Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Sejarah


Dosen Pengampu Bapak Zaenal Abidin, S,Ag M.SI

Disusun Oleh:
1. Didi Supriadi NIM 171350001
2. Taufik Faturohman NIM 171350023
3. Budi Setiawan NIM 171350025

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga telah menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Kapita Selekta Sejarah” dengan baik.

Namun begitu, bahwa sifat manusia, tidak akan lepas dari bermacam-
macam kekhilafan dan kesalahan, tidak terkecuali bagi yang sudah berpangkat
tinggi, apalagi kami sebagai manusia biasa,yang bodoh dari segala ilmu.

Oleh karena itu, apabila para pembaca menemukan kesalahan-kesalahan


atau kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, sudilah kiranya agar segera
mengingatkan. Kritik-kritik yang sifatnya membangun, tentu sangat kami
harapkan.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi
usaha kami. Aamiin.

Serang, 20 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Partai Politik ........................................................ 3


B. Sejarah Perkembangan Partai Politik di Indonesia ................. 5
C. Pembubaran Partai Politik di Indonesia................................... 10
A. PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai politik yang disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang
dimulai di Inggris pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pemikiran
Barat bahwa Negara adalah organisasi kekuasaan untuk menjamin bahwa
kehidupan antara Individu yang bebas dan berkuasa tidak mengakibatkan
masalah. Organisasi kekuasaan yang dibagi dalam kekuasaan eksekutif,
kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif atau Trias Politica, merupakan
perimbangan (checks & balances) antara tiga kekuasaan itu.
Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke
20 menjadi wahana penting dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Menjadi pertanyaan bagaimana parpol sebagai produk Barat dapat
menjadi organisasi dan wahana efektif dalam Republik Indonesia dengan Dasar
Negara Pancasila. Sesuai dengan Pancasila negara bukan organisasi kekuasaan,
melainkan organisasi kesejahteraan. Tulisan ini berusaha mencari jawaban
terhadap pertanyaan itu untuk kepentingan masa depan kehidupan bangsa
Indonesia yang adil, maju dan sejahtera. Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik
baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan kebutuhan terhadap partisipasi
politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran
baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di
beberapa negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan
banyak bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu
menyerap dan menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai
akibat modernisasi. Dari sudut pandang ini, jumlah partai hanya akan menjadi
penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk saluran-saluran
kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi politik. Sistem
kepartaian yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas.

1
Pertama, melancarkan partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga
dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua,
mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru
dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang
dihadapi oleh sistem politik.Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat
menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga
guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik. Partai
sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan
aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat
(interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang
teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap
kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa
untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat. Gunanya
penulis membahas judul ini ialah untuk untuk mengetahui bagaimana sejarah
perkembangan partai politik, agar dapat mengetahui lebih jelasnya, penulis akan
membahasnya pada bab-bab berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan partai politik ?
2. Bagaimana perkembangan partai politik di Indonesia ?
3. Bagaimana pembubaran partai politik di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang dimaksud, yaitu :

1. Untuk mengetahui arti dari partai politik


2. Untuk mengetahui sejarah perkembangannya partai politik di Indonesia
3. Untuk mengetahui langkah apa saja yang dapat membubarkan partai
politik di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Partai Politik

Partai politik secara umum dapat di definisikan dengan, sekumpulan


kelompok orang yang mempunyai tujuan ataupun kepentingan yang sama.
Dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kekuasaan politik.
Biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan mereka.
Berbagai pengertian atau definisi dari partai politik menurut beberapa para ahli,
yaitu:1
         Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat
idiil maupun materiil”.
         R. H. Soltau: “Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih. Bertujuan menguasai pemerintahan
dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka”.
         UU Partai Politik pasal 1 ayat 1 tahun 2008: Partai Politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Adapun fungsi dari partai politik, yaitu :2
1. Sosialisai Politik

1
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004),
hlm.160-161.
2
Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010), hlm. 151-154

3
Fungsi pertama yaitu fungsi sosialisasi politik. Yang dimaksud dengan sosialisasi
politik ialah proses pembentukan sikap dari diri politik masyarakat itu sendiri.
Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh
sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam
masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup mereka baik secara sengaja dan
tidak. Contoh dari yang tidak disengaja yaitu melalui pendidikan. Contoh dari
yang tidak disengaja itu melalui pengalaman sehari-hari baik dari keluarga atau
pun dari warga masyarakat sekitarnya.
2. Rekrutmen Politik.
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan umum atau seleksi dan
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
peranan dalam system politikpada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
Dalam artian, fungsi ini adalah fungsi untuk memilih seseorang yang benar-benar
mengetahui atau ahli dalam menjalankan peranan dan system politik di sebuah
lembaga atau pemerintahan.
3. Partisipasi Politik.
Partisipasi Politik ialah kegiatan warga Negara biasa dalam memengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan
pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang di maksud, antara lain, mengajukan
tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik kepada
suatu kebijakan umum yang sudah dibuat oleh pemerintah. Partai politik juga
memiliki fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong dan mengajak para
anggota dan anggota masyarakat lain untuk menggunakan partai politik sebagai
kegiatan mereka untuk memengaruhi suatu proses politik.
4. Pemadu Kepentingan.
Dalam masyarakat, terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda dengan orang
lain bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak yang diinginkan
seseorang dan kehendak yang tidak diinginkan oleh orang lain, seperti
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan
barang dan jasa dengan harga murah tetapi bermutu, antara kehendak untuk
mencapai dan mempertahankan pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi

4
dengan jumlah penerimaan mahasiswa yang lebih sedikit dengan kehendak
masyarakat untuk menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, antara kehendak
menciptakan dan memelihara kestabilan politik dengan kehendak berbagai
kelompok, seperti mahasiswa, intelektual, pers, dan kelompok agama untuk
berkumpul dan menyatakan pendapat secara bebas.
5. Komunikasi Politik.
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Disini
partai politik memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai komunikator
politik. Funsi ini tidak hanya menyampaikan segala keputusan pemerintah tetapi
juga menjalankannya.
6. Pengendalian Konflik.
Dalam arti luas konflik yang dimaksud dari fungsi ini, mulai dari perbedaan
pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau kelompok dalam
masyarakat. Dalam Negara demokrasi, setiap warga Negara atau kelompok
masyarakat berhak menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sukar. Akan tetapi, suatu
sistem politik hanya akan mentolerir atau menerima konflik yang tidak
mengancurkan dirinya sehingga permasalahannya tidak menjadi semakin
menambah konflik yang terjadi, melainkan mengendalikan konflik melalui
lembaga demokrasi untuk mendapatkan penyelesaian dalam bentuk keputusan
politik.
7. Kontrol Politik.
Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan, dan
penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan pelaksanaan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam melakukan suatu kontrol politik atau
pengawasan yang pertama dilakukan yaitu adanya tolak ukur yang jelas sehingga
kegiatan itu bersifat objektif.
B. Sejarah Perkembangan Partai Politk Di Indonesia

5
Partai Politik sebagai sarana bagi warga negara dalam rangka untuk ikut
serta dalam pengelolaan negara merupakan suatu organisasi yang baru didalam
kehidupan manusia di bandingkan dengan organisasi negara, akan tetapi sejarah
kelahiran partai politik cukup panjang. Partai politik pada pertama kali lahir di
negara – negara Eropa barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat
merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses
politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi
penghubung antara rakyat di satu pihak dan
pemerintah di pihak lain.3
Partai politik di Indonesia pertama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi
bangkitnya kesadaran nasional. Berbagai organisasi modern muncul sebagai
wadah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Walaupun pada
awalnya berbagai organisasi tidak secara tegas menamakan diri sebagai partai
politik, namun memiliki program – program serta aktivitas politik. Pada tahun
1908, sekelompok pegawai negeri jawa yang berpendidikan, mendirikan sebuah
organisasi yang di kenal Budi Utomo. Organisasi ini didirikan untuk mengangkat
mutu pendidikan bagi orang Jawa dan untuk mempromosikan kebudayaan Jawa.
Meskipun berasa dari lingkungan Jawa, kelompok ini pada 1909 memutuskan
untuk menetapkan bahasa Melayu (sekarang dinamakan bahasa Indonesia)
sebagai komunikasi formalnya. Pada tahun 1909,cikal bakal pertama dari apa
yang kemudian menjadi sebuah partai politk dimulai dari perhimpunan dagang
dari kalangan para pedang muslim yang dinamai Sarekat Dagang Islam, lambat
laun menjadi organisasi politik yang dikenal dengan Partai Sarekat Islam.4
Adapun perkembangan Partai Politik di Indonesia melalui empat fase, yaitu :
1. Partai Politik di Zaman Pra Kemerdekaan
Sejarah kepartaian di Indonesia sejak masa perjuangan mempunyai nilai
dasar yang sprit pembentukan organisasi-organisasi kemasyarakatan maupun
partai politik sejak awal bangsa Indonesia mengenal oraganisasi massa dan partai

3
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta:
Gramedia,1981), hlm. 397.
4
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Handbook: Sistem Politik Indonesia: Menjelajahi Teori dan
Praktik, (Malang: Instrans Publishing, 2017) hlm 355

6
politik adalah nilai-nilai agama dan suku. Semangat primodial yang terdapat
dalam setiap masyarakat dijadikan sarana untuk mengembangkan kesetiaan politik
dan nasionalisme. Sehingga bermunculan organisasi masyarakt-organisai
masyarakat yang didasarkan atas ikatan kedaerahan, seperti Jong Ambon, Jong
Cilebes, Jong Java, dan Jong Sumatera. Sejak munculnya Sarekat Islam sebagai
partai politik yang memberikan perhatian luas kepada masalah ekonomi menarik
banyak kalangan, kiri dan kanan yang mempersoalkan modal asing di Indonesia.
Salah satu program politik etis adalah desentralisasi yang dalam artinya akan
berjuang pada susatu sistem pemerintahan itu sediri di Hindia Belanda maka perlu
ada Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi baru di bentuk pada 1918 adanya Dewan
Rakyat merupakan peta politik menjadi partai politik. Dari titik kepartaian di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu, bekerja sama dengan sistem kolonial tersebut
kaum KO dan yang menolak sistem kolonial tersebut non-KO hal ini, Serikat
Islam yang mengambil jalan kooperasi, sedangkan 1920-an menolak untuk kerja
sama. PKI terus menjalankan politik radikalnya yang berujung pada
pemberontakan pertama besar-besaran yang dipimpin partai politik, perlawanan
terhadap penguasa kolonial itu mengakibatkan PKI dibubarkan dan sebagian besar
pemimpinnya di buang, diasingkan, atau dipenjarahkan. Dengan demikian PKI
menghilang dari pentas politik kepartaian dan pergerakan. Posisi tersebut, diambil
oleh PNI yang didirika Mr Sartono dan Sukarno pada 4 juli 1927. Sumbangan
terbesar PNI yaitu menyatukan semua pontensi gerakan dan politik kepartaian
yang terbagi-bagi antara berbagai jenis orientas agama, etnis, radikal, dan
moderat, yang kooperatif dengan non kooeratif dalam satu wadah yang di sebut
permufakatan Perhimpumpun-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
( PPKI).
Pada era pra kemerdekaan, partai-partai politik untuk mencari dan merumuskan
identitas nasional di satu pihak, dan dalam rangka memperkuat perjuangan
kemerdekaan di lain pihak. Namun, akhir dari semua perjuangan partai politk
masa pra kemerdekaan ketika semua partai politik dibentuk dimasa kolonial
Belanda di basmi habis pada zaman pendudukan Jepang pada 1942 yang dilarang
oleh jepang di setiap kegiatan politik. Hanya golongan islam yang diperkenankan

7
membentuk suatu organisasi sosial yang dinamakan masyumi, yang merupakan
federasi organisasi islam yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan
Umat Islam dan Persatuan Umat Islam Indonesia. 5
2. Partai Politik di Era Orde Lama
Keberadaan partai politik di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan,
yang mana partai-partai politik telah berjasa besar dalam menanamkan kesadaraan
nasional dan mengorganisasikan rakyat untuk memperjuangkan Indonesia sebagai
Negara yang merdeka. Tonggak eksistensi parpol di canangkan oleh maklumat
oleh pemerintah tanggal 3 November 1945 disahkan Badan Pekerja Komite
Nasioanl Pusat (BPKNIP) untuk mendirikan sebanyak-banyak partai politik,
sehingga maklumat pemerintah tersebut mencerminkan kehendak rakyat dan
sebagai tafsir longgar atas pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan berserikat dan
berkumpul.
3. Partai Politik Era Orde Baru
Partai politik setelah peristiwa G30S/PKI dapat diatasi dan PKI dibubarkan,
peristiwa tersebut titik peralihan dari sistem lama berdasarkan dari demokrasi
terpimpin menuju era baru. Masa orde baru juga munculnya kekuatan politik baru
posisi partai-partai politk kekuatan politik tersebut adalah Golongan Karya yang
mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah dan TNI AD sebagai kekuatan
utama. Pada 20 oktoer 1964 organisasi-organisasi tersebut membentuk Sekretariat
Bersama Golongan Karya (SEKBERGOLKAR).6
Sehingga dari sepuluh partai warisanan demokrasi terpimpin tinggal delapan
partai, yaitu :
1. PNI (Partai Nasional Indonesia),
2. PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia),
3. NU (Nadhlatul Ulama),
4. PERTI (Pergerakan Tarbiyah Islamiyah),
5. PARTAI IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia)
6. PARTAI KATOLIK
5
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Handbook: Sistem Politik Indonesia……. hlm 356-358
6
Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik. (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2011) hlm. 188

8
7. PARKINDO (Partai Kristen Indonesia)
8. PARTAI MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak)
Jumlah partai tersebut bertambah dengan berdirinya Parmusi (Partai Muslminin
Indonesia) berdasarkan KEPRES NO 70 TAHUN 1968 20 Februari yang
dimaksud untuk mengakomodasi partai pengikut eks Partai Masyumi
(berdasarkan piagam penggabungan tanggal 17 Agustus 1967, Parmusi didukung
oleh oramas-ormas Islam yaitu: Muhammadiyah, Al-Jami’atul Wasliyah,
Gasbiindo, Persatuan Islam Nadhlatul Wathon, Mathlaul Anwar, SNII, KBIM,
PUI, Al-Ittihadiyah, Porpisi, PGARI, HSBI, Al-Irsyad dan Wanita Islam) dan
Golkar yang merupakaan menjelma sekretariat bersama Golkar ( namun Golkar
maupun dalam semua hal adalah tidak mau disebut partai) dengan demikian ada
sepuluh partai politik atau Sembilan parpol ditambah Golkar menjadi peserta
pemilu 1971.
Tidak lama setelah itu tepatnya tahun 1973, proses pengelompokan yang telah
dilakukan sebelumnya diharuskan melaukakn fusi, yang kemudian dikukuhkan
dengan UU No 3 Tahun 1975 tentang partai politik dan Golongan Karya,
sehingga jumlah parpol pada Era Orde Baru hanya tiga saja yaitu :
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang merupakan fusi dari partai
NU, Parmusi, Psii, dan Perti yang merupakan fusi partai islam
2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), merupakan fusi dari
partai-partai politik nasionalis dan agama non-islam yaitu: PNI,
PARKINDO, PARTAI KATOLLIK, IPKI, dan MURBA.
3. GOLKAR yang dinyatakan sebagai golongan politik tersendiri diluar dan
tak mau disebut parpol, meskipun di pandang dari sudut manapun tidak
ubahnya seperti parpol.

4. Partai Politik Masa Reformasi


Reformasi membawa beberapa perubahan fundamental dalam sistem perpartaian
1. Di buka kesempatan kembali untuk bergeraknya partai politik secara
bebas, termasuk mendirikan partai baru.

9
2. Electoral threshold (ET), yaitu ketentuan bahwa untuk pemilihan
legislative setiap partai politik harus meraih minimal 2% jumlah kursi
anggota badan legislativ pusat.
Namun, pada pemilu 2009 terjadi banyak perubahan, misalnya pada pemilu
tersebut memakai dua sistem threshold yang pertama, ET, yaitu syarat untuk dapat
ikut serta dalam pemilu sebelumnya, sebesar 3% suara yang kedua yaitu, di
adakannya “parliamenthry threshold (PT) yaitu syarat partai untuk dapat di ikut
sertakan dalam penghitungan kursi, yaitu sebesar 2.5% partai-partai yang
perolehan suaranya tidak mencapai 2,5% tidak dapat menempatkan wakilnya di
DPR. Namun, ketentuan ET tidak di berlakukan karena adanya ketentuan
peralihan UU No. 10/2008 tentang pemilu DPR, DPD, dan DPRD ( biasa di sebut
pemilu Legislatif) pada pasal 316 huruf D menyatakan, papol yang memiliki kursi
di DPR Hasil pemilu 2004 dapat mengikuti peserta pemilu 2009.
Sedangkan pengaturan pemilu 2009 tetap digunakan dalam pemilu 2014
lalu, namun dengan perubahan antara lian: pemberlakukan PT yang telah
disepakati adalah sebesar 3,5% atau mengalami kenaikan 1% dari sebelumnya
pemilu 2009 sebesar 2,5 %, sehingga dari 12 parpol serta pemilu yang lolos PT 10
partai politik fakta seperti itu menunjukan bahwa threshold yang telah dua kali
dipakai di pemilu 1999 dan 2004 utamanya tidak memiliki inflikasi berarti
terhadap membangun sistem multi partai sederhana sehingga, menyadari
kekeliruan dalam menginflementasikan threshold sebagaimana telah terjadi
terjadinya di Negara-negara yang lain, yaitu memahami sebagai batas minimal
perolehan suara suatu parpol untuk memperoleh kursi di parlemen. Jadi, dengan
Parliamentary threshold, partai-partai politik yang tidak mampu memperoleh kursi
pada saat itu tetap bisa mengikuti pemilu berikutnya. Dengan demikian secara
langsung dan dalam jangka pendek penggunaan threshold model umumnya di
Negara-negara lain ini memang tidak akan mengurangi jumlah partai yang ada.7
C. Pembubaran Partai Politik Di Indonesia
Dalam hal syarat-syarat pembubaran partai politik pada masa Orde Lama dan
Orde Baru memiliki pengaturan yang sama. Syarat-syarat pembubaran partai

7
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Handbook: Sistem Politik Indonesia……. Hlm 373-377

10
politik pada masa Orde Lama dan Orde Baru diatur dalam Pasal 9 ayat (1)
Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959. Sedangkan syarat-syarat
pembubaran partai politik pada masa Reformasi berbeda dengan masa Orde Lama
dan Orde baru. Pembubaran partai politik dilakukan apabila partai politik
melanggar larangan partai politik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2)
dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008.8
Dalam hal syarat-syarat pembubaran partai politik pada masa Orde Lama dan
Orde Baru memiliki pengaturan yang sama. Syarat-syarat pembubaran partai
politik pada masa Orde Lama dan Orde Baru diatur dalam Pasal 9 ayat (1)
Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959. Sedangkan syarat-syarat pembubaran
partai politik pada masa Reformasi berbeda dengan masa Orde Lama dan Orde
baru. Pembubaran partai politik dilakukan apabila partai politik melanggar
larangan partai politik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) dan ayat
(5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. berbeda dengan masa Orde Baru dan
Orde Lama. Pengaturan mekanisme pembubaran partai politik pada masa
Reformasi diatur dalam Pasal 68 s.d Pasal 73 Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Lembaga yang
memilki wewenang melakukan pembubaran partai politik adalah Mahkamah
Konstitusi.

8
Ravica Nyimas Gusti Irananda , sekripsi:” Pembubaran Partai Politik Di Indonesia
Pada MasaSebelum Dan Setelah Reformasi”( Yogyakarta: UMY, 2018 ), Hal.14

11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partai politik adalah sarana politik yang mengatur  tentang elit-elit
politik dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu  negara yang
bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan
politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam
urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai
suprastruktur politik.
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.160-
161.
Surbakti Ramlan, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010),
hlm. 151-154
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Handbook: Sistem Politik Indonesia: Menjelajahi Teori dan Praktik,
(Malang: Instrans Publishing, 2017) hlm 355
Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011) hlm.
188
Ravica Nyimas Gusti Irananda, sekripsi:” Pembubaran Partai Politik Di Indonesia Pada
MasaSebelum Dan Setelah Reformasi”( Yogyakarta: UMY, 2018 ), Hal.14

Anda mungkin juga menyukai