KELOMPOK 3:
M.Finandio (105230068)
FAKULTAS SYARIAH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang struktur politik Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena Itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur politik Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks dan berbasis
konstitusi. Indonesia merupakan negara yang berwujud republik, yang dikenal
dengan nama Republik Indonesia. Negara ini memiliki sistem pemerintah yang
berbasis konstitusi, yang merupakan dasar hukum dan tata kelola negara. Konstitusi
Indonesia merupakan peraturan yang tertinggi di negara ini, yang mengatur tentang
hak asasi manusia, pemerintah, keluarga, serta kewajiban dan hukum.
Indonesia merupakan negara yang memiliki sistem pemerintah yang terdiri dari
3 pilar utama, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah lokal.
Pemerintah pusat merupakan pemerintah yang berwajib melakukan tugas dan
fungsinya secara langsung, sementara pemerintah daerah merupakan pemerintah
yang berwajib melakukan tugas dan fungsinya secara langsung di daerah-daerah
terpilih. Pemerintah lokal merupakan pemerintah yang berwajib melakukan tugas
dan fungsinya secara langsung di wilayah-wilayah kecil.
Indonesia juga memiliki sistem pemilihan yang dilakukan secara demokratis,
yang melibatkan pemilihan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintah
lokal. Pemilihan ini dilakukan secara periodik, dan memiliki persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon pemerintah. Sistem politik Indonesia juga memiliki beberapa
instansi yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Antara instansi tersebut
adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Konstitusi, Mahkamah
Agung, dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).
Latar belakang struktur politik Indonesia juga merupakan suatu sistem yang
berubah-ubah, yang terus berpindah dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan
zaman. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pemerintah yang berubah-ubah,
serta pemerintah yang terus mencoba untuk melakukan reformasi dan
pengembangan negara.
Sistem politik Indonesia juga memiliki beberapa masalah yang perlu diatasi, seperti
korupsi, kekerasan, dan pemisahan religi dan negara. Hal ini membutuhkan
1
perhatian dan solusi yang tepat dari pemerintah, serta pemerintah yang berwajib
menjaga hak asasi manusia dan keadilan.
1.3 TUJUAN
BAB II
2
PEMBAHASAN
Struktur politik berasal dari dua kata, yaitu struktur dan politik.Struktur berarti
badan atau organisasi, sedangkan politik berarti urusan negara.Jadi, secara
etimologis, struktur politik berarti badan atau organisasi yang berkenaan dengan
urusan negara.Struktur politik adalah alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif yang
dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.Kekuasaan berarti
kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak, dan kekuatan fisik.Struktur politik
meliputi struktur hubungan antarmanusia dan struktur hubungan antara manusia
dan pemerintah.Selain itu, struktur politik dapat merupakan bangunan yang konkret
dan yang abstrak.
Unit dasar struktur politik adalah peran individu. Peran merupakan pola-pola
perilaku yang teratur, yang ditentukan oleh harapan dan tindakan sendiri dan orang
lain. Struktur senantiasa melibatkan fungsi-fungsi politik maka pendekatan yang
digunakan biasa disebut sebagai struktural fungsional.
Menurut Almond dan Powell Jr., struktur politik dapat dibedakan ke dalam
sistem, proses, dan aspek-aspek kebijakan. Struktur sistem merujuk pada organisasi
dan institusi yang memelihara atau mengubah (maintain or change) struktur politik
dan secara khusus struktur menampilkan fungsi-fungsi berikut
3
Struktur politik sebagai satu spesies struktur pada umumnya, selalu berkenaan
dengan alokasi-alokasi nilai yang bersifat otoritatif, yaitu yang dipengaruhi oleh
distribusi serta penggunaan kekuasaan.Bertrand Russel mengatakan bahwa
kekuasaan adalah konsep yang mendasar dalam ilmu sosial, seperti halnya energi
dalam konsep ilmu alam. Menurut Muhtar Afandi, kekuasaan adalah kapasitas,
kapabilitas, atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan,
menguasai, dan memerintah orang lain. Kekuasaan adalah sebuah kapasitas;
kapabilitas atau kemampuan untuk memengaruhi, meyakinkan, mengendalikan,
menguasai, dan memerintah orang lain. Kapasitas demikian erat hubungannya
dengan wewenang (authority) hak (right), dan kekuatan (force, naked power).
4
b. Fungsi Infrastruktur Politik
1. Pendidikan politik, agar rakyat bermaksimal dalam sistem politiknya.
2. Artikulasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi menyampai
Lembaga ini adalah meliputi antara lain, LSM, Ormas, OKP.
3. Agregasi kepentingan adalah lembaga yang berfungsi memadukan aspirasi
rakyat yang disampaikan oleh lembaga, seperti LSM, Ormas, OKP
Lembaga yang memiliki fungsi adalah lembaga partai politik.
4. Rekrutmen politik adalah lembaga yang berfungsi melakukan pemilihan
pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat.
5. Komunikasi politik adalah kegiatan yang berguna untuk menghubungkan
pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intragolongan,
institut, asosiasi, maupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan
sektor pemerintahan.
5
2. Pengawasan dan impeachment oleh lembaga-lembaga legislatif terhadap
presiden
3. judicial review oleh Mahkamah Konstitusi terhadap undangundang dan
produk di bawahnya.
4. Daerah otonom yang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan pusat;
5. Pengangkatan menteri yang memerlukan pertimbangan DPR.
3 Pemerintahan Dan Birokrasi (Eksekutif)
6
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Usul Dewan Perwakilan
Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya
atau perbuatan tercela, maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
presi den dan wakil presiden.
4 Lembaga Legislatif
7
pemerintahan di Indonesia diimplementasikan melalui UndangUndang No. 22
tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999.
Pilar ketiga pembagian politik menurut ajaran trias politica adalah lembaga
yudikatif.Dalam sistem politik demokrasi, peran lembaga semacam ini sangat
krusial karena mempunyai kewenangan dalam mengatasi banyak persoalan yang
melibatkan lembagalembaga negara.Pada masa reformasi, berdasarkan UUD 1945
yang telah diamandemen, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka dalam menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum keadilan
(Pasal 24 ayat (1)). Kemudian, ayat (2) menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
8
lembaga di bidang kehakiman ini telah sesuai dengan amanat reformasi menjadi
persoalan yang sama peliknya dengan struktur yang lain. Umumnya, komentar
yang ditujukan terhadap lembaga-lembaga peradilan ini sama sinisnya dengan
yang dilontarkan terhadap lembaga-lembaga politik. Mereka mempunyai kinerja
yang sangat buruk, miskin integritas, dan sangat mudah disuap.Akibatnya, hukum
lebih memihak pada kepentingan-kepentingan kekuasaan dibandingkan dengan
menegakkan hukum dalam pengertian yang sesungguhnya.
1. Partai-Partai Politik
9
Program-program kerja inilah yang ditawarkan kepada masyarakat agar
mendukungnya dalam pemilihan umum. Dalam kaitan ini, partai politik
membantu sistem politik dalam menyosialisasikan sistem politik dan
mendidik anggotaanggotanya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung
jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan nasional.
3. Sarana rekrutmen politik. Tujuan partai politik adalah meraih kekuasaan.
Untuk itu, dilakukan rekrutmen terhadap pemimpinpemimpin politik yang
mampu menopang kekuasa an yang mereka raih.
4. Sarana pengatur konflik. Partai politik berperan dalam menjembatani
berbagai konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya
disalurkan dalam sistem politik. Kestabilan partai politik sangat
menentukan tingkat pelembagaan partisipasi dan dengan demikian
kemampuan partai politik dalam melakukan manajemen konflik.
Pada masa orde baru di kepemimpinan diktator yang dikomandai oleh presiden
soeharto saat itu partai politik hampir sama sekali tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam proses pengambilan keputusan. Semua keputusan politik hanya
dilakukan oleh militer dan birokrasi dalam lingkaran elit ditingkat pusat saja. Dalam
situasi semacam itu, partai politik tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsinya,
dan hanya sebagai alat mobilisasi massa terutama pada masa pemilihan umum.
Pada masa reformasi, masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan partai
politik dengan ideologi yang beragam. Pada tahun 1999 terdaftar 141 partai politik
di Departemen Kehakiman. Tahun 2002 tumbuh berkembang lagi menjadi 209
partai politik atau ada yang menyebutnya 237 buah. Dari sekian ratus partai politik
itu, tidak seluruhnya menjadi peserta pemilu. Pada Pemilu 1999 hanya 48 partai
politik yang bisa mengikuti pemilu. Pada pe milu legislatif
5 April 2004, tercatat sebanyak 50 partai politik di Departemen Kehakiman, dan
dari jumlah tersebut hanya 24 partai politik yang memenuhi syarat-syarat untuk ikut
pemilu. Jumlah ini akan terus mengalami penyusutan sebagai akibat undang-
undang pemilu.
2. Struktur Politik Informal di Luar Partai Politik
10
Struktur-struktur politik informal, seperti media massa, kelompok berbasis
agama, LSM atau NGO. Ini telah melihatkan eksistensinya sejak masa orde baru
selama kurang lebih 32 tahun lamannya Bahkan, struktur-struktur politik informal
tersebut memainkan peran penting dalam melakukan artikulasi kepentingan dan
memberikan input yang berharga bagi sistem politik ketika struktur politik formal
mengalami kemunduran dan gagal memainkan fungsi yang seharuskan mereka
laksanakan. Dengan kata lain, ketika partai politik gagal melaksanakan fungsinya
dalam menggalang dan melembagakan partisipasi politik, kelompok kelompok
informal ini menggantikan peran partai politik dengan memobilisasi dukungan dan
terlibat aktif dalam memengaruhi kebijakan-kebijakan publik. Dalam kaitan ini,
terdapat banyak kebijakan pemerintah yang akhirnya urung dilaksanakan akibat
tekanan yang terus-menerus dari struktur-struktur informal ini. Media massa,
misalnya, telah memainkan peran dalam melakukan sosialisasi politik dan
komunikasi politik.
Kalangan LSM atau sering juga disebut sebagai NGO/CSO telah menjadi salah
satu kekuatan yang diperhitungkan pada era reformasi. Pada masa Orde Baru, LSM
telah menjadi salah satu kekuatan sosial yang penting dalam melakukan kritik
terhadap pemerintah ketika kekuatan-kekuatan lain dalam masyarakat diam sebagai
akibat represi pemerintahan Orde Baru secara brutal
Pada era reformasi, LSM ini semakin mengakar dalam masyarakat dengan
perhatian yang beragam. Beberapa di antaranya menaruh perhatian di bidang
demokrasi, globalisasi, good governance, pemberdayaan konsumen, media,
pertanian, isu-isu lingkungan hidup, korupsi, pemberdayaan perempuan,
penyelamatan hewan, penegakan hukum, dan sebagainya. Mereka terlibat aktif
memengaruhi kebijakan publik berkenaan dengan bidang-bidang yang mereka
tekuni. Mereka terlibat dalam lobi-lobi politik di DPR dan pemerintah agar
kepentingan mereka dilindungi dan tujuan tujuan mereka tercapai melalui sistem
politik.
11
Partai politik, kedudukan, fungsi, dan peranannya dalam sistem politik di
Indonesia diatur oleh undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Partai Politik. Dengan Undang-Undang Partai Politik tersebut,
partai politik merupakan representation of ideas atau mencerminkan suatu
preskripsi tentang negara dan masyarakat yang dicita-citakan. Oleh karena itu,
ideologi, platform partai atau visi dan misi menjadi motivasi dan penggerak utama
kegiatan partai politik.
Landasan konstitusional eksistensi partai politik di Indonesia setelah
amandemen terdapat dalam Pasal 6A ayat (2) dan Pasal 22E ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan:
1. Pasal 6A ayat (2) : Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
2. Pasal 22E ayat (3) : Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
partai politik.
Adapun landasan kontitusional terhadap pembentukan Undang- Undang No. 2
tahun 2011 tentang partai politik terdapat dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Berdasarkan pasal tersebut, wujud dari kemerdekaan berserikat adalah
terbentuknya partai politik dan pengaturan selanjutnya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Setelah amandemen ke-3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pada tahun 2002 telah diundangkan Undang-Undang
Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik untuk menggantikan UU Nomor 2
tahun 1999 tentang Partai Politik yang dipandang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan perubahan ketatanegaraan serta sebagai
pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor X/MPR/2001 dan Ketetapan MPR Nomor
VI/MPR/2002.7. Dalam perkembangan selanjutnya, Undang-Undang No. 31 tahun
2002 tentang Partai Politik dipandang perlu oleh pembentuk undang-undang untuk
12
diperbaharui sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Pada tanggal 4
Januari 2008 diundangkan Undang-Undang No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik
dan kemudian diubah kembali dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 2
tahun 2011 tentang Partai Politik pada tanggal 15 Januari 2011 dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 8. Ketentuan dalam UU Partai Politik yang baru
terdapat beberapa perubahan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan atas
perpolitikan di Negara Republik Indonesia. Perubahan dalam UU Partai Politik
tersebut masih bersifat materiil (substansi) belum bersifat pada tahapan penegasan
perubahan paradigm pelaksanaan fungsi partai politik
BAB III
PENUTUP
13
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
14
Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indoesia. Bandung: CV Setia Pustaka..
Angagara sahya “sistim politik Indonesia”. 16 maret 2019.
http://digilib.uinsgd.ac.id/11047/1/11.%20Buku%20Sistem%20Politik%20
Indonesia.pdf
15