi berdirinya Komisi Penyiaran Indonesia, penyiaran publik dan
komunitas, wilayah jangkuan siaran, dan aspirasi demokratis yang lain.
Politisasi penegakan hukum media, penyelesaian politis kasus-kasus media, dengan
pembredelan, pencabutan surat izin terbit, surat izin cetak, dan pembatalan SIUPP, terjadi
sepanjang era Orde Baru. Misalnya kasus Indonesia Raya dll (1974), Kompas dll (1978),
Pelita dll (1982), Jurnal Ekuin (1983), Sinar Harapan (1986), Prioritas (1987), Tempo dkk
(1984). Di sisi lain untuk media penyiaran, perlakuan di luar hukum terjadi pada
pelarangan pembuatan berita, larangan siaran langsung, larangan menampilkan tokoh
tertentu seperti Rhoma Irama, Wimar Witular dan sebagainya.
Politisasi hukum media, khususnya dalam pembentukan perundang-undangan, bisa
terjadi secara substansi ataupun prosedural. Pembreidelan, larangan penyiaran berita,
adalah contoh-contoh politisasi substansi. Pengaturan melalui peraturan pelaksana, dan
proses menyimpang dalam pembahasan UU, adalah contoh politisasi prosedural.
UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan
model UU yang lebih aspiratif, sesuai dengan misi hukum, karena dibuat dalam kondisi
demokrasi yang lebih baik. Walaupun masih ada kekurangan di sana sini yang masih bisa
diperbaiki lagi untuk menuju model yang lebih ideal, dengan prasyarat kondisi
demokrasinya dan penanganan legal drafting-nya harus lebih baik.
Lembaga pembuat hukum, baik presiden maupun DPR harus mempunyai komitmen
sama, untuk menerjemahkan falsafah negara, konstitusi, aspirasi masyarakat, referensi
internasional, untuk melahirkan undang-undang yang sesuai kebutuhan rakyat, menjamin
keadilan dan kepastian hukum. Kemampuan maupun pemahaman legal drafting, harus
terus ditingkatkan, agar tertutup celah secara teknis untuk masuknya politisasi hukum.
Masyarakat luas, terutama kalangan media, harus diberi akses yang terbuka untuk ikut
memantau proses ataupun materi perundang-undangan yang sedang dibahas di DPR.
Bahkan sejak diproses sebagai usulan, baik di DPR maupun di pemerintah. Kalangan
akasdemisi hukum, agar terlibat aktif dalam memantau substansi maupun perumusan
teknis dalam penyusunan undang-undang. (10)

http://sandroxhan.blogspot.com/2011/05/analisis-tentang-cara-cara-yang.html
A. Latar Belakang Masalah
Sistem adalah keseluruhan bagian-bagian (unsur-unsur) yang berhubungan satu sama lain
secara fungsional. Hubungan secara fungsional itu berarti hubungan yang saling
berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain. Sistem politik merupakan sistem yang
terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja
seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional
dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan
yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelakusaranan-tujuan dan pengambilan keputusan.
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik.
Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal
abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa
modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu
seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan
lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun
pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik
dan dari lingkungan internasional.
Yang dimaksud dengan politik adalah segala kegiatan yang berkenaan dengan proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum.
Keputusan itu dapat menyangkut kebijakan yaitu program-program perilaku dan dapat
pula berupa personil (aktor politik). Keputusan yang menyangkut kebijakan atau
program-program perilaku untuk mencapai tujuan tertentu adalah menyangkut dua hal
pula yaitu distribusi dan alikasi sumber-sumber. Perlu diketahui bahwa setidaknya ada
lima bagian yang berhubungan secara fungsional dalam suatu sistem politik yaitu budaya
politik, struktur dan fungsi politik, elit politik atau aktor politik, keputusan poliyik (out
put), dan input ( masukan-masukan) yang terdiri dari tuntutan (demands), dan dukungan
(supports).
Apa yang sangat menarik menarik perhatian sistem politik dalam memelihara dukungan
adalah pekerjaan yang dilakukan suatu sistem dan bagaimana sistem itu
melaksanakannya. Penekanan utamanya bukan pada bagian-bagian sistem dan
interaksinya tetapi dalam mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam memelihara
dukungan tersebut dan apa saja yang dihasilkan sistem tersebut dalam memelihara
dukungan.
BAB II
SISTEM POLITIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA DUKUNGAN
A. Sistem Politik Indonesia

Sistem adalah keseluruhan bagian-bagian (unsur-unsur) yang berhubungan satu sama


lain. Hubungan secara fungsional itu berarti hubungan yang saling berinteraksi. Sistem
itu bekerja dalam suatu lingkungan (environment) yang lebih luas, dan bahwa ada
perbatasan antara satu sistem dengan lingkungannya. Yang dimaksud lingkungan disini
adalah sistem-sistem lain yang ada di luar dan di sekitar sistem tertentu (Halking, 2011:
1).
Sedangkan yang dimaksud dengan politik adalah segala kegiatan yang berkenaan dengan
proses pembuatan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum. Keputusan itu
dapat mengangkut kenijakan yaitu program-program perilaku dan dapat pula berupa
personil (aktor politik).
Sistem politik merupakan mekanisme interaksi fungsional dari seperangkat fungsi atau
peranan dari struktur-struktur politik. Seseorang dapat mengambil sikap bahwa istilah
sistem hanya diterapkan untuk unsu-unsur yang mempunyai hubungan penting satu sama
lain dalam arti bahwa tingkat ketidaktergantungannya tinggi.
Sistem Politik Indonesia merupakan gambaran antara pemerintah dan masyarakat
Indonesia dalam menjalankan praktik ketatanegaraan di Indonesia, dimana pemerintah
dalam hal inin sangat erat kaitannya dalam melaksanaka dukungan-dukungan. Dukungan
tersebut dilakukan untuk kebaikan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Di dalam
melakukan sistem politik, tentunya pemerintah dan masyarakat menjadi bagian dari
sistem politik. Di Indonesia sistem politik telah lama dikenal dimana didalam sistem
tersebut terdapat berbagai pendekatan seperti budaya politik dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan politik.
B. Dukungan dalam Sistem Politik Indonesia
Jika sistem politik kita pilih sebagai sasaran studi, maka kita kita harus mempuyai
kepercayaan bahwa sistem politik mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang penting
bagi masyarakat, yakni keputusan-keputusan yang sifatnya otoritatif (Arifin Rahmat,
1998:11). Sistem politik secara kontinyu harus mendapatkan input berupa tuntutan dan
dukungan sebagain bahan mentah/informasi yang harus diproses oleh sistem itu, dan juga
energi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sistem itu.
Tuntutan dan dukungan yang diterima oleh sistem politik dalam bentuk masukanmasukan (inputs) masuk ke dalam suatu konversi dalam sistem, dan kemudian menjadi
bentuk out-puts. Hal ini diikuti dengan apa yang disebut feedback mechanism atau
mekanisme umpan-balik, melalui mekanisme tersebut akibat-akibat dan konsekuensikonsekuensi keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai keluaran-keluaran. Contohnya
dalam Harian Kompas 21 September 2010, dimana masyarakat sangat menginginkan
sosok ideal kapolri baru yang dapat membawa kebaikan bagi masyarakat Indonesia.
Di Indonesia suatu sistem politik mempunyai caranya sendiri untuk bereaksi terhadap
dukungan. Sistem ini memiliki mekanisme pengaturan sendiri yang mampu mendorong
kembali ataupun mengizinkan tuntutan-tuntutan untuk berjalan meniti batas-batasnya
dalam bentuk yang sangat lunak, melalui saluran-saluran dan proses-proses yang
memperlambat perputaran serta isinya.
Dukungan di Indonesia merupakan suatu energi yang vital bagi sistem politik untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Dukungan dalam sistem politik pada dasarnya diarahkan
kepada tiga hal (Halking, 2011: 30), yaitu dukungan terhadap politik, dukungan terhadap

rezim, dan dukungan terhadap komuitas politik. Dukungan terhadap komunitas politik
dimaksudkan sebagai dukungan terhadap keberadaan suatu kelompok yang berusaha
menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada atau mendorong pembuatan keputusankeputusan yang mengikat melalui tindakan-tindakan bersama secara damai.
Dukungan terhadap rezim dapat diartikan sebagai dukungan terhadap aturan-aturan dasar
yang mengatur dan meyelaraskan berbagai tindakan anggota-anggota siste dalam rangka
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dukungan terhadap
suatu komunitas politik. Dukungan terhadap pemerintah dapat diartikan sebagai
dukungan terhadap suatu pemerintahan yang bertugas melaksanakan penyelesaian
terhadap beragam masalah dan konflik yang muncul diantara sesama anggota sistem.
Tuntutan-tuntutan bukanlah satu-satunya masukan karena dukungan juga terdapat disana.
Dalam masyarakat yang terbuka, dukungan terhadap sistem politik dinyatakan secara
terbuka (over action), sedangkan dukungan yang dinyatakan itu selaras dengan sikap
yang ada dalam batinnya (Halking, 2011: 45). Dukungan yang bersifat over action
mungkin berwujud memberikan suara yang mendukung pencalonan seorang dalam
Pemilu untuk menjadi anggota DPR dan DPD serta DPRD, membela dan
mempertahankan keputusan yang dibuat oleh pejabat tertentu, dan lain sebagainya.
Seperti contoh yang terdapat dalam koran Waspada, 15 September 2010 yang berisikan
tentang pembangunan Kemewahan dan arogansi DPR dimana dikatakan bahwa kondisi
saat ini yang tercipta jauh lebih buruk dari apa yang tercipta dalam masa Soekarno, Hatta,
dan Soeharto. Artikel tersebut menjelaskan bahwa sebagian elit puncak Indonesia yang
mendukung pembangunan kemewahan yang ditujujukan ke DPR yang sama sekali tidak
menggambarkan kesederhanaan.
Seperti dalam tuntutan, ada masalah-masalah khas tekanan dukungan, sebagaimana
dikatakan Easton dalam (Oran R. Young, 1984: 51) yang mengatakan bahwa kekerasan
tergantung kepada:.. pertahanan tingkat minimum dari pengikatan untuk masingmasing tingkat minimum ini, kekerasan tiap sistem akan berbahaya. Jawaban khas
terhadap btekanan dukungan dapat dibagikedalam beberapa kategori. Aturan struktural
berkenaan dengan kemungkinan pengurangan tekanan dukungan dengan perubahan
unsur-unsur struktural sistem. Contoh-contoh memasukkan perubahan perwakilan sistem,
pola-pola pengelompokan partai-partai atau norma-norma rezim.
Diluar peraturan struktural seperti itu harus dibuat perbedaan antara dukungan menyebar
(diffuse support) dengan dukungan khusus (specific support). Dukungan khusus meliputi
dukungan yang timbul sebagai jawaban langsung terhadap output terbatas dari sistem,
sedangkan dukungan menyebar meliputi berbagai jenis gerakan-gerakan bersifat
menyokong dan bersikap tidak secara langsung dengan output khusus.
C. Cara yang dikakukan Sistem Politik Indonesia dalam Memelihara Dukungan
Suatu sistem politik menerima dukungan yang sangat besar dari lingkungan-yang bila
tidak maka secara alamiah system tersebut akan mati. Menurut Easton dalam (SP. Varma,
2002: 280), ketangguhan sistematik dukungan tergantung pada suatu tingkat minimum
dari keterkaitan masing-masing tujuan politik yaitu komunitas politik, rezim, dan ototitas
politik yang memegang kekuasaan pada setiap waktu. Bila masukan dukungan jatuh
dibawah batas minimal ini maka ketangguhan system politik apa pun akan menjadi
berbahaya. Dukungan politik dapat merosot atau terkikis karena satu dan lain sebab,

tetapi hal ini terutama terjadi karena kegagalan system politik untuk menghantarkan apaapa yang dikehendaki.
Input dukungan dapat digolongkan atas empat jenis yaitu sebagai berikut, (Halking, 2011:
144)
1. Dukungan material, seperti membayar pajak, Ipeda dan Bea Cukai, dan bentuk
pungutan resmi lainnya.
2. Dukungan berupa mematuhi dan menaati hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah
3. Dukungan yang bersifat partisipasi, seperti ikut memilih, diskusi politik membuat
petisi dukungan kepada pemimpin politik, dan sebagainya.
4. Dukungan yang berupa perhatian kepada segala informasi yang disampaikan oleh
pemerintah, memberikan simbol-simbol dan upacara-upacara yang dilakukan oleh
pemerintah, yang kesemuanya itu merupakan manifestasi dari hormat kepada
kewenangan pemerintah yang sah.
Untuk memperoleh dukungan dari anggota masyarakat adakalanya pemerintah tidak
perlu selalu memenuhi tuntutan dari anggota masyarakat, walaupun tuntutan itu diajukan
oleh anggota masyarakat yang paling berpengaruh atau pendukung setia pemerintah.
Seperti contohnya yang terdapat dalam Harian Analisa 25 Juni 2010 yang seharusnya
memelihara dukungan yang membangun lenbaga kajian pendidikan Independen.
Pemerintah Imdonesia sering mengalami goncangan sebagai akibat dari output atau
keputusan politik yang tidak selaras dengan tuntutan anggota masyarakat Indonesia. Akan
tetapi pemerintah Indonesia dapat tetap bertahan oleh karena adanya cadangan dukungan
dari parpol, rasa keterikatan yang relatif tinggi anggota masyarakat kepada pemimpin,
termasuk pemimpin pemerintahan. Selama dukungan cadangan itu tetap memberikan
kesetiaan makan sistem politik Indonesia akan tetap bertahan (Halking, 2011: 150).
BAB III
ANALISIS SISTEM POLITIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA DUKUNGAN
Seseorang dapat mengambil sikap bahwa sistem hanya diterapkan untuk unsur-unsur
yang mempunyai hubungan penting satu sama lain dalam arti tingkat
ketidaktergantungannya tinggi. Sistem politik adalah suatu sistem analitik yang dalam
sistem keanggotaan secara keseluruhan ia dibentuk oleh masyarakat. Terutama sistem
politik adalah system interaksi dalam masyarakat melalui mana alokasi yang mengikat
atau berwenang dibuat dan dilaksanakan.
Untuk mendapat dukungan di dalam sistem politik di Indonesia sebagian ada yang
bersifat manipulasi. Hal itu disebabkan karena pemerintah tidak menginginkan
masyarakat bersifat sewenang-wenang dalam menyampaikan tuntutan mereka. Selain itu
pemerintah juga bisa saja menggunakan bujukan dan persetujuan untuk mendapat sebuah
dukungan.
Seperti dalam dukunagan dalam persektif ekonomi, tatkala pertama kalinya perhatian
dipusatkan pada masalah pembagunan ekonomi dan perlunya merubah ekonomi
perekonomian statis menjadi perekonomian yang dapat meluncur sendiri. Oleh sebab itu
wajarlah kalau pembangunan politik dipandang sebagai keadaan mayarakat politik yang
dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi. (Juwono Sudarsono, 1981: 17)
Pemerintah dalam memelihara dukungan masih belum dapat memeilahara dukungan

sebagaimana mestinya. Masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
memelihara dukungan. Hal itu terbukti dari masih adanya sistem politik Indonesia yang
tidak mampu memenuhi tuntutan masyarakat sehingga arus dukungan akan berkurang
atau bahkan dapat hilang.

Anda mungkin juga menyukai