Disusun Oeh:
Yoga Prihananto (19401241043)
Intan Nurasiah (19401244004)
Putri Marantika D. A. (19401244007)
Clarissa Azalika H. (19401244011)
Brita Gemelia (19401244022)
Della Rahmadania N. (19401244023)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Relasi
Antara Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Sistem dan Budaya Politik dari Bapak Dr. Nasiwan, M.Si. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah informasi dan wawasan mengenai
Relasi Antara Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia, bagi para pembaca dan juga bagi kami penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasiwan, M.Si.
selaku dosen pada matakuliah Sistem dan Budaya Politik yang telah memberikan
tugas ini sehingga penyusun dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari itu semua, penyusun
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran dari
pembaca yang akan membangun kami demi menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Rumusan masalah dalam makalah ini tentang Relasi Antara
Suprastruktur Politik Dan Infrastruktur Politik Dalam Sistem Politik
Indonesia, sebagai berikut.
1. Bagaimana Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur Politik?
2. Apa saja Peran dan Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur Pada Sistem
Politik Indonesia?
3. Bagaimana Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Dalam Sistem
Politik di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan mengenai tujuan
dari makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Pengertian Suprastruktur Politik dan Infrastruktur
Politik.
2. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur
Pada Sistem Politik Indonesia.
3. Untuk mengetahui Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Dalam
Sistem Politik di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Adanya interaksi antara komponen satu dengan yang lain.
4. Adanya kekuasaan untuk mengatur komponen dalam sistem atau di
luar sistem.
Adanya kebudayaan politik sebagai tolak ukur dalam
pengembangan sistem. Jadi, jika sebuah negara memliki struktur politik
yang demokratis, secara otomatis sistem politik dalam negara tersebut juga
demokratis, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang sistem politik, anda dapat memahami tentang suprastruktur dan
infrastruktur politik berikut ini.
1. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik merupakan kekuatan politik negara yang
memiliki wewenang dan pengaruh secara langsung dalam pembuatan
kebijakan publik. Berdasarkan wewenang dan pengaruhnya, suprastruktur
politik dapat diartikan sebagai mesin politik dalam negara yang memliki
pengaruh secara langsung terhadap pembuatan keputusan politik negara
seperti melakukan perubahan undang-undang dasar, pembuatan undang-
undang serta pembuatan keputusan politik lainnya yang berlaku umum dan
memaksa bagi kehidupan bernegara. Suprastruktur politik terdiri atas
lembaga-lembaga resmi pemerintahan negara. Adapun yang termasuk
dalam suprastruktur politik adalah semua lembaga negara yang tersebut
dalam konstitusi negara (lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif).
a. Pengelompokan Suprastruktur Politik
1) Menurut teori Montesquieu (Trias Politica), kekuasaan
pemerintah terbagi menjadi kekuasaan atau lembaga legislatif
(pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-
undang), dan yudikatif (pelaksana peradilan). Menurut teori ini,
tujuan pembagian kekuasaan adalah untuk memisahkan
kekuasaan (separation of power) sehingga dapat mencegah
keabsolutan penguasa. Sejalan dengan teori ini muncul teori
caturpraja Van Vollenhoven yang membagi kekuasaan menjadi
pemerintah, kepolisian, peradilan, dan perundang-undangan.
4
2) Dilihat dari perspektif teori dikotomi, hanya ada dua kekuasaan
yaitu kekuasaan menetapkan kebijakan (policy making) dan
kekuasaan melaksanakan kebijakan (policy executing).
3) Di lain pihak Gabriel A. Almond melihat bahwa suprastruktur
politik mempunyai fungsi sehingga kekuasaan dibagi menjadi
rule making, rule application, dan rule adjudication.
Secara umum suprastruktur di Indonesia merupakan tata susunan
kelembagaan politik dalam pemerintahan Indonesia. Tata susunan
kelembagaan politik tersebut berkaitan dengan lembaga-lembaga negara
yang ada di Indonesia dan mencakup hubungan kekuasaan antara lembaga
satu dan lembaga lainnnya. Lembaga-lembaga tersebut diatur dalam UUD
1945 antara lain lembaga MPR, DPR, DPD, presiden dan wakil presiden,
Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial. Lembaga
tersebut memiliki kewenangan untuk membuat keputusan-keuputusan
berkaitan dengan kepentingan umum.
2. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik adalah lembaga politik atau mesin politik
informasl (sifatnya tidak resmi) yang beperan secara tidak langsung dalam
pengambilan kebijakan-kebijakan politik oleh suprastruktur politik.
Infrastruktur politik ini merupakan kekuatan yang berada dalam
masyarakat. Meskipun sifatnya tidak resmi dan tidak secara langsung
memengaruhi kebijakan politik, kelompok ini pada kenyataannya memliki
kedudukan penting bagi keberlangsungan suatu pemerintahan.
Untuk menyampaikan aspirasinya infrastruktur politik dalam
masyarakat membentuk atau bergabung dalam kelompok-kelompok yang
nantinya akan membawa aspirasi mereka ke parlemen (legislatif).
Infrastruktur poltik sering disebut bangunan bawah, mesin politik informal,
atau mesin politik riil dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai
kelompok. Kelompok tersebut dibentuk atas dasar kesamaan sosial,
ekonomi, kesamaan tujuan, serta kesamaan lainnya. Adapun
pengelompokan infrastruktur politik dalam kategori tertentu dapat dilihat
5
pada tabel berikut.
6
sudah diatur sedemikian rupa lewat suprastruktur politik sehingga bisa
menampung aspirasi golongan terbawah kemudian disalurkan ke pejabat
lebih tinggi dan akhirnya memberi keputusan politik sesuai aspirasi rakyat.
Peran dari suprastruktur politik yaitu sebagai berikut:
7
lima tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji.
d. Presiden
8
kedudukan presiden sebagai lembaga eksekutif. Misalnya, dengan
adanya amendemen UUD 1945, presiden tidak lagi bertanggung jawab
kepada MPR karena presiden bukan lagi mandataris MPR. Kedudukan
presiden setara dengan MPR.
e. Wakil Presiden
9
Mahkamah Agung (MA) adalah pemegang kekuasaan kehakiman
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Undang-undang yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman adalah
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan
peradilan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan tugas pokok
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara yang
diajukan kepadanya.
h. Komisi Yudisial
10
2. Peran Dan Fungsi Infrastruktur Pada Sistem Politik Indonesia
Dalam Infrastruktur politik terdapat komponen-komponen didalamnya
antara lain:
a. Partai politik
Partai politik yaitu organisasi manusia di dalamnya terdapat
pembagian tugas, mempunyai tujuan, ideologi, program dan rencana
kedepan. Adapun fungsi partai politik. Pertama, partai sebagai sarana
komunikasi politik. Salah satu tugas dari partai politik adalah
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu
luas, pendapat dan aspirsasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang
tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan
digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses
ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation).
Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan
dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan
kepentingan” (interest articulation). Semua kegiatan di atas dilakukan
oleh partai. Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam
ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana
seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik.
Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Selain itu sosialisasi politik juga
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-
norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga,
partai politik sebagai sarana rekrutmen. Partai politik melakukan
seleksi dan pemilihan serta pengangkatan seseorang atau sekelompok
orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Keempat, partisipasi
politik. Partai politik sebagai wadah bagi warga negara dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum
dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kelima, partai
11
politik sebagai pemandu kepentingan. Partai politik melakukan
kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai
kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi beberapa
alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik Keenam, komunikasi
politik, yaitu proses penyampaiaan informasi mengenai politik dari
pemerintah kepada rakyat atau sebaliknya. Ketujuh, pengendalian
konflik. Partai politik berfungsi mengendalikan konflik melalui dialog
dengan pihak -pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan
berbagai aspirassi (cita-cita) dan kepentingan dan membawa
permasalahan ke dalam musyawarah dalam badan perwakilan rakyat
(DPR) untuk mendapat penyelesaian berupa kepuitusan politik.
b. Golongan Kepentingan
Karena keberagamannya kelompok -kelompok kepentingan ini
Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell dalam buku Comparative
Politics Today: A World View (1992) dalam Rahman. A (2007:88) yang
diedit bersama, membagi kelompok kepentingan dibagi atas 4 (empat)
kategori, yaitu:
a) Kelompok kepentingan Anomik Kelompok anomik muncul secara
kebetulan (incidental/temporer), bersikap informal, muncul karna
adanya isu tertentu, anggotanya muncul dan menghilang tidak
tertentu, bekerja tidak teratur. Contoh: Persatuan pedagang yang
akan digusur bersatu saat ingin digusur dengan berdemo dan
menghilang saat aspirasi mereka terpenuhi.
b) Kelompok kepentingan Non Asosiasional suatu kelompok
kepentingan yang bersifat informal, memiliki suatu lembaga atau
organisasi yang agak sedikit mapan, anggotanya berasal dari faktor
keturunan dan tidak ada unsur memilih untuk menjadi anggota.
Contoh: Persatuan warga Batak di Jakarta.
c) Kelompok Kepentingan Institusional (Kelembagaan) Kelompok
yang memiliki suatu organisasi yang telah mapan, kegiatan yang
12
teratur, jaringan organisasi yang luas, tujuan organisasi yang luas,
kepemimpinan yang terseleksi. Contoh: KOPRI, PGRI, TNI,
POLRI, dll.
d) Kelompok Kepentingan Asosiasional Kelompok yang dibentuk
mewakili kepentingan kelompok yang khusus atau spesifik,
memiliki lembaga yang mapan, menggunakan tenaga professional,
memiliki prosedur yang teratur untuk merumuskan kepentingan dan
tuntutan, kepemimpinan yang terseleksi dan tujuan yang bersifat
khusus. Contoh: Ikatan Dokter Indonesia, termasuk serikat
perdagangan.
Peran dan Fungsi Kelompok Kepentingan adalah:
(a). Media penampung kepentingan masyarakat Kebijakan yang
diputuskan oleh pemerintah dapat menguntungkan maupun
merugikanmasyarakat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat dapat
dipenuhi namun dapat pulaterabaikan dan tidak terpenuhi. Oleh
karena itu rakyat berkepentingan dan perlumemperhatikan
kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintahnya.
(b). Mengartikulasikan kepentingan-kepentingan Kelompok
kepentingan memusatkan perhatian pada upaya mengartikulasikan
kepentingan tertentu yang ditujukan kepada pemerintah.
c. Media Massa/Komunikasi
Media massa/komunikasi merupakan sarana pendukung dan
pemersatu bagi masing-masing golongan politik, alat komunikasi
politik terdiri dari TV, surat kabar, brosur, radio dll. Adapun Peran
Media Komunikasi Politik pada dasarnya memiliki enam peran dasar
sebagai suatu sub sistem dari sebuah sistem politik, yaitu:
a) Penyampai Informasi, media komunikasi politik merupakan
sarana penyampaian arus informasi politik dari aktor politik
maupun pemerintah kepada rakyat secara meluas.
b) Penyalur aspirasi, sebagai media penyampai aspirasi dari rakyat
kepada pemerintah, yakni dari individu bagian dari rakyat
13
kepada pemerintah yang juga dapat diketahui oleh rakyat secara
luas.
c) Penghubung Pemerintah dan Rakyat Media komunikasi politik
merupakan salah satu jembatan penghubung antara pemerintah
dengan rakyatnya serta sebaliknya antara rakyat dengan
pemerintahnya.
d) Umpan Balik, media komunikasi politik juga dapat berperan
menjadi sarana memberikan umpan balik kepada apa yang
menjadi kebijakan pemerintah. Dengan media komunikasi
politik, rakyat dapat memberikan tanggapan atas kebijakan yang
dikeluarkan apakah merugikan bagi rakyat ataukah
menguntungkan rakyat.
e) Sosialisasi Politik, media sosialisasi politik dapat memberikan
edukasi dan sosialisasi kepada rakyat secara luas terkait dengan
kebijakan ataupun problema dan isu politik tertentu. Seperti saat
pesta demokrasi atau pemilu media memiliki peranan yang
sangat penting dalam memberikan sosialisasi ke pada
masyarakat secara luas.
d. Golongan Penekan
Suatu golongan yang kegiatannya tampak dari luar mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya pada pihak penguasa.
Kelompok penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk
lembaga kemasyarakatan dengan aktivitas atau kegiatannya
memberikan tekanan kepada pihak penguasa agar keinginannya dapat
diakomodasi oleh pemegang kekuasaan. Contohnya, Lembaga
Swadaya Masyarakat Peduli Nasib Petani, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat Penolong Korban Gempa. Adapun Peranan dari kelompok
penekan adalah Kelompok ini melontarkan kritikan-kritikan untuk para
pelaku politik lain. Dengan tujuan membuat perpolitikan maju.
Kelompok penekan juga dapat memengaruhi atau bahkan membentuk
14
kebijaksanaan pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda, atau
cara lain yang lebih efektif.
15
lembaga infrastruktur politik merupakan wadah untuk menerima dan
menyalurkan aspirasi dari masyarakat untuk disampaikan kepada lembaga
suprastruktur politik.
4. Hubungan yang saling mempengaruhi
Hubungan yang saling mempengaruhi mirip dengan hubungan
timbal balik. Lembaga infrastruktur politik mempengaruhi lembaga
suprastruktur politik, misalnya dalam hal memberikan masukan dan nasehat
serta menyampaikan aspirasi masyarakat terkait dengan suatu kebijakan
tertentu, Sedangkan lembaga suprastruktur politik mempengaruhi lembaga
infrastruktur politik, misalnya dalam hal kebijakan atau keputusan yang
disahkan lembaga suprastruktur politik akan mempengaruhi semua pihak di
bawahnya, termasuk lembaga infrastruktur politik.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19