Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

RELASI ANTARA SUPRASTRUKTUR POLITIK DAN


INFRASTRUKTUR POLITIK DALAM SISTEM POLITIK
INDONESIA

Dosen Pengampu: Dr. Nasiwan, M.Si.


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Sistem & Budaya Politik

Disusun Oeh:
Yoga Prihananto (19401241043)
Intan Nurasiah (19401244004)
Putri Marantika D. A. (19401244007)
Clarissa Azalika H. (19401244011)
Brita Gemelia (19401244022)
Della Rahmadania N. (19401244023)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Relasi
Antara Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Sistem dan Budaya Politik dari Bapak Dr. Nasiwan, M.Si. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah informasi dan wawasan mengenai
Relasi Antara Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia, bagi para pembaca dan juga bagi kami penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasiwan, M.Si.
selaku dosen pada matakuliah Sistem dan Budaya Politik yang telah memberikan
tugas ini sehingga penyusun dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari itu semua, penyusun
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran dari
pembaca yang akan membangun kami demi menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 13 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur Politik ..................... 3
1. Suprastruktur Politik ......................................................................... 4
2. Infrastruktur Politik ........................................................................... 5
B. Peran dan Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur Pada Sistem Politik
Indonesia ................................................................................................. 6
1. Peran dan Fungsi Suprastruktur Pada Sistem Politik Indonesia ....... 6
2. Peran dan Fungsi Infrastruktur Pada Sistem Politik Indonesia ......... 11
C. Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Dalam Sistem Politik di
Indonesia ................................................................................................. 15

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari suprastruktur dan infrasturktur politik sebuah negara


tidak akan lepas dari pembahasan mengenai struktur politik. Struktur politik
dapat dijumpai pada setiap sistem politik di berbagai negara. Dalam suatu
negara struktur politik dapat dipahami sebagai pelembagaan hubungan
organisasi antar komponen yang membentuk bangunan politik berkaitan
dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif.
Nilai otoritatif merupakan nilai yang dipengaruhi oleh distribusi dan
penggunaan kekuasaan. Dengan demikian, struktur politik dapat diartikan
sebagai tata susunan kelembagaan dalam kehidupan politik suatu bangsa
dan negara yang terdiri atas suprastruktur dan infrastruktur politik. Struktur
politik memiliki hubungan dengan sistem politik sebuah negara karena
struktur politik akan membentuk sistem politik dalam negara.
Dilihat dari asal katanya, sistem politik terdiri atas dua kata.
Pertama, “Sistem” yang berarti suatu kesatuan terdiri atas elemen-elemen
atau bagian-bagian yang saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu.
Kedua, “Politik” yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Polis” yang artinya
negara kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai kegiatan
dalam kehidupan negara. Kini istilah politik dalam ketatanegaraan
mencakup tata cara pemerintah, dasar-dasar pemerintahan, ataupun dalam
hal kekuasaan negara.
Jadi jika sebuah negara memliki struktur politik yang demokratis,
secara otomatis sistem politik dalam negara tersebut juga demokratis, begitu
juga sebaliknya.

B. Rumusan Masalah

1
Rumusan masalah dalam makalah ini tentang Relasi Antara
Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia, sebagai berikut.
1. Bagaimana Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur Politik?
2. Apa saja Peran dan Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur Pada Sistem
Politik Indonesia?
3. Bagaimana Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Dalam Sistem
Politik di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan mengenai tujuan
dari makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur
Politik.
2. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur
Pada Sistem Politik Indonesia.
3. Untuk mengetahui Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Dalam
Sistem Politik di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur Politik

Mempelajari suprastruktur dan infrasturktur politik sebuah negara


tidak akan lepas dari pembahasan mengenai struktur politik. Struktur politik
dapat dijumpai pada setiap sistem politik di berbagai negara. Dalam suatu
negara struktur politik dapat dipahami sebagai pelembagaan hubungan
organisasi antar komponen yang membentuk bangunan politik berkaitan
dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif. Nilai otoritatif merupakan
nilai yang dipengaruhi oleh distribusi dan penggunaan kekuasaan. Dengan
demikian, struktur politik dapat diartikan sebagai tata susunan kelembagaan
dalam kehidupan politik suatu bangsa dan negara yang terdiri atas
suprastruktur dan infrastruktur politik. Struktur politik memiliki hubungan
dengan sistem politik sebuah negara karena struktur politik akan
membentuk sistem politik dalam negara.
Dilihat dari asal katanya, sistem politik terdiri atas dua kata.
Pertama, “Sistem” yang berarti suatu kesatuan terdiri atas elemen-elemen
atau bagian-bagian yang saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu.
Kedua, “Politik” yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Polis” yang artinya
negara kota. Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai kegiatan
dalam kehidupan negara. Kini istilah politik dalam ketatanegaraan
mencakup tata cara pemerintah, dasar-dasar pemerintahan, ataupun dalam
hal kekuasaan negara.
Sistem politik tersusun atas komponen-komponen antara lain input,
proses, dan output. Input dalam hal ini adalah sesuatu yang datang dari
lingkungan dalam wujud aspirasi masyarakat. Aspirasi ini meliputi tiga
aspek yaitu tuntutan, dukungan, dan sikap apatis. Berikut ciri-ciri sistem
politik sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan.
2. Mempunyai komponen-komponen tertentu.

3
3. Adanya interaksi antara komponen satu dengan yang lain.
4. Adanya kekuasaan untuk mengatur komponen dalam sistem atau di
luar sistem.
Adanya kebudayaan politik sebagai tolak ukur dalam
pengembangan sistem. Jadi, jika sebuah negara memliki struktur politik
yang demokratis, secara otomatis sistem politik dalam negara tersebut juga
demokratis, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang sistem politik, anda dapat memahami tentang suprastruktur dan
infrastruktur politik berikut ini.

1. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik merupakan kekuatan politik negara yang
memiliki wewenang dan pengaruh secara langsung dalam pembuatan
kebijakan publik. Berdasarkan wewenang dan pengaruhnya, suprastruktur
politik dapat diartikan sebagai mesin politik dalam negara yang memliki
pengaruh secara langsung terhadap pembuatan keputusan politik negara
seperti melakukan perubahan undang-undang dasar, pembuatan undang-
undang serta pembuatan keputusan politik lainnya yang berlaku umum dan
memaksa bagi kehidupan bernegara. Suprastruktur politik terdiri atas
lembaga-lembaga resmi pemerintahan negara. Adapun yang termasuk
dalam suprastruktur politik adalah semua lembaga negara yang tersebut
dalam konstitusi negara (lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif).
a. Pengelompokan Suprastruktur Politik
1) Menurut teori Montesquieu (Trias Politica), kekuasaan
pemerintah terbagi menjadi kekuasaan atau lembaga legislatif
(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-
undang), dan yudikatif (pelaksana peradilan). Menurut teori ini,
tujuan pembagian kekuasaan adalah untuk memisahkan
kekuasaan (separation of power) sehingga dapat mencegah
keabsolutan penguasa. Sejalan dengan teori ini muncul teori
caturpraja Van Vollenhoven yang membagi kekuasaan menjadi
pemerintah, kepolisian, peradilan, dan perundang-undangan.

4
2) Dilihat dari perspektif teori dikotomi, hanya ada dua kekuasaan
yaitu kekuasaan menetapkan kebijakan (policy making) dan
kekuasaan melaksanakan kebijakan (policy executing).
3) Di lain pihak Gabriel A. Almond melihat bahwa suprastruktur
politik mempunyai fungsi sehingga kekuasaan dibagi menjadi
rule making, rule application, dan rule adjudication.
Secara umum suprastruktur di Indonesia merupakan tata susunan
kelembagaan politik dalam pemerintahan Indonesia. Tata susunan
kelembagaan politik tersebut berkaitan dengan lembaga-lembaga negara
yang ada di Indonesia dan mencakup hubungan kekuasaan antara lembaga
satu dan lembaga lainnnya. Lembaga-lembaga tersebut diatur dalam UUD
1945 antara lain lembaga MPR, DPR, DPD, presiden dan wakil presiden,
Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial. Lembaga
tersebut memiliki kewenangan untuk membuat keputusan-keuputusan
berkaitan dengan kepentingan umum.

2. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik adalah lembaga politik atau mesin politik
informasl (sifatnya tidak resmi) yang beperan secara tidak langsung dalam
pengambilan kebijakan-kebijakan politik oleh suprastruktur politik.
Infrastruktur politik ini merupakan kekuatan yang berada dalam
masyarakat. Meskipun sifatnya tidak resmi dan tidak secara langsung
memengaruhi kebijakan politik, kelompok ini pada kenyataannya memliki
kedudukan penting bagi keberlangsungan suatu pemerintahan.
Untuk menyampaikan aspirasinya infrastruktur politik dalam
masyarakat membentuk atau bergabung dalam kelompok-kelompok yang
nantinya akan membawa aspirasi mereka ke parlemen (legislatif).
Infrastruktur poltik sering disebut bangunan bawah, mesin politik informal,
atau mesin politik riil dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai
kelompok. Kelompok tersebut dibentuk atas dasar kesamaan sosial,
ekonomi, kesamaan tujuan, serta kesamaan lainnya. Adapun
pengelompokan infrastruktur politik dalam kategori tertentu dapat dilihat

5
pada tabel berikut.

No. Contoh Perilaku Keterangan

1. Berdasarkan persamaan Kelompok berdasarkan kategori ini


sosial ekonomi walapun tidak tampak sebagai asosiasi,
tetapi memiliki kekuatan, minimal
memberikan dasar sikap mental
kelompok tertentu sehingga memiliki
kekuatan untuk perubahan secara
cepat. Kelompok ini terdiri atas
golongan tani, golongan pekerja/buruh,
professional, kelas menengah, dan
inteligensia.
2. Berdasarkan perbedaan Kelompok yang termasuk dalam
cara, gaya, dan kategori ini adalah golongan anggota
kesadaran akan adanya organisasi sosial nonpolitik, golongan
persamaan jenis-jenis agama, golongan seniman, dan
tujuan golongan media massa.
3. Berdasarkan kenyataan Dalam kategori ini masyarakat satu
dalam kehidupan politik sama lain mengemban fungsi dan
rakyat peranan politik tertentu. Kelompok
yang termasuk dalam kategori ini
antara lain partai politik, golongan
kepentingan, penekanan, tokoh politik,
dan media komunikasi politik.

B. Peran Dan Fungsi Suprastruktur Dan Infrastruktur Pada Sistem


Politik Indonesia
1. Peran Dan Fungsi Suprastruktur Pada Sistem Politik Indonesia
Suprastruktur politik berfungsi untuk sarana komunikasi politik,
menyalurkan aspirasi rakyat serta seleksi kepemimpinan. Lembaga negara

6
sudah diatur sedemikian rupa lewat suprastruktur politik sehingga bisa
menampung aspirasi golongan terbawah kemudian disalurkan ke pejabat
lebih tinggi dan akhirnya memberi keputusan politik sesuai aspirasi rakyat.
Peran dari suprastruktur politik yaitu sebagai berikut:

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Setelah adanya amendemen UUD 1945, kedudukan MPR sejajar


dengan lembaga tinggi negara lainnya. Susunan keanggotaan MPR
terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih secara langsung
melalui pemilu. Tata cara penggunaan hak-hak di MPR diatur dalam
peraturan tata tertib MPR. MPR selain mempunyai hak-hak tersebut,
juga mempunyai kewajiban-kewajiban. Salah satu kewajiban tersebut
adalah melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
MPR juga harus selalu mendahulukan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan (termasuk kepentingan
partai, daerah, ras, dan suku).

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota


negara. Sidang MPR yang dilakukan setiap lima tahun sekali itu disebut
sidang umum. Akan tetapi, MPR dapat pula bersidang lebih dari satu
kali dalam lima tahun. Sidang tersebut dilakukan apabila terjadi situasi-
situasi yang mengharuskan sidang MPR. Sidang tersebut dinamakan
sidang istimewa.

b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga tinggi negara


dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum,
yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota DPR periode
2009–2014 berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah

7
lima tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji.

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) adalah sebuah lembaga negara


yang anggotanya dipilih secara langsung oleh rakyat untuk mewakili
daerah. Salah satu gagasan lahirnya DPD adalah untuk meningkatkan
keikutsertaan daerah terhadap jalannya politik dan pengelolaan negara.
Dengan demikian, DPD dapat pula dipandang sebagai koreksi atau
penyempurnaan sistem utusan daerah di MPR (menurut ketentuan pasal
2 ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan).

DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui


pemilihan umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan
sebanyak empat orang. Jumlah anggota DPD tidak boleh lebih dari
sepertiga jumlah anggota DPR. Adapun peresmian keanggotaan DPD
sekaligus peresmian keanggotaan MPR yang ditetapkan satu naskah
dalam keputusan presiden. Nama-nama calon anggota DPD berdasarkan
hasil pemilihan umum, secara administrasi dilaporkan oleh KPU kepada
presiden.

d. Presiden

Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala


pemerintahan. Sebagai kepala negara, presiden menjadi simbol resmi
negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, presiden
memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas- tugas
pemerintahan sehari-hari. Dalam kedudukannya sebagai kepala
pemerintahan ini, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan
menteri-menteri dalam kabinet. Menteri-menteri dalam kabinet
diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Oleh karena itu, para menteri
tidak bertanggung jawab kepada DPR akan tetapi bertanggung jawab
kepada presiden. Amendemen UUD 1945 telah mempengaruhi

8
kedudukan presiden sebagai lembaga eksekutif. Misalnya, dengan
adanya amendemen UUD 1945, presiden tidak lagi bertanggung jawab
kepada MPR karena presiden bukan lagi mandataris MPR. Kedudukan
presiden setara dengan MPR.

e. Wakil Presiden

Dalam sistem pemerintahan Indonesia ditentukan adanya satu


jabatan presiden dan satu jabatan wakil presiden. Pada hakikatnya
presiden dan wakil presiden adalah satu lembaga (institusi) yang tidak
terpisahkan. Oleh karena itu, presiden dan wakil presiden di Indonesia
dipilih dalam satu paket pemilihan. Presiden dan wakil presiden tidak
dapat dijatuhkan atau diberhentikan karena alasan politik. Jika dapat
diberhentikan karena alasan politik, kedua-duanya harus berhenti secara
bersama-sama. Jika ada alasan yang bersifat hukum (pidana), sesuai
dengan prinsip yang berlaku dalam hukum pertanggungjawaban pidana
pada pokoknya bersifat individu. Jadi, siapa saja di antara keduanya
yang bersalah secara hukum, atas dasar prinsip hukum ia dapat
diberhentikan sesuai prosedur yang ditentukan dalam konstitusi.

Jika presiden berhenti atau diberhentikan, wakil presiden tidak


secara otomatis ikut bersalah atau ikut diberhentikan, sehingga ia dapat
tampil mengambil alih kursi kepresidenan. Demikian juga jika presiden
berhenti karena meninggal dunia, dengan sendirinya wakil presiden
tampil sebagai penggantinya. Wakil presiden Republik Indonesia
mempunyai kedudukan dan kekuasaan sebagai pengganti presiden.
Pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat dilaksanakan
oleh beberapa alasan. Di antaranya apabila telah terjadi pelanggaran
hukum (berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, dan perbuatan tercela) dan terbukti tidak
lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.

f. Mahkamah Agung (MA)

9
Mahkamah Agung (MA) adalah pemegang kekuasaan kehakiman
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Undang-undang yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman adalah
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan
peradilan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan tugas pokok
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara yang
diajukan kepadanya.

g. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi (MK) diatur dalam pasal 24C UUD 1945


perubahan ketiga tanggal 10 November 2001 dan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi
berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.

Mahkamah Konstitusi terdiri atas sembilan orang anggota hakim


konstituen dengan ketentuan pengajuannya sebagai berikut. Tiga orang
diajukan oleh Mahkamah Agung, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga
orang diajukan oleh presiden. Keanggotaan Mahkamah Konstitusi
tersebut ditetapkan oleh presiden. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan
oleh hakim konstitusi.

h. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan lembaga yang belum lama dibentuk di


negara Indonesia yang diatur dalam pasal 24B UUD 1945 amendemen
ketiga tanggal 10 November 2001. Dalam pasal tersebut antara lain
diatur tentang prosedur keanggotaan dari komisi, wewenang, susunan,
kedudukan, dan keanggotaan. Prosedur keanggotaan Komisi Yudisial ini
adalah diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan
DPR, sifat dari lembaga ini adalah mandiri.

10
2. Peran Dan Fungsi Infrastruktur Pada Sistem Politik Indonesia
Dalam Infrastruktur politik terdapat komponen-komponen didalamnya
antara lain:
a. Partai politik
Partai politik yaitu organisasi manusia di dalamnya terdapat
pembagian tugas, mempunyai tujuan, ideologi, program dan rencana
kedepan. Adapun fungsi partai politik. Pertama, partai sebagai sarana
komunikasi politik. Salah satu tugas dari partai politik adalah
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu
luas, pendapat dan aspirsasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang
tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan
digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses
ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation).
Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan
dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan
kepentingan” (interest articulation). Semua kegiatan di atas dilakukan
oleh partai. Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam
ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana
seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik.
Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Selain itu sosialisasi politik juga
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-
norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga,
partai politik sebagai sarana rekrutmen. Partai politik melakukan
seleksi dan pemilihan serta pengangkatan seseorang atau sekelompok
orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Keempat, partisipasi
politik. Partai politik sebagai wadah bagi warga negara dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum
dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kelima, partai

11
politik sebagai pemandu kepentingan. Partai politik melakukan
kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai
kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi beberapa
alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik Keenam, komunikasi
politik, yaitu proses penyampaiaan informasi mengenai politik dari
pemerintah kepada rakyat atau sebaliknya. Ketujuh, pengendalian
konflik. Partai politik berfungsi mengendalikan konflik melalui dialog
dengan pihak -pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan
berbagai aspirassi (cita-cita) dan kepentingan dan membawa
permasalahan ke dalam musyawarah dalam badan perwakilan rakyat
(DPR) untuk mendapat penyelesaian berupa kepuitusan politik.

b. Golongan Kepentingan
Karena keberagamannya kelompok -kelompok kepentingan ini
Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell dalam buku Comparative
Politics Today: A World View (1992) dalam Rahman. A (2007:88) yang
diedit bersama, membagi kelompok kepentingan dibagi atas 4 (empat)
kategori, yaitu:
a) Kelompok kepentingan Anomik Kelompok anomik muncul secara
kebetulan (incidental/temporer), bersikap informal, muncul karna
adanya isu tertentu, anggotanya muncul dan menghilang tidak
tertentu, bekerja tidak teratur. Contoh: Persatuan pedagang yang
akan digusur bersatu saat ingin digusur dengan berdemo dan
menghilang saat aspirasi mereka terpenuhi.
b) Kelompok kepentingan Non Asosiasional suatu kelompok
kepentingan yang bersifat informal, memiliki suatu lembaga atau
organisasi yang agak sedikit mapan, anggotanya berasal dari faktor
keturunan dan tidak ada unsur memilih untuk menjadi anggota.
Contoh: Persatuan warga Batak di Jakarta.
c) Kelompok Kepentingan Institusional (Kelembagaan) Kelompok
yang memiliki suatu organisasi yang telah mapan, kegiatan yang

12
teratur, jaringan organisasi yang luas, tujuan organisasi yang luas,
kepemimpinan yang terseleksi. Contoh: KOPRI, PGRI, TNI,
POLRI, dll.
d) Kelompok Kepentingan Asosiasional Kelompok yang dibentuk
mewakili kepentingan kelompok yang khusus atau spesifik,
memiliki lembaga yang mapan, menggunakan tenaga professional,
memiliki prosedur yang teratur untuk merumuskan kepentingan dan
tuntutan, kepemimpinan yang terseleksi dan tujuan yang bersifat
khusus. Contoh: Ikatan Dokter Indonesia, termasuk serikat
perdagangan.
Peran dan Fungsi Kelompok Kepentingan adalah:
(a). Media penampung kepentingan masyarakat Kebijakan yang
diputuskan oleh pemerintah dapat menguntungkan maupun
merugikanmasyarakat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat dapat
dipenuhi namun dapat pulaterabaikan dan tidak terpenuhi. Oleh
karena itu rakyat berkepentingan dan perlumemperhatikan
kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintahnya.
(b). Mengartikulasikan kepentingan-kepentingan Kelompok
kepentingan memusatkan perhatian pada upaya mengartikulasikan
kepentingan tertentu yang ditujukan kepada pemerintah.

c. Media Massa/Komunikasi
Media massa/komunikasi merupakan sarana pendukung dan
pemersatu bagi masing-masing golongan politik, alat komunikasi
politik terdiri dari TV, surat kabar, brosur, radio dll. Adapun Peran
Media Komunikasi Politik pada dasarnya memiliki enam peran dasar
sebagai suatu sub sistem dari sebuah sistem politik, yaitu:
a) Penyampai Informasi, media komunikasi politik merupakan
sarana penyampaian arus informasi politik dari aktor politik
maupun pemerintah kepada rakyat secara meluas.
b) Penyalur aspirasi, sebagai media penyampai aspirasi dari rakyat
kepada pemerintah, yakni dari individu bagian dari rakyat

13
kepada pemerintah yang juga dapat diketahui oleh rakyat secara
luas.
c) Penghubung Pemerintah dan Rakyat Media komunikasi politik
merupakan salah satu jembatan penghubung antara pemerintah
dengan rakyatnya serta sebaliknya antara rakyat dengan
pemerintahnya.
d) Umpan Balik, media komunikasi politik juga dapat berperan
menjadi sarana memberikan umpan balik kepada apa yang
menjadi kebijakan pemerintah. Dengan media komunikasi
politik, rakyat dapat memberikan tanggapan atas kebijakan yang
dikeluarkan apakah merugikan bagi rakyat ataukah
menguntungkan rakyat.
e) Sosialisasi Politik, media sosialisasi politik dapat memberikan
edukasi dan sosialisasi kepada rakyat secara luas terkait dengan
kebijakan ataupun problema dan isu politik tertentu. Seperti saat
pesta demokrasi atau pemilu media memiliki peranan yang
sangat penting dalam memberikan sosialisasi ke pada
masyarakat secara luas.

d. Golongan Penekan
Suatu golongan yang kegiatannya tampak dari luar mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya pada pihak penguasa.
Kelompok penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk
lembaga kemasyarakatan dengan aktivitas atau kegiatannya
memberikan tekanan kepada pihak penguasa agar keinginannya dapat
diakomodasi oleh pemegang kekuasaan. Contohnya, Lembaga
Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat Penolong Korban Gempa. Adapun Peranan dari kelompok
penekan adalah Kelompok ini melontarkan kritikan-kritikan untuk para
pelaku politik lain. Dengan tujuan membuat perpolitikan maju.
Kelompok penekan juga dapat memengaruhi atau bahkan membentuk

14
kebijaksanaan pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda, atau
cara lain yang lebih efektif.

C. Hubungan Suprastruktur Dan Infrastruktur Dalam Sistem Politik Di


Indonesia
Dalam menjalankan sistem pemerintahan, Indonesia menggunakan
sistem politik yang dibahun oleh dua komponen politik yaitu suprastruktur
dan infastruktur. Dalam hubungan tersebut, interaksi antar keduanya yang
bersifat mengikat. Hal ini dikarenakan adanya tujuan goal yang sama
meskipun memiliki tugas pokok fungsi yang berbeda.
Adapun hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Politik Dalam
Sistem Politik Di Indonesia:
1. Hubungan dan keterikatan secara struktur dan kedaulatan
Lembaga infrastruktur politik dan lembaga suprastruktur politik
memiliki hubungan keterikatan secara struktur. Lembaga suprastruktur
merupakan lembaga pemerintahan, oleh karenanya secara struktur memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan lembaga infrastruktur politik.
Konsekuensinya, lembaga infrastruktur dapat dibubarkan oleh lembaga
suprastruktur. Misalnya, partai politik dapat dibubarkan oleh Mahkamah
Konstitusi.
2. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik antara lembaga suprastruktur politik dan
infrastruktur politik dapat dilihat dari keanggotaan lembaga suprastruktur
politik dan infrastruktur politik tersebut. Anggota lembaga suprastruktur
politik dipilih oleh rakyat, yang terdapat kemungkinan mereka juga berada
di lembaga infrastruktur politik. Sehingga berhasil atau tidaknya seseorang
terpilih sebagai anggota infrastruktur politik dapat berjalan dikarenakan.
adanya kebijakan yang dibuat oleh lembaga suprastruktur politik sebagai
pembuat keputusan.
3. Hubungan sebagai pembuat kebijakan
Hubungan lembaga suprastruktur politik sebagai pembuat
kebijakan, dipengaruhi oleh lembaga infrastruktur politik. Hal ini karena

15
lembaga infrastruktur politik merupakan wadah untuk menerima dan
menyalurkan aspirasi dari masyarakat untuk disampaikan kepada lembaga
suprastruktur politik.
4. Hubungan yang saling mempengaruhi
Hubungan yang saling mempengaruhi mirip dengan hubungan
timbal balik. Lembaga infrastruktur politik mempengaruhi lembaga
suprastruktur politik, misalnya dalam hal memberikan masukan dan nasehat
serta menyampaikan aspirasi masyarakat terkait dengan suatu kebijakan
tertentu, Sedangkan lembaga suprastruktur politik mempengaruhi lembaga
infrastruktur politik, misalnya dalam hal kebijakan atau keputusan yang
disahkan lembaga suprastruktur politik akan mempengaruhi semua pihak di
bawahnya, termasuk lembaga infrastruktur politik.

16
BAB III
KESIMPULAN

Sistem politik dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan politik di dalam


negara atau masyarakat berupa proses alokasi nilai-nilai dasar kepada masyarakat
dan menunjukkan pola hubungan yang fungsional di antara kegiatan-kegiatan
politik tersebut. Sistem politik menyelenggarakan fungsi-fungsi tertentu untuk
masyarakat. Fungsi-fungsi itu adalah membuat keputusan-keputusan kebijakan
yang mengikat alokasi dari nilai-nilai baik yang bersifat materi maupun non-materi.
Keputusan-keputusan kebijakan ini diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan
masyarakat.

Sistem politik menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan negara


yang bersifat mengikat kepada seluruh masyarakat negara tersebut. Dengan kata
lain, melalui sistem politik aspirasi masyarakat (berupa tuntutan dan dukungan)
yang merupakan cerminan dari tujuan masyarakat dirumuskan dan selanjutnya
dilaksanakan oleh kebijakan-kebijakan negara tersebut. Sistem politik berbeda
dengan sistem-sistem sosial yang lainnya.

Suprastruktur politik merupakan gambaran pemerintah dalam arti luas yang


terdiri atas lembaga-lembaga negara yang tugas dan peranannya diatur dalam
konstitusi negara atau peraturan perundang-undangan lainnya. Infrastruktur politik
adalah kelompok-kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang turut
berpartisipasi secara aktif. Kelompok-kelompok tersebut dapat berperan menjadi
pelaku politik tidak formal untuk turut serta dalam membentuk kebijakan negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Risnawan, W. 2017. Peran Dan Fungsi Infrastruktur Politik Dalam Pembentukan


Kebijakan Publik. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara. Vol 4, No 3.
Hal 511-518.
Beddy, I.M. 2012. Sistem Politik Indonesia Pemahaman Secara Teoretik Dan
Empirik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marijan, K. Sistem Politik Indonesia. 2015. Sistem Politik Indonesia.
Jakarta:Prenamedia Grup.
A. Rahman H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Asshiddiqie, Jimly. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan
dalam UUD 1945. Yogyakarta: FH UII Press Yogyakarta.
Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Bandung: Refika Aditama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pasha, Musthafa Kamal. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).
Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

18
19

Anda mungkin juga menyukai