Anda di halaman 1dari 20

STRUKTUR SISTEM POLITIK

DISUSUN OLEH:

AZIZAH RAMADHANI ARMY (210221098)


SYAMSUDDIN (210221097)

DOSEN PENGAMPU :

SALMAN, S.Sos., M.A.P

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Struktur Sistem
Politik ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Sistem Politik Nasional. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimanakah Struktur Sistem Politik bagi para
pembaca dan juga para penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Salma, S.Sos., M.A.P, selaku dosen mata kuliah
Sistem Politik Nasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuandan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sinjai, April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................5

2.1 Pengertian Struktur Politik ............................................................................................... 5

2.2 Pengertian Struktur Politik Formal................................................................................... 8

2.3 Struktur Politik Informal ................................................................................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 19

3.2 Saran ............................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak zaman
kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding father bangsa
telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam pengelolaan negara.
Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa pada saat itu. Sistem politik
Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam rangka merespon permasalahan bangsa yang
semakin kompleks.

Sistem Politik Indonesia adalah keseluruhan kegiatan (termasuk pendapat, prinsip,


penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, skala prioritas, dll) yang
terorganisir dalan negara Indonesia untuk mengatur pemerintahan dan mempertahankan
kekuasaan demi kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat. Kemudian untuk mewujudkan
semua tujuan sistem politik di Indonesia membutuhkan suprastruktur dan infrastruktur yang
baik. Mereka adalah lembaga negara (Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK,
KY dan lembaga lainnya) sebagai kekuatan utama dan didukung oleh partai politik, organisasi
masyarakat, media komunikasi politik, pers, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat agar
kebijakan pemerintah sesuai dengan hati rakyat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari struktur politik?
2. Apa pengertian dari struktur politik formal?
3. Apa saja struktur politik informal?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Struktur Politik


Pengertian struktur politik memiliki dua kata, yakni kata struktur dan kata politik.
Pengertian struktur lebih difokuskan kepada lembaga, untuk kata politik sendiri
mengandung arti urusan dalam negara. Secara etimologis, pengertian struktur politik
adalah lembaga-lembaga yang ditugaskan untuk mengurus urusan-urusan penting dalam
sebuah negara. Nilai-nilai kenegraan yang bersifat otoritatif dipengaruhi pengaruh
kebijakan dan distribusi kewenangan kekuasaan dalam menggunakan hak dan
kekuatannya.
Hubungan antara masyarakat dengan negara diatur dalam struktur politik, sehingga
dengan adanya struktur politik, hubungan antara negara dengan masyarakat dapat bersifat
nyata. Peran dari masyarakat sebagai bagian dari unsur negara, memerankan peranan
pentinga dalam membentuk struktur politik. Pendekatan-pendekatan dalam perilaku
politik ini maka akan menimbulkan struktur fungsional sebagai bentuk dari keterlibatan
pemerintah dan masyarakat.
Pendapat yang disampaikan oleh Almond dan Powell Jr. mengungkapkan bahwa:
“struktur politik dapat dibedakan ke dalam sistem, proses, dan aspek-aspek kebijakan.
Struktur sistem merujuk pada organisasi dan institusi yang memelihara atau mengubah
(maintain or change) struktur politik dan secara khusus struktur menampilkan fungsi-
fungsi berikut.

a. Fungsi-fungsi sosialisasi politik merupakan fungsi mengantarkan generasi muda dan


anak-anak untuk mendapat sosialisasi kehidupan politik dari berbagai institusi, seperti
keluarga ,tempat-tempat ibadah, lingkungan kerja, sekolah, dan sebagainya.

Rekrutmen politik melibatkan proses perekrutan pemimpin pemimpin politik melalui


partai-partai politik. Komunikas ipolitik menjadi penyambung bagi keseluruhan sistem
agar dapat bekerja sebagaimana mestinya. Tanpa adanya komunikasi politik, energi
yang berada dalam elemen-elemen sistem politik tidak dapat mengalir. Akibatnya,
sistem politik mengalami kemacetan”.

5
Struktur politik yang terlibat dalam peran politik juga akan melibatkan fungsi-fungsi
dari kepentingan para pembuat kebijakan, dan bagaimana kebijakan itu dilaksanakan di
masyarakat. Dalam peranannya, kelompok-kelompok yang terlibatdalam struktur politik
melibatkan partai politik, kelompok kepentingan, mediamassa, dan eksekutif. Kebijakan
mengenai pertahanan dan kebijakan pangan juga melibatkan kelompok-kelompok yang
disebutkan diatas.
Menurut pendapat Almond dan Coleman: “struktur politik dibedakan atas
infrastruktur yang terdiri atas struktur politik masyarakat, suasana kehidupan politik
masyarakat, dan sektor politik masyarakat; dan suprastruktur politik yang terdiri atas
sektor pemerintahan, suasana pemerintahan, dan sektor politik pemerintahan. Dalam
kehidupan politik demokratis, struktur politik dapatdibedakan menjadi dua, yaitu yang
bersifat formal dan informal”.
Untuk menentukan keabsahan dalam mengidentifikasi masalah, menentukan dan
membuat kebijakan yang mengikat masyarakat, maka digunakan mesin politik dalam
struktur formal. Namun peran dari lembaga lembaga pendukung diluar lembaga formallah
yang akan mengkonversikan, menterjemahkan, mengemukakan, menyalurkan dan
memberi dukungan dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan umum.
Menurut Muchtar Afandi: “kekuasaan adalah kapasitas, kapabilitas, atau
kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai, dan
memerintah orang lain”. Sedangkan menurut Bertrand Russel: “Struktur politik sebagai
satu spesies struktur pada umumnya, selalu berkenaan dengan alokasi- alokasi nilai yang
bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Kekuasaan adalah konsep yang mendasar dalam ilmu sosial, seperti halnya energi dalam
konsepilmu alam”.

Kapasitas kekuasaan berarti kewenangan yang dimiliki sesorang untuk menguasai dan
mengendalikan masyarakat karena kewenangan dan kekuatan yang dimilikinya, kapasitas
kekuasaan ini merupakan hak dari penguasa yang dipilih melalui jalur formal sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Morton Davis: “Kekuasaan adalah
sebuah kapasitas; kapabilitas atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengen
dalikan, menguasai, dan memerintah orang lain. Kapasitas demikian erat hubungannya
dengan wewenang(authority) hak (right), dan kekuatan (force, nakedpower). Kekuasaan

6
merupakan fokus inti dari politik. Adapun fokus utama politik adalah keputusan.
Keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang menyangkut kepentingan keseluruhan
masyarakat dan bersifat dapat dipaksakan berlakunya. Dalam membahas strukturpolitik
pemerintah, biasanya sistem pemerintahan juga dibahas. Sistem pemerintahan adalah cara
kerjad an sekaligus hubungan fungsi antara lembaga- lembaga negara yang biasanya
ditetapkan juga oleh konstitusi. Klasifikasi kekuasaan dibagi menjadi dua:

a. Sistem pemerintahan parlementer (parleamentary executive, cabinet government


system);
b. sistem pemerintahan presidential (non parliamentary executive,fixed execu tive,
presidential system, chief executive system). Struktur politik tidak dapat dilepaskan dari
fungsi politik, yaitu input, with input, throughput, output conversation, feedback”.

Fungsi dari supra struktur politik dan infra struktur politik


Menurut Gabriel Almond:

a. fungsi dari lembaga suprastruktur politik adalah:

1) Rule Making (membuat undang-undang). Fungsi ini dilaksanakan oleh lembaga


(Badan Legislatif) yangmeliputi DPR, DPRD I, DPRD II, dan DPD. DPD sebagai
lembaga yang mewakili aspirasi ini merupakan badan baru yang dibentuk supremasi
yang fungsinya berkaitan dengan kegiatan seperti pembuatan RUU tentang
keseimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, tingkat provinsi ataupun
kabupaten/kota.
2) Rule Application (melaksanakan undang-undang). Fungsiini adalah fungsi peraturan
perundangan yang telahdibuat badan eksekutif pemerintahan pusat sampai
kepemerintah.
3) Rule Adjudication (mengadili pelaksanaan badan yang memiliki fungsi yangketiga
peradilan yang meliputi Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial serta badan
sampai ke daerah, seperti PN, PT.
b. Fungsi infrastruktur politik

1) Pendidikan politik, agar rakyat bermaksimal dalam sistem politiknya.


Artikulasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi menyampai Lembaga ini adalah meliputi
antara lain,LSM, Ormas, OKP.

7
1) Agregasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi memadukan aspirasi rakyat
yang disampaikan oleh lembaga, seperti LSM, Ormas, OKP Lembagayangmemiliki
fungsi adalah lembaga partai politik.
2) Rekrutmen politik adalah lembaga yang berfungsi melakukan pemilihan pemimpin
atau calon pemimpin bagi masyarakat.
Komunikasi politik adalah kegiatan yang berguna untuk menghubungkan pikiran politik
yang hidup dalam masyarakat,baik pikiran intra golongan, institut, asosiasi, maupun sektor
kehidupan politik masyarakat dengan sektorpemerintahan”.

2.2 Pengertian Struktur Politik Formal


Nilai-Nilai Etika dalam Pancasila Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah seperangkat nilai
yang harus dijunjung dalam bermasyarakat maupun bernegara. Dengan kata lain, Pancasila adalah
etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara.
Adapun nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut:
a. Tatanan bermasyarakat.
b. Tatanan bernegara.
c. Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri.
d. Tatanan Pemerintah Daerah.
e. Tatanan hidup beragama.
f. Tatanan bela negara.
g. Tatanan pendidikan.
h. Tatanan berserikat.
i. Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan dengan nilai-nilai kesamaan bagi
setiap warga negara dan kewajiban menjunjung tinggi tanpa kecuali.

Perkembangan demokrasi di negara-negara modern, pembagian kekuasaan dibedakan


menjadi kekuasaan eksekutif, kekuasaan yudikatif, dan kekuaaan legislatif. Menurut teori yang
disampaikan John Locke (1632-1704) dan Montesquieu (1689-1755) yakni: “Dalam sistem
politik, struktur dibedakan atas kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini menurut ajaran
trias politica, meskipun tidak banyak negara manerapkan ajaran ini secara murni. Dalam
perkembangannya, negara-negara demokrasi modern cenderung menggunakan asas pembagian
kekuasaan dibandingkan dengan menggunakan asas pemisahankekuasaan murni”.

8
Dalam teori yang disampaikan oleh Jhon Locke dia mengatakan bahwa: “kekuasaan
negara dibagi menjadi tiga, yaitu kekuasaan legislatif, ke kuasaan eksekutif, dan
kekuasaan federatif. Masing-masing ke kuasaan ini terpisah satu dengan yang
lain.Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat peraturandan undang-undang,
sedangkan kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan melaksanakan undang-undang,
termasuk di dalamnya kekuasaanmengadili”.
Untuk menyempurnakan teori kekuasaan dalam trias politika yang disampaikan oleh Jhon Locke,
Montesqieu mengatakan bahwa: “Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-
undang, kekuasaan eksekutif melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif merupakan
kekuasaan yang mempunyai kewenangan untuk mengadili pelanggaran undang-undang,sementara
kekuasaan federatif merupakan kekuasaan yang meliputi segala tindakan yang ditujukan untuk
menjaga keamanan negara dalam hubungannya dengan negara lain,seperti membuat aliansi dan
sebagainya”.

Di Indonesia, Undang-undang dasar tidak menyebutkan dengan tegas bahwa


pembagian kekuasaan disusun berdasarkan ajaran trias politika, namun ajaran trias politika
dijadikan dasar sebagai dasar dalam pembagian kekuasaan, hal ini digunakan agar ada
keseimbangan dengan menerapkan checks and balances dalam menyelenggarakan
pemerintahan di Indonesia dalam bentuk:

b. kewenangan veto dimiliki oleh DPR, DPD dan presiden dalam persetujuan
pembuatan undang-undang,
c. lembaga legislatif mengawasi dan dapat mengimpeachment terhadap presiden dalam
menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan,
d. mahkamah konstitusi diberikan kewenangan dalam melakukan pengujianterhadap
undang-undang,
e. keputusan pemerintah pusat dapat diajukan gugatan oleh pemerintah daerah,

f. DPR dilibatkan dalam pengangkatan menteri.

• Birokrasi di pemerintahan
Dalam implementasi pembuatan kebijakan dan
mengimplementasikannya, sistem politik mengatur hubungan antara pemerintah dalam
mengurus birokrasi terbitnya sebuah undang-undang yang akan diberlakukan di sebuah
negara.

9
Almond dan Powell, Jr mengatakan bahwa: “Dalam sistem politik, pemerintahan
dan birokrasi merupakan struktur politik penting karena menyangkut pembuatan
kebijakandan implementasi kebijakan, agen agen pemerintahan meskipun
terspesialisasi dalam banyak cara adalah multi fungsional. Agen-agen eksekutif
membuat kebijakan, memperkuat dan mengambil keputusan-keputusan; agen-agen
legislatif berpartisipasi dalamimplementasi kebijakan seperti halnya partisipasi yang
mereka lakukan dalam membuat kebijakan. Lembaga pemerintahan didukung oleh para
eksekutif politik(political executive), yang mempunyai banyak nama dan title.
Beberapa eksekutif disebut sebagai presiden, tetapi berbeda dalam hal kekuasaan yang
mungkin mereka laksanakan dan fungsi-fungsi yang mereka tampilkan. Sementara
yang lainnya disebut sebagai perdana menteri”.

Parlemen di negara-negara lain mempunyai istilah yang berbeda-beda, adayang


menyebutnya presidium, kabinet, dewan menteri atau politbrio, namun mereka sama-
sama dipilih oleh eksekutif serta memiliki tugas yang sama. Di negara Indonesia, pasca
dilakukannya perubahan terhadap Undang-Undang 1945, menggunakan sistem
presidensial untuk diberlakukan dengan cara memilih calon presiden dan calon
wakilnya dipilih langsung melalui mekanismepemilihan umum dan untuk masa jabatan
selama lima tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu periode, jadi jabatan
presiden dapat mendudukiposisinya ini hanya selama dua periode melalui mekanisme
pemilihan umum kembali. Hal ini diatur dalam pasal 6 A ayat (1) yang menyatakan:
“presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rak yat; dan Pasal (2)
menyebutkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum”
Selanjutnya dalam, pasal 7 A menyatakan: “Presiden dan/atau wakil presiden
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya atau perbuatan tercela, maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan wakil presiden”.
Perbedaan nampak nyata antara masa orde baru dengan masa reformasi dalam

10
proses pemilihan dan masa jabatan presiden, hal ini dikarenakan telah dilakukan
amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Ketika jaman pemerintahan orde
baru presiden diangkat oleh MPR, sedangkan anggota MPR terdiri dari orang-orang
pilihan yang dekat dengan presdien. Karena presiden dipilih oleh MPR, maka diakhir
masa jabatannya, presiden harus membuat laporan pertanggung jawaban kepada MPR.
Kedudukan presiden begitu kuat, hal ini didukung oleh keberadaan MPR yang
selalu memilih Soeharto sebagai presiden untuk mengamabkan posisinya sebagai
anggota MPR. Hampir selama 32 tahun Soeharto berkuasa. Namun pada pemilihan
umum tahun 1997, rakyat Indonesia sudah tidak menghendakilagi Sooeharto menjadi
presiden, sehingga terjadilah demonstrasi besar- besaran yang menginginkan adanya
reformasi.

Pada masa orde baru, keberadaan MPR menjadi cerminan elit elit politikyang dekat
dengan lingkaran kekuasaan, sehingga MPR tidak lagi mempunyai peran dalam
menyuarakan aspirasi masyarakat. Kejadian ini berulang pada tahun 1999 dilaksanakan
pemilihan umum, dimana partai pemenang pemilu tidak dapat mengajukan calon
presiden. Ketika itu presiden dipilih oleh anggota DPR. Calon presiden ketika itu
dicalonkan oleh gabungan partai-partai kecil, dan terpilihlah Abrurahman Wahid
sebagai calon dari gabungan partai tersebut menjadi presiden. Hal ini terjadi karena
sebelum pemilihan presiden dilakukan,terjadi lobi lobi yang dilakukan elit politik di
DPR dan MPR yang tidak mencerminkan aspirasi rakyat.
Untuk memperbaiki keadaan ini, maka UUD 1945 diamandemen kembaliyang
diproses oleh MPR dan DPR, dimana salah satu amandemen yang dilakukan adalah
perubahan terhadap mekanisme pemilihan presiden yang tidak melibatkan secara
langsung MPR, serta merubah kewenangan MPR untuk tidak lagi memilih presiden
dan wakilnya, juga membatasi kewenangan MPR hanya pada persoalan UUD.
Amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945 ini menghasilkan keputusan,
dimana pemilihan presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum yang berlangsung setiap periode lima tahun sekali,
sehingga kedudukan presiden hanya dapat dijatuhkan melalui mekanisme sesuai
dengan undang-undang apabila yang bersangkutan dianggap telah melakukan
perbuatan tercela.

11
• Lembaga legislatif
Anggapan Kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga legislatif pada masa orde baru
hanya sebatas membuat dan mengesahkan kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga
eksekutif, sehingga fungsi pengawasan dalam melakukan checks and balances kepada
lembaga eksekutif bisa dikatakan mandul. kekuatan partai golongan karya sebagai
partai terbesar di Indonesia pada masa orde baru membuat sistem politi di Indonesia
tidak dapat berjalan maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap lembaga
eksekutif. Namunperubahan terjadi semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998.
Perubahandalam tatanan kewenangan dan fungsi lembaga legislatif dalam menerapkan
sistem perpolitikan di Indonesia mengubah struktur organisasi di DPR yang
sebelumnya hanya diisi oelh tiga partai politik, di masa reformasi berkembang menjadi
lebih dari lima partai besar yang menempatkan elit politiknya untuk menduduki kursi
di DPR.

Pengaruh amandemen ini memberikan perubahan yang begitu besar dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Pernyataan ini tercantum pada pasal 20 ayat 1
UUD 1945 menyatakan: “DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.
Untuk tugas dan fungsinya di jabarkan dalam pasal 20 A ayat 1, disebutkan bahwa:
“DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan”. Dalam
pasal 20 A ayat (3) menyatakan: “selain hak yang diatur dalam pasal-pasal ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan,menyampaikan usul, dan pendapat serta hak imunitas. Selain DPR,
konstitusi juga mensyaratkan adanyaDewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD ini dipilih
melalui pemilihan umum dandipilih secara langsung oleh rakyat untuk masing-masing
provinsi denganjumlah yang sama. Keseluruhan jumlah anggota DPD ini tidak boleh
lebih dari sepertiga dari jumlah anggota DPR”. Berikutnya diatur dalam pasal 22 D
ayat
(1) menyatakan: “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomidaerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran sertapenggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber dayaekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah”.

12
Dengan kewenangan yang diberikan kepada DPR setelah amandemen UUD
1945, perubahan-perubahan nyata nampak terlihat dengan berfungsinya fungsi dan
wewenang DPR dalam menjalankan tugasnya dalam menyaurakanaspirasi masyarakat,
namun sisi negatifnya tidak kalah terjadi, yakni, anggota dewan menjadi lebih
memperhatikan kebutuhan partai politik pengusungnya, daripada memperhatikan
kebutuhan aspirasi masyarakat.
Menurut Miriam Budiarjo: “anggota-anggota legislatif lebih cenderung
mementingkan kepentingan pribadi dan partai-partai politik yang diwakilinya
dibandingkan dengan memperjuangkan kepentingan rakyat dan kepentingan nasional
dalam pengertian yang luas. Kuatnya orientasi kekuasaan dan kekayaan para anggota
legislatif ini telah membuat lembaga ini tidak peka terhadap kebutuhan dan tuntutan
rakyat. Jika pada masa Orde Baru, lembagalegislatif dianggap sebagai lembaga yang
lemah ketika berhadapan dengan kekuasaan eksekutif, pada masa reformasi, lembaga
ini telah dianggap terlampau kuat, tetapi tidak responsif. Kurangnya tradisi oposisi
dalam sistem politik Indonesia juga membuat DPR menjadi institusi yang kurang kritis
dalammelaksanakan fungsinya untuk mengawasi pemerintah”.

Sistem perekrutan oleh partai poltik terhadap calon anggota dewan terkadang kurang
menerapkan keprofesionalan, ini mengakibatkan anggota DPR tidak memiliki inisiatif
dalam membuat kebijakan. Kebijakan dibuat atas dasar perintah dari pemerintah, dan
kebijakan yang dibuat karena ada kasus baru yang sudah terjadi, baru dibuatkan
peraturannya.

• Lembaga kekuasaan kehakiman


Ajaran trias politika yang ketiga adalah kekuasan kehakiman yang terdapat dalam
lembaga yudikatif. Pengaturan mengenai kewenangan lembaga yudikatif diatur pada
pasal 24 ayat 1: “kekuasaan kehakiman merupakankekuasaan yang merdeka dalam
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum keadilan” selanjutnya dalam
ayat 2 disebutkan : “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
badan-badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. Makhamah Konstitusi sebagai
lembaga kehakiman baru yang didirikan pasca reformasi digulirkan untuk

13
mengantisipasi perkembangan kasus-kasus baru dalam ketatanegaraan di Indonesia.
Kewenangan Mahkmah Konstitusi tercantum didalam pasal 24 C ayat 1 yang
isinya menyatakan: “Mahkamah Konstitusi ini mempunyai kewenangan mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat final untukmenguji undang-
undang terhadap undang undang dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutuskan
pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang pemilihan umum”.
Berikutnya dalam pasal 2 kewenangan dari Mahkamah Konstitusi menyebutkan:
“Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenaidugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut
undang-undang dasar”. Lembaga peradilan berikutnya yang tercakup dalam kekuasaan
kehakiman yang ada di Indonesia adalah Komisi Yudisial. Aturan mengenai komisi
yudisial diatur oleh pasal 24 B ayat 1 yang menyatakan: “Komisi Yudisial bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim”. Perubahan yang terjadi setelah masa reformasi pada
bidang hukum inilah menjadi bukti bahwa hukumdi Indonesia harus ditegakan.

2.3 Struktur Politik Informal

• Partai politik
Berdirinya partai partai politik baru merupakan ciri dari sebuah negara demokrasi
yang modern. Sistem politik di sebuah negara tidak bisa dipisahkandari peran partai
politik, hal ini dikarenakan partai politik sebagai alat untuk merekrut suara rakyat
dalam menyuarakan aspirasinya melalui pemilihan umum.
Pendapat dari Huntington: “stabilitas, kekokohan partai,dan sistem kepartaian
sangat bergantung pada tingkat pelembagaan dan partisipasinya. Partisipasi yang luas
yang disertai dengan tingkat rendah pelembagaan partai politik akan menghasilkan
politik anomik dan kekerasan”. Menurut Huntington “partisipasi tanpa organisasi akan
merosot menjadi gerakan massal, sementara organisasi yang tidak melahirkan
partisipasi cenderung mengarah menjadi klikpersonal. Dalam sistem politik demokrasi,

14
partai politik biasanya melaksanakanempat fungsi berikut:

1) Sarana kominikasi politik


Satu di antara sekian banyak tugas partai politik adalah menyalurkan berbagai
aspirasi yang berkembang di masyarakat. Partai politik harus responsif terhadap
tuntutan dari masyarakat untuk kemudian disalurkan pada sistem politik melalui
agregasi dan artikulasi kepentingan. Di pihak lain, partai politik juga melakukan
diskusi dan penyebarluasan atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.

2) Sarana sosialisasi politik


Partai politik merupakan kelompok yang terorganisasi yang anggota- anggotanya
mempunyai orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah meraih
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan mereka. Itulah sebabnya hampir setiap partai politik mempunyai ideologi,
cita-cita, yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk program kerja. Program-
program kerja inilah yang ditawarkan kepada masyarakat agar mendukungnya dalam
pemilihan umum. Dalam kaitan ini, partai politik membantu sistem politik dalam
menyosialisasikan sistem politik dan mendidik anggota anggotanya menjadi manusia
yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan
nasional.

3) Sarana rekrutmen politik.


Tujuan partai politik adalah meraih kekuasaan. Untuk itu, dilakukan
rekrutmen terhadap pemimpin pemimpin politik yang mampu menopang kekuasaan
yang mereka raih.

4) Sarana pengatur konflik.


Partai politik berperan dalam menjembatani berbagai konflik kepentingan
yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya disalurkan dalam sistem politik.
Kestabilan partai politik sangat menentukan tingkat pelembagaan partisipasi dan
dengan demikian kemampuan partai politik dalam melakukan manajemen konflik.
Sebuah sistem kepartaian yang kokoh dan mempunyai kapasitas akan melakukan
setidaknya dua hal, yaitu:

15
a) melancarkan perluasan peran serta politik melalui jalur partai sehingga
menguasai ataupun mengalihkan segala aktivitas politik anomik dan
revolusioner;
b) menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, untuk
mengurangi kadar tekanan terhadap sistem politik. Dengan demikian, menurut
Huntington, partai politik menyediakan organisasi organisasi yang mengakar
dan prosedur yang melembaga untuk mengasimilasikan kelompok-kelompok
baru dalam sistem politik. Dalam kaitan ini, jika pemilihan dan parlemen
merupakan perangkat representasi, partai adalah sarana mobilisasi. Partai politik
memobilisasidukungan terhadap partai politik dan orang-orang yang akan duduk
diparlemen. Inilah yang membuat partai politik mempunyai peran yang krusial
dalam sistem politik modern, baikotoriter maupun demokratis. Bahkan, di
negara otoriter seperti negara bekas Uni Soviet, partai politik(dalam hal ini partai
komunis) mempunyai pengaruh ke dalam hampir semua kehidupan
masyarakatnya”.

Di awal tahun 1950 an, pertumbuhan partai politik di Indonesia dibatasi, hal ini
dikarenakan pada awal masa orde keadaan belum stabil hal ini diakibatkan karena pada
masa itu rezin Soeharto sebagai penguasa membatasi ruang gerak masyarakat untuk
mendirikan kelompok-kelompok yang mengancam kedudukannya sebagai presiden.
Keberadaan partai politik yang ada pada masa itu tidak dapat menjalankan fungsinya
dalam sistem politik, mobilisasi masa menjadi salah satu cara dari rezim Soeharto
dalam melaksanakan pemilihan umum untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Partai
politik selain golkar hanya sebagaikelompok marginal yang tidak mempunyai peran
dalam menyalurkan aspirasi masyarakat. Tidak ada keterlibatan dari partai politik dalam
membuat kebijakan yang dilakukan oleh penguasa, pembuatan kebijakan dilakukan di
tingkat pusathanya melibatkan elit-elit yang dekat dengan sumber kekuasaan.
Berakhirnya masa orde baru ini dilanjutkan dengan masa reformasi yang
memberikan peluang yang lebih baik kepada masyarakat dalam membentuk kelompok
kelompok partai politik. Di departemen kehakiman, pada tahun 1999, tercatat di
Indonesia berdiri 144 partai baru yang terdaftar. Hal ini memberikannuansa baru dalam
sejarah perpolitikan di Indonesia dengan keragaman ideologi dan tujuan.

16
Perkembangan partai politik ini semakin beragam pada tahun 2002, tercatat hampir 237
partai baru terdaftar. Namun setelah dilakukan verivikasi dalam keiikut sertaannya
dalam pemilu 1999, hanya 48 partai politik saja yang dapat diikut sertakan. Jumlah
partai politik ini menurun pada tahun 2004 yang terdaftar di Kementrian Hukum dan
HAM hanya sekitar 50 partai politik, dan yang dinyatakan lolos verivikasi dan dapat
diikutsertakan dalam pemilu pada tanggal 14 April 2004 hanya 24 partai politik saja.
Penurunan jumlah partai politik ini dikarenakan semakin ketatnya aturan undang-
undang pemilu mengenai pedirian partai politik yang dapat diikutsertakan dalam
kegiatan pemilihan umum legislatif dan ekskutif.
Kini, keberadaan partai politik ini dirasa kurang maksimal dalam menjalankan
fungsi dan wewenangnya, hal ini dikarenakan keberadaan partai politik ini adalah
sebagai alat untuk merebut kekuasaan, atau untuk mendudukijabatan di pemerintahan.
Di masa reformasi, keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
pengambilan kebijakan mulai diperhitungkan. LSM menjadi lembaga yang ikut serta
mengawasi dan mengkritisi jalannya kebijakan. Hal ini dilakukan karena pada masa
orde baru keberadaan LSM tidakdianggap ada. Itu yang menjadi alasan mengapa LSM
aktif dalam menyuarakanaspirasi masyarakat. Menurut Yumiko Sakai dalam bukunya
yang berjudul “Indonesia Flexible NGO vs Inconsistent State Control”, menyatakan
bahwa: “aktifnya LSM pada masa sekarang adalah sebagai berikut:

1) meningkatnya kemiskinan di daerah urban dan daerah pedesaan;

2) perubahan lingkungan politik domestik pada era tahun 1970-an;

3) keberadaan kelompok-kelompok strategis masyarakat sebagai pemimpin;

4) aliran dan bantuan finansial dari komunitas-komunitas internasional. Saat ini,tidak


kurang dari 12.000 NGO yang tercatat di seluruh Indonesia”.

Keberadaan LSM pada masa reformasi semakin beragam jenis dan bentuk
tujuannya, ada LSM yang menruh perhatian pada bidang demokrasi, isu lingkungan
hidup, kinerja pemerintah, media massa, pertanian, good governance, globalisasi,
korupsi, pemberdayaan perempuan dan anak, perlindungan hewan, penegakan hukum
dan lain lain. Masyarakat yang tergabung dalam LSM ini biasanya menyesuaikan
dengan keahlian dalam bidangnya masing-masing. Mereka melakukan lobi politik di

17
pemerintah DPR dalam pembuatan kebijakan melalui sistem politik yang berlaku agar
kepentingan dan tujuan LSM mereka dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah.
LSM yang mempunyai jaringan dengan lembaga internasional, biasanya akan
mendapatkan bantuan biaya dari lembaga donor internasional. Misalnya LSM
perlindungan perempuan dan anak, LSM anti kekerasan, banyak mendapatkan
dukungan dari mulai tingkat lokal, nasional dan internasional, sehingga unsur-unsur
yang terlibat didalamnya akan melakukan lobi politik kepada pemerintah jika dianggap
kebijakan pemerintah mengancam kelompokyang mereka perjuangkan.
Kelompok lainnya yang terlibat dalam artikulasi kepentingan adalah organisasi
profesi, atau yang lebih dikenal dengan kelompok kepentingan. Keberadaan kelompok
ini adalah untuk memperjuangkan haknya berkaitan dengan profesi yang selama ini
mereka geluti untuk mendapatkan perlindunganpemerintah melalui kebijakan.
Keberadaan organisasi ini diijinkan oleh pemerintah untuk menyuarakan aspirasi
anggotanya. Organisasi ini tidak mengincar posisi di pemerintahan, namun hanya
menuntut kesejahteraan bagi anggotanya, contohnya Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Apa yang disuarakan oleh PGRI hanya menuntut hak-hak guru.
Merasa organisasi ini adalah lembaga yang kuat dan dilindungi, terkadang mereka
berani melakukan aksi mogok mengajar apabila ada kepentingan yang belum terpenuhi
oleh pemerintah.
Sama halnya dengan organisasi wartawan Indonesia (PWI). Mereka hanya
menuntut pemerintah agar melindungi keberadaan mereka ketika meliput berita dan
menyampaikannya ke media massa. Organisasi lain contohnya himpunan tani
Indonesia, himpunan nelayan Indonesia, persatuan dokter Indonesia dan masih banyak
lagi, kurang lebih sama tujuannya dalam menuntut kepentingannya kepada pemerintah
dalam kesejahteraan. Dengan semakin majunya demokrasi di Indonesia, telah
mengindikasikan bahwa fenomena yang terjadi sebagai bukti bahwa lembaga-lembaga
informal ini patutdiperhitungkan peranannya dalam sistem politik di Indonesia. Namun
sayangnya dalam menyuarakan aspirasinya ini terkadang dilakukan dengan tindakan
yang berujung anarkis.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian struktur politik memiliki dua kata, yakni kata struktur dan kata politik. Pengertian
struktur lebih difokuskan kepada lembaga, untuk kata politik sendiri mengandung arti urusan
dalam negara.

Perkembangan demokrasi di negara-negara modern, pembagian kekuasaan dibedakan menjadi


kekuasaan eksekutif, kekuasaan yudikatif, dan kekuaaan legislatif.

Berdirinya partai partai politik baru merupakan ciri dari sebuah negara demokrasi yang modern.
Sistem politik di sebuah negara tidak bisa dipisahkandari peran partai politik, hal ini dikarenakan
partai politik sebagai alat untuk merekrut suara rakyat dalam menyuarakan aspirasinya melalui
pemilihan umum.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih banyak
ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

kelompok 1 STRUKTUR SISTEM POLITIK.docx

https://papacindy.wordpress.com/2018/01/30/makalah-sistem-politik-indonesia/

20

Anda mungkin juga menyukai