Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ainun Fitriyah

NPM : 212308217

No. Absen : 51

Dalam bab 1 ini penulis akan mereviewkan tentang kerangka kerja system

politik pendekatan system

Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat secara keseluruhan

oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem yang berupaya

mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatif. Alokasi nilai

hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang

legitimate (otoritatif) di mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik

bekerja untuk menghasilkan suatu keputusan (decision) dan tindakan (action)

yang disebut kebijakan (policy) guna mengalokasikan nilai. membahas tentang

satu pola baru pendekatan teoritis terhadap analisa kehidupan politik, yang

mungkin dapat d sebut sebagai analisa sistem. seleksi analisa sistem sebagai satu

pendekatan penting terhadap teori-teori politik hanya mengacu pada salah satu

kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam upaya merangka dan

membakukan teori politik umum.

David Easton pada tahun 1950-an telah mengembangkan kerangka kerja,

yang kemudian ia sebut sebagai pendekatan sistem politik. Pendekatan sistem

politik ini diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan yang bersifat ilmiah
terhadap fenomenal politik, atau kehidupan politik dan dapat diterapkan secara

universal. Per.dekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan

pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan

kekuasaan.

David Easton adalah salah satu ilmuwan yang telah ber upaya membangun

ilmu politik yang sistematis melalui dua tahap, yaitu: Pertama, melalui tulisan

ilmiahnya "The Political System" pada tahun 1953, yang menyatakan bahwa

perlunya suatu teori umum dalam ilmu politik. Kedua, dalam tulisan ilmiah

lainnya "A Framework for Political Analysis" dan "A System Analysis of Political

Life" pada tahun 1965, ia mulai memperkenalkan konsep serta merinci konsep-

konsep yang mendukung tulisan sebelumnya, dan mencoba mengaplikasikan ke

dalam kegiatan politik konkret atau praktis.

Dalam hal ini, Easton telah menggariskan kerangka ber pikir dasar untuk

mengkaji suatu sistem politik. Kerangka pikir Easton bersifat adaptif dan

fleksibel, karena itu dapat digunakan oleh aneka struktur masyarakat maupun

politik, dan juga teori Easton ini dimungkinkan dapat diaplikasikan secara

improvisasi oleh para penggunaannya dalam melakukan penjelasan atas fenomena

sistem politik.

Unit-unit yang berada dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan-

tindakan politik (political actions) seperti pembuatan UU, pengawasan legislatif

terhadap kinerja eksekutif, dan tututan elemen masyarakat terhadap pemerintah,

dan sejenisnya. Dari sini kinerja pada sistem politik memperoleh masukan dari

input.
Input bisa disebut sebagai pemberi makan dari sistem politik itu sendiri,

input terdiri dari dari tuntutan dan dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam

sistem politik atau lingkungan dimana sistem politik itu berada, tuntutan itu

kemudian digarap oleh aktor-aktor politik yang berada dalam sistem politik itu.

Di sisi lain, ada dukungan merupakan tindakan yang bisa melestarikan atau

menolak sistem politik. Bisa dilihat disini bahwasannya dukungan ada yang

bersifat positif dan negatif terhadap sistem politik tersebut.

Kemudian tuntutan dan dukungan itu masuk dalam sistem politik, setelah

diproses dalam sistem politik kemudian muncul sebuah keluaran yang disebut

Output. Menurut Easton Output terdiri dari keputusan dan tindakan, dari output

ini muncul yang bernama Feedback (umpan balik) yang dampaknya kembali

dirasakan di Input. Yang dimaksudkan disini adalah apakah keputusan dan

tindakan itu sesuai dengan tuntungan dan dukungan yang berasal dari Input. .

Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan,

dan secara lebih lanjut meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja

ini berlangsung dalam pola siklis.

Sistem Politik menurut David Easton juga tidak hanya dipengaruhi oleh

input akan tetapi juga diepngaruhi oleh lingkungan dimana sistem politik itu

berada. Easton menjelaskan bahwasannyalingkungan terdiri atas intrasocietal dan

extrasocietal.

Menurut Easton, Sistem-sistem sosial adalah merupakan contructs of the

mind yang bersifat artificial atau reproduksi simbolis dari gejala-gejala yang
melekat satu sama lain secara alamiah. Elemen-elemn dasar apakah yang

membentuk setiap sistem politik.

Dalam unit-unit sistem, Earton berpendapat bahwa Elemen dasar

yang yang bersifat umum semua sistem sosial adalah orang perorang. Secara

intuitis hal ini mungkin merupakan reaksi yang paling masuk akal. Apabila kita

dapat betul-betul berhenti disini dan membayangkan sistem- sistem social sebagai

bentuk oleh satuan masyarakat seperti halnya wujud biologis manusia secara

keseluruhan lengkap dengan tingkahlakunya kita akan membangkitkan sejumlah

komplikasi konseptual. Sistem yang terbentuk dari interaksi manusia, secara jelas,

Nampak dan untuhm tenntu tidak mengendorkan imaginasi. Tetapi secara sangat

unik, dalam interpretasi pendapat umum ini tersembunyikedwiartian yang luar

biasa yang sangat mudah untuk diabaikan.

Sistem sosial terbentuk dari interaksi antar manusia di mana ia lantas

membentuk unit-unit dasar dari sistem- sistem tersebut. Sistem politik bukan

merupakan kontelasi keberadaan manusia teraksi yang dipisahkan dari berbagai

macam interaksi lainnya di mana manusia diiutsertakan. Singkatnya interpretasi

yang demikian termasuk implikasinya.

Dalam batasan kita, semua sistem memiliki validitas yang sama, meskipun

tidak semua memiliki manfaat yang sama untuk maksud- maksud memahami

kehidupan politik. Kadang-kadang tindakan sebuah sistem, seperti misalnya

sistem politik, tidak dijumpai dalam isolasi relatif. Ia tidak berdasarkan pada atau

terlibat dalam interaksi-interaksi lain. Memahami sistem politik oleh adanya

interaksi antar manusia secara biologis satu sama lain?haruskah kita memandang
ssstem politik sebagai rangkaian interaksi timbale balik yang langsung antara

manusia sebagai makhluk sosial, tetapi meskipun begitu untuk sementara

dipisahkan dari berbagai perilaku non politik lainnya di mana ia terkait dua

macam sistem politik yang berbeda, yang pertama, keanggotaaan sistem, akan

meliputi manusia seutuhnya sebagai dasar kesatuan masyarakat. Kedua, sistem

analitis, yang hanya mengacu pada interaksi-interaksi yang abstrak di mana setiap

orang terlibat, yakni interakhsi yang telah dibuktikan sebagai total jaringan

tingkahlaku di mana ia merupakan bagian-bagiannya.

Easton menguraikan sifat-sifat dari semua Sistem Sosial Sebagai sistem

keanggotaan, sistem keanggotaan bisa saja meliputi semua orang, seperti

misalnya, mereka yang menjadi anggota organisasi-oragniasi keagamaan. Sebagai

sistem analisa, agaknya ia akan melibatkan semua interaksi tersebut di mana

setiap individu dalam masyarakat terikat dan dapat ditunjuk sebagai masalah

keagamaan tanpa menghiraukan apakah interaksi tersebut terjadi dalam konteks

yang terorganisir atau dalam suatu lingkungan keagamaan yang tegas.

Kemungkinan sistem analisa dapat lebih diperluas disbanding sistem keanggotaan

karena lebih banyak orang yang dapat ikut serta dalam perilaku keagamaan tanpa

harus menjadi anggota unit-unit keagamaan. Walau menghadapi persoalan dalam

hal ini ia member kepercayaan yang sesungguhnya mengenai perbedaan diantara

sistem- sistem ini; bahwa sistem keanggotaan tersebut bukan sistem analitis.

Easton berpendapat, setiap interaksi nampak sangat berarti dalam

menjelaskan, fungsinya sebagai kelompok masyarakat yang sudah sangat umum


hal tersebut tidka membutuhkan hadirnya alas an pembenaran dan justifikasi. Kita

telah memisahkan tingkahlaku keagamaan, ekonomi, fraternal, pendidikan,

politik, kebudayaan dan macam-macam perilaku yang serupa. Bagaiamana

maksud-maksud untuk menunjukkan semua hal itu, maka setiap interaksi ini

secara terpisah dianggap sebagai sistem. Karena sistem - sistem demikian tidak

menunjukkan seluruh rangkaian interaksi yang berkembang di dalam suatu

masyarakat, melainkan hanya bagian-bagiannya yang telah diabstraksikan dari

total perilaku. Yang apperptive menandaskan bahwa system ini sifat analitis.

Interaksi- interaksi politik membentuk salah satu dari jenis-jenis sistem tersebut.

Easton menjabarkan bahwa, untuk masalah ini di luar dari terminologi,

Nampak terdapat sedikit hal-hal yang bertentangan. Tetapi ada rintangan besar

yang menghalangi diterimanya perpektif mengenai sisi teoritis sistem secara

sebagai suatu konsep. Ada satu hal penting yang perlu diungkapkan bahwa

interaksi politik membentuk sistem analitis. Apabila telah berangkat dengan

pendapat bahwa ssstem politik adalah merupakan sistem manusia sebagai

makhluk biologis, maka akan terdapat kesulitan. Secara relatif sangat mudah

membayangkan sekelompok kecil para administrator yang bertugas dalam sebuah

unit, yang sebagian di antara mereka ditempatkan pada posisi yang bersebelahan

yang disebut jabatan, sebagai suatu sistem manusia-manusia. Pada prinsipnya,

sekalipun dalam kasus suatu unit yang lebih besar dengan jabatan yang terbagi-

bagi berdasarkan perlengkapan dan kehendak, kita dengan mudah dapat

membayangkan kumpulan keseluruhan kelompok sebagai sebuah unit,

menempatkannya kesebuah lokasi yang terbaru. Terdapatnya aspek pisik yang


jelas pada kelompok tersebut yang membuatnya menjadi mudah untuk

membayangkan sebagai sebuah sistem sepanjang jalur-jalur pisik seperti yang

sudah santat kita kenal di dalam interisik di dalam kelompok tersebut ditentukan

oleh kehadiran manusia secara pisik hubungannya. Strukturnya yang umum dan

tujuan bersama.

Dalam masyarakat yang diferensiatif sebagai peranan khusus yang timbul

dalam sistem politik nampaknya menduduki hamper seluruh interaksi manusia

sebagai mahluk biologis, paling tidak merupakan bagian terbesar daripadanya

sehingga manusia di identifisir dengan nama nama serta peran sendiri. Dengan

begitu kita mempunyai politisi, lembaga perwakilan, administrator, hakim-kamim,

pemimpin-pemimpin politik dan semacamnya. Dalam kenyaan yang empiris dari

unit-unit analitik yang ada, Easton berpandangan bawah, Karakteristik analitis

sebuah sistem politik tidak memperngaruhi status empirisnya. Ia hanya mengacu

pada fakta bahwa untuk berbagai tujuan teoritis kegiatan-kegiatan politik akan di

bedakan dan secara temporer diabstraksikan dari seluruh aktivitas lainnyua. Tetapi

masih tetap berhubungan dengan pola-pola tingkahlaku yang dapat diobservasi.

Karenanya kita dapat mengatakan bahwa jika keanggotaan sistem kita sebut

sebagai system of biological, yang berguna bagi tujuan-tujuan riset, maka jelas

tidak ada sistem yang demikian di dalam ilmu-ilmu sosial. Semua sistem tingkah

laku bersifat analitik. Untuk tujuan riset yang terbatas beberapa diantaranya

bersifat diferensiatif, spesifik dan terpadu. Ini dapat kita sebut organisasi-

organsiasi, sistem peranan ataupun keanggotaan sistem. Yang lainnya bersifat

menyebar dan tidak diferensiatif yang terlibat di dalam rangkaian jenis interaksi
analitikal lainnya. Tetapi dnegan mengabaikan ekspresi structural tingkahlaku,

semua sistem harus diintepretasikan sebagai sesuatu yang diabstraksikan dari

realitas empiris yang relevan yang hanya terpisah dari sebagaian lingkungan

fenomenal. Secara teoritis, status sosial sistem politik, seperti halnya dengan

semua sistem sosial lainnya, adalah bersifat analitis, tetapi tetap berwatak empiris.

Menurut Easton, Sistem merupakan tingkahlaku yang paling inklusif di

dalam masyarakat untuk alokasi nilai-nilai otoritatif. Maka penulis memilih atau

meringkas hanya aspek-aspek pelakunya tersebut yang sedikit banyak dikaitkan

langung dengan alokasi-alokasi nilai-nilai otoritatif bagi masyarakat. Konsep

keanggotaan sistem politik secra bersamaan akan mengidentifisir orang-orang

tersebut secara kolektif dalam masyarakat karena menreka mengikuti peran-peran

politik. Oleh karena itu, sistem politik akan dikenal sebagai seperangkat interaksi,

yang diringkas dari total perilaku sosial, melalui mana nilai-nilai dialokasikan

secara otortatif kepada masyarakat. Orang-orang yang berada dalam proses-proses

penggunaan interaksi yang demikian, yakni mereka yang ambil bagian dalam

peran-peran politik secara umum akan dipandang sebagai anggota-anggota sistem

tersebut. Apabila konseptualisasi kehidupan politik sebagai sistem akan

mendorong kita mengenal elemen-elemen sistem yang lebih besar dan umum, hal

tersebut memaksa kita semua akan perlunya menerangkan segala hal yang berada

di luar lingkungan sistem.

Anda mungkin juga menyukai