Anda di halaman 1dari 7

TUGAS POLITIK DAN KEPOLISIAN

RESUME HOW TO UNDERSTAND THE POWER – ERIC LIU


DAN RESUME SISTEM POLITIK INDONESIA

NAMA : M.A ALGERYA STEELY

NIM : 207810130

KELAS : JEMENTEKPOL

ABSEN : 22

S1 / SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

ANGKATAN KE-78 / WIDYA PESAT GATRA.

2021
RESUME VIDEO : How To Understand Power – Eric Liu

Dalam video yang berjudul “How To Understand Power” dari Erick Liu bisa kita
simpulkan Kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan
apa yang Anda ingin mereka lakukan. Dalam pembelajaran kekuasaan ini
membahas 3 hal penting dalam kekuasaan. Adapun pembahasan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Dari mana datangnya kekuasaan?
2. Bagaimana kekuasaan dijalankan?
3. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih kuat dan bisa mengatur
kekuasaan?
Pembahasan tmentang perasalahan permasalahan tersebut dibahas satu persatu
sehingga mampu dan mengerti akan jawaban dari rumusan permasalahan tersebut.

I. Sumber Kekuasaan
Terdapat enam sumber civil power yang dijelaskan dalam video seperti,
kekuatan fisik, kekayaan, tindakan negara, norma sosial, gagasan/ide, massa. Dan
ini penjelasan dari 6 gagasan sumber kekuasaan tersebut :

1. Kekuatan Fisik
Kontrol kekuatan adalah kekuatan yang paling utama. Digunakan oleh polisi
dan militer serta kelompok kriminal.
2. Kekayaan
Uang menciptakan kemampuan untuk membeli jenis kekuatan lain. Uang
dapat digunakan untuk mendapatkan dukungan dan akses ke beberapa
bentuk kekuasaan lain.

3. Tindakan Negara

Penggunaan hukum dan birokrasi oleh pemerintah untuk memaksa orang

untuk melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu. Contohnya dalam

demokrasi, masyarakat memberikan kekuasaan kekpada pemerintah melalui


pemilu. Namun, negara yang dipimpin dengan sistem dictator sumber
kekuasaan negara tersebut beradal dari ancaman kekerasan bukan
persetujuan pemerintah.
4. Norma Sosial
Keadaan masyarakat yang diterima, atau apa yang dianggap normal, yang
membuat orang memilih atau tidak memilih untuk melakukan hal-hal tertentu,
berdasarkan bagaimana orang lain melihatnya. Norma Sosial merupakan
peraturan dalam lingkugan bermasyarakat yang diterima oleh masyarakat.
Norma bukan berasal dari pemerintahan, Norma sosial muncul dari
kesepakatan antar individu masyarakat atau peer to peer. Norma sosial bisa
membuat orang untuk merubah perilaku dan bahkan bisa mengubah hukum,
Pikirkan tentang bagaimana norma seputar kesetaraan pernikahan saat ini
berkembang.
5. Gagasan/Ide
Ide mampu menciptakan kebebasan, persamaan ras, maupun menciptakan
suatu inspirasi pada masyarakat. Dengan ide ini kekuasaan didapat dengan
mempengaruhi orang lain sehingga berpikir dan berinovasi serta bertindak.
6. Massa
Masyarakat menjadi sumber kekuatan dengan mengiring pemikiran serta
opini dari masyarakat sesuai dengan yang diinginkan. Dengan massa suatu
negara mampu menciptakan legitimasi pada pemerintah maupun mampu
memecah belah suatu negara.

II. Aturan main dalam menjalankan kekuasaan


Terdapat 3 hukum atau aturan main yang berlaku dalam kekuasaan yang
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kekuasan bersifat dinamis / tidak statis
Ini berarti bahwa setiap saat kekuasaan bisa berubah, bisa rusak atau
menurun atau tumbuh ataupun meningkat.
2. Kekuasaan seperti air
Artinya, tenaga mengalir seperti arus melalui kehidupan sehari-hari. Politik
adalah pekerjaan memanfaatkan aliran itu ke arah yang Anda sukai.
Pembuatan kebijakan adalah cara untuk membekukan atau
mengabadikan aliran tertentu. Kebijakan membekukan Kekuasan.
3. Pertalian kekuasaan
kekuasaan menghasilkan lebih banyak kekuatan begitu pula
ketidakberdayaan, ini berarti mereka yang memiliki kekuasaan akan dapat
menggunakan kekuasaan untuk tumbuh lebih kuat. Satu-satunya cara
untuk merubah ini adalah dengan cara kami menerapkan hukum 1 dan 2.

III. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih kuat dan bisa mengatur
kekuasaan.
Kekuasaan adalah masalah keaksaraan. Kita harus belajar membaca bagaimana itu
digunakan dalam masyarakat dan bagaimana menulis dan berbicara dengan cara
yang memberikan kita kekuasaan. Dalam kehidupan sehari hari, kita harus mampu
membaca kekuatan dan menulis kekuatan tersebut. Membaca kekuatan diartikan
sebagai memperhatikan kekuasaan tersebut baik tertulis maupun pengaruhnya
terhadap masyarakat. Dalam kehidupan sehari hari kita dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Memetakan siapa saja yang memiliki kekuasaan dan bagaimana
sistemnya. Pahami mengapa sistem yang ada menjadi seperti itu, siapa
yang membuatnya, dan siapa saja yang pro atau mendukung terhadap
sistem dan penguasa tersebut.
2. Mempelajari Strategi orang lain bertindak terhadap kekuasaan dan sistem
yang diterapkan, baik berupa serangan frontal atau tipu muslihat, koalisi
atau otoritas karismatik.
3. Memberanikan diri untuk menulis dan mengekspresikan diri dengan
memunculkan warna kehidupan yang berkaitan dengan kekuasaan dan
system yang ada.
4. Menyurakan setiap pendapat terhadap kekuasaan dan sistem yang
berlaku.

Pada akhirnya Eric Liu menekankan pada karakter dari setiap individu
masyarakat dalam menjalankan kekuasaan dan sistem pemerintahan yang
diterapkan pada suatu negara. “Kekuasaan ditambah dengan karakter akan
menciptakan warga negara yang hebat.”
RANGKUMAN PERTEMUAN IV ILMU POLITIK

BY : PROF INDRIA SAMEGO

Sistem Politik (secara metodologi) dibagi menjadi 5 (lima), antara lain :


1. Types : Primitive (Segmentary & Pyramidal Systems); Tradisional (Patrimonial,
Centralized Bureaucratic dan Feudal Political Systems); Modern Systems
(Differentiated Political Infrastructures: Democratic and Authoritarian Systems);
2. Fungsi : maintaining the integration of a society, econ. Systems, protecting syst.
Dari outside threats, political role, political culture, pol. Structure, socialization –
integrasi dan adaptasi;
3. Komponen: allocates values, authoritative and binding;
4. Mekanisme kerja : Inputs (demands and supports) and outputs (policies and
feedback);
5. Sifat : comprehensiveve, interdependence, dan mengenal batas (boundaries).

Sistem Politik Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :


1. Paradigmatik : Indonesia sebagai a nation-state (bangsa) yang multiculture dan
pluralis. Nationalisme Indonesia merupakan sebuah masyarakat yang dibayangkan
(imagined communities). Sebagai negara modern, Indonesia menganut sistem politik
modern & demokratik, demi melindungi segenap wilayah & bangsa Indonesia serta
ketertiban dunia seperti yang dicita-citakan bangsa Indonesia sejak dulu.
2. Filosofis : anti penjajahan, menghargai persatuan, kedaulatan, keadilan dan
kemakmuran atas dasar pancasila, seperti yang tercantum di dalam pembukaan
UUD 1945.

Pemerintah dan Politik Indonesia Pra Orde Baru


1. Pada saat itu sistem politik Indonesia masih menganut demokrasi parlementer
berdasarkan Konstitusi 1950.
2. Kepolisian Indonesia (Polri) masih dalam perdebatan wacana dan praksis.
3. Pemilu 1955 dianggap gagal membentuk lembaga konstituante. Tidak ada
peserta pemilu yang dapat meraih 25% suara untuk memperebutkan 251 kursi.
Terjadinya pemberontakan di daerah-daerah, seperti : DI TII, PRRI dan PERMESTA.
4. Pada tanggal 21 Februari 1957, Presiden Soekarno menyatakan demokrasi
terpimpin sebagai pengganti demokasi model barat, liberal.
5. Tanggal 5 Juli 1959, Dekrit Presiden dan Presiden Soekarno mengajak kembali
ke UUD 1945. Pada bulan Maret 1960 parlemen hasil pemilu 1955 dibubarkan,
digantikan dengan 281 anggota baru yang diangkat oleh Presiden Soekarno.
6. MA juga tidak jelas fungsinya. Yang pasti dan jelas tugasnya adalah Front
Nasional, dibentuk september 1960. Tugasnya memobilisasi kekuatan revolusioner.
7. Meski kekuasaan Presiden tidak tak terbatas, namun Bung Karno adalah
Presiden, Panglima tertinggi ABRI, Kepala Pemerintahan, Ketua DPA dan Pemimpin
Besar Revolusi.
8. Voting dalam pengambilan suara dilarang dan digantikan dengan gotong royong,
musyawarah dan mufakat.

Pemerintah dan Politik Indonesia Era Orde Baru


1. Kembali ke UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
2. Politik Sentralisme: negara sebagai agen perubahan, Trilogi pembangunan
(pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan & stabilitas politik) segala-
galanya.
3. Executive heavy, legislative dan yudicative lemah.
4. Partai politik dibatasi jumlah dan perannya. Pemilu direkayasa pemerintah.
5. Politik militer = politik pemerintah.
6. Partisipasi dimobilisasi (mobilized participation) dengan organisasi korporatis
sebagai instrumennya.
7. Otonomi daerah sekedar wacana.
8. Polri sebagai bagian dari ABRI.
9. Penyebaran pusat kekuasaan (power houses): negara (penyelenggara
pemerintahan), partai politik, civil society dan business communities
10.Kapabilitas pemerintah diragukan dan sentralisme kekuasaan mencair
11.Politik liberal, multi partai dan majoritarianism democracy bukan concensus.
12.Pada tanggal 1 Juli 1999, Polri secara resmi keluar dari ABRI.
13.Legislative heavy, bukan checks and balances antar 3 cabang kekuasaan
(legislative, executive dan yudiciary), rivalries terkadang collutive.
14.Pemilu “JURDIL” (jujur dan adil) dan “LUBER” (langsung , umum, bebas dan
rahasia).
15.Depolitisasi militer.
16.Otonomi daerah transisional dari sentralisme menuju desentralisme.

Kesimpulan
1. Sebelum Era Reformasi, sistem politik Indonesia yaitu personalised rulership.
2. Era Reformasi, transisi menuju system building, tetapi dihambat oleh budaya
politik lama di atas.
3. Pada saat yang sama, pragmatisme dan materialisme semakin dominan.

Anda mungkin juga menyukai