“MODAL USAHA”
D
OLEH:
Bireuen, 09 Juni
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
Bab II : Pembahasan
A. Modal Usaha dan Manajemen Keuangan
1. Modal Usaha ........................................................................................... 3
Bab III..................................................................................................... 21
Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Kritik dan Saran....................................................................................... 22
Daftar Pustaka ..........................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAM
A. Latar Belakang
B.
Menjadi wirarausaha dapat dijadikan suatu pilihan pemecahan masalah karena kegiatan
berwirausaha dapat memberikan dampak yang positif dari beberapa aspek kehidupan seperti
aspek sosial, kebudayaan, dan politik (Hisrich & Peter, 2002). Dengan menjadi wirausaha,
seseorang juga dapat memperoleh beberapa keuntungan, antara lain: dapat menentukan arah
kehidupan, kesempatan untuk membuat perubahan, kesempatan untuk membuktikan potensi diri,
kesempatan untuk memperoleh laba, dan kesempatan untuk berkontribusi pada lingkungan sosial
dan dikenal (Zimmerer & Scarborough, 2002). Meskipun demikian, untuk menjadi seorang
wirausaha dibutuhkan kemampuan teknikal dan ciri kepribadian yang dapat menunjang
berjalannya aktivitas kewirausahaan. Ciri kepribadian seorang wirausaha antara lain adalah
disiplin, atau kontrol internal, pengambil risiko, inovatif, komitmen terhadap tugas, serta
memiliki orientasi dan kemampuan untuk menghadapi perubahan. (Hisrich, 1992, Hisrich &
Peters, 2002).
Modal usaha dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting dan manajemen keuangan
merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, fungsi-fungsi keuangan tersebut
meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan bagai mana menggunakan dana
tersebut (allocation of fund). Pengertian Manajemen Keuangan mengalami perkembangan mulai
dari pengertian manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai
yang mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap
aktiva. Khususnya penganalisisan sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan
keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajemen keuangan harus
memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun internal.
Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
faktor kebijkan moneter, faktor kebijakan pajak, faktor kondisi ekonomi,faktor kondisi sosial,
dan faktor kondisi politik.
Namun, Manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang
layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai
aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam
maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk
hutang atau modal sendiri.
Dalam hal ini jenis kegiatan kewirausahaan yang akan dikembangkan tergantung pada
peluang-peluang yang terdapat dimasing-masing daerah. Tampaknya menumbuhkan jiwa
kewirausahaan saja tidak cukup tanpa mengikut-sertakan iklim usaha dan partisipasi semua
pemangku kepentingan (stake holders), seperti Pemerintah, Masyarakat, LSM, Perusahaan dan
Perguruan Tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan program kemitraan di antara pemangku
kepentingan tersebut.Model kemitraan tersebut akan dikembangkan dalam makalah ini..
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada penulisan makalah ini yaitu:
1. Apa itu modal dan manajemen keuangan dalam berwira usaha?
2. Apa itu kemitraan dalam berwirausaha?
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui apa itu modal dan manajemen keuangan dalam berwira usaha
2. Mengetahui apa itu kemitraan dalam berwirausaha
BAB II
PEMBAHASAN
A. Modal Usaha dan Manajemen Keuangan
1. Modal Usaha
a) Pengertian Modal
Modal adalah kesediaan uang dalam bantuk tunai. Hal ini sudah menjadi semacam mito.
Padahal, kita ketahui jika hanya menunggu modal jatuh dari langit, sampai kapan pun tidak akan
pernah terjadi. Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa banyak orang
tidak mampu menjadiEntrepreneur.[1]
Modal merupakan kumpulan dari barang-barang modal, yaitu semua barang yang ada dalam
rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Jadi, yang
dimaksud dengan modal adalah bukan hanya berupa uang saja tetapi termasuk juga aktiva yang
ada dalam perusahaan seperti; mesin-mesin, kendaraan, bangunan pabrik, bahan baku, dan lain-
lain, yang digunakan untuk menjalankan operasi usahanya.[2]
Ada lima pertanyaan untuk modal uasa, baik memakai uang sendiri maupun uang pihak lain.
Pertanyaan sederhana tersebut adalah:
1) Untuk usaha apa modal/uang itu akan digunakan?
2) Berapa besar modal /uang yang diperlukan?
3) Kapan modal /uang tersebut diperlukan?
4) Berapa keuntungan yang akan dihasilkan dari usaha tersebut.
5) Kapan modal/uang tersebut akan kembali?
Jika tidak mampu menjawab kelima pertanyaan ini saja, maka ia belum layak untuk jadi
pengusaha. Ia perlu banyak belajar lagi dengan mencari ilmu pengetahuan tentang masalah
bisnis. Jadi, alasan tidak memiliki modal bukan berarti tidak bisa menjadi pengusaha. Banyak
syarat lain yang harus dipenuhi dan dimiliki dahulu sebagai modal usaha yang bukan dalam
bentuk uang.[3]
b) Jenis-Jenis Modal
Seorang Entrepreneur harus memperhatikan dan menyikapi arti modal-modal itu, modal-
modal itu seperti bagan 2-1 dibawah ini :
Didalam buku karangannya Prof. Dr. Bambang Riyanto membagi modal atas dua jenis
yaitu:
1) Modal asing/ uatang
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
didalam suau perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
“utang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing terdiri dari tiga golongan yaitu:
a. Modal Asing/Utang Jangka Pendek (Short-term Debt), yaitu jangka waktunya kurang dari satu
tahun.
b. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt), yaitu jangka waktunya dari
satu sampai sepuluh tahun.
c. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-term Debt), yaitu jangka waktunya lebih dari
sepuluh tahun.[5]
2) Modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri didalam
suatu perusahaan yang terbentuk Perseroan Terbatas (PT) ter diri dari:
a. Modal saham
b. Keuntungan
c. keuntungan[6]
c) Pemanfaatan Modal
Secara garis besar, modal diperlukan untuk membiayai suatu uasaha baik untuk pembuatan
produk, proyek, atau jasa, modal ada dua macam yaitu:
1. Modal Investasi
Modal ini digunakan untuk pembelian atau pengadaan untuk tujuan menunjang proses produksi.
2. Modal Kerja
Modal ini terdiri dari biaya tetap dan biaya langsung atau biaya variable.[7]
d) Siklus modal
Perhatikan bagan 2-2[8] , siklus modal adalah perputaran uang yang dita-namkan dalam
suatu bisnis. Uang itu akan diputar dan saling terkait stu sama lain melalui transaksi bisnis,
pinjaman uang dari pihak lain atau Bank, kemudian ditambah adanya kewajiban kepada Negara
yang harus dibayar dalam bentuk pajak atau retribusi.
Bagaimana siklus itu berjalan?
1) Mula-mula modal ditanamkan oleh investor atau entrepreneur untuk menjalankan bisnis
tertentu. Modal itu terdiri dari modal investasi dan modal kerja untuk biaya variable dan biaya
tetap.
2) Barang-barang investasi, bahan baku, dan tenaga kerja akan digabung untuk dioprasikan.
3) Barang dan jasa yang dihasilkan kemudian dijual kepasar dan terjadi transaksi pembelian
dengan pelanggan. Hasil penjualan ini disebut pendapatan.
4) Dari pendapatan hasil penjualan tersebut (X) maka uang itu dianggarkan lagi untuk:
A. Biaya pegawai.
B. Biaya oprasional.
C. Pengembalian utang kepada bank berupa pokok pinjaman dan bunga sebagai biaya.
D. Pembayaran pajak-pajak kepada Negara.
Apabila hasil penjualan X lebih kecil (A+B+C+D), maka usahannya rugi (E<0).
Apabila hasil penjualan X sama dengan (A+B+C+D), maka usahannya impas, tidak untung,
tidak rugi (E=0).
Apabila hasil penjualan X lebih besar (A+B+C+D), maka usahannya untung (E>0).
5) Kalau usahanya untung, maka lama kelamaan keuntungan itu dikumpulkan untuk dijadikan
modal lagi guna memperbesar usahanya sesuai dengan prospek bisnisnya.
Kalau usahanya rugi, maka lama-kelamaan modal dari manapun datangnya akan habis dan
usahanya akan berhenti karena tidak ada perputaran modal lagi alias bangkrut.
6) Kalau prospek bisnisnya bagus sekali dan masih kekurangan modal, maka dapat melakukan
peminjaman lagi ke bank, atau kepihak-pihak lainnya.
Demikianlah seterusnya siklus modal itu berputar. Semakin besar usahanya, semakin besar
perputaran modalnya, dan semakin besar pula keuntungannya.[9]
c) Analisis Kemitraan
Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka
panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini
telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic
customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan
pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari ha tersebut maka
dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut:
a. Kurang transparasi dalam pelaksanaan Kepres 16
b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan
c. Kemitraan tidak berkembang baik
d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan.
d) Pola Kemitraan
Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal ini
bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil
sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu
memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut
antara lain:
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage)
Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung
sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan
untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai
kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri. Rangkaian
kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan
sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-
terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang
dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang
dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional,
merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.
Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi
perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha
industri.
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage)
Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir
hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah
untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan
kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah
sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan
keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan
kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar.
Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif,
dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan
koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan
industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri.
3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan
antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan
atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa
hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha
kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak
ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh
berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya.
Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang perlu Di
perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya sebagai berikut :
a. Perjanjian Tertulis
Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha yang
dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari. Semakin detail isi
perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang dibangun. Pastikan perjanjian ini
memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak-pihak yang terkait di atas materai.
b. Berdasarkan Asas Manfaat
Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Jika
salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika Di ingin
berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama berapa lama,
dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja, tanpa mengetahui
dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan.
c. Berdasarkan Asas Adil
Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang berbuat
curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian hak dan
tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing-masing memahami
dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang, maka semuanya bisa diproses
melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa dilanjutkan.
d. Tidak Ada Unsur Paksaan
Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Jika
Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak perlu memaksakannya. Di
bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan.
4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat
Pada dasarnya pola bapak angkiat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau besar
untuk membantu pihak lainyang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan
pembinaan.
Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalah cermin atau wujud rasa
kepedulian pihak yang esar terhadap yang kecil
Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN
dengan usaha mikro dan kecil.
5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura
Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan berupa
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan) sebagai pasangan usaha
(investee company) untuk jangka waktu tertentu.
6. Pola inti plasma
Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan Usaha Besar
sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang menjadi plasmanya
dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen
usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi
peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung
jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai
mitra usaha untuk jangka panjang.
Pola Kemitraan Inti Plasma Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal:
a. Penyediaan dan penyiapan lahan
b. Pemberian saprodi.
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi.
e. Pembiayaan.
f. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha.
7. Subkontrak
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 bahwa pola
subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha
Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha
Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan,
subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan Usaha
Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada
UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen)
dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini Usaha Besar
memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan
teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini
kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor)
tetapi melalui agen atau pedagang.
Pembinaan Kelompok Mitra
Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal:
1. Merencanakan Usaha.
2. Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan
3. Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional.
4. Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi.
5. Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi.
Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra
a. Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra.
b. Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak.
c. Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi tepat guna.
d. Melakukan konsultasi dan temu usaha.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan panjang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa; Modal merupakan kumpulan
dari barang-barang modal, yaitu semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam
fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Jadi, yang dimaksud dengan modal adalah
bukan hanya berupa uang saja tetapi termasuk juga aktiva yang ada dalam perusahaan seperti;
mesin-mesin, kendaraan, bangunan pabrik, bahan baku, dan lain-lain, yang digunakan untuk
menjalankan operasi usahanya. Modal itu terdiri dari tiga jenis yaitu: modal diri, modal materi
milik sendiri, modal usaha dari pihak orang lain. Siklus modal adalah perputaran uang yang dita-
namkan dalam suatu bisnis. Uang itu akan diputar dan saling terkait stu sama lain melalui
transaksi bisnis, pinjaman uang dari pihak lain atau Bank, kemudian ditambah adanya kewajiban
kepada Negara yang harus dibayar dalam bentuk pajak atau retribusi.
Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan. Fungsi manajer keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut: Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Keputusan Dividen.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 (Bab I Pasal 1),
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan
Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Berdasarkan kutipan diatas, kemitraan mencakup kerjasama yang saling menguntungkan antara
bentuk usaha kecil dan usaha menengah dan usaha besar. Dalam hal ini usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil. Usaha menengah dan atau usaha besar adalah
kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari
pada kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi “Asas Kemitraan
mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, bersifat timbal balik, dan
sinergis”.
Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling mengun-tungkan antara
pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusa-haan Mitra) disertai dengan
pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat.
B. Keritik dan Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesa-lahan seperti
penulisan huruf, ejaan, dan sebagainya, kami mengharapkan Kritik dan Saran yang bersifat
Positif atau membangun. Karena pengetahuan kami sebagai penulis juga masih kurang dan juga
masih dalam pembelajaran.
Maka dari itu kami sangat berharap kritik dan saran dari segala pihak agar kami bisa
mengetahui dimana kekurangan dari makalah ini.
Terima kasih atas partisipasinya semoga makalah ini berguna untuk memenuhi tugas mata
kuliah kewirausahaan.
Daftar Pustaka
Astamoen Moko P. 2008. Entrepreneurship, Bandung: Alfabeta
Asnaini, Evan Setiawan, dan Windi Asriani. 2012. manajemen Keuangan, Yogya-karta: Teras,
Riayanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE
http://avicennaedu.wordpress.com/2013/03/26/kemitraan-usaha/ (diunduh pada tanggal 24 april 2014,
pk.13.19 wib)
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/ (diunduh pada tanggal 24 april
2014, pk.13.19 wib)
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-waralaba/ (diunduh pada tanggal 24 april 2014,
pk.13.19 wib)
http://www.organisasi.org/1070/01/definisi-pengertian-manajeen-keuangan-tugas-pokok-dan-tujuan-
manajer-keuangan-perusahaan-html.2014-04-23 (diunduh pada tanggal 23 april 2014, pk. 20:25
wib)
http://www.ciputraentrepreneurship.com/pemikiran-ciputra/kemitraan-sangat-penting-bagi-
entrepreneur.2014.24.4 (diunduh pada tanggal 24 april 2014, pk. 12:44 wib)
http://invesdana.com/pengertian-dan-arti-pentingnya-mitra-usaha/. (diunduh pada tanggal 24 april
2014, pk.12:53 wib)
http://frankyzamzani.files.wordpress.com/2007/06/pp-no-44-th-1997-ttg-kemitraan.pdf(diunduh pada
tanggal 24 april 2014, pk.12:58 wib)