DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Struktur Sistem
Politik ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Sistem Politik Nasional. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimanakah Struktur Sistem Politik bagi para
pembaca dan juga para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Salma, S.Sos., M.A.P, selaku dosen mata kuliah
Sistem Politik Nasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuandan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Struktur politik yang terlibat dalam peran politik juga akan melibatkan fungsi-fungsi
dari kepentingan para pembuat kebijakan, dan bagaimana kebijakan itu dilaksanakan di
masyarakat. Dalam peranannya, kelompok-kelompok yang terlibatdalam struktur politik
melibatkan partai politik, kelompok kepentingan, mediamassa, dan eksekutif. Kebijakan
mengenai pertahanan dan kebijakan pangan juga melibatkan kelompok-kelompok yang
disebutkan diatas.
Menurut pendapat Almond dan Coleman: “struktur politik dibedakan atas
infrastruktur yang terdiri atas struktur politik masyarakat, suasana kehidupan politik
masyarakat, dan sektor politik masyarakat; dan suprastruktur politik yang terdiri atas
sektor pemerintahan, suasana pemerintahan, dan sektor politik pemerintahan. Dalam
kehidupan politik demokratis, struktur politik dapatdibedakan menjadi dua, yaitu yang
bersifat formal dan informal”.
Untuk menentukan keabsahan dalam mengidentifikasi masalah, menentukan dan
membuat kebijakan yang mengikat masyarakat, maka digunakan mesin politik dalam
struktur formal. Namun peran dari lembaga lembaga pendukung diluar lembaga formallah
yang akan mengkonversikan, menterjemahkan, mengemukakan, menyalurkan dan
memberi dukungan dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan umum.
Menurut Muchtar Afandi: “kekuasaan adalah kapasitas, kapabilitas, atau
kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai, dan
memerintah orang lain”. Sedangkan menurut Bertrand Russel: “Struktur politik sebagai
satu spesies struktur pada umumnya, selalu berkenaan dengan alokasi- alokasi nilai yang
bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Kekuasaan adalah konsep yang mendasar dalam ilmu sosial, seperti halnya energi dalam
konsepilmu alam”.
Kapasitas kekuasaan berarti kewenangan yang dimiliki sesorang untuk menguasai dan
mengendalikan masyarakat karena kewenangan dan kekuatan yang dimilikinya, kapasitas
kekuasaan ini merupakan hak dari penguasa yang dipilih melalui jalur formal sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Morton Davis: “Kekuasaan adalah
sebuah kapasitas; kapabilitas atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengen
dalikan, menguasai, dan memerintah orang lain. Kapasitas demikian erat hubungannya
dengan wewenang(authority) hak (right), dan kekuatan (force, nakedpower). Kekuasaan
6
merupakan fokus inti dari politik. Adapun fokus utama politik adalah keputusan.
Keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang menyangkut kepentingan keseluruhan
masyarakat dan bersifat dapat dipaksakan berlakunya. Dalam membahas strukturpolitik
pemerintah, biasanya sistem pemerintahan juga dibahas. Sistem pemerintahan adalah cara
kerjad an sekaligus hubungan fungsi antara lembaga- lembaga negara yang biasanya
ditetapkan juga oleh konstitusi. Klasifikasi kekuasaan dibagi menjadi dua:
7
1) Agregasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi memadukan aspirasi rakyat
yang disampaikan oleh lembaga, seperti LSM, Ormas, OKP Lembagayangmemiliki
fungsi adalah lembaga partai politik.
2) Rekrutmen politik adalah lembaga yang berfungsi melakukan pemilihan pemimpin
atau calon pemimpin bagi masyarakat.
Komunikasi politik adalah kegiatan yang berguna untuk menghubungkan pikiran politik
yang hidup dalam masyarakat,baik pikiran intra golongan, institut, asosiasi, maupun sektor
kehidupan politik masyarakat dengan sektorpemerintahan”.
8
Dalam teori yang disampaikan oleh Jhon Locke dia mengatakan bahwa: “kekuasaan
negara dibagi menjadi tiga, yaitu kekuasaan legislatif, ke kuasaan eksekutif, dan
kekuasaan federatif. Masing-masing ke kuasaan ini terpisah satu dengan yang
lain.Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat peraturandan undang-undang,
sedangkan kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan melaksanakan undang-undang,
termasuk di dalamnya kekuasaanmengadili”.
Untuk menyempurnakan teori kekuasaan dalam trias politika yang disampaikan oleh Jhon Locke,
Montesqieu mengatakan bahwa: “Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-
undang, kekuasaan eksekutif melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif merupakan
kekuasaan yang mempunyai kewenangan untuk mengadili pelanggaran undang-undang,sementara
kekuasaan federatif merupakan kekuasaan yang meliputi segala tindakan yang ditujukan untuk
menjaga keamanan negara dalam hubungannya dengan negara lain,seperti membuat aliansi dan
sebagainya”.
b. kewenangan veto dimiliki oleh DPR, DPD dan presiden dalam persetujuan
pembuatan undang-undang,
c. lembaga legislatif mengawasi dan dapat mengimpeachment terhadap presiden dalam
menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan,
d. mahkamah konstitusi diberikan kewenangan dalam melakukan pengujianterhadap
undang-undang,
e. keputusan pemerintah pusat dapat diajukan gugatan oleh pemerintah daerah,
• Birokrasi di pemerintahan
Dalam implementasi pembuatan kebijakan dan
mengimplementasikannya, sistem politik mengatur hubungan antara pemerintah dalam
mengurus birokrasi terbitnya sebuah undang-undang yang akan diberlakukan di sebuah
negara.
9
Almond dan Powell, Jr mengatakan bahwa: “Dalam sistem politik, pemerintahan
dan birokrasi merupakan struktur politik penting karena menyangkut pembuatan
kebijakandan implementasi kebijakan, agen agen pemerintahan meskipun
terspesialisasi dalam banyak cara adalah multi fungsional. Agen-agen eksekutif
membuat kebijakan, memperkuat dan mengambil keputusan-keputusan; agen-agen
legislatif berpartisipasi dalamimplementasi kebijakan seperti halnya partisipasi yang
mereka lakukan dalam membuat kebijakan. Lembaga pemerintahan didukung oleh para
eksekutif politik(political executive), yang mempunyai banyak nama dan title.
Beberapa eksekutif disebut sebagai presiden, tetapi berbeda dalam hal kekuasaan yang
mungkin mereka laksanakan dan fungsi-fungsi yang mereka tampilkan. Sementara
yang lainnya disebut sebagai perdana menteri”.
10
proses pemilihan dan masa jabatan presiden, hal ini dikarenakan telah dilakukan
amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Ketika jaman pemerintahan orde
baru presiden diangkat oleh MPR, sedangkan anggota MPR terdiri dari orang-orang
pilihan yang dekat dengan presdien. Karena presiden dipilih oleh MPR, maka diakhir
masa jabatannya, presiden harus membuat laporan pertanggung jawaban kepada MPR.
Kedudukan presiden begitu kuat, hal ini didukung oleh keberadaan MPR yang
selalu memilih Soeharto sebagai presiden untuk mengamabkan posisinya sebagai
anggota MPR. Hampir selama 32 tahun Soeharto berkuasa. Namun pada pemilihan
umum tahun 1997, rakyat Indonesia sudah tidak menghendakilagi Sooeharto menjadi
presiden, sehingga terjadilah demonstrasi besar- besaran yang menginginkan adanya
reformasi.
Pada masa orde baru, keberadaan MPR menjadi cerminan elit elit politikyang dekat
dengan lingkaran kekuasaan, sehingga MPR tidak lagi mempunyai peran dalam
menyuarakan aspirasi masyarakat. Kejadian ini berulang pada tahun 1999 dilaksanakan
pemilihan umum, dimana partai pemenang pemilu tidak dapat mengajukan calon
presiden. Ketika itu presiden dipilih oleh anggota DPR. Calon presiden ketika itu
dicalonkan oleh gabungan partai-partai kecil, dan terpilihlah Abrurahman Wahid
sebagai calon dari gabungan partai tersebut menjadi presiden. Hal ini terjadi karena
sebelum pemilihan presiden dilakukan,terjadi lobi lobi yang dilakukan elit politik di
DPR dan MPR yang tidak mencerminkan aspirasi rakyat.
Untuk memperbaiki keadaan ini, maka UUD 1945 diamandemen kembaliyang
diproses oleh MPR dan DPR, dimana salah satu amandemen yang dilakukan adalah
perubahan terhadap mekanisme pemilihan presiden yang tidak melibatkan secara
langsung MPR, serta merubah kewenangan MPR untuk tidak lagi memilih presiden
dan wakilnya, juga membatasi kewenangan MPR hanya pada persoalan UUD.
Amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945 ini menghasilkan keputusan,
dimana pemilihan presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum yang berlangsung setiap periode lima tahun sekali,
sehingga kedudukan presiden hanya dapat dijatuhkan melalui mekanisme sesuai
dengan undang-undang apabila yang bersangkutan dianggap telah melakukan
perbuatan tercela.
11
• Lembaga legislatif
Anggapan Kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga legislatif pada masa orde baru
hanya sebatas membuat dan mengesahkan kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga
eksekutif, sehingga fungsi pengawasan dalam melakukan checks and balances kepada
lembaga eksekutif bisa dikatakan mandul. kekuatan partai golongan karya sebagai
partai terbesar di Indonesia pada masa orde baru membuat sistem politi di Indonesia
tidak dapat berjalan maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap lembaga
eksekutif. Namunperubahan terjadi semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998.
Perubahandalam tatanan kewenangan dan fungsi lembaga legislatif dalam menerapkan
sistem perpolitikan di Indonesia mengubah struktur organisasi di DPR yang
sebelumnya hanya diisi oelh tiga partai politik, di masa reformasi berkembang menjadi
lebih dari lima partai besar yang menempatkan elit politiknya untuk menduduki kursi
di DPR.
Pengaruh amandemen ini memberikan perubahan yang begitu besar dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Pernyataan ini tercantum pada pasal 20 ayat 1
UUD 1945 menyatakan: “DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.
Untuk tugas dan fungsinya di jabarkan dalam pasal 20 A ayat 1, disebutkan bahwa:
“DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan”. Dalam
pasal 20 A ayat (3) menyatakan: “selain hak yang diatur dalam pasal-pasal ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan,menyampaikan usul, dan pendapat serta hak imunitas. Selain DPR,
konstitusi juga mensyaratkan adanyaDewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD ini dipilih
melalui pemilihan umum dandipilih secara langsung oleh rakyat untuk masing-masing
provinsi denganjumlah yang sama. Keseluruhan jumlah anggota DPD ini tidak boleh
lebih dari sepertiga dari jumlah anggota DPR”. Berikutnya diatur dalam pasal 22 D
ayat
(1) menyatakan: “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomidaerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran sertapenggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber dayaekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah”.
12
Dengan kewenangan yang diberikan kepada DPR setelah amandemen UUD
1945, perubahan-perubahan nyata nampak terlihat dengan berfungsinya fungsi dan
wewenang DPR dalam menjalankan tugasnya dalam menyaurakanaspirasi masyarakat,
namun sisi negatifnya tidak kalah terjadi, yakni, anggota dewan menjadi lebih
memperhatikan kebutuhan partai politik pengusungnya, daripada memperhatikan
kebutuhan aspirasi masyarakat.
Menurut Miriam Budiarjo: “anggota-anggota legislatif lebih cenderung
mementingkan kepentingan pribadi dan partai-partai politik yang diwakilinya
dibandingkan dengan memperjuangkan kepentingan rakyat dan kepentingan nasional
dalam pengertian yang luas. Kuatnya orientasi kekuasaan dan kekayaan para anggota
legislatif ini telah membuat lembaga ini tidak peka terhadap kebutuhan dan tuntutan
rakyat. Jika pada masa Orde Baru, lembagalegislatif dianggap sebagai lembaga yang
lemah ketika berhadapan dengan kekuasaan eksekutif, pada masa reformasi, lembaga
ini telah dianggap terlampau kuat, tetapi tidak responsif. Kurangnya tradisi oposisi
dalam sistem politik Indonesia juga membuat DPR menjadi institusi yang kurang kritis
dalammelaksanakan fungsinya untuk mengawasi pemerintah”.
Sistem perekrutan oleh partai poltik terhadap calon anggota dewan terkadang kurang
menerapkan keprofesionalan, ini mengakibatkan anggota DPR tidak memiliki inisiatif
dalam membuat kebijakan. Kebijakan dibuat atas dasar perintah dari pemerintah, dan
kebijakan yang dibuat karena ada kasus baru yang sudah terjadi, baru dibuatkan
peraturannya.
13
mengantisipasi perkembangan kasus-kasus baru dalam ketatanegaraan di Indonesia.
Kewenangan Mahkmah Konstitusi tercantum didalam pasal 24 C ayat 1 yang
isinya menyatakan: “Mahkamah Konstitusi ini mempunyai kewenangan mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat final untukmenguji undang-
undang terhadap undang undang dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutuskan
pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang pemilihan umum”.
Berikutnya dalam pasal 2 kewenangan dari Mahkamah Konstitusi menyebutkan:
“Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenaidugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut
undang-undang dasar”. Lembaga peradilan berikutnya yang tercakup dalam kekuasaan
kehakiman yang ada di Indonesia adalah Komisi Yudisial. Aturan mengenai komisi
yudisial diatur oleh pasal 24 B ayat 1 yang menyatakan: “Komisi Yudisial bersifat
mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim”. Perubahan yang terjadi setelah masa reformasi pada
bidang hukum inilah menjadi bukti bahwa hukumdi Indonesia harus ditegakan.
• Partai politik
Berdirinya partai partai politik baru merupakan ciri dari sebuah negara demokrasi
yang modern. Sistem politik di sebuah negara tidak bisa dipisahkandari peran partai
politik, hal ini dikarenakan partai politik sebagai alat untuk merekrut suara rakyat
dalam menyuarakan aspirasinya melalui pemilihan umum.
Pendapat dari Huntington: “stabilitas, kekokohan partai,dan sistem kepartaian
sangat bergantung pada tingkat pelembagaan dan partisipasinya. Partisipasi yang luas
yang disertai dengan tingkat rendah pelembagaan partai politik akan menghasilkan
politik anomik dan kekerasan”. Menurut Huntington “partisipasi tanpa organisasi akan
merosot menjadi gerakan massal, sementara organisasi yang tidak melahirkan
partisipasi cenderung mengarah menjadi klikpersonal. Dalam sistem politik demokrasi,
14
partai politik biasanya melaksanakanempat fungsi berikut:
15
a) melancarkan perluasan peran serta politik melalui jalur partai sehingga
menguasai ataupun mengalihkan segala aktivitas politik anomik dan
revolusioner;
b) menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, untuk
mengurangi kadar tekanan terhadap sistem politik. Dengan demikian, menurut
Huntington, partai politik menyediakan organisasi organisasi yang mengakar
dan prosedur yang melembaga untuk mengasimilasikan kelompok-kelompok
baru dalam sistem politik. Dalam kaitan ini, jika pemilihan dan parlemen
merupakan perangkat representasi, partai adalah sarana mobilisasi. Partai politik
memobilisasidukungan terhadap partai politik dan orang-orang yang akan duduk
diparlemen. Inilah yang membuat partai politik mempunyai peran yang krusial
dalam sistem politik modern, baikotoriter maupun demokratis. Bahkan, di
negara otoriter seperti negara bekas Uni Soviet, partai politik(dalam hal ini partai
komunis) mempunyai pengaruh ke dalam hampir semua kehidupan
masyarakatnya”.
Di awal tahun 1950 an, pertumbuhan partai politik di Indonesia dibatasi, hal ini
dikarenakan pada awal masa orde keadaan belum stabil hal ini diakibatkan karena pada
masa itu rezin Soeharto sebagai penguasa membatasi ruang gerak masyarakat untuk
mendirikan kelompok-kelompok yang mengancam kedudukannya sebagai presiden.
Keberadaan partai politik yang ada pada masa itu tidak dapat menjalankan fungsinya
dalam sistem politik, mobilisasi masa menjadi salah satu cara dari rezim Soeharto
dalam melaksanakan pemilihan umum untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Partai
politik selain golkar hanya sebagaikelompok marginal yang tidak mempunyai peran
dalam menyalurkan aspirasi masyarakat. Tidak ada keterlibatan dari partai politik dalam
membuat kebijakan yang dilakukan oleh penguasa, pembuatan kebijakan dilakukan di
tingkat pusathanya melibatkan elit-elit yang dekat dengan sumber kekuasaan.
Berakhirnya masa orde baru ini dilanjutkan dengan masa reformasi yang
memberikan peluang yang lebih baik kepada masyarakat dalam membentuk kelompok
kelompok partai politik. Di departemen kehakiman, pada tahun 1999, tercatat di
Indonesia berdiri 144 partai baru yang terdaftar. Hal ini memberikannuansa baru dalam
sejarah perpolitikan di Indonesia dengan keragaman ideologi dan tujuan.
16
Perkembangan partai politik ini semakin beragam pada tahun 2002, tercatat hampir 237
partai baru terdaftar. Namun setelah dilakukan verivikasi dalam keiikut sertaannya
dalam pemilu 1999, hanya 48 partai politik saja yang dapat diikut sertakan. Jumlah
partai politik ini menurun pada tahun 2004 yang terdaftar di Kementrian Hukum dan
HAM hanya sekitar 50 partai politik, dan yang dinyatakan lolos verivikasi dan dapat
diikutsertakan dalam pemilu pada tanggal 14 April 2004 hanya 24 partai politik saja.
Penurunan jumlah partai politik ini dikarenakan semakin ketatnya aturan undang-
undang pemilu mengenai pedirian partai politik yang dapat diikutsertakan dalam
kegiatan pemilihan umum legislatif dan ekskutif.
Kini, keberadaan partai politik ini dirasa kurang maksimal dalam menjalankan
fungsi dan wewenangnya, hal ini dikarenakan keberadaan partai politik ini adalah
sebagai alat untuk merebut kekuasaan, atau untuk mendudukijabatan di pemerintahan.
Di masa reformasi, keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
pengambilan kebijakan mulai diperhitungkan. LSM menjadi lembaga yang ikut serta
mengawasi dan mengkritisi jalannya kebijakan. Hal ini dilakukan karena pada masa
orde baru keberadaan LSM tidakdianggap ada. Itu yang menjadi alasan mengapa LSM
aktif dalam menyuarakanaspirasi masyarakat. Menurut Yumiko Sakai dalam bukunya
yang berjudul “Indonesia Flexible NGO vs Inconsistent State Control”, menyatakan
bahwa: “aktifnya LSM pada masa sekarang adalah sebagai berikut:
Keberadaan LSM pada masa reformasi semakin beragam jenis dan bentuk
tujuannya, ada LSM yang menruh perhatian pada bidang demokrasi, isu lingkungan
hidup, kinerja pemerintah, media massa, pertanian, good governance, globalisasi,
korupsi, pemberdayaan perempuan dan anak, perlindungan hewan, penegakan hukum
dan lain lain. Masyarakat yang tergabung dalam LSM ini biasanya menyesuaikan
dengan keahlian dalam bidangnya masing-masing. Mereka melakukan lobi politik di
17
pemerintah DPR dalam pembuatan kebijakan melalui sistem politik yang berlaku agar
kepentingan dan tujuan LSM mereka dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah.
LSM yang mempunyai jaringan dengan lembaga internasional, biasanya akan
mendapatkan bantuan biaya dari lembaga donor internasional. Misalnya LSM
perlindungan perempuan dan anak, LSM anti kekerasan, banyak mendapatkan
dukungan dari mulai tingkat lokal, nasional dan internasional, sehingga unsur-unsur
yang terlibat didalamnya akan melakukan lobi politik kepada pemerintah jika dianggap
kebijakan pemerintah mengancam kelompokyang mereka perjuangkan.
Kelompok lainnya yang terlibat dalam artikulasi kepentingan adalah organisasi
profesi, atau yang lebih dikenal dengan kelompok kepentingan. Keberadaan kelompok
ini adalah untuk memperjuangkan haknya berkaitan dengan profesi yang selama ini
mereka geluti untuk mendapatkan perlindunganpemerintah melalui kebijakan.
Keberadaan organisasi ini diijinkan oleh pemerintah untuk menyuarakan aspirasi
anggotanya. Organisasi ini tidak mengincar posisi di pemerintahan, namun hanya
menuntut kesejahteraan bagi anggotanya, contohnya Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Apa yang disuarakan oleh PGRI hanya menuntut hak-hak guru.
Merasa organisasi ini adalah lembaga yang kuat dan dilindungi, terkadang mereka
berani melakukan aksi mogok mengajar apabila ada kepentingan yang belum terpenuhi
oleh pemerintah.
Sama halnya dengan organisasi wartawan Indonesia (PWI). Mereka hanya
menuntut pemerintah agar melindungi keberadaan mereka ketika meliput berita dan
menyampaikannya ke media massa. Organisasi lain contohnya himpunan tani
Indonesia, himpunan nelayan Indonesia, persatuan dokter Indonesia dan masih banyak
lagi, kurang lebih sama tujuannya dalam menuntut kepentingannya kepada pemerintah
dalam kesejahteraan. Dengan semakin majunya demokrasi di Indonesia, telah
mengindikasikan bahwa fenomena yang terjadi sebagai bukti bahwa lembaga-lembaga
informal ini patutdiperhitungkan peranannya dalam sistem politik di Indonesia. Namun
sayangnya dalam menyuarakan aspirasinya ini terkadang dilakukan dengan tindakan
yang berujung anarkis.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian struktur politik memiliki dua kata, yakni kata struktur dan kata politik. Pengertian
struktur lebih difokuskan kepada lembaga, untuk kata politik sendiri mengandung arti urusan
dalam negara.
Berdirinya partai partai politik baru merupakan ciri dari sebuah negara demokrasi yang modern.
Sistem politik di sebuah negara tidak bisa dipisahkandari peran partai politik, hal ini dikarenakan
partai politik sebagai alat untuk merekrut suara rakyat dalam menyuarakan aspirasinya melalui
pemilihan umum.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih banyak
ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://papacindy.wordpress.com/2018/01/30/makalah-sistem-politik-indonesia/
20