Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH ORDE BARU

DISUSUN OLEH:

AMANDA HAERUNISYAH

ATIKA SETYAWATI

FARHA

FARHAN ANUGRAH SYAH

NAJMA KENISHA SAPUTRA

XII MIPA 2

SMA NEGERI 37

JAKARTA

2019

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga tim penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan judul “Orde Baru”, serta guru Sejarah
Indonesia kami, Ibu Asna Butarbutar yang telah memberi tugas ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, 5 Februari 2019

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB 1..................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN...................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................3

BAB 2..................................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................4

2.1 KEHIDUPAN POLITIK ORDE BARU...............................................................................................4

2. 2 KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU..........................................................................5

2. 3 PERALIHAN MASA ORDE LAMA KE ORDE BARU.........................................................6

2. 4 REVOLUSI HIJAU & INDUSTRIALISASI............................................................................8

2.5 DAMPAK PEMBANGUNAN................................................................................................10

2.6 KEKURANGAN ORDE BARU.............................................................................................11

ANALISIS MASA ORDE BARU.........................................................................................................12

BAB 3................................................................................................................................................... 16

PENUTUP.............................................................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................16

3.2 SARAN...................................................................................................................................16

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde
Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.Salah satu penyebab
yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam
negeri yang tidak kondusif pada masa Orde Lama.

Karena adanya peristiwa pemberontakan G30S/PKI, Presiden Soekarno tidak lagi


dipercaya oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan mandat kepada
Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia melalui surat perintah sebelas maret
atau Supersemar. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.

Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Supesemar 1966. Setelah
dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi
negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak kepada besarnya kepercayaan
rakyat kepada pemerintah karena Soeharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.

Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk


mengukuhkan pengunduran diri Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden
RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan
menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. 12 Maret 1967 Jendral Soeharto dilantik
sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde
Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :

a. Bagaimana peralihan politik dari orde lama ke orde baru


b. Bagaimana kebijakan pemerintahan orde baru
c. Bagaimana kehidupan politik pada masa orde baru
d. Bagaimana revolusi hijau dan industrilisasi pada masa orde baru
e. Hasil- hasil pembangunan pada masa orde baru
f. Kelemahan pemerintah orde baru

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui kebijakan kebijakan pada masa orde baru, meliputi bidang politik, pembangunan,
dan peralihan dari orde lama, serta kelemahan – kelemahan pemerintahan masa orde baru.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KEHIDUPAN POLITIK ORDE BARU

Kebijakan Politik Dalam Negeri

1. Pelaksanaan pemilu 1971

Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan dilaksanakan pada
tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955 (orde revolusi atau orde lama). Pada pemilu
ini para pejabat pemerintah hanya berpihak kepada salah satu peserta Pemilu yaitu Golkar. Dan kamu

tahu? Golkar lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun selanjutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987,
1992, hingga 1997.

2. Penyederhanaan partai politik

Penyederhanaan partai politik menjadi dua partai dan satu golongan karya yaitu:

3. Dwifungsi ABRI

Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai
kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk mampu berperan secara
aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal sebagai
Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru sangat dominan.

4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya Pancakarsa, bertujuan
untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai Pancasila. Semua organisasi
tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan dilakukan penataran P4 untuk para
pegawai negeri sipil.

Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia

4
1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB

Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini kemudian
mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang DPRGR. Pada
tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan hubungan dengan
Tiongkok

Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk
memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang
diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11
Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan
kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional

Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan melakukan beberapa
upaya, yaitu:

2. 2 KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU

1. Kebijakan ekonomi

 Pada tahun 1969, pemerintah ORBA mencanangkan program Rencana Pembangunan Lima
Tahun (REPELITA) untuk meningkatkan ekonomi nasional. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil
menjadi negara dengan swasembada besar.

 Menciptakan dan mewujudkan program trilogy pembangunan dimana tujuannya adalah agar
ekonomi masyarakat merata di seluruh Indonesia.

2. Kebijakan politik

5
 Pembubaran Partai Komunis Indonesia beserta organisasi-organisasi pendukungnya, baik di
tengah-tengah masyarakat maupun di dalam kabinet pemerintahan.

 Penyederhanaan partai politik yang awalnya ada 10 partai menjadi hanya 3 partai politik saja,
yaitu Golkar, PDI, dan PPP.

 Militer memiliki peran dalam pemerintahan atau yang disebut dengan dwifungsi ABRI.

 Pemerintah mewajibkan pendidikan Penataan P4 (Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan


Pancasila) di seluruh lapisan masyarakat.

 Masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke wilayah kesatuan Republik Indonesia.

 Indonesia menggagas berdirian ASEAN dan beberapa kebijakan politik luar negeri, seperti:
Pengakuan terhadap negara Singapura, Memperbaiki hubungan dengan negara Malaysia, Masuk
Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

3. Kebijakan Sosial

 Pemerintah orde baru mengeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat pada masa itu, diantaranya:

 Pencanangan program Keluarga Berencana (KB)

 Program transmigrasi

 Gerakan wajib belajar

 Gerakan orang tua asuh

2. 3 PERALIHAN MASA ORDE LAMA KE ORDE BARU

“Supersemar” (Surat Perintah 11 Maret 1966) merupakan surat sakti yang naskah asli, sejarah, dan
keberadaannya masih simpang siur sampai sekarang. Terlepas dari keruwetan tersebut, ia merupakan
“titik awal” peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Suharto. Sejarah pergantian Orde Lama (Orla) ke
Orde Baru (Orba) berawal dari “surat itu,” surat yang naskah aslinya dinyatakan hilang.

Lahirnya surat itu memiliki keterkaitan erat dengan peristiwa mengerikan yang terjadi setahun
sebelumnya, Gerakan 30 September 1965 (G30S). Yakni, aksi rencana pembunuhan terhadap tujuh
petinggi Angkatan Darat yang dituduh hendak menggulingkan Sukarno.

6
Dari ketujuh jenderal itu, hanya satu yang selamat. Dia, A.H. Nasution, Menteri Koordinator bidang
Hankam dan sekaligus Kepala Staf Angkatan Bersenjata (John Rossa, Dalih Pembunuhan Massal,
2008).

Pasukan G30S yang masuk ke sebuah rumah yang berada di Jalan Teuku Umar, No 40 itu gagal
melakukan operasi. Nasution berhasil kabur. Dia sembunyi di halaman rumah tetangganya dan baru
berani keluar setelah matahari terbit dan pasukan sadis itu sudah kabur. Dia minta ajudannya supaya
diantar ke Departemen Pertahanan dan Keamanan. Lalu, menelepon Suharto untuk memberikan kabar
kalau dia selamat (A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 6, 1988).

Selama ini jarang dipertanyakan, kenapa hanya dia yang selamat? Apakah karena pasukan G30S yang
mengepung rumah itu kurang canggih? Atau karena dia ahli strategi gerilya? Atau karena takdir atau
alasan-alasan lain? Entah.

Yang jelas, sejak tragedi itu meletus, tentara Angkatan Darat (AD) merapatkan barisan dan menuduh
bahwa PKI adalah dalang sekaligus pelakunya. Konflik antara PKI dan TNI-AD yang tejadi sejak
lama semakin meruncing.

Tapi sikap Sukarno selaku presiden seolah-olah menganggap itu sebagai peristiwa biasa. Sehingga,
muncul berbagai aksi yang tergabung dalam kelompok-kelompok seperti KAMI/KAPI.

Tuntutan utamanya adalah apa yang kemudian dikenal sebagai Tritura, Tri Tuntutan Rakyat. Pertama
bubarkan PKI, kedua rombak kabinet Dwikora, dan ketiga turunkan harga. Tritura dicetuskan pertama
kali pada Senin, 10 Januari 1966 saat massa mahasiswa berkumpul di halaman Fakultas Kedokteran
UI (Todiruan Dydo, Pergolakan Politik Tentara Sebelum dan Sesudah G30S/PKI).

Suhu politik di Indonesia kian memanas. Puncaknya adalah ketika Bung Karno sedang menghadiri
sidang 100 kabinet 11 Maret 1966 di Istana Merdeka. Saat dia sedang memimpin sidang, di Monas ada
segerombolan 80 orang lengkap dengan laras panjang tanpa pengenal identitas. Mereka mengepung
istana.

Kedatangan mereka membuat Sukarno harus meninggalkan sidang dan pulang ke Istana Bogor. Tak
lama berada di sana, menyusul tiga orang tentara. Mereka adalah Amirmachmud (Pangdam V Jaya)
menemui Brigjen Basuki Rachmad (Menteri Veteran) dan Brigjen M Jusuf (Menteri Perindustrian).

Tujuan mereka menemui Bung Karno adalah untuk menyampaikan surat Suharto. Dalam surat itu
dinyatakan, Suharto meminta Sukarno supaya memberikannya perintah dalam menangani situasi
darurat yang sedang terjadi. Dia menyatakan tak bersedia bila tanpa ada surat perintah (Eros Djarot,
dkk, Misteri Supersemar, 2006).

Dibuat ‘lah surat perintah permintaan Suharto itu. Surat itu ‘lah yang kemudian dikenal dengan
“Supersemar”. Awalnya surat itu hanya berisi perintah pengendalian keamanan. Tapi dengan

7
kecerdikan Suharto, surat itu berubah menjadi “surat sakti”. Yang kemudian, dengan surat itu, Suharto
dapat menggulingkan posisi Sukarno secara pelan-pelan dan cantik.

Mengetahui langkah Suharto, Sukarno ingin melakukan pembelaan terhadap posisi dirinya sebagai
presiden. Tapi langkahnya kian hari justru semakin tumpul.

Suatu hari Sukarno pernah memberikan ceramah pada acara Amanat Proklamasi 17 Agustus 1966.
Karena mencium adanya menuver-manuver politik yang ingin menggulingkan posisinya, dia
menyampaikan ledekan di muka umum, “…Mereka, musuh, sekarang kecele sama sekali, dan
sekarang pun, pada hari Proklamasi sekarang ini, mereka kecele lagi. Lho, Sukarno masih Presiden,
masih Pemimpin Besar Revolusi, masih Mandataris MPRS, masih Perdana Menteri. Lho, Sukarno
masih berdiri lagi di mimbar ini...” (Manai Sophian, Kehormatan Bagi Yang Berhak: Bung Karno
Tidak Terlibat G30S/PKI, 1994).

Dua bulan sebelum Amanat Proklamasi diselenggarakan, Nasution—jenderal yang selamat dari
pembunuhan G30S itu—berhasil menjadi ketua MPRS atas dukungan kuat M. Jusuf, salah satu tentara
yang membawa naskah Supersemar. Sejak Nasution mengendalikan MPRS, kekuatan politik Bung
Karno terus melemah.

Akhirnya, 22 Februari 1967, pemerintahan mulai diserahkan kepada Suharto lalu dituntaskan dengan
sidang istimewa pada 7 s/d 12 Maret berikutnya. MPRS mencabut mandat Bung Karno dan
mengangkat Suharto sebagai Pejabat Presiden (Manai Sophian, 1994 dan Harian Kompas, 11 Maret
2006).

Di tangan Nasution pula melalui MPRS yang dikendalikannya, Supersemar menjadi tak bisa dicabut
kembali oleh Bung Karno. Bukan hanya itu, pada Sidang Umum IV MPRS 25 Juli 1966 dia resmi
membubarkan kabinet Dwikora yang 15 menterinya sudah ditangkap sebelumnya (Manai Sophian,
1994).

Nasution memang dikenal dekat dengan Suharto. “… Saya membenarkan tindakan Jenderal Suharto
untuk membubarkan PKI pada 12 Maret 1966 itu,” tulis Nasution dalam buku “Saksi dan Pelaku
Gestapu, 2005”. Padahal, Suharto membubarkan PKI menggunakan “Supersemar”. Yang mana, ketika
mengetahuinya, Bung Karno selaku orang yang bertanda tangan di dalam surat itu sangat marah.

Sebab, Bung Karno tak ingin PKI bubar. “…PKI merupakan tombak dari kekuatan-kekuatan
revolusioner. Kita membutuhkannya untuk melaksanakan keadilan sosial dan kemakmuran
masyarakat,” kata Sukarno yang terekam dalam buku Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia
(1978) karya Alfian.

Sampai di sini dapat dipahami bahwa keterlibatan Nasution dalam peralihan kekuasaan dari Orla ke
Orba sangat penting. Menariknya dia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pengesahan
“Supersemar” sebagai “surat peralihan kekuasaan” dari yang sekadar “surat perintah pengendalian
keamaan.” Yang mana surat itu tak mungkin lahir bila peristiwa G30S tak pernah terjadi. Dan,

8
Nasution adalah satu-satunya korban yang hidup serta kemudian terlibat dalam perjalanan sejarah
berikutnya, hingga mengantarkan Indonesia ke Orba.

2. 4 REVOLUSI HIJAU & INDUSTRIALISASI

Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah perubahan yang menyangkut masalah pembaruan teknologi dan peningkatan
produksi pertanian secara kualitatif dan kuantitatif. Secara singkat, revolusi hijau juga dapat diartikan
sebagai perubahan cara bertani dari cara tradisional ke modern.
Revolusi hijau didasari oleh adanya kekhawatiran dunia terhadap tidak seimbangnya pertumbuhan
penduduk dan jumlah pangan. Program revolusi hijau bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan
dengan cara memperbaiki pengolahan tanah, sistem pengairan, penggunaan pupuk, perlindungan dari
serangan hama, dan pengenalan varietas unggul.

Latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut :

1. Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II.

2. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.

3. Adanya lahan tidur atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya atau orang lain

4. Upaya peningkatan produksi pangan.

5. Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi

Di Indonesia, Revolusi Hijau dilakukan dengan metode berikut:


1. Ekstensifikasi Pertanian yaitu melakukan perluasan areal pertanian
2. Intensifikasi Pertanian yaitu penggunaan bibit unggul, pupuk kimia, perbaikan saluran irigasi, obat,
dan pestisida.
3. Diversifikasi Pertanian yaitu melakukan penganekaragaman pertanian.
4. Mekanisasi Pertanian yaitu penggunaan alat-alat modern.
Dampak baik revolusi hijau:
- Meningkatkan pendapatan petani.
- Munculnya varietas unggul yang berumur pendek.
- Merangsang kesadaran petani akan pentingnya teknologi.

Dampak negatif revolusi hijau:


- Tingginya biaya produksi karena ketergantungan akan pupuk dan pestisida.

9
- Penggunaan pupuk dan bahan kimia yang berlebihan akan menyebabkan produksi lahan menjadi
menurun.
- Berkurangnya kesempatan kerja di pedesaan karena alat-alat modern.
- Penggunaan teknologi yang hanya dapat dirasakan oleh petani kaya.

Industrialisasi
Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang
bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan industri.
e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang,
maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.

Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulai tertarik akan perkembangan industrialisasi di Indonesia.
Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indonesia, upaya yang dilakukan
pemerintah diantaranya yaitu :
a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus
komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b. Mengembangkan industri pertanian
c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan
pesat.
d. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh
PT.PAL Indonesia.
e. Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT.
Dirgantara Indonesia.
a. Industri Pertanian

Industri pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan bantuan
teknologi Industri.

b. Industri Nonpertanian

Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi industri
maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan energi, industri semen,
besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Dan semua itu didirikan untuk meningkatkan produksinya.

c. Industri Pertambangan dan Energi

10
Industri ini diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri dan
meningkatkan ekspor. Contohnya adalah Industri tambang batu bara di Sawahlunto, Industri tambang
emas di Irian Jaya, Industri tambang minyak bumi di Balikpapan Palembang, dsb.

d. Industri Elektronika

Perkembangan Elektronika di Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan elektronika


Maspion, Polytron, LG, Panasonic.

e. Industri Pariwisata

Indonesia (pulau bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata Internasional. Wilayah
Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata yaitu
mendatangkan devisa Negara, memperluas lapangan kerja, memacu pembangunan daerah,
meningkatkan rasa cinta tanah air, dan mengembangkan kerajinan rakyat,dsb.

Menurut UU No. 5 tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional membagi industri menjadi 4
kelompok yaitu:

1. Industri mesin dan logam dasar (industri hulu)

2. Industri kimia dasar (industri hulu)

3. Kelompok aneka Industri (industri hilir)

4. Industri kecil termasuk industri rumah tangga.

Perkembangan Industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup menggembirakan
dan ini termasuk dampak positif dari industrialisasi itu sendiri. Dan hasil-hasil tersebut sudah dapat
dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia saat itu, dan keuntungan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Swasembada Beras

2. Kesejahteraan Penduduk

3. Perubahan Struktur Ekonomi

4. Perubahan Struktur Lapangan Kerja

2.5 DAMPAK PEMBANGUNAN

Hasil hasil pembangunan pada masa orba:


 Pembangunan gedung DPR
 Pembangunan Tol Cipularang
 Pembangunan Bandara Soekarno Hatta
 Perubahan Struktur Ekonomi
 Swasembada Beras

11
 Perubahan Struktur Lapangan Kerja
 Perkembangan Investasi
 Perkembangan Ekspor
 Laju Pertumbuhan Ekonomi

2.6 KEKURANGAN ORDE BARU

Kekurangan (Kelemahan) Orde Baru


 Maraknya kasus korupsi, kolusi, dan juga tindakan nepotisme hampir di semua kalangan
masyarakat

 Pembangunan yang berjalan tidak merata, terluhat perbedaan drastis pembangunan wilayah pusat
dan daerah.
 Banyak kekayaan yang di pakai untuk pemerintah kota.
 Keenjangan pembangunan yang kian nampak.
 Beberapa pelanggaran HAM karena solusi dari berbagai pemecahan masalah banyak di gunakan
berupa perang kekuasaan yang menyalahi tujuan instrumen HAM dan perbandingan penegakan
HAM di Indonesia.
 Kebebasan pers yang terbatas dilihat dari maraknya koran yang harus terpaksa tidak bisa lagi
diterbitkan.
 Kebebasan untuk berpendapat masih jauh diatas kesuksesan.
 Kesenjangan sosial dengan nampaknya mana si kaya dan mana si miskin yang kian mencolok.

12
ANALISIS MASA ORDE BARU

Kelebihan Pemerintahan Orde Baru

1.Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah
mencapai lebih dari AS$1.000

2.Sukses transmigrasi

Tujuan transmigrasi pada era orde baru tertuang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Replita) ke 2 antara tahun 1974-1979, konsep transmigrasi di integrasikan kedalam
Pembangunan Nasional yang meliputi ketahanan nasional di bidang ekonomi, sosial maupun
budaya serta meningkatkan produksi pangan dan komoditi ekspor.

Tujuan ekonomi dari transmigrasi di masa orde baru adalah meningkatkan produksi pangan
dan komoditas ekspor. Menilik periode 1973 hingga 1980-an dimana terjadi fenomena
meningkatnya petani di Jawa yang tidak memiliki lahan pertanian maka akan sulit untuk
meningkatkan produksi pangan dan komoditas ekspor. Pada periode tersebut petani di Jawa
yang tidak memiliki lahan bertambah dari 3,2 % menjadi 14,9% sedangkan petani yang
mempunyai lahan kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 45,7% menjadi 63%. Transmigrasi
dianggap sebagai solusi untuk memperdayakan petani-petani jawa yang tidak memiliki lahan
pertanian atau memiliki lahan pertanian di bawah 0,5 hektar. Transmigrasi juga dianggap
sebagai ujung tombak untuki mencapai swasembada pangan khususnya memproduksi beras.
Pembukaan wilayah transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi bahkan Papua.

Tujuan politis dari transmigrasi di masa orde baru adalah meningkatkan ketahanan dibidang
sosial maupun budaya.

3.Sukses KB

4.Sukses memerangi buta huruf

5.Sukses swasembada pangan

Pada tahun 1984, Indonesia mencapai swasembada beras dengan produksi beras mencapai
25,8 ton. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia) pada tahun 1985 (Proceedings of the FAO rice conference 2004, 2005).

6.Pengangguran minimum

7.Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

a. Pelita I
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1969 hingga 31 maret 1974 yang menjadi landasan awal
pembangunan Orde Baru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus

13
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran dalam bidang
pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani.

b. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah
menyediakan pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat dan
memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil menumbuhkan ekonomi rata-
rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mancapai 60% dan
pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keemmpat Pelita II,
inflasi turun menjadi 9,5%.

c. Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih
berdasarkan pada trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan
yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu sebagai berikut.

 Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan


perumahan.
 Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
 Pemerataan pembagian pendapat.
 Pemerataan kesempatan kerja.
 Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi
muda dan kaum perempuan.
 Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
 Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan.

d. Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Pemerintahan akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga
kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.

e. Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor
pertanian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan
ekonomi rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang
mengembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

14
f. Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada
pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor
ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini, terjadi krisis
moneter yang melanda negara-negara Asia tenggara, termasuk Indonesia. Karena krisis moneter
dan peristiwa politik dalam negeri yang menggangu perekonomian menyebabkan rezim Orde
Baru runtuh.

8.Sukses Gerakan Wajib Belajar

9.Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

10.Sukses keamanan dalam negeri

11.Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia

12.Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1.Semaraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme

2.Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat
dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat

3.Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di


Aceh dan Papua

4.Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

5.Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin)

6.Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

7.Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel

8.Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program “Penembakan
Misterius” (petrus)

9.Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)

15
16
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demokrasi Pancasila pada orde baru (1966 - 1998) berkeinginan melaksanakan


Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen. orde baru merencanakan dan
melakukan program pembangunan ekonomi di segala bidang untuk memperbaiki
keadaan bangsa indonesia. hingga pada akhir tahun 1980 dan 1990 pembangunan
ekonomi berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima. Akibatnya, kesenjangan
ekonomi terjadi antara pusat dan daerah serta KKN semakin merajalela di tubuh
pemerintahan.

Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh
terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam negara dan
masyarakat. Pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi dalam
militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Pada Pemilu 1971, golkar secara
mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh suara dalam pemilu.Itulah
beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru, tentang bagaimana
kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian pada orde baru
akhirnya tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas desakan para
mahasiswa di depan gendung DPR yang akhrinya pada saat itu titik tolak era
reformasi lahir. Setelah reformasi itu, bisa dikatakan menjadi titik balik demokrasi di
Indonesia.

3.2 SARAN

Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien
dalam melanggengkan kekuasaan. Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi,
namun hanya di beberapa daerah. Sebenarnya penguatan birokrasi bisa saja dilakukan
dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk
merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Namun
sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk
memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.
Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing
dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya, harga diri bangsa

17
Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset negara. Dalam proses pembangunan
bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.

18

Anda mungkin juga menyukai