Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS DAKWAH
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang karena atas rahmat dan hidayah-Nya kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “sejarah partai politik di Indonesia” ini
insyaallah dengan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1. Latar Belakang.....................................................................................................4
2. Rumusan Masalah................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan..................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
1. Kesimpulan........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
4. Munculnya Organisasi Politik Di Indonesia
Partai politik di Indonesia sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada masa
itu sudah mulai berkembang kekuatan-kekuatan politik dalam tahap
pengelompokan yang diikuti dengan polarisasi, ekspansi, dan pelembagaan. Partai
politik di Indonesia lahir bersamaan dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan yang
menandai era kebangkitan nasional. Berbagai organisasi modern muncul sebagai
wadah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Walaupun pada
awalnya berbagai organisasi tidak secara eksplisit menamakan diri mereka sebagai
partai politik, namun memiliki program-program dan aktivitas politik.Munculnya
berbagai organisasi politik dapat dilihat sebagai hasil pendidikan modern saat
diberlakukan kebijakan politik etis oleh pemerintah kolonial Belanda. Walaupun
tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Belanda sebenarnya hanya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan administrasi dan birokrasi kolonial tingkat rendah,
namun telah membangkitkan kesadaran kebangsaan dan cita-cita kemerdekaan
melalui gerakan politik. Salah satu puncak perubahan pemerintahan kolonial
Belanda adalah dibentuknya Volksraad pada 1916. Dewan itu pada awalnya hanya
memiliki kekuasaan sebagai penasihat, bukan pembentuk undang-undang. Baru
pada 1925, berdasarkan Undang-Undang Tata Pemerintahan Hindia Belanda,
Volksraad memiliki kekuasaan mengajukan petisi, membahas undang-undang,
dan menyetujuinya. Meskipun begitu, Gubernur Jenderal memiliki hak prerogatif
sehingga wewenang dari Volksraad itu sendiri tidak banyak dapat dilaksanakan.
Organisasi-organisasi politik yang ada pada saat itu ada yang bersikap kooperatif
dan ada yang mengambil jalan non kooperatif. Hal itu dapat dilihat dari berdirinya
Budi Utomo (BU) pada 20 Mei 1908 dan Sarekat Islam (SI) pada 1911. Kedua
organisasi itu tidak secara tegas menyatakan diri sebagai organisasi politik.
Namun dalam perkembangan kedua organisasi tersebut, program dan aktivitasnya
telah merambah ke wilayah politik. Hal itu dapat dilihat dari kontribusi kedua
organisasi tersebut dalam Volksraad. Bahkan, pada 23 Juli 1916 BU dan SI telah
melakukan aktivitas politik menuntut ketahanan Hindia Belanda guna
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia saat itu telah berpikir mandiri. Aksi itu
dikenal dengan Weerbaar Actie. Wakil-wakil BU dan SI juga menjadi anggota
koalisi radical concentratie di dalam Volksraad yang menuntut adanya Majelis
Nasional sebagai parlemen pendahuluan untuk menetapkan hukum dasar
sementara bagi Hindia Belanda. Keberadaan kedua organisasi politik tersebut
diikuti dengan munculnya berbagai organisasi partai politik setelahnya. Partai-
partai tersebut di antara lain adalah Indische Partij (IP), Insulinde, Indische
Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), Partai Komunis Indonesia (PKI),
Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya (Parindra), Partai
Indonesia (Partindo), Indische Sociaal Democratische Partij (ISDP), Indische
Katholijke Partij, Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), dan Partai Rakyat
Indonesia (PRI). Selain berbagai partai politik, juga pernah terbentuk federasi
organisasiorganisasi politik. Pada 17 Desember 1927 lahir Permufakatan
PerhimpunanPerhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang dibentuk
oleh PNI,PSI, BU, Sarikat Pasundan, Sarikat Sumatera, dan Kaum Betawi. PPPKI
berupaya menyamakan arah aksi dan kerja sama, dan menghindarkan perselisihan
yang melemahkan aksi kebangsaan.
Pada masa Orde Baru partai politik diberi kesempatan untuk bergerak lebih
leluasa. Akan tetapi, sesudah diadakan pemilihan umum tahun 1971, dimana
Golkar menjadi pemenang pertama dengan disusul oleh tiga partai besar NU,
Parmusi, dan PNI, agaknya partai-partai harus menerima kenyataan bahwa
peranan mereka dalam proses pengambilan keputusan untuk sementara akan
tetap terbatas. Penyederhanaan jumlah partai pada awal masa Orde Baru
menujukkan peranan Presiden Soeharto yang semakin besar, hal ini sangat
membatasi ruang gerak masyarakat terutama untuk menyalurkan aspirasi
ataupun memberikan kritik kepada pemerintah. Sampai tahun 1973 Soeharto
tampaknya menjadi penguasa politik Indonesia meskipun tergantung pada
penerusan garis utama kebijakankebijakan sebelumnya tetapi mampu
mengisolasi dan mengatasi lawanlawannya, menjaga konsensus luas intra-
militer, dan mengendalikan sektor sipil (setelah komunis) dengan kursi langsung
relatif minim. Perkembangan partai politik sejak awal hingga berakhirnya masa
Orde Baru mengalami pasang surut dalam pembangunan bangsa khususnya
peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam segenap aspek kehidupan
pembangunan nasional. Kebijakan-kebijakan Orde Baru terhadap partai politik
menjadikan partai politik tidak mampu menjalankan fungsinya menuju
demokratisasi. Masa Orde Baru berjalan dimulai pada tahun 1966 dimana
Presiden Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, hingga tahun 1998 yaitu
saat Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden. Pada masa Orde
Baru terjadi enam kali pemilihan umum. Adanya keikutsertaan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam pemilihan umum dengan
bergabung dalam Golongan Karya (Golkar). Pada masa pemerintahan orde baru,
salah satu tindakan MPRS saat itu yang berhubungan dengan partai politik
adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui TAP MPRS No.
XXV/1966 disamping ketetapan pencabutan penetapan Presiden Soekarno
sebagai presiden seumur hidup. Sementara itu, terjadi perdebatan melalui
berbagai seminar dan media massa, antara lain mengenai perlunya mendirikan
demokrasi dan membentuk suatu sistem politik yang demokratis dengan
merombak struktur politik yang ada. Partai politik menjadi sasaran utama dari
kecaman masyarakat dianggap telah bertindak memecah belah karena terlalu
mementingkan ideologi serta kepentingan masing-masing. Pemilihan umum
anggota DPR, pertama semenjak tahun 1971, dilaksanakan pada bulan Mei
setelah kampanye panas oleh majalah berita Jakarta Tempo disamakan dengan
perang saudara. Kontestan utama dalam pemilihan umum ialah Golkar yang
didukung Soeharto dan Angkatan Bersenjata dengan PPP (Partai Persatuan
Pembangunan). Ketegangan terus berlanjut selama beberapa bulan setelah
Pemilu. Di atas permukaan ketegangan yang berlangsung terutama antara
Muslim dan mahasiswa versus Presiden dan Hankam, tetapi juga ada tanda tanda
kontra dan problematika dalam elit utama. Terlaksananya fusi partai-partai
politik pada masa Orde Baru merupakan sebuah keberhasilan yang sempat
tertunda pada rezim sebelumnya. Jika dikaji sejarahnya, rencana
penyederhanaan jumlah partai politik sebenarnya sudah dimulai sejak masa
Soekarno. Hanya saja, saat itu masing-masing partai politik masih demikian
besar pengaruhnya, sehingga sulit mencari jalan bagaimana cara
menyederhanakannya, mengingat masing-masing partai politik merasa punya
hak hidup sesuai dengan aliran atau ideologinya masing-masing. Munculnya
Orde Baru sekaligus membawa warna baru dalam dunia perpolitikan Indonesia.
Salah satu ciri yang menonjol di dalam periode perkembangan partai politik
pada masa Orde Baru adalah adanya penciutan jumlah partai politik.
Pembaharuan ini akhirnya mengerucut menjadi ide tentang penyederhanaan
jumlah partai dan membagi partai-partai yang ada menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama yaitu kelompok spiritual material yang menitik-beratkan
program-programnya pada pembangunan spiritual, tetapi tidak mengabaikan
pembangunan material; kedua yaitu kelompok Nasionalis atau kelompok
material spiritual yang menitik-beratkan programprogramnya pada
pembangunan material tetapi tidak mengabaikan aspek-aspek spiritual; ketiga
yaitu kelompok karya. Pada tahun 1973 konsep penyederhanaan partai (Konsep
Fusi) sudah dapat diterima oleh partai-partai yang ada dan dikukuhkan melalui
Undang-Undang No. 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan, sistem fusi ini
berlangsung hingga lima kali Pemilu selama pemerintahan Orde Baru yaitu pada
tahun 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Partai politik atau organisasi politik sudah ada sejak sebelum masa
kemerdekaan, meskipun, tidak secara tegas menyebutkan bahwa mereka adalah
organisasi politik pada saat itu akan tetapi, seiring perkembangannya organisasi
yang ada pada saat itu memiliki tujuan politis. Pasca kemerdekaan bangsa
Indonesia merupakan masa awal negara Indonesia memiliki kepemerintahan
secara mandiri. Pembentukan partai politik di Indonesia dimulai sejak turunnya
Maklumat Pemerintah pada tanggal 3 November 1945, sejak saat itu banyak
berdiri partai politik di Indonesia hinnga berjumblah kurang lebih 40 partai.
Pada masa Orde Baru terjadi fusi atau penggabungan terhadap partai
politik yang sudah ada sejak masa Orde Lama. Partai politik digabungkan menjadi
3 golongan besar. Meskipun begitu, pada masa Orde Baru partai politik tidak
dapat menjalankan fungsinya secara maksimal karena pemerintahan pada masa itu
bersifat otoriter.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Safa'at, Muchammad. (2009). Sejarah Partai Politik Dan Pembubaran Partai
Politik Pada Masa Orde Lama. (Universitas Indonesia, 2009) Diakses dari
https://lib.ui.ac.id.
Hidayat, Arif. "Perkembangan Partai Politik Pada Masa Orde Baru", Jurnal
Ilmiah Mimbar Demokrasi, Volume 17 (2), 2-8.