Nama Kelompok:
1. Nofan Nanda Prima (1111800109)
2. Risky Yandy (1111800112)
3. Rizky Fajar (1111800139)
4. Habibil Mahbub (1111800126)
5. M.Afriandi (1111800129)
6. M.Fauzi (1111800201)
7. Sulton (1111800155)
8. Alif (1111800127)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
makalah ini dapat terselesalaikan. Tak lupa serta salamkami panjatkan kepada kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai pada saat ini di zaman
terang benderang. Dalam penulisan makalah ini banyak sekali tingkat kesulitan yang kami
dapatkan. Terutama dalam mencari informasi secara detail karena berhubung keadaan kami
yang sangat jauh dari lokasi penelitian. Jadi kami hanya mencari referensi dari buku-buku dan
media-media seperti internet, majalah, dan lain-lain.Namun berkat ketelitian dan keseriusan
dari kawan-kawan serta kerjasama antar kelompok yang baik, makalah ini dapat terselesaikan
juga.
Ada pepatah mengatakan “ tidak ada gading yang tak retak”. Begitupun dengan
makalah ini sungguh masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritikan serta saran dari
kawan-kawan yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan sekali.Kami berharap dengan
adanya makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas baik bagi penulis maupun para
pembaca.Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini.Kami sadar dalam penulisan masih banyak sekali
kesalahan. Oleh karena itu kami ucapkan maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
Daftar pustaka..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem
politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan
berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan
papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan
penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota
masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktek-praktek politik. Jika secara tidak
langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang
terjadi.Dan jika secara langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Pada pendekatan dalam analisis sistem politik, David Easton mengemukakan bahwa
Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang
terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang
lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur,
Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling
kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari
pada sekedar merupakan cara, tata, rencana,skema,proseduratau metode.
lingkungan tergantung pada input yang telah dirumuskan sebelumnya. Output yang
dihasilkan tersebut tentu tidak terlepas dari campur tangan keberadaan proses politik
didalamnya. Berdasarkan asumsi Easton tesebut, proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan
sebagai input dan output yang secara detailnya adalah pengolahan input untuk menjadi output.
Input itu sendiri merupakan tuntutan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari
masyarakat. Input ini kemudian diolah menjadi output, kebijaksanaan, dan keputusan-
keputusan, yang akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang terdapat
dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang lain maka dapat
dilihat dari definisi politik itu sendiri. Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu.
Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas antara sistem politik dengan sistem
lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik. Namun demikian, batas akan dapat dilihat apabila
kita dapat memahami tindakan politik sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan
keputusan yang menyangkut publik.Perbedaan sistem politik dengan sistem yang lain, tidak menjadikan
jurang pemisah antara sistem politik dengan sistem yang lain. Sebuah sistem dapat menjadi input bagi
sistem yang lain.Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antara anggotanya. Pembagian kerja
yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi integratif dalam sistem politik.
Tujuan pendekatan analisis sistem politik ; adalah untuk memisahkan kehidupan politik dari kehidupan
bukan politik tetapi dalam kenyataannya kehidupan politik sangat susah diramalkan karena tingkah laku
dan hubungan antara sesama manusia sangat abstrak/ tidak nyata.
2. Deferensiasi ; Beragam tindakan politik yang membawakan peran-peran politik, seperti lembaga
legislatif, eksekutif, yudikatif, maupun dalam kelompok politik tertentu (partai politik, kelompok
kepentingan termasuk militer dan birokrasi). (Bertujuan untuk melaksanakan pembagian kerja minimal
diantara anggota sistem)
3. Integrasi ; Dimungkinkan kesadaran para anggota sistem politik itu tetap menjaga keberadaan dan
keberlangsungan sistem politik itu sendiri, akan menghasilkan mekanisme yang bisa menjaga dan
mengintegrasikan beragam kegiatan serta memaksa anggotanya bekerja dalam kadar minimal untuk
menghasilkan keputusan-keputusan otoritas-otoritas sebagai jawaban dari tuntutan yang muncul dari
lingkungan. Fungsi partai politik ; sebagai agen komunikasi politik Macam dukungan dalam sistem
politik :
1. Dukungan komunikasi politik ; Dukungan yang diberikan kepada kelompok tertentu yang bisa
menyelesaikan perbedaan-perbedaan untuk membuat kuputusan yang mengikat melalui tindakan
bersama secara damai.
2. Dukungan rejim ; dukungan terhadap aturan dasar yang mengatur dan menyelaraskan berbagai
tindakan anggota – anggota sistem dalam menyelesaikan masalah yang muncul sebagai konsekuensi
dukungan terhadap suatu komunitas politik. (pengertian rejim adalah pengaturan yang mengatur cara-
cara menangani tuntutan yang dimasukan ke dalam sistem sebagai aturan main yang dipakai sebagian
besar anggota-anggota sistem untuk memilah sah atau tidaknya tindakan yang dilakukan oleh anggota
– anggota sistem tersebut.
Untuk memahami sistem politik, menurut Easton ada empat ciri atau
atribut yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:
Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama
lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan roda sistem
politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk
menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik,
lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam
batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah
tugas, dan sebagainya. Untuk dapat membedakan antara sistem politik dengan
lingkungannya, maka sistem politik mempunyai batas-batas tertentu. Batas
suatu sistem politik ditentukan oleh unsur tindakan yang kurang lebih
berhubungan dengan pengambilan keputusan yang mengikat (otoritatif) bagi
suatu masyarakat. Setiap aksi sosial yang tidak memiliki ciri-ciri ini sudah jelas
tidak termasuk ke dalam sistem politik.
2.Input-output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang
masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan.
Tuntutan secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat kepentingan yang
belum dialokasikan secara merata oleh sistem politik kepada sekelompok
masyarakat yang ada di dalam cakupan sistem politik. Di sisi lain, dukungan
merupakan upaya dari masyarakat untuk mendukung keberadaan sistem politik
agar terus berjalan.
Output adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik
dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi menjadi dua, yaitu
keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan pemerintah. Keputusan
adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan tindakan sesuai tuntutan dan
dukungan yang masuk. Sementara itu, tindakan adalah implementasi konkret
pemerintah atas keputusan yang dibuat.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain karena:
(1) sifatnya yang mutlak;
(2) teori menjunjung tinggi kestabilan, kemudian gagal menjelaskan mengapa sistem dapat
hancur atau konflik;
(3) teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi sistem. Dengan
kata lain, pendangan Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang
lainnya;
(5) teori bersifat mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem yang timbul
akibat variasi.
Dalam gambar diatas, Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat secara
keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem yang berupaya
mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatifAlokasi nilai hanya
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif) di
mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu
keputusan (decision) dan tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna
mengalokasikan nilai.
Unit-unit dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan politik (political actions) yaitu
kondisi seperti pembuatan UU, pengawasan DPR terhadap Presiden, tuntutan elemen
masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dalam awal kerjanya, sistem politik
memperoleh masukan dari unit input.
Input adalah pemberi makan sistem politik. Input terdiri atas dua jenis: tuntutan dan
dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik maupun dari lingkungan
intrasocietal maupun extrasocietal. Tuntutan ini dapat berkenaan dengan barang dan
pelayanan (misalnya upah, hukum ketenagakerjaan, jalan, sembako), berkenaan dengan
regulasi (misalnya keamanan umum, hubungan industrial), ataupun berkenaan dengan
partisipasi dalam sistem politik (misalnya mendirikan partai politik, kebebasan
berorganisasi).
Tuntutan yang sudah terstimulasi kemudian menjadi garapan aktor-aktor di dalam sistem
politik yang bersiap untuk menentukan masalah yang penting untuk didiskusikan melalui
saluran-saluran yang ada di dalam sistem politik. Di sisi lain, dukungan (support) merupakan
tindakan atau orientasi untuk melestarikan ataupun menolak sistem politik. Jadi, secara
sederhana dapat disebutkan bahwa dukungan memiliki dua corak yaitu positif (forwarding)
dan negatif (rejecting) kinerja sebuah sistem politik.
Setelah tuntutan dan dukungan diproses di dalam sistem politik, keluarannya disebut sebagai
output, yang menurut Easton berkisar pada dua entitas yaitu keputusan (decision) dan
tindakan (action). Output ini pada kondisi lebih lanjut akan memunculkan feedback (umpan
balik) baik dari kalangan dalam sistem politik maupun lingkungan. Reaksi ini akan
diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan, dan secara lebih lanjut
meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung dalam pola siklis.
Dalam tahap ke-2 bangunan teori sistem politik ini, Easton berusaha untuk lebih mendekatkan
teorinya dengan dunia empiris. Dalam tahap ini Easton kembali melakukan penegasan atas hal-
hal berikut :
• Sistem politik adalah : Seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial,
dimana nilai-nilai dialokasikan ke dalam masyarakat secara otoritatif.
• Lingkungan merupakan semua sistem lain yang tidak termasuk dalam sistem politik. Secara
garis besar, Lingkungan terdiri atas intrasocietal dan exstrasocietal. Lingkungan intrasocietal
bagian dari lingkungan fisik serta sosial yang terletak di luar batasan sistem politik tetapi masih
di dalam masyarakat yang sama. Lingkungan extrasocietal adalah bagian dari lingkungan fisik
serta sosial yang terletak “di luar” batasan sistem politik dan masyarakat tempat sistem politik
berada. (Ferdaz, 2012)
Bibliography
chacha, t. (2018, juni 23). sintong. Diambil kembali dari 17 Pengertian Sistem Politik Menurut Para
Ahli, Bahasa dan Secara Umum: https://www.silontong.com/2018/06/23/pengertian-sistem-
politik/#
Ferdaz. (2012, desember 16). MEMBACA REALITA POLITIK INDONESIA (DAVID EASTON). Diambil
kembali dari Firdaus Asmarinda:
https://firdausasmarinda.wordpress.com/2012/12/16/membaca-realita-politik-indonesia-
david-easton/