Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Kelompok 11

Anggota :
Annisa Rahmawati P17324219041
Debora aurel orthelya P17324219010
Fanny rahayu P17324219014
Qoriah aprillia P17324219057
Salma Nabilah Bilqis P17324219061

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Haluan Pembangunan Nasional
Indonesia Pada Masa Orde Baru”.Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Andriadi
Achmad, SS,MIP yang telah membimbing dan memberikan tugas ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, Saran dan kritik
dari pembaca sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.

Bogor, 20 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................................................1

B. Rumusan masalah ....................................................................................1

C. Tujuan masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Masa Orde Baru .....................................................3

B. Pelaksannan Pembangunan Nasional .....................................................3

1) Pemenyalakan Sebuah I ..............................................................................5

2) Pelita 2 ........................................................................................................5

3) Pelita 3 ........................................................................................................6

4) Pelita 4 ........................................................................................................7

5) Pelita 5 ........................................................................................................8

6) Pelita 6 ........................................................................................................8

C. Penyimpangan Pada Masa Orde Baru .....................................................8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................10

Saran ...................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perencanaan pembangunan dimaksudkan sebagai suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia. Perencanaan pembangunan juga meliputi proses pengambilan keputusan dari
sejumlah pilihan untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Oleh karenanya, perencanaan
pembangunan merupakan segala bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan
bagaimana tujuan akan dicapai dan bagaimana sumber daya akan dialokasikan. Penjadwalan dari
proses pencapaian tujuan, hingga segalaa hal yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Usaha perencanaan pembangunan di Indonesia di mulai pada masa orde lama tepatnya
pada tahun 1947 melalui Maklumat Pemerintah mengenai Pembangunan Negara tanggal 18
Agustus 1945. Usaha perencanaan pembangunan tersebut ditandai dengan dibentuknya Panitia
Pemikir Siasat Ekonomi pada april 1947 yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta. Panitia ini
berhasil membuat dokumen rencana yang bertajuk “Dasar Pokok dari pada plan Mengatur
Ekonomi Indonesia”. Dokumen inilah yang merupakan awal sejarah perencanaan pembangunan
yang ada di Indonesia. Walaupun demikian, akibat keadaan politik yang belum stabil, dokumen
tersebut tidak dapat dijalankan hingga harus dibuat dokumen perencanaan yang lain seperti
dokumen “ Plan Produksi Tiga Tahun Republik Indonesia” dengan janga waktu tahun 1948-1950.
Perencanaan ini pun gagal karena Indonesia beralih menjadi Negara federal.
Perencanaan pembangunan di Indonesia memulai tahapan baru dengan dibentuknya
Rencana Pembangunan Lima Tahun(RPLT) 1956-1960. Namun dokumen ini juga gagal
dilaksanakan karena adanya gejolak keadaan politik yaitu dengan dikeluarkan nya dekrit presiden
5 Juli 1959 yang mengembalikan Konstitusi Negara kepada Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai
tindak lanjut dari dekrit presiden ini adalah dibentuknya Dewan Perencana Nasional (Depernas)
yang bertugas menyusun perencanaan pembangunan nasional. Depernas menghasilkan dokumen
perencanaan yang disebut Rencana Pembangunan Semesta Berencana dengan jangka waktu
1961-1969. Melalui penetapan Presiden Nomor 12 tahun 1963, Depernas akhirnya berubah
menjadi Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) hingga kini. Lahirnya bappenas
merupakan tonggak sejarah munculnya institusi perencanaan di Indonesia.
Perencanaan pembangunan pada masa orde baru mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Bappenas ditugasi untuk membuat perencanaan pemulihan ekonomi yang tertuang dalam
dokumen perencanaan yang disebut dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Repelita pertama yang dimulai pada tahun 1969 hingga tahun 1973 dimuat dalam dokumen
perencanaan yang dikenal dengan nama Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN). Era repelita
ini berlangsung hingga repelita VI yang berakhir pada tahun 1998 akibat adanya cobaan dalam
bentuk krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk membuat makalah tentang pembangunan
di Indonesia pada masa orde baru dengan judul “Pembangunan di Indonesia pada Masa Orde
Baru”.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya masa orde baru di Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan pembangunan di Indonesia pada masa orde baru?
3. Apa saja penyimpangan-penyimpangan pada masa orde baru?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya masa orde baru di Indonesia
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan di Indonesia pada masa prde baru
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan pada masa orde baru

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Mulainya Masa Orde Baru

Orde Baru adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk menamai suatutatanan pemerintahan
negara (rezim politik) Republik Indonesia yang berkuasa sejak tahun 1966 hingga Mei 1998. Istilah ini
muncul untuk membedakan dengan rezim politik sebelumnya. Dengan dipakai dan disepakatinya
penggunaan istilah ini maka secara otomatis rezim sebelumnya dinamai “Orde Lama.” Terdapat
perbedaan yang sangat prinsipil dan fundamental di samping terdapat kesamaan pada kedua orde ini.
Perbedaannya yang paling mencolok adalah visi politik dan strategi pencapaiannya dalam
memegang tampuk kekuasaan negara.Faktor penyebab yang utama adalah tantangan situasi sosial politik
dan tekad kepemimpinan yang berbeda.

Menurut catatan sejarah, tonggak awal lahirnya Orde Baru adalah saat diserahkannya Surat
Perintah Maret 1996 (Supersemar) yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor kepada
Letjen. Soeharto ,Menteri/Panglima Angkatan Darat, yang kemudian menjadi Presiden RI.Alasannya
adalah karena ia adalah kunci legitimasi yang sangat menentukan. Sekalipun Soeharto belum menjabat
sebagai presiden, namun dengan keluarnya surat perintah tersebut yang menyatakan bahwa Soeharto
memiliki kekuasaan untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu merupakan pesan implisit
bahwa kekuasaan Negara dilimpahkan kepada Soeharto. Oleh sebab itu, Supersemar menjadi titik tolak
dimulainya Orde Baru di mana Soeharto naik menjadi pejabat presiden yang kedua.Ia diangkat menjadi
pejabat presiden pada Sidang Istimewa MPRS tahun 1967 dengan TAP MPRS No.XXXIII/MPRS/1967,
namun resmi menjadi presiden RI secara definitif pada tanggal 26 Maret 1968 pada Sidang Umum IV
MPRS dengan TAP MPRS No.XLIV/MPRS/1968 tentang pengangkatan pengemban TAP MPRS
No.IX/MPRS/1966 menjadi presiden untuk 5 tahun yang akan datang.

Setelah posisi Supersemar kuat, baik secar apolitik maupun hukum, MPRS dalam sidang
istimewanya pada tahun 1967 mencabut mandat kepresidenan Soekarno karena dianggap tidak mampu
mempertanggung jawabkan “TragediNasional” pemberontakan G30S/PKI melalui
TAP MPRS No.XXXII/MPRS/1967.Ketetapan ini sekaligus mengangkat Jenderal Soeharto sebagai
pejabat presiden. Setahun kemudian melalui TAP MPRS No.XLIV/MPRS/1968 Jenderal Soeharto
ditetapkan sebagai presiden definitif, Presiden RI kedua setelah Presiden Soekarno.

B. Pelaksanaan Pembangunan Nasional

Pada tanggal 12 Maret 1967, Soeharto diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia oleh
parlemen sementara (MPRS). MPRS merupakan pengganti Dewan Konstituante yang telah bubar.
Anggota-anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden yang terdiri dari anggota-anggota DPR
ditambah dengan utusan-utusan daerah dan golongan. MPRS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden
No. 2 Tahun 1959 dan juga pemenuhan dari dekrit presiden 5 Juli1959. Anggota MPRS harus memenuhi
syarat, antara lain: setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju dengan
Manifesto Politik. Keanggotaan MPRS menurut Penpres No. 2 Tahun 1959 terdiri atas : 261 orang

6
anggota DPR ; 94 orang utusan daerah dan 200 orang golongan karya. Sedangkan tugas MPRS adalah
menetapkan GBHN.

Selanjutnya, pada 22 Februari 1967 bertempat di Gedung Merdeka Jakarta dilakukan penyerahan
kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto yang menandai berakhirnya masa kekuasaan
pemerintah Orde Lama. Berakhirnya kekuasaan Orde Lama di bawah Presiden Soekarno menandai
dimulainya masa kekuasaan pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Waktu itu peran
pemerintah terhadap kehidupan masyarakat demikian kuat. Menguatnya peran dan dominasi pemerintah
Orde Baru di bawah Presiden Soeharto tampak jelas dari kegiatan-kegiatan kenegaraan.

Pada 27 Maret 1968, MPRS dalam sidangnya mengangkat Jenderal Soeharto (pengemban
Supersemar) menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Presiden Soekarno. Sejak saat itu,
Jenderal Soeharto secara resmi
memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua. Tiga bulan setelah dilantik, pada 6
Juni 1968 Presiden Soeharto mengumumkan pembentukan Kabinet Pembangunan dan membubarkan
Kabinet Ampera. Presiden Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia politik Indonesia dengan mengubah
kebijakan luar dan dalam negeri Indonesia secara drastis. Orde Baru memilih perbaikan dan
perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur
administratif yang didominasi militer, namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan
MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer. Hal
ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar olehpusat. Pembagian pendapatan
asli daerah juga kurang adil karena 70% dari pendapatan asli daerah tiap provinsi tiap tahunnya harus
disetor kepada pusat sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.

Adapun tugas pokok Kabinet Pembangunan sebagaimana tercantum dalam Tap MPRS No.
X1I/MPRS/I968 adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak keberhasilanpelaksanaan


Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan PemilihanUmum (Pemilu).
2. Menyusun dan melaksanakan Repelita pertama.
3. Melaksanakan pemilihan umum selambat-lambatnya pada 5 Juli 1971.
4. Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis habissisa-sisa Gerakan 30
September dan setiap rongrongan, penyelewengan, sertapengkhianatan terhadap Pancasila dan
UUD 1945.
5. Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan menyeluruh aparatur negara,baik di tingkat pusat
maupun daerah.

Tugas pokok Kabinet Pembangunan kemudian dikenal dengan nama Pancakrida Kabinet Pembangunan
I.Pelantikan menteri-menteri Kabinet Pembangunan Pertama dilaksanakan pada 19 Juni 1968 di Istana
Negara Jakarta.Dalam Kabinet Pembangunan Pertama tersebut duduk 5 menteri negara dan 18 menteri
yang memimpin departemen.

Pada November 1968, Presiden Soeharto memimpin langsung rapat ParipurnaKabinet Pembangunan
Pertama.Pemerintah mempunyai rencana pembangunan yang dikelompokkan berdasarkan jangka waktu
seperti berikut:

1. Rencana untuk pembangunan jangka panjang dengan periode 25 tahun (PJP).

7
2. Rencana pembangunan jangka menengah dengan periode 5 tahun (Repelita).
3. Rencana jangka pendek tahunan yang tertuang dalam RAPBN.Jangka Panjang Per tama (PPJ P
tahap SAYA) yang akan dimulai 1 April 1969sampai 31 Maret 199
4. Sementara PJP tahap II direncanakanmu lai dari 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 2019. Di
bawah ini merupakan tujuan Pelita pada PJP Hore SAYA.

a) 1.Dilaporkan a I (1969-1974) bertujuan saya menuhi kebutuhan dasar dan inf rastruktur
dengan istirahat pada bidang pertanian.
b) 2.Dilaporkan a II (1974-1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain
Jawa, Bali, dan Madura, di lanjut melalui transmigrasi.
c) 3.Dilaporkan aIII (1979-1984) menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan
ekspor.
d) 4.Dilaporkan a IV (1984-1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja b aru dan industri.
e) 5.Dilaporkan a V (1989-1994) saya nekankan bidang transportasi,komunikas saya,di sebuah
pendidikan.

Dengan saya meningkatkan bidang industri dan pertanian secara bertahap seperti tersebut di atas, akan
terpenuhilah kebutuhan pokok rakyat dan akan struktur tercapailah ekonomi yang seimbang, adalah
struktur ekonomi dengan titik kekuatan berat Industri yang didukung oleh bidang pertania n yang kuat
,setelah dilampaui Pembangunan lima Tahun yang Kelima atau yang Keenam yang akan menjadi
landasan bidang ekonomi untuk mencapai tujuan nasional, adalah masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

Berikut ini adalah pembangunan nasional yang disusun dalam Program Pembangunan Jangka Panjang
Pertama (PPJP SAYA).

1. Pemenyalakan sebuah I

Pada 1 April 1969 dimulailah pelaksanaan Pelita saya (1969-1974). Pada Pelita 1ini,Orde Baru
selesai fase sungguh Rehabilitasi jadi dapat menciptakan keadaan stabil.selama beberapa tahun sebelum
orde baru keadaan ekonomi meningkat kemerosotan . pada 1955- 1960 laju inflasi rata-rata 25%
pertahun, dalam periode 1960-1966 harga-harga meningkat dengan laju rata-rata 26% pertahun , pada
1966 laju inflasi mencapai puncaknya , yaitu 650% jarak . kemerosotan ekonomi tersebut terjadi
disebuah bidang karena kepentingan ekonomi dikorbankan demi kepentingan politik

Pada masa orde baru kemerosotan ekonomi bias dikendalikan . pada 1976 laju inflamasi dapat ditekan
menjadi 120% atau seperlima dari tahun sebelumnya . Pada 1968 bisa ditekan menjadi 85% ,
berdasarkan hasil-hasil yang telah tercapai , kemudian dimulailah pelaksanaan peneliti SAYA 1969 .
begitu titik balita adalah pada sector pertanian dan industry yang memperbaiki ukung sector pertanian

Begitu sasaran pelita SAYA,yaitu meningkatkan makanan,sandang,perbaikan prasarana,perumahan


rakyat,melampaui lapangan kerja,dan kesejahteraan rohani.pelaksana repelita SAYA termasuk
pembiayaannya selalu membahas oleh DPR dengan membuat undang undang sesuai ketentuan UUD
1945

2. Pelita II

8
Pelita saya berakhir pada 31 maret 1974,yang telah meletakkan dasar dasar yang kuat bagi
pelaksanaan pelita II MPR hasil pemilu 1971 secara aklamasi memilih dan mengangkat kembali jendral
soeharto sebagai presiden RI. selain itu,MPR Hasil pemilihan 1971 berhasil pula menyusun GBHN
melaui Tap MPR RI No. IV/MPRS/1973.

Dalam GBHN 1973 berada rumusan Pelita II, yaitu:

a.Tersedianya Bahan Pangan Dan sangan yang cukup dan terjangkau oleh hari daya beli masyarakat

b.Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi pentingan masyarakat;

c. Perbaikan dan peningkatan prasarana;

d. Peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata; dan

e. Memperluas kesempatan kerja .

Untuk melaksanakan Pelita II, Presiden Soeharto kemudian membentuk Kabinet Pembangunan II.
Program kerja Kabinet Pembangunan II disebut Sapta Krida Kabinet Pembangunan II, yang meliputi:

a. Meningkatkan stabilitas politik;

b.Meningkatkan stabilitias keamanan;

c. Melanjutkan Pelita dan melaksanakan Pelita II;

d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

e. Melaksanakan Pemilihan Umum .

3. Pelita III

Pada 31 Maret 1979 III mulai dilaksanakan.Titik berat pembangunan III adalah pembangunan
sektor pertanian menuju swasembada pangan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran
pokok Pelita III diarahkan pada Trilogi Pembangunan dan delapan Jalur pemerataan.

a. Trilogi pembangunan mencakup:

1)Pemerataan pembangunan dan hasil hasiknya menju terwujudnya keadilan sosial bagi
seluruhan rakyat Indonesia;

2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

3) stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

b. Delapan jalur pemerataan mencakup :

1) Pemerataan pemenuhan kebituhan pokok, seperti sandang, pangan dan perumahan bagi rakyat
banyak

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan ;

9
3) pemerataan pembagian pendapatan

4) pemerataan memperoleh kesempatan kerja

5) pemerataan memperoleh kesempatan berusaha

6) pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita

7) pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh wilayah indonesia

8) pemerataan memperoleh keadilan

Untuk melaksanakan Pelita III, Presiden Shoeharto yang kembali terpilih menjadi presiden RI untuk
kedua kalinya oleh MPR hasil Pemilu membentuk Kabinet Pembangunan III. Kabinet ini dilantik secara
resmi pada 31 Maret 1978. Program kerja Kabinet Pembangunan III, disebut Sapui Krida Kabinet
Pembangunan III, yang meliputi :

a. Menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dengan memeratakan hasil
pembangunan

b. Melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

c. Memelihara stabilitas keamanan yang mantap

d. Menciptakan aparatur negara yang bersih dan berwibawa

e. Membina kesatuan dan persatuan bangsa yang kukuh dan dilandasi oleh penghayatan dan
pengamalan pancasila

f. Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, bebas, umum dan rahasia

g. Mengembangkan politik luar negeri yang bebas aktif untuk diabdikan kepada kepentingan
nasional

4. Pelita IV

Repelita III Berakhir pada 31 Maret 1989 yang melanjutkan dengan pelaksanaanPelita IV yang
dimulai l April 1989. Untuk ketiga waktu Jenderal Soehartoterpilih dan diangkat kembali oleh MPR hasil
Pemilu. Untuk dilaksanakan Pelita IV, Presiden Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan IV. Titik
berat Pelita IV adalah pembangunan sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju
swasembada makanan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin mesin sendiri,baik
untuk mesin-mesin industri ringan maupun industri berat.

Sasaran pokok Pelita IV yaitu sebagai berikut:

a. Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan


Pancasila).

10
b. Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu
pendidikan.

c. Bidang Keluarga Berencana( KB), penekanan pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang bisa
menimbulkan masalah nasional.

5. Pelita V

Pelita IV Berakhir pada 31 Maret 1994 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan Pelita V yang dimulai 1
April 1994 Pelita V ini merupakan Pelita terakhir dari keseluruhan Program Pembangunan Jangka
Panjang Pertama (PPJP I). Pelita V merupakanmasa tinggal Landas untuk memasuki Program
Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PPJP II), yang akan dimulai pada Pelita VI pada 1 April 1999.

Titik berat Pelita V adalah meningkatkan sektor pertanian untuk memantapkan swasembada
makanan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya juga sektor industri, khususnya industri yang
menghasilkan harang untuk ekspor , industri yang banyak tenaga kerja, industri pengolah hasil pertanian,
dan industri yang bisa menghasilkan mesin-mesin industri menuju terwujudnya struktur ekonomi yang
seimbang antara industri dengan pertanian, baik dari segi nilai tambah maupun dari segi tempat
penyerapan tenaga kerja .

6. Pelita VI

Pelita V Berakhir pada 31 Maret 1999 yang melanjutkan oleh pelaksanaan Pelita VI yang dimulai
pada 1 April 1999. Pada akhir Pelita V diharapkan akan mampu menciptakan landasan yang kukuh untuk
mengawali pelaksanaan Pelita VI dan memasuki proses tinggal Landas menuju pelaksanaan Program
Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PPJP II). Titik berat Pelita VI diarahkan pada pembangunan
sektor-sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta hidang pembangunan
lainnya dan Peningkatan kualitas sumber dayamanusia.

Namun pelaksanaan PPJP II tidak berjalan biasa oleh krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia.
Inflasi yang tinggi akibat krisis ekonomi menyebabkan terjadi nya gejolak sosial politik yang mengarah
pada penentangan terhadap kebijakan Pemerintah Orde Baru. Kenaikan tarif BBM pada 1997 merupakan
awal gerakan pengkoreksian massa rakyat dan mahasiswa terhadap pemerintah Orde Baru. Sejak saat itu
terjadilah gelombang demonstrasi, kerusuhan, penjarahan,dan pembakaran di ibu kota Jakarta yang
kemudian menyebar ke seluruh wilayah di tanah air.

Jika dilihat dari uraian Pelita I sampai VI bisa disimpulkan bahwa setiap Repelita dalam
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I yang menjadi perhatian khusus adalah sektor pertanian.
Pembangunan nasional Indonesia dari Repelita ke Repelita berikutnya terus mengalami Peningkatan
keberhasilan pembangunan. Hal ini bisa dilihat dari fakta empiris, bahwa pendapatan perkapita bangsa
Indonesia Terus meningkat(pada tahun1 997 pendapatan per kapita Indonesia sebesar U$ 1,110 atau
sekitar empat kali lipat pendapatan perkapita pada tahun 1967)dan masyarakat miskin terus mengalami
penurunan hingga tahun 1996 (pada tahun 1965 angka kemiskinan Indonesia sebesar 60 % jumlah
penduduk pada tahun 1965. Hingga tahun 1965 angka kemiskinam turun sebesar 16%) Karena
keberhasilannya daalam bidang pembangunan dan perekonomian tersebut, pada tahun 1993 Indonesia di
golongkn sebagai salah satu “ ekonomi yang berkinerja tinggi “ ( high- performing Asian economies,

11
HPAEs ) oleh Bank Dunia dalam bukunya yang terkenal yaitu The East Asian Miracle ( keajaiban asia
timur ). Bank Dunia menyebut Indonesia sebagai “negara industri baru” ( nerly industralised countries ).

C. Penyimpangan-penyimpangan pada Masa Orde Baru

Orde Baru yang pada awalnya bertujuan untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen, ternyata banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan seperti berikut:

1. Pembantaian Rakyat
Pembantaian yang terjadi misalnya pembunuhan oknum PKI, peristiwa Tanjung Priok,
Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh, dan kasus Trisakti.

2. Penggusuran
Motif penggusuran adalah pengambil alihan hak tanah rakyat, antara lain menjadi pabrik,
pangkalan miiter, dan waduk. Contoh dari penggusuran Orde Baru adalah peristiwa Kedung
Ombo dan penggusuran di Pulau Bintan.

3. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme


Pada Orde Baru, kebijakan ekonomi yang dijalankan lebih banyak memberi fasilitas
kepada kelompok-kelompok tertentu. Khususnya kelompok yang dapat memberian timbal baik
yang besar dan kelompok yang berafiliasi dengan kekuasaan. Contoh praktek korpsi yang terjadi
adalah Yayasan DAKAB dan Supersemar, penyeundupan minyak di pertanian, Freeport di Papua.

4. Kasus-kasus lain
Selain beberapa kualisasi kasus tersebut diatas masih banyak terjadi kasus lainnya, yaitu
antara lain pemberedelan media masa (Tempo, Detik, Editor, dll), penculikan aktivis mahasiswa
dan aktivis buruh. Selama masa pemerintahan soeharto, terjadi pegekploitasian sumber daya alam
secara besar-besaran yang menghasilkan ertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di
Indonesia. Selain kasus korupsi, kolusi, monopoli dan penggusuran, kebijakan yang sifatnya
rasial adalah larangan berekspresi bagi warga Tionghoa. Sejak tahun 1967 warga keturunan
dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukanya berada dibawah warga
pribumi, yang secara tidak langsung menghapus hak-hak azasi mereka. Kesenian barongsai,
perayaan hari raya imlek dan pemakaian bahasa Mandarin dianjurkan tidak di tonjolkan secara
terbuka. Satu-satunya surat kabar berbahasa mandarin yang di izinkan terbit adalah harian
Indonesia yang sebagian artikelnya di tulis dalam bahasa Indonesia. Di izinkannya harian tersebut
terbit karena harian ini dikelola oleh ABRI. Kebijakan yang paling menyulitkan warga Tionghoa
adalah agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agam Konghucu kehilangan pengakuan
pemerintah. Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketia itu
kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh
komunisme di tanah air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebnyakan dari mereka berprofesi
sebagai pedagang yang bertolak belakang dengan ajaran komunisme. Orang Tionghoa dijaukan
dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena
khawatir akan keselamatannya dirinya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembangunan di Indonesia sekalipun telah dimulai pada masa Soekarno atau
pada masa Orde Lama, namun perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembangunan di
Indonesia sangat besar jasanya pada masa Soeharto atau pada masa Orde Baru .
Perencanaan pembangunan yang tersusun rapi dan diatur dalam GBHN menjadikan
pembangunan pada masa Orde Baru sebagai prioritas utama di Indonesia. Pembangunan
menjadi fokus pemerintah bersama masyarakat indonesia sehingga dampaknya dapat dirasakan
bersama. Perkembangan-perkembangan setiap tahunnya membuat pemerintah berhasil
melaksanakan pembangunan di Indonesia.
Keseriusan pemerintah dalam pembagunan nasional dituangkan presiden Soeharto ke
dalam rencana pembangunan nasional yang dibagi ke dalam beberapa jangka waktu. PJP
terwujud dalam pembangunan Jangka Menengah 5 tahun yang dimulai dari tahun 1969 hingga
1994.
Kehebatan dan keberhasilan pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru dalam
berbagai bidang khususnya pembangunan di Indonesia tidak serta merta terhindar dari
penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan seperti penggusuran, penangkapan, dan
sebagainya membuktikan bahwa Soeharto melakukan beberapa praktek penyimpangan
kekuasaan.

B. Saran
Segala hal akan mempunyai nilai positif atau negatifnya. Begitu juga dengan
pelaksanaan pembangunan nasional yang terencana yang dilakukan oleh Soeharto. Seperti nilai
negatif maupun positif selalu ada sekalipun nilai positifya sedikit sekali. Sehingga alangkah
lebih baiknya jika penilaian kita terhada usaha-usaha Soeharto dalam melaksanakannya
pembangungan di Indonesia cukup di apresiasi.

13
14

Anda mungkin juga menyukai