Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Stabilisasi politik Masa
Orde Baru ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam makalah ini membahas tentang Stabilisasi politik Masa Orde Baru .

Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.

Dompu, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masa Orde Baru.................................................................................

2.2 Kebijakan Politik Dalam Negeri Masa Orde Baru...............................................

2.3 Kebijakan Politik Luar Negeri Masa Orde Baru .................................................

BAB III. PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................................
2. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya partai politik di Indonesia sudah dapat dilacak sejak zaman penjajahan Belanda. Partai
politik di Indonesia lahir bersamaan dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan yang menandai era
kebangkitan nasional. Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi
bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, apakah dia bertujuan sosial
(seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah) ataukah terang-terangan menganut asas politik/agama
(seperti Sarikat Islam dan Partai Katolik) atau asas politik/sekuler (seperti PNI dan PKI), memainkan
peranan penting dalam berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan
keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam bentuk sistem multi-partai
(Budiardjo, 2010:171). Banyaknya partai tidak menguntungkan bagi terciptanya pemerintahan yang
stabil. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun 1955 membawa penyederhanaan dalam jumlah
partai 156 dalam arti bahwa dengan jelas telah muncul empat partai besar, yakni Masyumi, PNI, NU
dan PKI. Akan tetapi partai-partai tetap tidak menyelenggarakan fungsinya sebagaimana yang
diharapkan. Akhirnya, pada masa Demokrasi Terpimpin partai-partai dipersempit ruang geraknya.

Pada masa Orde Baru partai politik diberi kesempatan untuk bergerak lebih leluasa. Akan tetapi,
sesudah diadakan pemilihan umum tahun 1971, dimana Golkar menjadi pemenang pertama dengan
disusul oleh tiga partai besar NU, Parmusi dan PNI, agaknya partai-partai harus menerima kenyataan
bahwa peranan mereka dalam decision-making process untuk sementara akan tetap terbatas
(Budiardjo, 2010:172). Penyederhanaan jumlah partai pada awal masa Orde Baru menujukkan
peranan Presiden Soeharto yang semakin dominan, hal ini sangat membatasi ruang gerak masyarakat
terutama untuk menyalurkan aspirasi ataupun memberikan kritik kepada pemerintah. Sampai tahun
1973 Soeharto tampaknya menjadi penguasa politik Indonesia meskipun tergantung pada penerusan
garis utama kebijakankebijakan sebelumnya tetapi mampu mengisolasi dan mengatasi
lawanlawannya, menjaga konsensus luas intra-militer, dan mengendalikan sektor sipil (setelah
komunis) dengan koersi langsung relatif minim (Liddle, 1992:16). Perkembangan partai politik sejak
awal hingga berakhirnya masa Orde Baru mengalami pasang surut dalam pembangunan bangsa
khususnya peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam segenap aspek kehidupan pembangunan
nasional. Kebijakan-kebijakan Orde Baru terhadap partai politik menjadikan partai politik tidak
mampu menjalankan fungsinya menuju demokratisasi fungsinya.

Wajar saja pacsa berakhirnya Orde Baru rakyat bersuka cita menyambut datangnya era reformasi
yang diharapkan mampu mengubah tatanan politik. Sebab perubahan dalam kehidupan politik
menjadi prioritas utama yang dituntut pada masa itu. Kebijakan yang paling signifikan dalam bidang
politik adalah pada kebijakan mengenai partai politik sebagai kendaraan untuk mewujudkan suatu
tatanan masyarakat demokratis sebagai akibat 157 tersumbatnya demokrasi di masa Orde Baru.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian masa orde baru ?

2. Apa kebijakan politik dalam negeri masa Orde Baru ?

3. Apa Kebijakan politik luar negeri masa Orde Baru?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian masa orde baru

2. Untuk mengetahui kebijakan politik dalam negeri masa Orde Baru

3. Untuk mengetahui Kebijakan politik luar negeri masa Orde Baru


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan
kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata
lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada
kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta
UUD 1945.

2. Kebijakan Politik dalam Negeri Masa Orde Baru

a. Penataan Stabilitas Politik Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya

Kita tentu mengetahui, Partai Komunis Indonesia merupakan salah satu partai yang dilarang oleh
bangsa Indonesia. Selain bertentangan dengan falsafah negara Pancasila, PKI juga dianggap
bertanggung jawab atas peristiwa Gerakan 30 September 1965. Oleh karena itu pula, langkah
awal Presiden Soeharto ialah membubarkan PKI beserta organisasi massanya.

Pembubaran PKI dan organisasi massanya dimulai sejak Letjen Soeharto mendapat mandat Surat
Perintah Sebelas Maret. Melalui legitimasi tersebut, ia mengambil beberapa tindakan untuk
menjamin keamanan dan stabilitas pemerintahan. Pada tanggal 12 Maret 1966, keluar surat
keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi PKI serta ormas-ormas yang bernaung dan
berlindung atau senada dengannya untuk beraktivitas di wilayah Indonesia. Keputusan ini
kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966
tanggal 12 Maret 1966.

Gambar kiri: demonstrasi mahasiswa angkatan 66’ menuntut Tritura salah satunya ialah
pembubaran PKI. Gambar kanan: berita media massa mengenai pembubaran PKI
Pada 18 Maret 1966, Letjen Soeharto mengamankan 15 mentri yang dinilai terlibat dalam
G30S/PKI. Setelah itu, ia memperbaharui Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan
membersihkan lembaga legislatif, termasuk MPRS dan DPRGR.

b. Penyederhanaan Partai Politik

Coba kalian tebak, berapa partai politik yang ada di Indonesia saat ini? Tentu banyak bukan.
Apakah kalian tahu bahwa dulu kita pernah hanya memiliki 3 partai politik saja? Coba sebutkan
partai apa saja itu? Kalian pasti ingin tahu, mengapa ketika itu hanya ada 3 partai politik saja di
Indonesia? Bukan karena setiap orang tidak ingin membuat partai, tapi sistem 3 partai
merupakan salah satu kebijakan politik Presiden Soeharto dibidang politik, kondisi ini bahkan
berlangsung cukup lama dari tahun 1973 hingga 1999.

Penyederhanaan atau penggabungan (fusi) partai pada tahun 1973 merupakan kebijakan Presiden
Soeharto untuk menciptakan stabilitas politik kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebijakan ini
dinggap menjadi syarat utama dalam mencapai pembangunan ekonomi Indonesia. Mengapa
demikian? Orde Baru diharapkan tidak lagi berorientasi pada Ideologi serta politik, tetapi pada
program ekonomi. Menurut pemerintah Orde Baru, tidak stabilnya politik yang terjadi pada masa
sebelumnya (Orde Lama) disebabkan oleh sistem kepartaian. Diketahui juga partai politik saat
itu sangatlah banyak, sehingga menimbulkan banyak idiologi dan sekaligus kepentingan. Partai
politik sulit terkontrol dan akhirnya timbul gerakan-gerakan yang membahayakan bangsa dan
Negara. Hal tersebut yang melatarbelakangi perlunya melakukan fusi terhadap kendaraan politik
tersebut. Fusi partai tahun 1973 oleh pemerintah tidak serta didasarkan pada persamaan ideologi,
tapi pada persamaan program. Sehingga diharapkan dapat membantu pemerintah untuk bersama-
sama membangun Indonesia lebih baik.
c. Pemilihan Umum Masa Orde Baru

Pemilu pada masa Orde Baru memiliki keunikan tersendiri dari pada pemilu yang terjadi
sebelum dan sesudahnya. Seperti yang kalian pelajari diatas, keunikan tersebut disebabkan oleh
kebijakan fusi partai, sehingga pemilihan umum sejak tahun 1977 hanya dikuti oleh 3 partai
politik. Pelaksanaan Pemilu sendiri pada masa orde baru berlangsung enam kali, yakni 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pada pemilu 1971, peserta partai politik masih cukup banyak
yakni 10 partai politik, pada pemilu ini Golongan Karya meraih suara terbanyak. Pemilu
selanjutnya dimulai sejak tahun 1977 hingga 1997 partai peserta pemilu diikuti oleh tiga partai
politik yakni PPP, Golongan Karya dan PDI, pada pelaksanaan pemilu itu pula Golongan Karya
meraih suara terbanyak.
Peserta Pemilu 1971

d. Dwi Fungsi ABRI

Konsep Dwi Fungsi ABRI berawal dari konsep "jalan tengah" yang di kemukakan oleh Jendral
A.H.Nasution. Dwi Fungsi ABRI diterapkan untuk memberi kesempatan yang luas kepada
perwira tentara untuk berpartisipasi dalam bidang non militer. Kebijakan ini bertujuan agar
stabilitas politik tetap berjalan dengan baik. Melalui dwi fungsi ABRI, para pewira militer
memegang posisi penting pada masa pemerintahan Orde Baru seperti menjadi walikota,
gubernur, duta besar, peradilan dll.
Contoh kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD)

Peninggalan dwifungsi ABRI pun sampai saat ini masih dapat ditemukan, meskipun pelaksanaan
dan kebijakannya telah dihapus. Salah satu peninggalan tersebut ialah banyaknya penamaan jalan
terutama di daerah yang menggunakan nama AMD. AMD sendiri merupakan singkatan dari
ABRI Masuk Desa. Salah satu program pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan desa
dalam rangka mengabdi kepada masyarakat. Program dwifungsi ABRI dihapus sejalan dengan
agenda reformasi 98 yang menandai berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru.

3. Kebijakan politik luar negeri Indonesia masa Orde Baru

Kebijakan politik luar Negeri, dapat kita lihat sebagai berikut:

a. Indonesia menjadi anggota PBB kembali

Sewaktu Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucilkan dari
pergaulan internasional dan menyusahkan Indonesia dalam ekonomi maupun politik dunia.
Kondisi ini lalu mendorong Indonesia kembali lagi menjadi anggota PBB menurut hasil sidang
DPRGR. Jadi, pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi bagian
anggota PBB.

b. Pemulihan hubungan diplomatik antara Malaysia dengan Singapura serta pemutusan


hubungan dengan Tiongkok

Ketika tahun 1965, terjadi pertikaian antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk
memulihkan dan memperbaiki hubungan diplomatik, diadakan penandatanganan perjanjian
antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul
Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan
Singapura lewat pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

c. Memperkuat kerja sama regional serta Internasional

Indonesia mulai menguatkan kerjasama regional dan internasional dengan menggunakan


beberapa upaya, yaitu:

 Turut andil dalam pembentukan ASEAN. Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN.
 Mengirim kontingen Garuda dalam rangka misi perdamaian.
 Ikut berperan dalam Organisasi Konferensi Islam/OKI.

Materi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi pada masa orde baru memang identik
dengan presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemilu yang telah diatur dengan SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
diselenggarakan pada tahun 1971 ini, berbeda halnya dengan pemilu tahun 1955 pada
orde revolusi atau orde lama.

Dalam pemilu ini, para pejabat pemerintah hanya berpihak pada salah satu peserta Pemilu
yakni Golkar.

Penyederhanaan partai politik terdiri dari dua partai serta satu golongan karya yaitu:

Partai Demokrasi Indonesia koalisi dari partai Nasional Indonesia, partai Murba, partai
Katolik, IPKI dan Parkindo.

Dwifungsi ABRI merupakan peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan
dan kekuatan sosial politik.

ABRI juga mempunyai wakil dalam MPR yang diketahui sebagai Fraksi ABRI, sehingga
posisinya pada masa Orde Baru sangat dominan.

Sewaktu Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucilkan dari
pergaulan internasional dan menyusahkan Indonesia dalam ekonomi maupun politik
dunia.

Untuk memulihkan dan memperbaiki hubungan diplomatik, diadakan penandatanganan


perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili
oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta.

Materi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi pada masa orde baru memang
identik dengan presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto.
DAFTAR PUSTAKA

https://greatedu.co.id/greatpedia/perkembangan-kehidupan-politik-dan-ekonomi-pada-masa-
orde-baru

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Orde%20Baru-BB/Topik-3.html

https://sicantikunyuunyu.blogspot.com/2019/02/makalah-rehabilitasi-ekonomi-di-masa.html

Anda mungkin juga menyukai