Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRUKTUR POLITIK INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: Dr. IRMAWATI SAGALA, S.IP., M.SI

KELOMPOK 3:

M.Zaqi Al-Hakim (105230064)

Vitria Ernifa (105230063)

Restu Aji Salam (105230102)

Levi Pajri (105230094)

M.Finandio (105230068)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI


TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang struktur politik Indonesia.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena Itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang struktur politik


Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jambi 21 April 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2
c. Apa struktur...................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN........................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1PENGERTIAN STUKTUR POLITIK INDONESIA .................................... 3
2.2FUNGSI SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK .......... 4
2.3SUKTUR POLITIK FORMAL ...................................................................... 5
2.4 STRUKTUR POLITIK INFORMAL............................................................ 9
2.5UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK .................................................. 11
BAB III.................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
3.1KESIMPULAN ............................................................................................ 14
3.2SARAN ........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Struktur politik Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks dan berbasis
konstitusi. Indonesia merupakan negara yang berwujud republik, yang dikenal
dengan nama Republik Indonesia. Negara ini memiliki sistem pemerintah yang
berbasis konstitusi, yang merupakan dasar hukum dan tata kelola negara. Konstitusi
Indonesia merupakan peraturan yang tertinggi di negara ini, yang mengatur tentang
hak asasi manusia, pemerintah, keluarga, serta kewajiban dan hukum.

Indonesia merupakan negara yang memiliki sistem pemerintah yang terdiri dari
3 pilar utama, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah lokal.
Pemerintah pusat merupakan pemerintah yang berwajib melakukan tugas dan
fungsinya secara langsung, sementara pemerintah daerah merupakan pemerintah
yang berwajib melakukan tugas dan fungsinya secara langsung di daerah-daerah
terpilih. Pemerintah lokal merupakan pemerintah yang berwajib melakukan tugas
dan fungsinya secara langsung di wilayah-wilayah kecil.
Indonesia juga memiliki sistem pemilihan yang dilakukan secara demokratis,
yang melibatkan pemilihan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah
lokal. Pemilihan ini dilakukan secara periodik, dan memiliki persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon pemerintah. Sistem politik Indonesia juga memiliki beberapa
instansi yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Antara instansi tersebut
adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Konstitusi, Mahkamah
Agung, dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).
Latar belakang struktur politik Indonesia juga merupakan suatu sistem yang
berubah-ubah, yang terus berpindah dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan
zaman. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pemerintah yang berubah-ubah,
serta pemerintah yang terus mencoba untuk melakukan reformasi dan
pengembangan negara.
Sistem politik Indonesia juga memiliki beberapa masalah yang perlu diatasi, seperti
korupsi, kekerasan, dan pemisahan religi dan negara. Hal ini membutuhkan

1
perhatian dan solusi yang tepat dari pemerintah, serta pemerintah yang berwajib
menjaga hak asasi manusia dan keadilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian struktur politik Indonesia?


b. Apa Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur Politik?
c. Apa struktur politik informal?
d. Apa undang-undang partai politik

1.3 TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian struktur politik Indonesia.


b. Untuk mengetahui Fungsi Suprastruktur dan Infrastruktur Politik.
c. Untuk mengetahui Apa struktur politik informal.
d. Untuk mengetahui Apa saja undang-undang partai politik.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN STUKTUR POLITIK INDONESIA

Struktur politik berasal dari dua kata, yaitu struktur dan politik.Struktur berarti
badan atau organisasi, sedangkan politik berarti urusan negara.Jadi, secara
etimologis, struktur politik berarti badan atau organisasi yang berkenaan dengan
urusan negara.Struktur politik adalah alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif yang
dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.Kekuasaan berarti
kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak, dan kekuatan fisik.Struktur politik
meliputi struktur hubungan antarmanusia dan struktur hubungan antara manusia
dan pemerintah.Selain itu, struktur politik dapat merupakan bangunan yang konkret
dan yang abstrak.

Unit dasar struktur politik adalah peran individu. Peran merupakan pola-pola
perilaku yang teratur, yang ditentukan oleh harapan dan tindakan sendiri dan orang
lain. Struktur senantiasa melibatkan fungsi-fungsi politik maka pendekatan yang
digunakan biasa disebut sebagai struktural fungsional.

Menurut Almond dan Powell Jr., struktur politik dapat dibedakan ke dalam
sistem, proses, dan aspek-aspek kebijakan. Struktur sistem merujuk pada organisasi
dan institusi yang memelihara atau mengubah (maintain or change) struktur politik
dan secara khusus struktur menampilkan fungsi-fungsi berikut

1. Fungsi-fungsi sosialisasi politik merupakan fungsi mengantarkan generasi


muda dan anak-anak untuk mendapat sosialisasi kehidupan politik dari
berbagai institusi, seperti keluarga, tempat-tempat ibadah, lingkungan kerja,
sekolah, dan sebagainya.
2. Rekrutmen politik melibatkan proses perekrutan pemimpinpemimpin
politik melalui partai-partai politik. Komunikasi politik menjadi
penyambung bagi keseluruhan sistem agar dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Tanpa adanya komunikasi politik, energi yang berada dalam
elemen-elemen sistem politik tidak dapat mengalir. Akibatnya, sistem
politik mengalami kemacetan.

3
Struktur politik sebagai satu spesies struktur pada umumnya, selalu berkenaan
dengan alokasi-alokasi nilai yang bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh
distribusi serta penggunaan kekuasaan.Bertrand Russel mengatakan bahwa
kekuasaan adalah konsep yang mendasar dalam ilmu sosial, seperti halnya energi
dalam konsep ilmu alam. Menurut Muhtar Afandi, kekuasaan adalah kapasitas,
kapabilitas, atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan,
menguasai, dan memerintah orang lain. Kekuasaan adalah sebuah kapasitas;
kapabilitas atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan,
menguasai, dan memerintah orang lain. Kapasitas demikian erat hubungannya
dengan wewenang (authority) hak (right), dan kekuatan (force, naked power).

Selanjutnnya Almond dan Coleman membedakan struktur politik atas


infrastruktur yang terdiri atas struktur politik masyarakat, suasana kehidupan politik
masyarakat, dan sektor politik masyarakat; dan suprastruktur politik yang terdiri
atas sektor pemerintahan, suasa na pemerintahan, dan sektor politik pemerintahan.

2.2 FUNGSI SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK

a. Fungsi Suprastruktur Politik

Fungsi struktur lembaga ini menurut Gabriel meliputi:

1. Rule Making (membuat undang-undang). Fungsi ini dilaksanakan oleh


lembaga (Badan Legislatif) yang meliputi DPR, DPRD I, DPRD II, dan
DPD. DPD sebagai lembaga yang mewakili aspirasi ini merupakan badan
baru yang dibentuk supremasi yang fungsinya berkaitan dengan kegiatan
seperti pembuatan RUU tentang keseimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota.
2. Rule Application (melaksanakan undang-undang). Fungsi ini adalah fungsi
peraturan perundangan yang telah dibuat badan eksekutif pemerintahan
pusat sampai ke pemerintah.
3. Rule Adjudication (mengadili pelaksanaan badan yang memiliki fungsi
yang ketiga peradilan yang meliputi Mahkamah Konstitusi dan Komisi
Yudisial serta badan sampai ke daerah, seperti PN, PT.

4
b. Fungsi Infrastruktur Politik
1. Pendidikan politik, agar rakyat bermaksimal dalam sistem politiknya.
2. Artikulasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi menyampai
Lembaga ini adalah meliputi antara lain, LSM, Ormas, OKP.
3. Agregasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi memadukan aspirasi
rakyat yang disampaikan oleh lembaga, seperti LSM, Ormas, OKP
Lembaga yang memiliki fungsi adalah lembaga partai politik.
4. Rekrutmen politik adalah lembaga yang berfungsi melakukan pemilihan
pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat.
5. Komunikasi politik adalah kegiatan yang berguna untuk menghubungkan
pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intragolongan,
institut, asosiasi, maupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan
sektor pemerintahan.

2.3 SUKTUR POLITIK FORMAL

Menurut ajaran triaspoliticabahwa dalam sistim politik struktur dibedakan atas


kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.Kemudian Montesquieu
menyempurnakan ajaran trias politica ini dengan membagi kekuasaan
pemerintahan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.Kekuasaan
legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif
melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan
yang mempunyai kewenangan untuk mengadili pelanggaran undang-undang.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusi negara tidak menyebutkan


secara eksplisit bahwa kekuasaan negara disusun atas ajaran trias politica.Namun,
apabila dilihat secara saksama, ajaran trias politica ini menjadi dasar bagi
pembagian kekuasaan di Indonesia. Dalam hal ini, kekuasaan negara dibagi secara
seimbang dan adanya checks and balances. Checks and balances di antara
penyelenggara negara ini dimanifestasikan dalam wujud:

1. Pembuatan undang-undang yang memerlukan persetujuan DPR, DPD, dan


presiden yang masing-masing mempunyai kewenangan veto

5
2. Pengawasan dan impeachment oleh lembaga-lembaga legislatif terhadap
presiden
3. judicial review oleh Mahkamah Konstitusi terhadap undangundang dan
produk di bawahnya.
4. Daerah otonom yang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan pusat;
5. Pengangkatan menteri yang memerlukan pertimbangan DPR.
3 Pemerintahan Dan Birokrasi (Eksekutif)

Dalam sistem politik, pemerintahan dan birokrasi merupakan struktur politik


penting karena menyangkut pembuat an kebijakan dan implementasi kebijakan.
Menurut Almond dan Powell, Jr., agenagen pemerintahan meskipun terspesialisasi
dalam banyak cara adalah multifungsional. Agen-agen eksekutif membuat
kebijakan, memperkuat dan mengambil keputusan-keputusan; agen-agen legislatif
berpartisipasi dalam implementasi kebijakan seperti halnya partisipasi yang
mereka lakukan dalam membuat kebijakan.

Lembaga pemerintahan didukung oleh para eksekutif politik (political


executive), yang mempunyai banyak nama dan title. Beberapa eksekutif disebut
sebagai presiden, tetapi berbeda dalam hal kekuasaan yang mungkin mereka
laksanakan dan fungsi-fungsi yang mereka tampilkan.Sementara yang lainnya
disebut sebagai perdana menteri. Eksekutif politik juga mempunyai nama kolektif,
seperti kabinet, dewan menteri, politbiro atau presidium. Di ba nyak negara,
eksekutif politik ini mempunyai nama-nama yang berbeda, tetapi peran dan
fungsinya kurang lebih sama

Indonesia, setelah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan setelah


mengalami amandemen, menganut sistem pemerintahan presidensial, yaitu
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa lima tahun. Pasal 6 A ayat
(1) menegaskan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rak yat;dan Pasal (2) menyebutkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil
presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. Selanjutnya, Pasal 7 A menyebutkan
bahwa “Presiden dan/ atau wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa

6
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Usul Dewan Perwakilan
Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya
atau perbuatan tercela, maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
presi den dan wakil presiden.

4 Lembaga Legislatif

Reformasi telah membawa banyak perubahan terhadap lembaga legislatif ini.


Jika sebelumnya DPR hanya diisi oleh wakil-wakil dari tiga partai politik, pada
masa reformasi setidaknya terdapat lima partai politik besar yang mempunyai
wakilnya di DPR. Amandemen UUD 1945 juga telah memberikan ruang ekspresi
yang lebih besar kepada lembaga perwakilan ini.Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang
Dasar ini menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.Selanjutnya, dalam Pasal 20 A ayat (1) disebutkan bahwa DPR memiliki
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.Selain itu, da lam Pasal
20 A ayat (3) disebutkan bahwa selain hak yang diatur dalam pasal-pasal ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul, dan pendapat serta hak imunitas.

Selain DPR, konstitusi juga mensyaratkan adanya Dewan Perwakilan Daerah


(DPD). DPD ini dipilih melalui pemilihan umumdan dipilih secara langsung oleh
rakyat untuk masing-masing provinsi dengan jumlah yang sama. Keseluruhan
jumlah anggota DPD ini tidak boleh lebih dari sepertiga dari jumlah anggota DPR.
Pada Pasal 22 D ayat (1) disebutkan bahwa “Dewan Perwakilan Daerah dapat
mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah”. Selanjutnya, ayat (2) dan ayat (3) pasal yang sama mengatur fungsi-
fungsi legislasi dan pengawasan menyangkut hal-hal sebagaimana telah
dikemukakan pada ayat 1. Pendeknya, DPD mempunyai fungsi legislasi dan
pengawasan berkenaan dengan otonomi daerah, yang dalam penyelenggaraan

7
pemerintahan di Indonesia diimplementasikan melalui UndangUndang No. 22
tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999.

5 Lembaga Peradilan (Yudikatif)

Pilar ketiga pembagian politik menurut ajaran trias politica adalah lembaga
yudikatif.Dalam sistem politik demokrasi, peran lembaga semacam ini sangat
krusial karena mempunyai kewenangan dalam mengatasi banyak persoalan yang
melibatkan lembagalembaga negara.Pada masa reformasi, berdasarkan UUD 1945
yang telah diamandemen, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka dalam menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum keadilan
(Pasal 24 ayat (1)). Kemudian, ayat (2) menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.

Kehadiran Mahkamah Konstitusi dalam dunia peradilan Indonesia merupakan


buah reformasi. Pada Pasal 24 C ayat (1) disebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi
ini mempunyai kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dan
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undangundang
dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh undang-undang dasar, memutuskan pembubaran partai politik, dan
memutuskanperselisihan tentang pemilihan umum. Sementara pada ayat (2)
disebutkan, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau
Wakil Presiden menurut undang-undang dasar.Selain Mahkamah Konstitusi juga
terdapat Komisi Yudisial. Pasal 24 B ayat (1) menyebutkan bahwa Komisi
Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Jika dibandingkan dengan
masa Orde Baru, berdasarkan Amandemen UUD 1945 jelas bahwa telah terjadi
beberapa perubahan dalam struktur kehakiman. Namun, apakah persoalan kinerja

8
lembaga di bidang kehakiman ini telah sesuai dengan amanat reformasi menjadi
persoalan yang sama peliknya dengan struktur yang lain. Umumnya, komentar
yang ditujukan terhadap lembaga-lembaga peradilan ini sama sinisnya dengan
yang dilontarkan terhadap lembaga-lembaga politik. Mereka mempunyai kinerja
yang sangat buruk, miskin integritas, dan sangat mudah disuap.Akibatnya, hukum
lebih memihak pada kepentingan-kepentingan kekuasaan dibandingkan dengan
menegakkan hukum dalam pengertian yang sesungguhnya.

2.4 STRUKTUR POLITIK INFORMAL

1. Partai-Partai Politik

Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 1 ayat 1,


partai politik didefinisikan sebagai organisasi yg bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentigan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam sistem politik demokrasi, partai politik biasanya melaksanakan empat


fungsi berikut.
1. Sarana komunikasi politik. Satu di antara sekian banyak tugas partai politik
adalah menyalurkan berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Partai politik harus responsive terhadap tuntutan-tuntutan masyarakat untuk
kemudian disalurkan pada sistem politik melalui agregasi dan artikulasi
kepentingan. Di pihak lain, partai politik juga melakuka diskusi dan
penyebarluasan atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Sarana sosialisasi politik. Partai politik merupakan kelompok yang
terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuannya adalah meraih kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
mereka. Itulah sebabnya hampir setiap partai politik mempunyai ideologi,
cita-cita, yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk program kerja.

9
Program-program kerja inilah yang ditawarkan kepada masyarakat agar
mendukungnya dalam pemilihan umum. Dalam kaitan ini, partai politik
membantu sistem politik dalam menyosialisasikan sistem politik dan
mendidik anggotaanggotanya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung
jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan nasional.
3. Sarana rekrutmen politik. Tujuan partai politik adalah meraih kekuasaan.
Untuk itu, dilakukan rekrutmen terhadap pemimpinpemimpin politik yang
mampu menopang kekuasa an yang mereka raih.
4. Sarana pengatur konflik. Partai politik berperan dalam menjembatani
berbagai konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya
disalurkan dalam sistem politik. Kestabilan partai politik sangat
menentukan tingkat pelembagaan partisipasi dan dengan demikian
kemampuan partai politik dalam melakukan manajemen konflik.
Pada masa orde baru di kepemimpinan diktator yang dikomandai oleh presiden
soeharto saat itu partai politik hampir sama sekali tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam proses pengambilan keputusan. Semua keputusan politik hanya
dilakukan oleh militer dan birokrasi dalam lingkaran elit ditingkat pusat saja. Dalam
situasi semacam itu, partai politik tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsinya,
dan hanya sebagai alat mobilisasi massa terutama pada masa pemilihan umum.
Pada masa reformasi, masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan partai
politik dengan ideologi yang beragam. Pada tahun 1999 terdaftar 141 partai politik
di Departemen Kehakiman. Tahun 2002 tumbuh berkembang lagi menjadi 209
partai politik atau ada yang menyebutnya 237 buah. Dari sekian ratus partai politik
itu, tidak seluruhnya menjadi peserta pemilu. Pada Pemilu 1999 hanya 48 partai
politik yang bisa mengikuti pemilu. Pada pe milu legislatif
5 April 2004, tercatat sebanyak 50 partai politik di Departemen Kehakiman, dan
dari jumlah tersebut hanya 24 partai politik yang memenuhi syarat-syarat untuk ikut
pemilu. Jumlah ini akan terus mengalami penyusutan sebagai akibat undang-
undang pemilu.
2. Struktur Politik Informal di Luar Partai Politik

10
Struktur-struktur politik informal, seperti media massa, kelompok berbasis
agama, LSM atau NGO. Ini telah melihatkan eksistensinya sejak masa orde baru
selama kurang lebih 32 tahun lamannya Bahkan, struktur-struktur politik informal
tersebut memainkan peran penting dalam melakukan artikulasi kepentingan dan
memberikan input yang berharga bagi sistem politik ketika struktur politik formal
mengalami kemunduran dan gagal memainkan fungsi yang seharuskan mereka
laksanakan. Dengan kata lain, ketika partai politik gagal melaksanakan fungsinya
dalam menggalang dan melembagakan partisipasi politik, kelompok kelompok
informal ini menggantikan peran partai politik dengan memobilisasi dukungan dan
terlibat aktif dalam memengaruhi kebijakan-kebijakan publik. Dalam kaitan ini,
terdapat banyak kebijakan pemerintah yang akhirnya urung dilaksanakan akibat
tekanan yang terus-menerus dari struktur-struktur informal ini. Media massa,
misalnya, telah memainkan peran dalam melakukan sosialisasi politik dan
komunikasi politik.
Kalangan LSM atau sering juga disebut sebagai NGO/CSO telah menjadi salah
satu kekuatan yang diperhitungkan pada era reformasi. Pada masa Orde Baru, LSM
telah menjadi salah satu kekuatan sosial yang penting dalam melakukan kritik
terhadap pemerintah ketika kekuatan-kekuatan lain dalam masyarakat diam sebagai
akibat represi pemerintahan Orde Baru secara brutal
Pada era reformasi, LSM ini semakin mengakar dalam masyarakat dengan
perhatian yang beragam. Beberapa di antaranya menaruh perhatian di bidang
demokrasi, globalisasi, good governance, pemberdayaan konsumen, media,
pertanian, isu-isu lingkungan hidup, korupsi, pemberdayaan perempuan,
penyelamatan hewan, penegakan hukum, dan sebagainya. Mereka terlibat aktif
memengaruhi kebijakan publik berkenaan dengan bidang-bidang yang mereka
tekuni. Mereka terlibat dalam lobi-lobi politik di DPR dan pemerintah agar
kepentingan mereka dilindungi dan tujuan tujuan mereka tercapai melalui sistem
politik.

2.5 UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK

11
Partai politik, kedudukan, fungsi, dan peranannya dalam sistem politik di
Indonesia diatur oleh undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Partai Politik. Dengan Undang-Undang Partai Politik tersebut,
partai politik merupakan representation of ideas atau mencerminkan suatu
preskripsi tentang negara dan masyarakat yang dicita-citakan. Oleh karena itu,
ideologi, platform partai atau visi dan misi menjadi motivasi dan penggerak utama
kegiatan partai politik.
Landasan konstitusional eksistensi partai politik di Indonesia setelah
amandemen terdapat dalam Pasal 6A ayat (2) dan Pasal 22E ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan:
1. Pasal 6A ayat (2) : Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
2. Pasal 22E ayat (3) : Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
partai politik.
Adapun landasan kontitusional terhadap pembentukan Undang- Undang No. 2
tahun 2011 tentang partai politik terdapat dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Berdasarkan pasal tersebut, wujud dari kemerdekaan berserikat adalah
terbentuknya partai politik dan pengaturan selanjutnya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Setelah amandemen ke-3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pada tahun 2002 telah diundangkan Undang-Undang
Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik untuk menggantikan UU Nomor 2
tahun 1999 tentang Partai Politik yang dipandang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan perubahan ketatanegaraan serta sebagai
pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor X/MPR/2001 dan Ketetapan MPR Nomor
VI/MPR/2002.7. Dalam perkembangan selanjutnya, Undang-Undang No. 31 tahun
2002 tentang Partai Politik dipandang perlu oleh pembentuk undang-undang untuk

12
diperbaharui sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Pada tanggal 4
Januari 2008 diundangkan Undang-Undang No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik
dan kemudian diubah kembali dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 2
tahun 2011 tentang Partai Politik pada tanggal 15 Januari 2011 dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 8. Ketentuan dalam UU Partai Politik yang baru
terdapat beberapa perubahan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan atas
perpolitikan di Negara Republik Indonesia. Perubahan dalam UU Partai Politik
tersebut masih bersifat materiil (substansi) belum bersifat pada tahapan penegasan
perubahan paradigm pelaksanaan fungsi partai politik

BAB III

PENUTUP

13
3.1 KESIMPULAN

Dalam konteks struktur politik Indonesia, peran dan dinamika antara


struktur formal dan informal secara bersama-sama membentuk lanskap politik
yang kompleks. Struktur politik formal, seperti lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, memiliki landasan hukum yang jelas dan tanggung jawab yang
ditetapkan secara resmi. Namun, struktur politik informal, seperti media massa,
LSM, dan kelompok kepentingan, sering kali menjadi penggerak utama dalam
mempengaruhi opini publik dan membentuk agenda politik. Penting untuk
diakui bahwa dalam beberapa kasus, struktur politik formal mungkin tidak
mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan atau aspirasi masyarakat. Dalam
situasi seperti ini, struktur politik informal dapat berperan sebagai saluran
alternatif untuk menyalurkan aspirasi masyarakat, melakukan kontrol terhadap
pemerintah, dan memperjuangkan kepentingan yang diabaikan oleh struktur
formal.
Selain itu, perubahan dalam struktur politik formal, seperti amandemen
konstitusi atau perubahan undang-undang, sering kali dipicu oleh tekanan dari
struktur politik informal. LSM, misalnya, dapat memobilisasi dukungan
masyarakat untuk mendesak perubahan kebijakan atau undang-undang tertentu,
yang pada gilirannya mempengaruhi proses politik formal.

3.2 SARAN

Untuk memperkuat struktur politik Indonesia, diperlukan upaya untuk


meningkatkan koordinasi antara struktur politik formal dan informal. Hal ini
dapat dilakukan melalui dialog dan kerjasama antara pemerintah, lembaga
legislatif, LSM, dan kelompok kepentingan lainnya. Penguatan kerangka kerja
regulasi yang mendukung partisipasi publik yang lebih luas dan transparansi
dalam proses pengambilan keputusan politik juga akan memperkuat
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan negara.
DAFTAR PUSTAKA

14
Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indoesia. Bandung: CV Setia Pustaka..
Angagara sahya “sistim politik Indonesia”. 16 maret 2019.
http://digilib.uinsgd.ac.id/11047/1/11.%20Buku%20Sistem%20Politik%20
Indonesia.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai