Anda di halaman 1dari 19

PERTAHANAN NASIONAL DI ERA GLOBALISASI

(ORDE BARU-ORDE LAMA)

DISUSUN OLEH :

DWI PUSPITA WULANDARI NIM PO.62.31.3.16.228


ELISYA ANGGRAINI NIM PO.62.31.3.16.230
ERNI SUSANTI NIM PO.62.31.3.16.231
FIKA ANGGREINI NIM PO.62.31.3.16.232
FITRIA AGUSTINA NIM PO.62.31.3.16.234
FITRIA INDRIANI NIM PO.62.31.3.16.235

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, taufik dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah Kewarganegaraan “Ketahanan Nasional di Era Globalisasi” ini tanpa suatu
halangan apapun. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Mahsun Abadi selaku dosen pengampu dan bapak Sugiyanto, S.Gz, M.Pd selaku
Ketua Prodi D-IV Gizi serta mahasiswa D-IV di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya yang telah membantu saya dalam proses pembuatan makalah ini
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baikanya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, semoga Allah SWT
senantiasa memberi petunjuk terhadap segala upaya yang kami lakukan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Palangka Raya, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Orde Lama ................................................................................. 3
B. Orde Baru dan Reformasi .......................................................... 3
C. Globalisasi ................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cia berfungsi sebagai
penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan
dalam Pembukaan UUD 1945, dalam usaha mencapainya banyak mengalami
hambatan, tantangan, dan ancaman oleh karena itu perlu kekuatan untuk
mewujudkannya. Kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut dikenal dengan
istilah ketahanan nasional. Ketahanan Nasional perlu dibina terus menerus dan
dikembangkan agar kelangsungan hidup bangsa tersebut dapat dijamin. Dalam
sejarah perjuangan bangsa, Ketahanan bangsa Indonesia telah teruji, bangsa
Indonesia mampu mengusir penjajahan Jepang, Belanda, mengahadapi sparatis
RMS, PRRI, Permesta, DI TII, PKI, GAM, Papua Merdeka. NKRI tetap tegak
berdiri karena memiliki daya tahan dalam menghadapi Ancaman, Tantangan,
Hambatan, dan gangguan (ATHG). Bangsa Indonesia mengahadapi permasalahan
KKN, Krisis moneter, kemisikinan, pengangguran, konflik SARA, pelanggaran
HAM, SDM yang rendah, globalisasi, namun hanya dengan ketahanan bangsa
saja kelangsungan hidup bisa terjamin.
Kehidupan bangsa Indonesia di Era Globalisasi, di tandai oleh era
perdagangan bebas, dimana produk dari suatu negara dengan bebas dapat masuk
dan di perjualbelikan di negara lain. Kenyataan itu tentu menimbulkan tantangan
bagi semua negara untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kualitas produk
industrinya, bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan itu. Ditengah-
tengah usaha itu untuk memperbaiki perekonomian, bangsa Indonesia juga
ditantang untuk berjuang menempatkan bangsa Indonesia sederajat dengan
bangsa lain. Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia yang baik tentu
memiliki rasa bangga terhadap produk dalam negeri. Kita harus sadar dan bangga
bahwa produksi dalam negeri tidak kalah dengan produksi luar negeri.

1
Di era globalisasi ini persaingan begitu ketat dan tajam pada semua aspek
kehidupan. Dibidang ideologi, kehancuran komunisme di Eropa Timur
memungkinkan liberalisme – kapitalisme mendominasi dunia. Di bidang politik,
pengaruh negara-negara besar sulit di elakan.
Dibidang ekonomi, perdagangan bebas menyebabkan produksi lokal
terpental. Di bidang sosial budaya, pola hidup dan budaya hedonistic (maunya
enak, senang saja) mewarnai semua lapisan dan lingkungan masyarakat.
Sedangkan dibidang pertahanan dan keamanan penguasaan teknologi persenjataan
bukan lagi jaminan keamanan melainkan cenderung sebagai ancaman.
Dalam kondisi seperti itu, maka hanya orang, masyarakat bangsa dan
negara yang memiliki kualitas sajalah yang berpeluang memenangkan persaingan
tersebut dan kunci untuk mencapai itu adalah sumber daya manusia yang
berkualitas dan di dukung oleh teguhnya pendirian, loyal pada bangsa dan negara.
Terikat pada tekad, cinta pada tugas, dan semua itu dilakukan sebagai wujud cinta
pada tanah air.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan ketahanan nasional di era globalisasi pada


masa orde baru dan orde lama?

C. Tujuan
1. Menganalisis penyebab terjadinya globalisasi
2. Menjelaskan sistem pemerintahan masa reformasi
3. Menjelaskan Dampak Globalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Orde Lama
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara
tahun 1959 1967, pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS)
yang menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan
nasional:1.TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara2.TAP MPRS
No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana 1961-1969, 3. Ketetapan MPRS
No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis
Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.
Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan
pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam menciptakan
iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses
mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan oleh MPRS ini
diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian untuk mendorong
pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan kerugian pasca
penjajahan Belanda.
Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan
lahirnya “Panitia Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947
ini masih mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada
waktu itu (meskipun di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-
masalah nonekonomi khususnya masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan,
aset Hindia Belanda, prasarana dan lain lain yang berkaitan dengan
kesejahteraan sosial). Tanpa perencanaan semacam itu maka cita-cita utama
untuk “merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional” tidak akan
dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika tidak diperkuat oleh Undang-
Undang yang baku pada masa itu.73Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses
sistem perencanaan pembangunan mulai tersndat-sendat dengan kondisi politik

3
yang masih sangat labil telah menyebabkan tidak cukupnya perhatian diberikan
pada upaya pembangunan untuk memperbaiki kesejahtraan rakyat.
Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling
suram. Persediaan beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki
kemampuan untuk mengimpor beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
Harga barang membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang
sampai 650 persen ditahun 1966. keadaan politik tidak menentu dan terus
menerus bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia kembali
terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-S/PKI,
dan berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno.

B. Orde Baru dan Reformasi

Sistem Ketahanan Nasional Pada Masa Orde Baru dan Reformasi

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di


Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno. Dengan dilantiknya Jenderal Soeharto sebagai presiden
yang kedua (1967-1998).

1. Perkembangan Ketahanan Nasional

Dewasa ini istilah ketahanan nasional sudah dikenal diseluruh Indonesia.


Dapat dikatakan bahwa istilah itu telah menjadi milik nasional. Ketahanan
Nasional baru dikenal sejak permulaan tahun 60 an. Pada saat itu istilah itu belum
diberi definisi tertentu. Disamping itu belum pula disusun konsepsi yang lengkap
menyeluruh tentang ketahanan nasional. Istilah ketahanan nasional pada waktu itu
dipakai dalam rangka pembahasan masalah pembinaan ter itorial atau masalah
pertahanan keamanan pada umumnya.

4
Walaupun banyak instansi maupun perorangan pada waktu itu
menggunakan istilah ketahanan nasional, namun lembaga yang secara serius dan
terus-menerus mempelajari dan membahas masalah ketahanan nasional adalah
lembaga pertahanan nasional atau lemhanas. Sejak Lemhanas didirikan pada
tahun 1965, maka masalah ketahanan nasional selalu memperoleh perhatian yang
besar.Sejak mulai dengan membahas masalah ketahanan nasional sampai
sekarang, telah dihasilkan tiga konsepsi.Pengertian atau definisi pertama
Lemhanas, yang disebut dalam konsep 1968 adalah ketahanan nasional adalah
keuletan dan daya tahan kita dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan hidup Negara dan bangsa Indonesia.

Pengertian kedua dari Lemhanas yang disebut dalam ketahanan nasional


konsepsi tahun 1969 merupakan penyempurnaan dari konsepsi pertama yaitu :

a. Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang
mengandung kemampuan untuk memperkembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun yang
datang dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan hidup Negara Indonesia.
b. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, didalam menghadapi didalam menghadapi dan mengisi segala
tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan
mengejar perjuangan nasional.

Apabila kita bandingkan dengan yang terdahulu, maka akan tampak


perbedaan antara lain seperti berikut :

5
a. Perumusan 1972 bersifat universal, dalam arti bahwa rumusan tersebut dapat
diterapkan di negara-negara lain, terutama di Negara-negara yang sedang
berkembang.
b. Tidak lagi diusahakan adanya suatu definisi, sebagai gantinya dirumuskan apa
yang dimaksud kan dengan istilah ketahanan nasional.
c. Jika dahulu ketahanan nasional di identikkan dengan keuletan dan daya tahan,
maka ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamis yang berisikan
keuletan dan ketangguhan, yang berarti bahwa kondisi itu dapat berubah.
d. Secara lengkap dicantumkan tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan.
e. Kelangsungan hidup lebih diperinci menjadi integritas, identitas, dan
kelangsungan hidup.

Dalam pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia Jendral Suharto di


depan sidang DPR tanggal 16 Agustus 1975, dikatakan bahwa ketahanan nasional
adalah tingkat keadaan dan keuletan dan ketangguhan bahwa Indonesia dalam
menghimpun dan mengarahkan kesungguhan kemampuan nasional yang ada
sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu dan sanggup menghadapi
setiap ancaman dan tantangan terhadap keutuhan maupun kepribadian bangsa dan
mempertahankan kehidupan dan kelangsungan cita-citanya. Karena keadaan
selalu berkembang serta bahaya dan tantangan selalu berubah, maka ketahanan
nasional itu juga harus dikembangkan dan dibina agar memadai dengan
perkembangan keadaan. Karena itu ketahanan nasional itu bersifat dinamis, bukan
statis. Ikhtiar untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kokoh ini bukanlah hl
baru bagi kita. Tetapi pembinaan dan peningkatannya sesuai dengan kebutuhan
kemampuan dan fasilitas yang tersedia pula. Pembinaan ketahanan nasional kita
dilakukan dipelgai bidang : ideology , poluitik, ekonomi , sosial budaya dan
hankam, baik secara serempak maupun menurut prioritas kebutuhan kita.

6
2. Perwujudan Ketahanan Nasional Indonesia dalam Trigarta

Untuk memberi gambaran umum tentang Indonesia, marilah kita


membahasas dahulu dar segi aspek-aspek alamiah atau Trigatra dengan mulai
meninjau :

a. Aspek lokasi dan posisi Geografis Wilayah Indonesia

Jikalau kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia,
maka akan nampak jelas bahwa wilayah Negara tersebut merupakan suatu
kepulauan, yang menurut wujud kedalam, terdiri dari daerah air dengan ribuan
pulau-pulau didalamnya. Yang dalam bahasa asing bisa disebut sebagai suatu
archipelago kelvar, kepulauan itu merupakan suatu archipelago yang terletak
antara benua Asia disebelah utara dan benua Australia disebelah selatan serta
samudra Indonesia disebelah barat dan samudra pasifik disebelah timur.
Berhubungan letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu,
maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan geografis ditengah
tengah jalan lalu lintas silang dunia. Karena kedudukannya yang strategis itu,
dipandang dari tiga segi kesejahteraan dibidang politik, ekonomi dan sosial
budaya Indonesia telah banyak mengalami pertemuan dengan pengaruh pihak
asing (akulturasi).

Menurut catatan Indonesia terdiri dari wilayah lautan dengan 13.667 pulau
besar dan kecil, diperkirakan 3.000 pulau diantaranya yang dialami penduduk.
Luas pulau-pulau diperkirakan 735.000 mil persegi, sedangkan luas perairannya
ditaksir 3 sampai 4 kali luas tanah (pulau-pulau).

Sistem Pemerintahan Masa Reformasi

Negara Indonesia dibentuk dalam kerangka mencapai tujuan nasional


Indonesia Merdeka yakni sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu: melindungi segenap

7
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Hal tersebut tentunya harus dimaknai bahwa keberhasilan bangsa Indonesia
sebagai suatu negara akan diukur dari seberapa jauh tingkat kemampuan
Pemerintah bersama rakyatnya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera,
aman, adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengorganisasian
seluruh rakyat dan segala sumber daya yang tersedia amat penting dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dalam hal pengelolaan organisasi negara inilah, faktor
kepemimpinan nasional amat menentukan.

Empatbelas tahun hampir tuntas sudah Indonesia menjalani babak baru


pasca Orde Baru, yang kita sebut Orde Reformasi. Perubahan demi perubahan
menjadi fenomena bangsa kita sejak kejatuhan Soeharto hingga memasuki masa
tujuh-delapan tahun kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat
ini. Pada kurun waktu empatbelas tahun itu sesungguhnya rakyat sudah
semestinya dapat menikmati hasil dari perubahan yang menjadi tuntutan jutaan
mahasiswa dan masyarakat di akhir rezim Orde Baru tiga-belasan lalu. Namun,
kenyataan mengindikasikan seakan-akan pemerintah Indonesia belum mampu
membawa rakyatnya kepada kondisi yang diidamkan tersebut. Berbagai kasus
yang terjadi silih berganti di hampir seluruh pelosok tanah air menjadi pertanda
bahwa tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Mukadimah Undang-Undang
Dasar 1945 belum tercapai, bahkan seakan tiada akan terwujud.

Irman Gusman mencatat bahwa belakangan ini terdapat berbagai


persoalan yang menjadi menu keseharian rakyat Indonesia, mulai dari masalah
makelar kasus, manipulasi pertanahan dan kisruh agraria di mana-mana,
penegakan hukum yang hanya berpihak kepada kelompok tertentu, hingga
penggelapan pajak triliunan rupiah adalah cerita miris yang menghimpit setiap
nurani kita. Masih banyak kisah pilu lainnya yang mendera bangsa ini.
Pemandangan penggusuran paksa, konflik-konflik bernuansa SARA, tawuran
antar desa, antar sekolah, antar kampus, antar komunitas hingga ke persoalan

8
separitisme Organisasi Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan, dan lain-lain,
masih menghiasi layar media massa kita hari-hari ini. Di lain waktu kita juga
disugihi informasi tentang hingar-bingarnya pola hidup hedonis-materialistis dari
sebagian masyarakat di tataran elit yang lebih beruntung nasibnya secara materil
dari kebanyakan rakyat di negara ini. Belum lagi jika kita lihat secara vulgar
strategi berpolitik para elit politik bangsa yang hampir seluruhnya menerapkan
pola politik uang, sebuah kehidupan politik yang oleh sebagian pihak
menyebutnya sebagai sistem penerapan demokrasi yang tidak manusiawi. Negeri
ini sedang mengalami kerapuhan di segala bidang yang menjurus kepada
perpecahan dan disintegrasi bangsa. (Irman Gusman, 2011).

Badan dan institusi negara bermunculan dibentuk pemerintah yang


ditujukan untuk memperlancar penuntasan masalah dan berbagai persoalan
kebangsaan dan kenegaraan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Komisi
Pemberantasan Korupsi misalnya, diadakan sejak pemerintahan Presiden
Megawati Sukarno Putri untuk menangani perkara korupsi yang dikategorikan
sebagai the extra-ordinary crime, yang telah menggurita secara luar biasa di
berbagai lapisan masyarakat kita. Sebagaimana yang diketahui bersama, hingga
saat ini KPK belum mampu menuntaskan kasus korupsi yang melibatkan elite
partai politik, pejabat tinggi negara, maupun birokrat. Pada tataran yang lebih
penting, mendesak, dan amat fundamental bagi rakyat, yakni menyangkut
kehidupan sehari-hari rakyat, terlihat bahwa pemerintah masih kesulitan
mengendalikan kenaikan harga bahan pokok yang semakin hari semakin
membumbung tak terjangkau oleh rakyat kebanyakan. Pangan seakan menjadi
barang langka dan sulit diakses oleh masyarakat. Ketahanan pangan menjadi
pertaruhan bagi kelangsungan hidup rakyat, yang sekaligus juga menjadi salah
satu indikator penentu kuat-lemahnya ketahanan nasional Indonesia.

9
C. Globalisasi

Menurut pendapat para ahli dalam membahas pengertian globalisasi,


penyebab globalisasi dan dampak globalisasi dengan definisi yang berbeda
beda. Secara umum, Pengertian Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia
dimana individu tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah. Setiap
individu dapat terhubung oleh siapa saja yang ada dibelahan bumi ini dan terjadi
penyebaran informasi dan komunikasi melalui media cetak dan elektronik yang
mendunia. Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization.
Kata "Global" berarti mendunia sedangkan "Lization" berarti proses. Sehingga
dalam Pengertian Globalisasi menurut Bahasa adalah suatu proses yang
mendunia. Globalisasi merupakan suatu proses masuknya negara ke dalam
pergaulan dunia. Globalisasi membuat suatu negara semakin kecil atau sempit
dikarenakan kemudahan dalam berinteraksi antarnegara baik itu dalam
perdagangan, teknologi, pertukaran informasi, dan gaya hidup maupun dengan
bentuk-bentuk interaksi lainnya.

1. Penyebab Globalisasi
Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya globalisasi.
Faktor-faktor penyebab terjadinya globalisasi adalah sebagai berikut:

a. Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah


dalam jasa pengeriman barang keluar negeri.
b. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berperan menjamin
kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
c. Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-
kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat.

10
2. Dampak Globalisasi

Dalam terjadi dan berlangsungnya globalisasi ada dampak yang


ditimbulkan dari era globalisasi. Dampak globalisasi terbagi dua yaitu dampak
positif globalisasi dan dampak negatif globalisasi. Dampak positif dan dampak
negatif globalisasi adalah sebagai berikut :

a. Dampak Positif Globalisasi

1) Komunikasi yang semakin cepat dan mudah


2) Meningkatnya taraf hidup dari masyarakat
3) Mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
4) Tingkat pembangun yang semakin tinggi
5) Meningkatnya turisme dan pariwisata
6) Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien

b. Dampak Negatif Globalisasi

1) Informasi yang tak terkendali


2) Timbulnya sikap yang ala kebarat-baratan
3) Munculnya sikap individualisme
4) Berkurang sikap solidaritas, gotong royong, kepedulian dan kesetiakawanan
5) Perusahaan dalam negeri lebih mementingkan perusahaan dari luar ketimbang
perusahaan yang ada dalam negeri membuat perusahaan dalam negeri sulit
berkembang
6) Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang
menyerap seluruh petani.
7) Budaya bangsa akan terkikis

Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu


bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan

11
ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga
secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas,
identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam perjuangan
mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar dari
berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan
keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa
Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan
ketahanan nasional.
Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu
berubah-ubah tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya
maupun besarnya. Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan
ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan inilah
yang disebut dengan sifat dinamika pada ketahanan nasional.
Kata ketahanan nasional telah sering kita dengar disurat kabar atau sumber-
sumber lainnya. Mungkin juga kita sudah memperoleh gambarannya. Untuk
mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan
nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu
bangsa, yang didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan kekuatan nasional. Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi
segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang langsung atau
tidak langsung akan membahayakan kesatuan, keberadaan, serta kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman tersebut dari dalam ataupun
dari luar.

3. Ketahanan Nasional dalam Bidang Ekonomi

A. Pengertian Bidang ekonomi


Secara umum, bisa dibilang bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian
tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk

12
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu
tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-
pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta
mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari
luar maupun dari dalam negeri baik yang langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan hidup pereokonomian bangsa dan negara Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebijakan bidang ekonomi dalam upaya menghadapi tantangan globalisasi
disebutkan sebagai berikut : Mengembangkan perekonomian yang berorientasi
global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai
kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah terutama pertanian dalam arti
luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil serta
kerajinan rakyat.
Yang dimaksud keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki
oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan
bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan sesuatu, Contoh,
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang Perbankan, masing-
masingnya bagaimana berusaha untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya
dengan cara berkompetisi sesuai dengan keuanggulan yang dimilikinya.
Keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu
organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan
mengacu arti tersebut, kami berpendapat, bahwa keunggulan komparatif, adalah
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan
kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau
perpaduan keuanggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

13
Contoh, beberapa instansi / lembaga pemerintahan, dengan memanfaatkan segala
keuanggulan yang dimilikinya, dan mereka mempunyai satu tujuan bersama,
yakni untuk mewujudkan VISI dan MISI yang telah dibuatnya bersama-sama.
Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam
rangka meningkatkan Persaingan global dengan membuka aksesibilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat, dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber daya
manusia dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan.

4. Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial Budaya

A. Pengertian sosial budaya


Dalam kehidupan sehari hari sering mendengar istilah sosial budaya.
Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua segi kehidupan bersama manusia,
yaitu kemasyarakatan dan segi kebudayaan.
Kemasyarakatan. Setiap masyarakat mempunyai 4 unsur penting yang
menentukan eksistensinya yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan
standar sosial.
1. Struktur sosial: setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk
memudahkan pelaksanaan tugas.
2. Pengawas sosial: pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-
ketentuan yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat,
pengetahuan empiris yang digunakan manusia untuk menanggulangi
lingkungan, dan pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah
laku manusia seperti agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya.
3. Media sosial: Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan
adanya komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan
relasi itu dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi.
4. Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku
anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.

14
Kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup
masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya.
kebudayaan tercifta oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam,
lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat Budaya
membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fikus budaya
dapat berupa nilai misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing arti kata dari sosial dan budaya, maka
pengertian sosial budaya dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat
(bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara yag dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indoesia.
Ketahanan di bidang sosial budaya dimaksud menggambarkan kondisi
dinamis suatu bangsa atau masyarakat, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional didalam menghadapi
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dari dalam maupun dari luar yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial
budaya bangsa dan negara. Kebijakan bidang sosial budaya dalam upaya
menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan IPTEK sebagai berikut :
a. Mengembangkan dan membina kebudayaan Nasional bangsa Indonesia yang
bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya nasional yang
mengandung nilai-nilai universal, termasuk kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup
bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara.
b. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotika
dan obat-obat terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya
kepada produsen, pengedar dan pemakai.
c. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya destruktif, terutama bahaya
penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang dan narkotika lainnya
melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan
bahaya penyalahgunaan narkotika.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya globalisasi. Faktor-
faktor penyebab terjadinya globalisasi adalah sebagai berikut:

a. Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah


dalam jasa pengeriman barang keluar negeri.
b. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berperan menjamin
kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
c. Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-
kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat.

2. Untuk mencapai tujuan pengorganisasian seluruh rakyat dan segala sumber


daya yang tersedia amat penting dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam
hal pengelolaan organisasi negara inilah, faktor kepemimpinan nasional amat
menentukan.

B. Saran

16

Anda mungkin juga menyukai