Anda di halaman 1dari 13

Tugas

Pendekatan Analisa Sistem Menurut David Easton

Nama Kelompok:
1. Nofan Nanda Prima (1111800109)
2. Risky Yandy (1111800112)
3. Rizky Fajar (1111800139)
4. Habibil Mahbub (1111800126)
5. M.Afriandi (1111800129)
6. M.Fauzi (1111800201)
7. Sulton (1111800155)
8. Alif (1111800127)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
makalah ini dapat terselesalaikan. Tak lupa serta salamkami panjatkan kepada kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai pada saat ini di zaman
terang benderang. Dalam penulisan makalah ini banyak sekali tingkat kesulitan yang kami
dapatkan. Terutama dalam mencari informasi secara detail karena berhubung keadaan kami
yang sangat jauh dari lokasi penelitian. Jadi kami hanya mencari referensi dari buku-buku dan
media-media seperti internet, majalah, dan lain-lain.Namun berkat ketelitian dan keseriusan
dari kawan-kawan serta kerjasama antar kelompok yang baik, makalah ini dapat terselesaikan
juga.
Ada pepatah mengatakan “ tidak ada gading yang tak retak”. Begitupun dengan
makalah ini sungguh masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritikan serta saran dari
kawan-kawan yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan sekali.Kami berharap dengan
adanya makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas baik bagi penulis maupun para
pembaca.Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini.Kami sadar dalam penulisan masih banyak sekali
kesalahan. Oleh karena itu kami ucapkan maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

BAB II Pembahasan .................................................................................................................


2.1 Pengertian Sistem ........................................................................................................
2.2 Pengertian Politik ........................................................................................................
2.3 Pengertian Sistem Politik............................................................................................
2.4 Pendekatan Teori Sistem Politik Menurut David Easton .......................................
2.5 Pendekatan Dalam Analisis Sistem Politik ...............................................................

Daftar pustaka..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem
politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan
berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan
papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan
penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota
masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktek-praktek politik. Jika secara tidak
langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang
terjadi.Dan jika secara langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Pada pendekatan dalam analisis sistem politik, David Easton mengemukakan bahwa
Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang
terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang
lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur,
Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling
kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari
pada sekedar merupakan cara, tata, rencana,skema,proseduratau metode.

2.2 Pengertian Politik


Berasal dari kata “polis”(negara kota),yang kemudian berkembang menjadi kata dan
pengertian dalam barbagai bahasa. Aristoteles dalam Politics mengatakan bahwa “pengamatan
pertama – tama menunjukan kepada kita bahwa setiap polis atau negara tidak lain adalah
semacam asosiasi.Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi.Politik biasanya
menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

2.3 Pengertian Sistem Politik


Sistem Politik adalah berbagai macamkegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang
bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara). (chacha, 2018)
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem
sosial.Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu
sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang
relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya.Kehidupan politik dari perspektif sistem
bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita
bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem
politik.Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya
merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompokkelompok penekan
merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem
politik bisa dilihat sebagai kebudayaanpolitik,lembaga-lembaga politik, danperilaku politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke
dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam
model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah
oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat.Dalam perspektif ini, maka
efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari
kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah.Pandangan ini tidak
membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.

2.4 Pendekatan Menurut David Easton Teori Sistem Politik

Pembahasan rencana ratifikasi perjanjian internasional merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencapat suatu keputusan atau kebijakan.
Sehubungan dengan itu, Suharno mengatakan bahwa proses pembuatan kebijakan merupakan
pekerjaan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan29. Kebijakan ini
dipandang sebagai suatu proses, yakni proses politik maka ia dipresepsikan sebagai sebuah
siklus. Siklus yang ada pada proses tersebut menunjukan, bahwa terbentuknya sebuah
kebijakan tidak terlepas dari siklus yang ada. Artinya siklus tersebut berada dalam sebuah
sistem yang dimana antara unsur satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau tidak
terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga pembahasan rencana ratifikasi ini
terbentuk karena adanya keterkaitan antar unusur yang satu dan lainnya yang ada dalam sebuah
sistem. Dalam teori sistem yang dirumuskan oleh David Easton menjelaskan bahwa suatu
kebijakan yang dihasilkan merupakan hasil konversi dari input berupa tuntutan maupun
dukungan yang diolah secara sistematik oleh sistem politik sehingga menghasilkan keputusan
atau tindakan yang disebut output. Output yang dihasilkan berupa kebijakan, dapat diterima
atau ditolak oleh

lingkungan tergantung pada input yang telah dirumuskan sebelumnya. Output yang
dihasilkan tersebut tentu tidak terlepas dari campur tangan keberadaan proses politik
didalamnya. Berdasarkan asumsi Easton tesebut, proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan
sebagai input dan output yang secara detailnya adalah pengolahan input untuk menjadi output.
Input itu sendiri merupakan tuntutan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari
masyarakat. Input ini kemudian diolah menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusan-
keputusan, yang akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

2.5 PENDEKATAN DALAM ANALISIS SISTEM POLITIK

Analisis Sistem Politik Menurut David Easton

Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang terdapat
dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang lain maka dapat
dilihat dari definisi politik itu sendiri. Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu.
Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas antara sistem politik dengan sistem
lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik. Namun demikian, batas akan dapat dilihat apabila
kita dapat memahami tindakan politik sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan
keputusan yang menyangkut publik.Perbedaan sistem politik dengan sistem yang lain, tidak menjadikan
jurang pemisah antara sistem politik dengan sistem yang lain. Sebuah sistem dapat menjadi input bagi
sistem yang lain.Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antara anggotanya. Pembagian kerja
yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi integratif dalam sistem politik.
Tujuan pendekatan analisis sistem politik ; adalah untuk memisahkan kehidupan politik dari kehidupan
bukan politik tetapi dalam kenyataannya kehidupan politik sangat susah diramalkan karena tingkah laku
dan hubungan antara sesama manusia sangat abstrak/ tidak nyata.

Ciri-ciri dari sistem politik adalah :

1. Indentifikasi ; yaitu membedakan sistem politik dari sistem lainnya ;

2. Deferensiasi ; Beragam tindakan politik yang membawakan peran-peran politik, seperti lembaga
legislatif, eksekutif, yudikatif, maupun dalam kelompok politik tertentu (partai politik, kelompok
kepentingan termasuk militer dan birokrasi). (Bertujuan untuk melaksanakan pembagian kerja minimal
diantara anggota sistem)

3. Integrasi ; Dimungkinkan kesadaran para anggota sistem politik itu tetap menjaga keberadaan dan
keberlangsungan sistem politik itu sendiri, akan menghasilkan mekanisme yang bisa menjaga dan
mengintegrasikan beragam kegiatan serta memaksa anggotanya bekerja dalam kadar minimal untuk
menghasilkan keputusan-keputusan otoritas-otoritas sebagai jawaban dari tuntutan yang muncul dari
lingkungan. Fungsi partai politik ; sebagai agen komunikasi politik Macam dukungan dalam sistem
politik :

1. Dukungan komunikasi politik ; Dukungan yang diberikan kepada kelompok tertentu yang bisa
menyelesaikan perbedaan-perbedaan untuk membuat kuputusan yang mengikat melalui tindakan
bersama secara damai.
2. Dukungan rejim ; dukungan terhadap aturan dasar yang mengatur dan menyelaraskan berbagai
tindakan anggota – anggota sistem dalam menyelesaikan masalah yang muncul sebagai konsekuensi
dukungan terhadap suatu komunitas politik. (pengertian rejim adalah pengaturan yang mengatur cara-
cara menangani tuntutan yang dimasukan ke dalam sistem sebagai aturan main yang dipakai sebagian
besar anggota-anggota sistem untuk memilah sah atau tidaknya tindakan yang dilakukan oleh anggota
– anggota sistem tersebut.

3. Dukungan terhadap pemerintah ; dukungan terhadap suatu pemerintahan yang bertugas


melaksanakan penyelesaian terhadap beragam masalah dan konflik yang muncul diantara sesama
anggota sistem. Penarikan dukungan oleh pemerintah melalui beragam cara seperti ; cara-cara etis dan
cara-cara tidak etis seperti paksaan atau ancaman (penarikan dukungan bisa melalui bujukan,
persetujuan, melalui manipulasi dsb)

Untuk memahami sistem politik, menurut Easton ada empat ciri atau
atribut yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:

1.Unit-unit dan Batasan-batasan Suatu Sistem Politik

Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama
lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan roda sistem
politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk
menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik,
lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam
batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah
tugas, dan sebagainya. Untuk dapat membedakan antara sistem politik dengan
lingkungannya, maka sistem politik mempunyai batas-batas tertentu. Batas
suatu sistem politik ditentukan oleh unsur tindakan yang kurang lebih
berhubungan dengan pengambilan keputusan yang mengikat (otoritatif) bagi
suatu masyarakat. Setiap aksi sosial yang tidak memiliki ciri-ciri ini sudah jelas
tidak termasuk ke dalam sistem politik.
2.Input-output

Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang
masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan.
Tuntutan secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat kepentingan yang
belum dialokasikan secara merata oleh sistem politik kepada sekelompok
masyarakat yang ada di dalam cakupan sistem politik. Di sisi lain, dukungan
merupakan upaya dari masyarakat untuk mendukung keberadaan sistem politik
agar terus berjalan.
Output adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik
dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi menjadi dua, yaitu
keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan pemerintah. Keputusan
adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan tindakan sesuai tuntutan dan
dukungan yang masuk. Sementara itu, tindakan adalah implementasi konkret
pemerintah atas keputusan yang dibuat.

3. Diferensiasi dalam Sistem

Sistem yang baik haruslah memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan)


kerja. Di masa modern adalah tidak mungkin satu lembaga dapat
menyelesaikan seluruh masalah. Misalkan saja kaitannya dalam penelitian ini
adalah ratifikasi perjanjian perdagangan internasional yang sudah
ditandatangani Indonesia, tidak bisa cukup Kementerian Perdagangan
(Kemendag) saja yang memutuskan selanjutnya melakukan ratifikasi Tetapi,
perlu adanya disampaikan kepada DPR untuk dibahas bersama dalam
menentukan rencana ratifikasi. Dalam pembahasan pun, bukan hanya dilakukan Kemendag dan
DPR saja, tetapi juga dapat melibatkan pihak ketiga
dan masyarakat untuk sebagai pertimbangan. Pihak-pihak tersebut memiliki
perbedaan di dalam dan fungsi pekerjaannya.
4. Integrasi dalam Sistem

Meskipun dikehendaki agar memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan),


suatu sistem tetap harus memerhatikan aspek integrasi. Integrasi adalah keterpaduan kerja
antarunit yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Model analisa sistem politik menurut David Easton :

Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan berbagai aspek


dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem. Proses penggabungan akan membuka peluang
untuk melembagakan aneka realitas politik yang rumit dan kemudian mensistemasikannya
dalam sistem, tanpa melupakan politik yang sifatnya multidimensi.

Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain karena:
(1) sifatnya yang mutlak;

(2) teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa sistem dapat
hancur atau konflik;

(3) teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan
kata lain, pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang
lainnya;

(4) teori ini mengingkari keberadaan suatu negara;

(5) teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem yang timbul
akibat variasi.
Dalam gambar diatas, Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat secara
keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem yang berupaya
mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatifAlokasi nilai hanya
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif) di
mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu
keputusan (decision) dan tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna
mengalokasikan nilai.

Unit-unit dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan politik (political actions) yaitu
kondisi seperti pembuatan UU, pengawasan DPR terhadap Presiden, tuntutan elemen
masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dalam awal kerjanya, sistem politik
memperoleh masukan dari unit input.

Input adalah pemberi makan sistem politik. Input terdiri atas dua jenis: tuntutan dan
dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik maupun dari lingkungan
intrasocietal maupun extrasocietal. Tuntutan ini dapat berkenaan dengan barang dan
pelayanan (misalnya upah, hukum ketenagakerjaan, jalan, sembako), berkenaan dengan
regulasi (misalnya keamanan umum, hubungan industrial), ataupun berkenaan dengan
partisipasi dalam sistem politik (misalnya mendirikan partai politik, kebebasan
berorganisasi).
Tuntutan yang sudah terstimulasi kemudian menjadi garapan aktor-aktor di dalam sistem
politik yang bersiap untuk menentukan masalah yang penting untuk didiskusikan melalui
saluran-saluran yang ada di dalam sistem politik. Di sisi lain, dukungan (support) merupakan
tindakan atau orientasi untuk melestarikan ataupun menolak sistem politik. Jadi, secara
sederhana dapat disebutkan bahwa dukungan memiliki dua corak yaitu positif (forwarding)
dan negatif (rejecting) kinerja sebuah sistem politik.

Setelah tuntutan dan dukungan diproses di dalam sistem politik, keluarannya disebut sebagai
output, yang menurut Easton berkisar pada dua entitas yaitu keputusan (decision) dan
tindakan (action). Output ini pada kondisi lebih lanjut akan memunculkan feedback (umpan
balik) baik dari kalangan dalam sistem politik maupun lingkungan. Reaksi ini akan
diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan, dan secara lebih lanjut
meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung dalam pola siklis.

David Easton dalam A Framework for Political Analysis (1965) :

Dalam tahap ke-2 bangunan teori sistem politik ini, Easton berusaha untuk lebih mendekatkan
teorinya dengan dunia empiris. Dalam tahap ini Easton kembali melakukan penegasan atas hal-
hal berikut :

• Masyarakat terdiri atas seluruh sistem-sistem dan bersifat terbuka.

• Sistem politik adalah : Seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial,
dimana nilai-nilai dialokasikan ke dalam masyarakat secara otoritatif.

• Lingkungan merupakan semua sistem lain yang tidak termasuk dalam sistem politik. Secara
garis besar, Lingkungan terdiri atas intrasocietal dan exstrasocietal. Lingkungan intrasocietal
bagian dari lingkungan fisik serta sosial yang terletak di luar batasan sistem politik tetapi masih
di dalam masyarakat yang sama. Lingkungan extrasocietal adalah bagian dari lingkungan fisik
serta sosial yang terletak “di luar” batasan sistem politik dan masyarakat tempat sistem politik
berada. (Ferdaz, 2012)
Bibliography
chacha, t. (2018, juni 23). sintong. Diambil kembali dari 17 Pengertian Sistem Politik Menurut Para
Ahli, Bahasa dan Secara Umum: https://www.silontong.com/2018/06/23/pengertian-sistem-
politik/#

Ferdaz. (2012, desember 16). MEMBACA REALITA POLITIK INDONESIA (DAVID EASTON). Diambil
kembali dari Firdaus Asmarinda:
https://firdausasmarinda.wordpress.com/2012/12/16/membaca-realita-politik-indonesia-
david-easton/

Anda mungkin juga menyukai