Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji & syukur atas rahmat & ridho allah SWT, karena tanpa
rahmat & ridhonya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa,saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
Oleh kelompok 3
DAFTAR ISI
Bab I………………………………………………………………………………………...……4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………...……...4
Bab II……………………………………………………………………………………………..5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………...………..5
Bab III...........................................................................................................................................21
PENUTUP……………………………………………………………………………………….21
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………22
Bab I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Sistem politik Indonesia, serta menjelaskan secara eksplisit mengenai
struktur, fungsi, pendekatan dan kapabilitas sistem politik dan dapat sama-sama dipelajari
oleh teman-teman sekalian
Bab II
PEMBAHASAN
Struktur merupakan badan atau organisasi, sedangkan politik merupakan urusan negara. Jadi
secara harfiah Struktur politik merupakan badan atau organisasi yang berkenaan dengan
urusan rumah negara. Untuk itu struktur politik selalu berkaitan dengan alokasi nilai-nilai
yang bersifat otoritatif,yaitu yang di pengaruhi oleh distribusi atau penggunaan kekuasaan.
Selain itu, struktur politik dapat merupakan bangunan yang tampak secara jelas dan yang
tidak tampak secara jelas. Struktur politik tidak dapat dilepaskan dari fungsi politik, yaitu
input, output, conversion, dan feedback. Struktur politik tentu kerap merupakan refleksi
tuntutan budaya politik atau hasil interaksi antara struktur politik secara internal atau
ditentukan output dan bahkan oleh ujian-ujian dalam proses politik, dalam masa yang akan
datang.
struktur politik dibagi atas struktur politik formal dan struktur politik
informal.
Kehidupan politik suatu Negara terlihat dari sistem politik yang mewujud dalam struktur
politik. Dan, dalam setiap sistem politik akan ditemui berbagai struktur politik. Struktur
politik sebagai bagian dari struktur pada umumnya, selalu berkenan dengan alokasi nilai-
nilai yang bersifat otoritatif, yaitu yang di pengaruhi oleh distribusi serta penggunaan
kekuasaan. Struktur politik yang umumnya terdapat dalam sistem politik dari setiap Negara
meliputi dua struktur kehidupan politik yakni, suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
Dalam konteks ini, kekuasaan pada pembicaraan sistem politik, menurut Ossip
K.Flectheim di bagi dua jenis (vertikal dan struktural), yaitu pertama, kekuasaan yang
ditunjukan kepada Negara, dan kedua kekuasaan yang ada di dalam Negara. Pembagian
kekuasaan ini dipandang dari pendekatan struktural-fungsional almond, yaitu: (1) kekuasaan
yang di tunjukan kepada Negara identik dengan infrastruktur politik; dan (2) kekuasaan yang
ada di dalam Negara sama dengan suprastruktur politik.
2.2 Fungsi Sistem Politik
●input
Dalam suatu sistem politik, input sangat penting karena tanpa input suatu sistem politik
tidak dapat bekerja. Input dapat dibedakan antara tuntutan dan dukungan. Suatu input bias
masuk ke dalam sistem politik bila ada agen yang menyalurkannya. Segala jenis input bisa
datang dari dalam maupun dari luar sistem politik.
Dalam versi Easton, input dari suatu sistem politik dapat di bedakan antara input berupa
tuntutan dan input berupa dukungan. Input-input inilah yang memberikan bahan mentah atau
informasi yang harus diperoleh oleh sistem, dan juga energi yang di butuhkan untuk
kelangsungan hidup sistem.
Alasan mengapa suatu sistem politik terbentuk dalam suatu masyarakat mengapa orang
melibatkan diri dalam kegiatan politik adalah karena adanya tuntutan-tuntutan dari orang-
orang atau kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut yang tidak semuanya dapat
dipenuhi secara memuaskan.
Input-input berupa tuntutan saja tidaklah memadai untuk keberlangsungan kerja suatu
sistem politik. Jika input tuntutan itu hanyalah bahan dasar yang di pakai untuk membuat
produk akhir, yang disebut keputusan.untuk tetap menjaga keberlangsungan fungsinya,
sistem juga memerlukan energi dalam bentuk tindakan-tindakan atau pandangan-pandangan
yang memajukan dan merintangi suatu sistem politik, tuntutan-tuntutan yang timbul di
dalamnya, dan keputusan-keputusan yang dihasilkannya ini. input inilah yang dinamakan
Easton sebagai dukungan.
Tuntutan bisa datang dari lingkungan sistem (eksternal) dan juga bisa dari dalam sistem
politik (internal). Karena lingkungannya di luar sistem melalui pendekatan analisis sistem ini
telah kita tetapkan berbagai sistem-sistem lain di luar sistem politik. Sebenarnya tuntutan
internal bukanlah input yang dimasukan kedalam sistem, melainkan merupakan sesuatu yang
timbul di dalam sistem itu sendiri(„withinput”), dan oleh karena itu tuntutan internal tersebut
seringkali lebih mempunyai akibat langsung bagi sistem politik dari pada tuntutan eksternal.
Withinput ini oleh Easton diibaratkan sebagai tubuh manusia yang bisa menjadi sakit
karena infeksi-infeksi dari luar atau daya tahan yang menurun karena usia yang menua.maka
sistem politik bisa terserang tekanan karena adanya gangguan-gangguan dari lingkungan
atau kegegalan-kegagalan yang dapat di hubungkan langsung dengan proses-proses atau
rangkaian-rangkaian susunan struktur dalam sistem itu sendiri.
Ilustrasi lain dari withinput adalah sebagai berikut Misalnya, anggota-anggota sistem politik
di amerika dari waktu ke waktu telah merasakan keseluruhan pemerintahan yang terancam
oleh kesulitan-kesulitan yang berakar dari pemisahan kekuasaan yang telah memperburuk
bagian perundang-undangan. Secara tradisional hal ini telah menghasilkan satu diskusi
tentang pertanggung jawaban sistem dua partai di AS.
Sementara itu berkenan dengan input dukungan, sebagaimana telah dijelaskan di atas, tanpa
dukungan, tuntutan tidak akan bisa dipenuhi atau konflik mengenai tujuan tidak akan
terselesaikan.
Input dukungan dalam suatu sistem politik dapat dibedakan menjadi dua yaitu, dukungan
nyata yang Nampak dari luar dan dukungan dalam bentuk-bentuk tingkah laku “ batiniah”
berupa pandangan atau suasana pikiran.
Dukungan dalam sistem politik pada dasarnya diarahkan kepada tiga hal yaitu, dukungan
terhadap komunitas politik, rezim, dan pemerintah. Dukungan terhadap komunitas politik
dimaksud sebagai dukungan terhadap keberadaan suatu kelompok yang berusaha
menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada atau mendorong pembuatan keputusan-
keputusan yang mengikat melalui tindakan-tindakan bersama secara damai.
Sementara itu dukungan terhadap pemerintah dapat diartikan sebagai dukungan terhadap
suatu pemerintahan yang bertugas melaksanakan penyelesaian terhadap beragam masalah
dan konflik yang muncul diantara sesame anggota sistem.
●output
Easton dalam pembahasannya telah menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem politik yang
dapat menghasilkan output penting yang kita sebut keputusan-keputusan otoritatif jika
dukungan, disamping tuntutan, tidak memperoleh jalan untuk masuk ke dalam sistem.
Dari bahasan-bahasan di atas tampak betapa pentingnya dukungan bagi sistem politik agar
dapat melakukan tugasnya, mengubah tuntutan menjadi output yang memuaskan anggota-
anggota sistemnya.
Oleh karena itu pada bahasan berikut akan dicoba untuk melihat cara-cara apa yang
mungkin dapat dilakukan oleh suatu sistem politik dalam rangka memelihara dukungan yang
cukup dan ajeg baginya, dan cara-cara itu itu bisa membantu kebijakan yang otoritatif.
Cara pertama dapat dilakukan dengan penggunaan output-output yang dihasilkan sebagai
mekanisme dukungan. Sebagaimana telah di singgung di atas, output merupakan hasil-hasil
berupa keputusan dan kebijakan dari para anggota sistem dalam rangka memenuhi tuntutan
yang muncul dalam input sistem politik tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut tentunya
secara sederhana kita dapat mengasumsikan bila sistem politik mampu mengeloh beragam
tuntutan dari masyarakat menjadi output yang memuaskan masyarakat maka tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem akan semakin bertambah.
Pentingnya keputusan-keputusan pemerintah bagi dukungan terhadap dua segi lain dari
suatu sistem yaitu komunitas politik dan rezim sudah tampak jelas dari pembahasan diatas.
Cara kedua adalah melalui politisasi sebagai mekanisme dukungan. Politisasi oleh Easton
diartikan sebagai cara-cara yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk mempelajari pola-
pola politik. Melalui proses politisasi inilah seorang individu belajar untuk memainkan
peranan politiknya, dan dalam proses itu pula terjadi penerapan dan peniruan sikap-sikap
politik yang cocok. Melalui proses inilah individu sebagai anggota-anggota sistem diajarkan
tentang harapan-harapan dasar yang sama dalam hal patokan-patokan atau ukuran-ukuran
yang harus diterapkan untuk membuat penilaian politik.
Melalui politisasi ini sebenarnya pemerintah mampu mengelolah dukungan baginya dengan
cara menanamkan rasa ketertarikan yang dalam dari anggota-anggota sistem pada sistem
politiknya. Bila keterikatan politik ini berakar dengan sangat kuat atau telah melembaga
maka sistem politik tersebut akan memiliki legitimasi yang tinggi. Dan legitimasi yang
tinggi terutama pada rezim dan pemerintahanya tersebut akan menopang terbentuknya
cadangan dukungan yang besar. Jadi, bila suatu sistem politik ingin dapat tetap bertahan
dalam menghadapi gelombang goncangan-goncangan yang akan terjadi, ketika output-output
yang dihasilkannya lebih banyak bersifat merugikan bagi anggotanya, maka sistem tersebut
harus mampu menciptakan dukungan yang di dasarkan atas pengakuan akan legitimasi dari
pemerintah dan rezimnya, karena dukungan semacam inilah yang mampu menciptakan
cadangan-cadangan yang memadai.
B. Fungsi input-output Versi Gabriel Almond
Input menurut almond, berbeda dengan yang dimaksud Easton. Input bukan terdiri dari
tuntutan dan dukungan, tetapi terdiri dari atau dikelompokan menjadi: sosialiasi politik dan
rekrutmen politik, artikulasi kepentingan, agresi kepentingan, dan komunikasi politik. Selain
itu output menurut almond juga berbeda dengan maksud output versi Easton. Output bukan
berupa keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan, melainkan berupa tiga fungsi yang
dimiliki tiga lembaga dalam trias politica (lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif), yaitu
fungsi pembuatan kebijakan, fungsi penerapan kebijakan, dan fungsi pengujian/penghakiman
kebijakan.
● Fungsi-Fungsi Input
Ada dua hal yang harus diperhatikan mengenai proses sosialisasi politik,
Kedua, sosialisasi politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran yang langsung maupun
tak langsung.
Dikatakan bahwa, proses sosialisasi politik berlangsung terus menerus selama hidup
seseorang. Dengan demikian sikap seseorang tidak dibentuk hanya pada masa kecilnya
saja, melainkan dipengaruhi pula oleh pengalaman hidupnya ketika dewasa.
Selanjutnya suatu proses sosialisasi dapat berbentuk transmisi atau pengajaran yang
bersifat manifest (nyata) dan latent (tidak nyata).
Sosialisasi politik yang berbentuk transmisi nyata merupakan proses dimana nilai yang
ditransmisikan kepada seseorang berwujud informasi, sikap, pandangan, serta keyakinan
mengenai politik secara eksplisit.
Sedangkan transmsis atau pengajaran tak langsung tidak lain adalah proses ketika
seseorang untuk pertama kalinya memperoleh nilai-nilai yang bersifat non-politis, dan
giliranya nilai-nilai yang diperoleh tadi akan memengaruhui pandangan, sikap, serta
keyakinan dibidang politik.
Dengan demikian salah satu fungsi penting dari sosialisasi politik adalah memelihara
kebudayaan politik masyarakat dengan bentuk pewarisan kebudayaan politik dan juga
mengubah kebudayaan politik masyarakat yang bersangkutan.
Dalam rangka pengalihan nilai, sikap, serta pandangan politik diperlukan sejumlah
sarana tertentu. Sarana sosialisasi politik, lazimnya disebut agen sosialisasi politik. Agen
sosialisasi yang umum menurut almond terdiri dari enam macam yaitu keluarga, sekolah,
kelompok pergaulan, pekerjaan, media massa, dan kontak-kontak politik langsung.
- Keluarga
Keluarga merupakan struktur sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Pengaruh
kehidupan keluarga bersifat langsung maupun tidak langsung sangat kuat dan kekal.
Pengaruh paling jelas dari keluarga adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap
wewenang kekuasaan (authority).
- Sekolah
Orang yang terpelajar lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan
mereka, lebih memperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi
tentang proses-proses politik, dan lebih kompeten dalam tingkah laku politiknya.
Sekolah memberkan pengetahuan kepada kaum muda tentang dunia politik dan peranan
mereka didalamnya. Sekolah memberikan pandangan yang lebih konkrit tentang
lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik.
- Kelompok pergaulan
Meskipun sekolah dan keluarga merupakan sarana yang paling jelas terlibat dalam
proses sosialisasi, namun masih ada beberapa unit lain yang bisa membentuk sikap-
sikap politik seseorang. Salah satunya adalah kelompok pergaulan, termasuk kelompok
bermain di masa kanak-kanak, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja yang kecil,
hal mana setiap anggota mempunyai kedudukan yang relatif sama dan saling memiliki
ikatan-ikatan yang erat.
- Pekerjaan
Pekerjaan dan organisasi-organisasi formal dan non-formal yang dibentuk berdasarkan
lingkupan pekerjaan itu, seperti serikat buruh, klub sosial, dan yang semacam itu juga
merupakan saluran komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas. Individu-individu
mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok tertentu, seperti serikat buruh,dan
menggunakan kelompok itu sebagai “acuan” (reference) dalam kehidupan politik.
- Media massa
Masyarakat moderntidak dapat hidup tanpa komunikasi yang luas, cepat, dan secara
umum seragam. Informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di mana saja di
dunia segera menjadi pengetahuan umum dan beberapa jam saja.sebagian besar
masyarakat di dunia terutama bagian-bagiannya yang modern telah menjadi satu
kelompok penonton tunggal, yang tergerak hatinya oleh peristiwa-peristiwa yang sama
dan dirangsang oleh selera yang sama.
b. rekrutmen politik
rekrutmen politik pada dasarnya merupakan proses penyeleksian individu untuk dapat
mengisi lowongan dalam jabatan-jabatan politik maupun pemerintahan. Rekrutmen politik
berkaitan erat dengan karir politik seseorang.
Pada umumnya terdapat dua cara untuk melaksanakan proses rekrutmen politik, yaitu
secara terbuka atau penutup . rekrutmen politik yang bersifat terbuka merupan proses
penyeleksian yang terbuka untuk seluruh warga Negara.
2. artikulasi kepentingan
Artikulasi kepentingan merupakan cara yang lazim ditempuh oleh anggota masyarakat agar
kepentingan dan kebutuhannya dapat terpenuhi secara memuaskan. Berbagai macam
kepentingan atau kebutuhan anggota-anggota masyarakatmungkin dapat terpenuhi oleh sistem
politik bila mana dikemukakan secara nyata, melaluiorganisasi maupun lembaga-lembaga
yang ada di dalam masyarakat. Dalam masyarakat modern, lembaga yang mengartikulasikan
kepentingan, amggota masyarakat ke tingkat pengambilan keputusan, disebut kelompok
kepentingan.
3. Agregasi kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan suatu fungsi input yang bertugas memadukan semua
kepentingan anggota masyarakat yang telah diartikulasikan. Karena itu, almond berpendapat
bahwa proses mengubah tuntutan hingga menjadi alternatif kebijakan umum dapat disebut
sebagai agregasi kepentingan.
4.Komunikasi politik
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi input yang menunjuk pada proses
penyampaian-penyampaian informasi-informasi politik. Setiap bentuk komunikasi informasi
yang memiliki beban politik bisa dianggap sebagai komunikasi politik.
Fungsi komunikasi politik dapat dilakukan secara formal apabila penyampaian informasi
politik dilaksanakan melalui media-media formal; antara lain radio, televisi, dan parpol.
● Fungsi-Fungsi Output
sistem politik yang bersifat otoriter sekalipun memerlukan output sebagai hubungan dari
elemen-elemen politik yang membentuknya dalam suatu sistem politik. Output merupakan
hasil dari konferensi yang dilakukan oleh proses politik melalui berbagai perdebatan, diskusi,
dan sampai terjadi pertikaian dan pertentangan selama proses politik berlangsung.
Menurut almond ada 6 kategori kapabilitas sistem politik yang didasarkan pada klasifikasi
input dan output sistem politik, yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik sebagai
berikut:
1. Kapabilitas Ekstraktif
Kapabilitas Ekstraktif yaitu ukuran kinerja sistem politik dalam mengumpulkan
Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) dari lingkungan domestik
maupun internasional. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai
kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak
tanah, pertambangan (batubara, emas, timah, dll) yang ketika datang para penanam
modal domestik maupun internasional itu akan memberikan pemasukan lagi bagi
pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian akan menghidupkan rod
pemerintahan dan pembangunan.
Contoh Kasus
2. Kapabilitas Distributif
Contoh Kasus
Saat ini masalah kesenjangan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan tidak pernah
mendapatkan perhatian secara serius. Malahan ada kecenderungan semakin memburuk
mengenai hal ini contoh: Biaya pendidikan semakin mahal sehingga hanya kelompok
tertentu saja yang mampu mengakses, terlebih lagi harus ada sistem standarisasi kelulusan
berupa UN yang menuai kontra dari berbagai pihak. Bagaimana tidak, sistem ini malah
justru menjadi diskriminasi bagi anak yang bersekolah di pedesaan yang harus disamakan
standarnya dengan anak perkotaan yang jauh lebih banyak penerima fasilitas pendidikan
dibanding dengan anak-anak didaerah terpencil. Demikian pula dalam pelayanan
kesehatan. Semakin mahalnya biaya kesehatan membuat masyarakat miskin tidak lagi
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak, sementara kelompok yang kaya dapat
memilih jenis pelayanan kesehatan apapun, termasuk pelayanan standar internasional.
Sebagai contoh seorang yang harus kehilangan anaknya karena ditolak oleh 10 rumah
sakit dengan alasan yang tidak tidak logis, menjadi pemandangan tersendiri bagi
bobroknya kapabilitas ditributif dari sistem politik Indonesia.
3. Regulatif (Pengaturan)
Contoh kasus
Kemampuan regulatif adalah kemampuan yang sangat kritis terjadi di indonesia. Regulasi
yang seharusnya hadir sebagai pengontrol dan pengendali tingkah laku dalam berjalannya
sistem politik terkadang disalah gunakan para pembuat regulasi, bahkan cenderung
“membentengi” diri lewat peraturan yang dibuatnya. Telah banyak peristiwa besar yang
terjadi di negara kita saat ini, seperti DPR yang merupakan pembuat undang-undang,
justru mereka sendiri yang banyak melanggarnya. Selain itu, maraknya kasus mafia
hukum yang notabene dilakukan penegak hukum itu sendiri.
Apabila kemampuan regulatif sistem politik ini dimaknai sebagai interaksi yang
mempengaruhi semua penggunaan paksaan fisik yang sah, maka sungguh tidak efektif
kemampuan sistem politik ini. Karena masih sangat marak aksi premanisasi yang terjadi
tanpa aparat negara yang mampu mencegahnya, bahkan pengerusakan tempat-tempat
ibadah menjadi fenomena tersendiri dalam negeri ini.
4. Kapabilitas Simbolik
Contoh Kasus
Kapabilitas simbolik pada sistem politik di indonesia saat ini tidak melahirkan pemimpin
yang memiliki jiwa kemimpinan, karismatik dan relegius. Seperti kita ketahui sosok
pemimpin seperti Ir. Soekarno, yang karismatik dan Gusdur sebagai tokoh agama. Tepuk
tangan yang diberikan kepada pidato seorang tokoh politik merupakan dukungan moral
dan tanda penghormatan atas dirinya sebagai pemimpin. Namun sekarang yang kita lihat
tidak lagi terdapat pemimpin yang memiliki simbol tertentu, sehingga hanya melahirkan
kepala pemerintahan yang memimpin dengan sistem kerja struktural belaka.Tapi pada
perkembangannya, kemampuan simbolik mulai berangsur-angsur memberikan titik
terang, karena masyarakat semakin lama semakin pintar melihat calon-calon pemimpin
yang akan dipilihnya. Pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan tidak akan
mampu bertahan lama karena persaingan politik pun semakin ketat. Siapa yang mampu
menarik simpati masyarakat maka dia yang dipercaya, seperti halnya Jokowi. Gubrakan
dalam kepemimpinannya banyak menuai dukungan dari masyarakat karena gayanya
yang Blusukan membuat orang lebih simpati. Semoga saja apa yang dilakukann
pemimpin di negeri ini bukan untuk pencitraan untuk mendapat simpati dari masyarakat
tapi merupakan gaya kepemimpinana yang bisa membuat Indonesia yang lebih baik.
Kapabilitas simbolik dan kapabilitas internasional sistem politik kita juga lemah
dengan menunjuk pada kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia maupun kasus
sebelumnya kekalahan diplomatik wilayah Indonesia dari Malaysia. Secara ekonomi
dengan merujuk data utang luar negeri Indonesia yang mencapai Rp 2.845.25 triliun
(Kemenkeu, 2015) juga menunjukkan lemahnya kapabilitas simbolik sistem politik kita
di sektor keuangan.
5. Kapabilitas Responsif
Kapabilitas responsif, yaitu daya tanggap suatu sistem politik terhadap setiap
tekanan yang berupa tuntutan baik dari lingkungan intra-masyarakat (domestik) maupun
ekstra-masyarakat
(internasional). Karena itu, dalm suatu sistem politik kapabilitas responsif ini ditentukan
oleh hubungan antara input dan output
Contoh Kasus
2. Target program legislasi nasional (prolegnas) yang tidak tercapai seperti pada
prolegnas tahun 2013 dengan target 76 RUU sampai dengan penutupan masa sidang I
tahun 2013-2014 hanya 15 RUU yang sudah disyahkan. Bahkan pada periode 2009-
2014 ini ada RUU yang sudah jadi Undang Undang kemudian dibatalkan oleh MK
karena ada gugatan rakyat, seperti pada kasus UU Badan Hukum Pendidikan. Ini
artinya kemampuan merespon input dan memprosesnya menjadi kebijakan nampak
begitu lemah.
3. Praktek korupsi yang merajalela hingga merugikanm negara mencapai kurang lebih
rartusan triliun rupiah per tahun juga menunjukkan lemahnya sistem politik
mencegah tumbuh suburnya praktek korupsi. Bahkan korupsi tumbuh subur dalam
praktek politik. Lebih dari 60 persen kepala daerah hasil pemilu yang berbiaya mahal
itu tersangkut kasus korupsi.Sejumlah menteri juga tersangkut korupsi.Ratusan
anggota legislatif juga tersangkut korupsi. Sistem politik saat ini berbiaya mahal
hingga setiap kali pemilu biayanya kurang lebih mencapai 50 triliun. Caleg DPRD di
tingkat daerah rata rata membutuhkan dana antara Rp 100 juta sampai dengan Rp 500
juta. Di tingkat pusat rata-rata memerlukan dana Rp 500 juta – Rp 1,5 miliar. Calon
kepala daerah memerlukan dana antara Rp 50-100 miliar, untuk calon Presiden
memerlukan dana antara 1 sampai 3 triliun Rupiah( Puspol Indonesia, 2013). Sistem
politik yang berbiaya mahal ini telah mendorong praktek korupsi yang saat ini
merajalela bahkan sampai pada jantung kekuasaan di Republik ini seperti pada kasus
Bailout Bank Century dan kasus korupsi Hambalang yang merontokan Partai
Demokrat sebagai partai berkuasa saat ini
Kemampuan domestik sistem politik masih lemah sehingga relasi antara pemerintah dan
masyarakat kurang harmonis, hal ini tergambar dari berbagai aksi ketidakpercayaan publik
terhadap kinerja pemerintah selama ini. Mengenai kemampuan internasional, sistem politik
indonesia sangat terbuka terhadap kebijakan internasional dan membentuk relasi yang baik
dengan dunia internasional. Namun menjadi ironi ketika sistem politik indonesia
memberikan kebebasan pada dunia internasional untuk berinvestasi, justru mengorbankan
masyarakatnya sendiri. Contoh riil yang terjadi saat ini, dimana adanya perjanjian
perdagangan bebas antara Indonesia dengan China yang justru mematikan industri lokal.
Dimana kebebasan produk Cina masuk kepasaran Indonesia membuat daya beli masyarakat
terhadap produk dalam negeri menjadi berkurang.
3.1 Kesimpulan
Struktur merupakan badan atau organisasi, sedangkan politik merupakan urusan negara. Jadi
secara harfiah Struktur politik merupakan badan atau organisasi yang berkenaan dengan
urusan rumah negara. Untuk itu struktur politik selalu berkaitan dengan alokasi nilai-nilai
yang bersifat otoritatif,yaitu yang di pengaruhi oleh distribusi atau penggunaan kekuasaan.
Sistem politik tidak lain adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur
politik,dalam hubungan nya satu sama lain yang menunjukan proses yang langgeng. Proses
tersebut mengandung dimensi waktu( lampau, kini, dan mendatang). Dari sudut ini terlihat
bahwa sistem politik merupakan bagian dari sistem yang lebih besar,yaitu sistem sosial.
kemampuan sistem politik dalam bidang ekstraktif (kemampuan eksplorasi sumber daya
alam,dan juga manusia), distributif (kemampuan mengelola SDA dan SDM),
regulatif(kemampuan menyusun undang-undang,mengatur,serta mengawasi dan
mengendalikan tingkah laku individu, kelompok, organisasi,perusahaan,dll sehingga dapat
patuh dan taat kepada undang-undang yang berlaku), simbolik(Kemampuaan untuk
membangun pencitraan terhadap kepala negara atau juga rasa bangga terhadap negarannya),
responsif( kapabilitas untuk menciptakan daya tanggap kepada masyarakat),dan dalam
negeri serta internasional (Hubungan interaksi dengan luar negeri) untuk mencapai tujuan
nasional seperti dalam pembukaan UUD‟45.
3.2 Saran
Supaya mahasiswa mampu dan dapat mengetahui secara mendalam tentang struktur,fungsi,
pendekatan dan kapabilitas sistem politik. Kita harus memahami lebih apa itu struktur sistem
politik, apa itu fungsi sistem politik dan kapabilitas sistem politik agar supaya bisa membuat
cerdas dan menambah wawasan mahasiswa.
Demikian sedikit ulasan tentang sruktur, fungsi pendekatan dan kapabilitas sistem politik
semoga bermanfaat dan berguna untuk mencerdaskan anak bangsa.
Daftar pustaka
1. Buku
- Handbook sistem politik Indonesia, menjelajahi teori dan praktik karya yoyoh rohaniah
dan efriza
- Sistem politik Indonesia dr.sahya anggara, M.Si.
2. Sumber Lain
http://reechadiana.blogspot.com/2018/02/kapabilitas-sistem-politik.html?m=1