Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PARTAI POLITIK DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Ilham Akbar S.H.I, S.H., M.H

DISUSUN OLEH :

Annisa Putri Arianti 11920724108


Fajar Yoandra 11920714370
M. Zikri Al Qodri 11920713086
Randa Afrian 11920714573
Rahma Susanti 11920724567
Zaini Pulungan 11920714615

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh
ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemilu yang berjudul
“Partai Politik di Indonesia”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada bapak Ilham Akbar S.H.I, S.H., M.H selaku Dosen mata kuliah Sistem
Pemilu yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun
makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Pekanbaru, November 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................2

Daftar Isi......................................................................................................3

BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................


B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................

BAB 2
Pembahasan

A. Definisi Partai Politik.......................................................................


B. Sejarah, Asal usul, Basis dan Tipe Partai Politik.............................
C. Fungsi Partai Politik.........................................................................
D. Partai Politik di dalam Negara Demokratis.....................................

BAB 3
Penutup

A. Kesimpulan......................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Partai politik, selanjutnya disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang dimulai di Inggeris
pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pikiran Barat bahwa Negara adalah organisasi kekuasaan
untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang semua bebas dan berkuasa tidak mengakibatkan
masalah sekuriti pada Individu. Organisasi kekuasaan yang dibagi dalam kekuasaan eksekutif,
kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif atau Trias Politica, merupakan perimbangan (checks &
balances) antara tiga kekuasaan itu. Untuk menjadikan kekuasaan legislatif mampu melakukan kontrol
yang efektif terhadap dua kekuasaan lainnya, khususnya terhadap eksekutif, rakyat di Inggeris pada
tahun 1678 membentuk partai politik, yaitu Tory. Parpol ini dalam abad ke 19 berkembang menjadi
Partai Konservatif yang seringkali berkuasa di negaranya hingga masa kini.
Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke 20 menjadi wahana penting
dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Menjadi pertanyaan bagaimana
parpol sebagai produk Barat dapat menjadi organisasi dan wahana efektif dalam Republik Indonesia
dengan Dasar Negara Pancasila. Sesuai dengan Pancasila negara bukan organisasi kekuasaan, melainkan
organisasi kesejahteraan. Tulisan ini berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan itu untuk
kepentingan masa depan kehidupan bangsa Indonesia yang adil, maju dan sejahtera.
Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan
kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah
saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di beberapa
negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem
kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu menyerap dan
menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat modernisasi. Dari sudut pandang
ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk
saluran-saluran kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi politik. Sistem kepartaian
yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan partisipasi politik
melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan.
Kedua, mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang
dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian,

4
sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang
melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.
Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan
merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat
sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa
untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat. Gunanya penulis membahas judul
ini ialah untuk untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik di indonesia, agar
dapat mengetahui lebih jelasnya, penulis akan membahasnya pada bab-bab berikutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi mengenai Partai Politik?
2. Bagaimana sejarah dan asal usul Partai Politik?
3. Bagaimana Partai Politik di Indonesia masa kini?
4. Bagaimana basis dari Partai Politik?
5. Apa saja tipe dari Partai Politik?
6. Apa saja fungsi dari Partai Politik?
7. Bagaimana Partai Politik di dalam Negara demokratis?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah
- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran mahasiswa
- Tujuan Khusus :
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Partai Politik.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sejarah dan asal usul Partai Politik.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Partai Politik di Indonesia masa kini.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana basis dari Partai Politik.
5. Agar mahasiswa mengetahui apa saja tipe dari Partai Politik.
6. Agar mahasiswa mengetahui apa saja fungsi dari Partai Politik.
7. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Partai Politik di dalam Negara demokratis.

D. MANFAAT PENULISAN
- Sarana membaca
- Media pembelajaran

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PARTAI POLITIK


Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi
masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa dan kuasaan. Adanya partai
politik membuat rakyat dapat terlibat secara langsung dalam proses penyelenggaraan negara dengan
menempatkan wakilnya melalui partai politik. Secara umum partai politik dikatakan sebagai suatu
kelompok yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, yang berusaha memperoleh kekuasaan melalui
pemilihan umum.
Pengertian partai politik dalam UU No. 31 Tahun 2002 pasal 1 (1) adalah: “Organisasi yang dibentuk
oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan
umum”.
Ramlan Surbakti mendefinisikan partai politik sebagai : “Kelompok anggota yang terorganisasikan
secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha
mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna
melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun”. (Surbakti, 1992:116).
Inu Kencana dkk, mengemukakan definisi partai politik sebagai : “Sekelompok orang-orang
memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk
memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level negara”. (Kencana dkk, 2002:58).
Sigmun Neuman seperti yang dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam bukunya “Partisipasi Politik dan
partai Politik” mengemukakan definisi partai politik sebagai berikut : “Partai politik adalah organisasi
artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang
memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda-beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan
kekuasaan-kekuasaan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang
mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas”. (Neuman dalam
Miriam Budiardjo, 1998:16-17).
J. A. Corry dan Henry J. Abraham mengungkapkan pendapatnya tentang partai politik seperti yang
dikutip oleh Haryanto dalam bukunya “Partai Politik Suatu Tinjauan Umum”, yaitu : “Political party is a
voluntary association aiming to get control of the government by filling elective offices in the
government with its members (Partai politik merupakan suatu perkumpulan yang bermaksud untuk

6
mengontrol jalannya roda pemerintahan dengan cara menempatkan para anggotanya pada jabatan-
jabatan pemerintahan)”. (Corry dan dalam Haryanto, 1984:9).
Dari berbagai definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan utama partai politik adalah menguasai
pemerintahan sehingga mereka dapat lebih leluasa melaksanakan keinginan-keinginan mereka serta
mendapatkan keuntungan. Partai politik berbeda dengan gerakan(movement). Suatu gerakan biasanya
menggunakan politik untuk mengadakan suatu perubahan terhadap suatu tatanan yang ada dalam
masyarakat, bahkan ada yang sampai ingin menciptakan tatanan masyarakat yang benar-benar baru.
Partai politik memiliki tujuan yang lebih luas dari sekedar perubahan, partai politik juga ikut mengadu
nasibnya dalam pemilihan umum.
Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan (pressure group) atau yang lebih dikenal
dengan kelompok kepentingan (inters group).Kelompok kepentingan hanya bertujuan untuk
memperjuangkan kepentingan tertentu dengan mempengaruhi pembuat keputusan. Kelompok
kepentingan biasanya berada di luar partai politik, yaitu berasal dari kelompok-kelompok yang ada
dalam masyarakat.

B. SEJARAH, ASAL USUL, BASIS DAN TIPE PARTAI POLITIK


1. Sejarah Partai Politik
a. Sejarah Partai Politik Di Dunia
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan gagasan bahwa
rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai politik berperan
sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam
perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi dari suatu sistem politik
yang demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat.
Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan aristokratis,
dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan terhadap tuntutan raja,
namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan berkembang ke segenap
lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan
merata dari semua golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang
bersifat elitis ke peranan yang meluas dan populis.
Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang di
negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara jajahan sering berperan
sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan
mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India.
Dan dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga

7
penting terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai
kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.
b. Sejarah Partai Politik Di Indonesia
Parpol yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang pada 25 Desember 1912
dibentuk Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia
masih dalam penjajahan Belanda. Tujuan parpol itu adalah mencapai kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia. Sekalipun paham Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah
Pemuda, namun para pendiri parpol ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia
Belanda merupakan kesatuan.
Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI) sebagai organisasi
untuk mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah jajahan Hindia Belanda. Pada tahun
1912 Haji Oemar Said Tjokroaminoto memberikan kepada SDI nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI),
karena hendak meluaskan perjuangannya tidak terbatas pada bidang ekonomi saja. Dengan begitu SI
juga melakukan perjuangan politik. Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai politik, tetapi
melihat sifat perjuangannya SI adalah satu parpol. Maka boleh dikatakan bahwa sejarah parpol di
Indonesia bermula pada tahun 1912.
Setelah itu telah berkembang berbagai parpol di Indonesia, baik yang berorientasi nasionalisme,
agama maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda jelas sekali bahwa mayoritas parpol
bertujuan mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia, kecuali beberapa parpol yang dibentuk orang-
orang Belanda atau orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda. Yang menonjol
adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia,
dibentuk pada 4 Juli 1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo
dan Mr. Sunaryo . Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan
dipimpin Ir Sukarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945 bersama Drs Mohamad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama rakyat Indonesia.
Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitya Persiapan
Kemerdekaan tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung). Uraian yang beliau beri nama
Pancasila kemudian diterima sidang dan kemudian dengan beberapa perubahan redaksional
ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sejak permulaan berdirinya Republik
Indonesia ada partai politik. Semula hendak dibentuk parpol tunggal, tapi kemudian dimungkinkan
berdirinya banyak parpol. Itu berarti bahwa parpol oleh para Pendiri Negara tidak dinilai
bertentangan dengan pandangan hidup Pancasila, sekalipun asal mulanya di masyarakat Barat yang
dasarnya individualisme dan liberalisme. Namun karena berada dalam masyarakat dengan dasar
Pancasila, parpol itu menyesuaikan eksistensi dan perilakunya dengan nilai dasar Pancasila, yaitu
Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam Perbedaan.
8
Tabel Sejarah Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-1998

Periode
Periode Demokrasi Jumlah Partai
Pemerintahan

1908-1942 Zaman Kolonial Multipartai


Zaman Pendudukan
1942-1945 Tidak ada
Jepang
Sistem Presidensiil
22 Agustus 1945- Satu partai (PNI)
1. 22 Agustus 1945
14 November 1945 Multipartai
2. 3 November 1945
Demokrasi Parlementer
14 November 1945-1950 Mulai sistem parlementer
14 November 1945
1950-1959 Pemilu dengan lebih dari 20 partai
1955
Dikeluarkan penpres 7/1959 (mencabut
maklumat Pemerintah 3 November 1945
dan melakukan penyederhanaan partai).
Hanya 10 partai yang diakui (PKI, PNI,
NU, Partai Katolik, Partindo, Parkindo,
Partai Murba, PSII Arudji, IPKI, Partai
Islam Perti), sedangkan Masjumi dan
Demokrasi Terpimpin
PSI dibubarkan pada tahun 1960..
1959-1965 1959
dibentuk Front Nasional yang mewakili
2. 1960
semua kekuatan politik termasuk PKI,
Front Nasional ini memberikan
kesempatan kepada golongan fungsional
dan ABRI yang sebelumnya kurang
berpartisipasi. PKI dapat masuk ke
Front Nasional karena didasarkan
prinsip NASAKOM
PKI dan Partindo dibubarkan Konsensus
Demokrasi Pancasila
Nasional a.1. 100 anggota DPR diangkat
1966
Eksperimen Dwipartai dan Dwigroup
7 Juli 1967
dilakukan dibeberapa Kabupaten di
1967-1969
Jawa Barat, namun dihentikan pada
1973
1965-1998 awal 1969.
1977, 1982, 1987, 1992
Penggabungan Partai menjadi tiga
dan 1997
orsospol (9 partai + 1 Golongan Karya)
1982
Pemilu hanya diikuti oleh 3 orsospol
1984
(sistem multipartai terbatas) Pancasila
1996
satu-satunya asas NU Khittah PDI pecah
1998 21 Mei 1998 Reformasi dengan multipartai

9
2. Partai Politik Di Indonesia Masa Kini
Setelah terjadi Reformasi di Indonesia pada tahun 1998 kehidupan bangsa sangat berbelok ke sifat-
sifat yang mengarah ke pandangan hidup Barat, yaitu individualisme dan liberalisme. Politik luar negeri
AS yang sejak berakhirnya Perang Dingin sangat kuat mengusahakan agar bangsa-bangsa di dunia
mengikuti pandangan hidupnya, besar dampaknya di Indonesia. Hal itu juga dimungkinkan oleh
dukungan sementara pihak di Indonesia yang mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dengan
AS. Usaha itu antara lain berhasil melakukan amandemen 4 kali terhadap UUD 1945 sehingga isinya
sudah amat mengarah kepada kehidupan berdasarkan individualisme dan liberalisme.
Sebagai akibat dari perubahan itu makin menguat pandangan tentang kebebasan individu yang
mutlak seperti yang ada di Barat, serta makin lemahnya sikap Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan
dalam Perbedaan. Perubahan itu juga berdampak pada parpol di Indonesia. Parpol berperilaku sebagai
individu yang bebas dan kuasa penuh tanpa konsiderasi terhadap Kesatuan, yaitu kepentingan
masyarakat dan bangsa. Parpol secara terus terang mengejar pencapaian kekuasaan untuk mewujudkan
kepentingan yang tidak peduli kepada kepentingan umum. Anggota parpol yang duduk dalam
Pemerintah dan Legislatif bukan berfungsi sebagai wakil Rakyat, melainkan sebagai wakil parpol. Sikap
dan perilaku parpol yang sudah amat menyeleweng dari kaidah yang berlaku dalam Pancasila diperparah
lagi oleh sikap dan perilaku banyak anggotanya. Anggota parpol menunjukkan sikap dan perilaku sesuai
dasar kebebasan penuh-mutlak seperti dalam pandangan Barat dan tidak menghiraukan harmoni dan
keselarasan sebagaimana ditetapkan Pancasila. Kaum politik yang juga makin kuat dipengaruhi cara
berpikir Barat mengejar kepentingannya dengan membentuk parpol tanpa menghiraukan apakah parpol
itu memperjuangkan platform tertentu. Akibatnya adalah tumbuhnya jumlah parpol yang tidak terkendali
tanpa ada identitas politik tertentu bagi masing-masing parpol. Yang membedakannya adalah hanya
nama orang yang memimpin parpol itu. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan politik yang jauh
dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa.
Untuk membangun kondisi parpol yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan bangsa
diperlukan syarat utama kembalinya Pancasila sebagaiDasar Negara RI secara nyata. Untuk itu haruslah
pertama-tama UUD 1945 dikembalikan kepada keadaanya yang asli sebelum ada amandemen. Kalau toh
dinilai perlu ada perbaikan pada isi UUD1945, hal itu dilakukan setelah kembali ke keadaan semula
dengan mengadakan perbaikan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pebaikan tidak dalam bentuk
amandemen, melainkan sebagai addendum. Kalau ada orang mengatakan bahwa Pancasila adalah satu
ideologi terbuka, itu tidak berarti bahwa Pancasila dapat diubah dengan nilai-nilai yang bertentangan dan
berbeda dengan Pancasila. Sebab Pancasila adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia, maka mengubah Pancasila
berarti menghasilkan Jati Diri lain yang bukan bangsa Indonesia.

10
Berdasarkan UUD 1945 yang asli dibuat UU Partai Politik yang sesuai dan tidak bertentangan
dengan UUD 1945 dan Pancasila. Hal ini merupakan landasan bagi tempat dan peran Partai Politik
dalam sistem Pancasila yang tidak mungkin sama dengan tempat dan peran parpol dalam sistem Barat.
Hal ini pasti mendapat perlawanan dari mereka yang sudah memperoleh keuntungan dari penyelewengan
yang terjadi di Indonesia. Mereka membanggakan Indonesia sekarang sebagai Negara Demokrasi Ketiga
Terbesar di dunia, setelah India dan AS. Buat mereka demokrasi hanyalah demokrasi Barat, demokrasi
liberal. Kalau tidak itu maka itu bukan demokrasi. Atas dasar itu mereka mengatakan bahwa merupakan
kesalahan besar mengubah keadaan sekarang, sebab mereka tidak peduli bahwa itu menimbulkan
kondisi yang merugikan secara mendasar kepentingan masyarakat dan bangsa. Mereka menjustifikasi
berbagai keadaan yang buruk sekarang sebagai hal yang lumrah dalam pertumbuhan demokrasi di
Indonesia. Sesuai dengan perkembangan internasional, mereka akan mendapat dukungan terbuka atau
terselubung dari negara-negara yang berorientasi Barat dan mempunyai kepentingan di Indonesia. Sebab
itu seluruh Rakyat Indonesia yang dirugikan oleh perkembangan sekarang yang menyeleweng dari Dasar
Negara RI harus menyatukan barisan dan memperjuangkan dengan tekad dan komitmen kuat agar UUD
1945 yang asli berlaku kembali di NKRI.

3. Asal Usul Partai Politik


Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” mengemukakan tiga teori tentang asal-
usul partai politik, yaitu sebagai berikut.
a. Teori Kelembagaan
Teori ini mengatakan bahwa partai politik ada karena di bentuk oleh kalangan legislatif (dan
atau eksekutif) karena kedua anggota lembaga tersebut ingin mengadakan kontak dengan
masyarakat sehubung dengan pengangkatannya, agar tercipta hubungan dan memperoleh
dukungan dari masyarakat maka terbentuklah partai politik. Ketika partai politik bentukan
pemerintah dianggap tidak bisa menampung lagi aspirasi masyarakat, maka pemimpin kecil
masyarakat berusaha membentuk partai-partai lain.
b. Teori Situasi Historis
Teori ini menjelaskan tentang krisis situasi historis yang terjadi manakala suatu sistem politik
mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari struktur masyarakat tradisional
kearah struktur masyarakat modern. Pada situasi ini terjadi berbagai perubahan yang
menimbulkan tiga macam krisis, yakni legitimasi, integrasi dan partisipasi. Partai politik lahir
sebagai upaya dari sistem politik mengatasi krisis yang terjadi. Partai politik diharapkan dapat
berakar kuat dalam masyarakat untuk dapat mengendalikan pemerintahan sehingga terbentuk
pola hubungan yang berlegitimasi antara pemerintah dan masyarakat. Terbukanya partai bagi
setiap anggota masyarakat dari berbagai golongan mengharapkan partai politik dapat menjadi
11
alat integrasi bangsa. Dengan adanya partai politik juga masyarakat dapat ikut berpartisipasi
dalam pemilihan umum.

c. Teori Pembangunan
Menurut teori ini partai politik lahir sebagai akibat dari adanya proses modernisasi sosial-
ekonomi, seperti pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi,
perluasan dan peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara
seperti birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi profesi, dan
peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan
akan suatu organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi
tersebut. Maka lahirlah partai politik, dengan harapan agar organisasi politik tersebut mampu
memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi yang ada.
Berdasarkan teori asal-usul terbentuknya partai politik di atas, penulis dapat mengkategorikan
bahwa Partai Demokrat terbentuk berdasarkan teori situasi historis. Partai Demokrat lahir karena
adanya keinginan untuk memperbaiki bangsa yang sedang dilanda krisis multidimensi karena
partai-partai politik yang berkuasa sebelumnya dianggap gagal.

4. Basis Partai Politik


Suatu partai mendasarkan kekuatannya pada dukungan satu atau beberapa kelompok yang
mempunyai orientasi dan tujuan-tujuan politik yang sama, dengan kata lain partai berdiri di atas suatu
dukungan basis sosial. Di sini basis sosial diartikan sebagai satu atau beberapa orang yang menjadi
pendukung utama dari suatu partai politik. Hal tersebut mengaitkan tingkat atau kualitas
kesetiaan partisipasi dan pemberian suara oleh pemilih kepada partainya dalam pemilu. Menurut Angus
Campbell, ada tiga variable utama yang mampu mempengaruhi perilaku individu dalam memilih suatu
partai, ketiga variabletersebut adalah sebagai berikut :
a) Identifikasi terhadap partai. Secara psikologis, individu memilih suatu partai karena adanya rasa
kesetiaan dan cintanya pada partai tersebut.
b) Isu yang sedang berkembang. Berdasar pada pertimbangan terhadap isu yang sedang berkembang,
individu memilih partai yang mereka anggap layak dan sanggup untuk memimpin pemerintahan.
Kelayakan dan kesanggupan suatu partai ditentukan oleh isu yang sedang berkembang saat ini.
c) Orientasi terhadap calon. Individu memilih suatu partai karena kualitas personal kandidat tanpa
memandang pada partai yang mendukungnya atau pada isu yang sedang berkembang. Perilaku ini
terbagi menjadi dua, pertama: kualitas instrumental di mana pemilih melihat kemampuan kandidat
dalam menangani suatu masalah tertentu. Kedua: kualitas simbolis di mana pemilih mempunyai
pandangan bagaimanakah seharusnya figur pemimpin yang baik.
12
Dalam politik, basis merujuk kepada sekelompok pemilih yang hampir selalu mendukung calon
partai tunggal untuk kantor terpilih. Basis pemilih sangat tidak mungkin untuk memilih calon dari pihak
lawan, terlepas dari pandangan spesifik masing-masing kandidat memegang.
Di Amerika Serikat, ini biasanya karena tingkat tinggi kandidat harus memegang sikap yang sama
pada isu-isu kunci sebagai dasar partai unruk mendapatkan nominasi partai dan dengan demikian akses
suara dijamin. Dalam kasus pemilu legislatif, pemilihan basa biasanya lebih memilih untuk mendukung
kandidat partai mereka melawan lawan dinyatakan menarik untuk memperkuat peluang partainya
memperoleh mayoritas sederhana biasanya gateway untuk daya menyeluruh-dalam legislatif.

5. Tipe Partai Politik


Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya secara umum dapat dibagi
mejadi dua kategori, yaitu:
a) Partai Massa
Dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun demikian,
parta jenis ini memiliki program walaupun program tersebut agak kabur dan terlampau umum. Partai
jenis ini cenderung menjadi lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung dalam partai
tersebut mempunyai keinginan untuk melaksanakan kepentingan kelompoknya. Selanjutnya, jika
kepentingan kelompok tersebut tidak terakomodasi, kelompok ini akan mendirikan partai sendiri .
b) Partai Kader
Kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal. Pendukung
partai ini tidak sebanyak partai massa karena memang tidak mementingkan jumlah, partai kader lebih
mementingkan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai
harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng, akan dipecat keanggotaannya.

C. FUNGSI PARTAI POLITIK


Fungsi utama partai politik adalah mencari dan memperrtahankan kekuasaan guna mewujudkan
program-program yang berdasarkan ideology tertentu. Ada pandangan yang berbeda secara mendasar
mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di negara yang otoriter. Perbedaan pandangan
tersebut berimplikasi pada pelaksanan tugas atau fungsi partai di masing-masing Negara. Di Negara
demokrasi partai relative dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya,
yakni menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara
dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetepi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.

13
Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis, otoriter,
dan Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi. Penjelasan fungsi partai
polituk di Negara otoriter akan di paparkan dalam contoh partai-partai Negara-negara komunis pada
masa jayanya.
1. Sebagai sarana komunikasi politik
Di masyarakat modern yang luas dan kompeks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang
berkembang. Pandapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok yang hilang tak berbekas seperti
suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan di gabung dengan pendapat atau aspirasi orang
lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah
digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi di olah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur.
Proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation). Seandainya tidak ada yang
mengagregasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan
saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan kesimpang siuran dan
benturan dikurangi. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi partai politik. Setelah
itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakann. Usul kebijakan ini dimasukkan ke dalam
progam atau platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau di sampaikan melalui
parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy). Demikianlah tuntutan
dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Di sisi lain,
partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari
atas ke bawah dan dari bawah keatas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai
penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat
penting, karena I satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok
masyarakat, dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.

2. Sebagai sarana sosialisasi politik


Dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap
dan orientasi tehadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada.
Ia adalah bagian dai proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai
nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban.
Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat
menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan factor yang penting dalam terbentuknya
budaya pilitik (political culture) suatu bangsa.

14
Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) : Sosialisasi
politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenali system
politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena
politik (political socialization may be depined is the prosess by which individuals in a given society
become acquainted with the political system and which to a certain degree determines their
perceptions and their reactions to political phenomena).
Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang
melalui keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi
keagamaan, dan partai politik, ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik
generasi yang satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran sebagai
sarana sosialisasi politik.pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu
media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus karder, penataran dan sebagainya.
Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk
menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus
memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya
mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya. Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai
politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggitanya
menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menepatkan
kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Secara khusus perlu disebutkan di sini bahwa di
Negara-negara yang baru merdeka, partai-partai politik juga di tuntut berperan memupuk identitas
nasional dan integrasi nasional. Ini adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.
Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan
nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada partai, yang melebihi loyalitas kepada
Negara. Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks
yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak membantu
proses integrasi, yang bagi Negara-negara berkembang menjadi begitu penting.

3. Sebagai sarana rekuitmen politik


Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal
partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai
butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi
partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai
kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pimpinannya sendiri dan mempunyai
peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional. Selain untuk
15
tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan memperluas atau memperbanyak
keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya.
Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan-
golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk
berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus
merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara
untuk melakukan rekrutmen politik yaitu melalui kontrak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.

4. Sebagai sarana pengatur konflik


Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen,
apakah dari segi etnis (suku bangsa), social-ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut
menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di Negara yang menganut paham
demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan
tetapi di dalam Negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah
mengundang konflik.
Disini paran partai diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat
diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai
dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan
pendukungnya.
Konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen, apakah
dari segi etnis (suku bangsa), social-ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan
potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di Negara yang menganut paham demokrasi,
persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di
dalam Negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah
mengundang konflik.
Disini paran partai diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat
diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai
dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan
pendukungnya.

D. PARTAI POLITIK DI DALAM NEGARA DEMOKRATIS


Partai politik juga mengalami proses demokratisasi di dalam tubuh mereka sendiri. Proses itu
disebut sebagai demokrasi internal. Setelah syarat ini tercapai maka partai politik yang te- lah
menang pemilu akan ikut mendukung proses demokrasi dan tidak akan menjadi ancaman bagi pranata

16
demokrasi.
Suatu sistem demokrasi mengharuskan semua partai politik untuk selalu menerapkan demokrasi
internal. Hal ini harus diundangkan juga sehingga berjalannya suatu demokrasi internal tidak
bergantung pada kemauan baik (‘goodwill’) dari pemimpin partai tersebut. Karena bila ti- dak,
demokrasi akan terancam.
Demokratisasi internal menjamin adanya dialog ter- buka dalam proses pembentukan kehendak
politik. Dalam suatu partai politik harus ada sistem pemilu bebas yang memungkinkan pergantian
anggota secara adil dan bisa dipertanggungjawabkan kepada pengadilan publik.
Para pemimpin dan pemengang jabatan di dalam partai memiliki kecenderungan untuk menghimpun
kekuasaan di dalam parpol mereka dan pada berebut kekuasaan di luar partai. Demokrasi internal
yang berjalan dengan baik akan mengimbangi kecenderungan ini dan menjaga struktur organisasi
agar tetap terbuka terhadap kontrol demokratis dan partisipasi anggotanya serta memberikan
kesempatan bagi masyarakat madani untuk memberikan pengaruhnya.

17
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok yang teroganisir
yang anggota-anggotanya memppunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang
biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan
mereka.
Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement) dan berbeda juga
dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak digunakan pada dewasa ini
yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok, atau memang ingin melakukan perubahan
terhadap paradigma masyarakat kearah yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi. 2015. “Pergeseran Peran Partai Politik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
22-24/PUU-VI/2008”. Jurnal Ilmu Hukum, volume 2, Nomor 2, Januari 2015.

Tutik, Titik Triwulan. 2010. “Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945”. Jakarta: Kencana.

http://wawasanfocusodax.blogspot.co.id/2014/11/makalah-partai-politik.html- Diakses pada


tanggal 13 Oktober 2017.

19

Anda mungkin juga menyukai