Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA DARI MASA KE MASA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pembelajaran PKn

Dosen Pengampu: Bapak Syudirman, M. Pd

Oleh Kelompok 5:

1. ISMI SABINA (210106106)

2. AFNIS IIS MUNANDAR (210106115)

KELAS 4D

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan,
dengan judul: “Penerapan Pancasila dari Masa Ke Masa”.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Syudirman, M,Pd. selaku
dosen mata kuliah Pembelajaran PKn yang telah memberikan tugas makalah
ini. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya mengenai
bagaimana Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang dapat membangun
dari berbagai pihak. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Mataram, 18 Februari 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Masa Orde Lama .................................................................................. 2

B. Masa Orde Baru ................................................................................... 9

C. Masa Reformasi ................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15

B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Muso ............................................................................................. 3
Gambar 2.2 Sukarmaji Marijan Kartosuwiryo ................................................. 3
Gambar 2.3 Kapten Raymond Westerling........................................................ 4
Gambar 2.4 Dr. Ch. R.S. Soumokil .................................................................. 5
Gambar 2.5 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia ............................. 6
Gambar 2.6 Ventje Sumul ................................................................................ 7
Gambar 2.7 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur di Peristiwa G30S PKI........... 8
Gambar 2.8 Masa Orde Baru ........................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan falsafah atau dasar negara Indonesia, pastinya
pancasila memiliki sejarah yang panjang hingga ditetapkan sebagai dasar
negara Indonesia. Rumusan pancasila berawal dari dirumuskannya nilai-
nilai budaya kehidupan bangsa Indonesia yang kemudian di rumuskan
menjadi dasar Negara Indonesia. Pancasila sering dijuluki ideologi yang
sakti, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah menjadi warisan
bangsa indonesia atau nenek moyang sejak zaman dahulu.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang dimaksud adalah
nilai budaya, adat istiadat dan kereligiusan yang dimana nilai-nilai tersebut
sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan melekat pada sebagai jati
diri bangsa Indonesia. Jadi, jauh sebelum disahkannya pancasila sebagai
dasar negara nilai-nilai pancasila sudah ada dalam kehidupan bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu. Dalam sejarahnya Pancasila disahkan oleh
PPKI sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Setelah disahkannya pancasila atau kemerdekaan Indonesia, banyak
terjadi pemberontakan yang menentang dan ingin mengganti pancasila.
Oleh karena itu dalam makalah ini, kami akan mengulas mengenai
penerapan pancasila dari masa ke masa. Mulai dari masa setelah
kemerdekaan, masa orde lama, orde baru dan masa reformasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masa orde lama?
2. Bagaimana masa orde baru?
3. Bagaimana masa reformasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami masa orde lama?
2. Untuk mengetahui dan memahami masa orde baru?
3. Untuk mengetahui dan memahami masa reformasi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Orde Lama (1945-1965)
Sebagai bangsa yang besar kita harus menghargai jasa pahlawan bangsa
yang sudah berhasil merumuskan, menetapkan dan mengesahkan pancasila
sebagai pedoman hidup atau dasar negara bangsa Indonesia. Sejak awal
kemerdekaan, masyarakat Indonesia berusaha menentukan nasib bangsa
sendiri dan mempertahankan kemerdekaan dari berbagai ancaman baik luar
ataupun dalam negeri itu sendiri. Masa orde lama berlangsung dari tahun
1945 hingga 1965, dan dibagi 3 periode, yaitu:
a. Periode Awal Kemerdekaan (1945-1950)
Nilai persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia masih tinggi karena
menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan daerah
jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah dapat diusir, bangsa
Indonesia mulai mendapat tantangan dari dalam. Dalam kehidupan
politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah
demokrasi parlementer. Presiden hanya berfungsi sebagai kepala
negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan.1
Pada masa awal kemerdekaan, penerapan pancasila sebagai dasar
negara dan pedoman hidup mengalami berbagai masalah. Ada banyak
upaya untuk mengganti pancasila sebagai dasar negara oleh para
pemberontak, beberapa pemberontakan tersebut, yaitu:
 PKI (Partai Komunis Indonesia).
PKI terjadi di Madiun pada tahun 1948 yang puncaknya terjadi pada
tanggal 18 September. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso
dengan tujuan utama mendirikan Negara Soviet Indonesia yang

1
Sandra Dewi & Andrew Shandy Utama, “17-Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Serta Perkembangan Ideologi pancasila pada Masa Orde lama, Orde Baru dan Era Reformasi”,
Jurnal PPKn & Hukum, 3(1), April 2018, hlm. 23

2
berideologi komunis. Yang intinya pemberontakan itu berniat
mengganti pancasila dengan komunis.2

Gambar 2.1 Muso


 Pemberontakan DI/TII atau Negara Islam Indonesia.

Gambar 2.2 Sukarmaji Marijan Kartosuwiryo


Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia) terjadi di Jawa Barat yang dipimpin oleh Sukarmaji
Marijan Kartosuwiryo. Tujuan didirikannya DI/TII untuk
mewujudkan cita-cita berdirinya negara islam. Darul Islam
mengartikan gerakannya sebagai satu-satunya gerakan yang
menyeru pada ma’ruf dan mencegah yang munkar atau
pemerintahan yang sesuai dengan syari’at islam.
b. Demokrasi Liberal (Tahun 1950-1955)
Pada tahun 1950-1955, Pancasila digiring ke arah demokrasi liberal,
dimana sila keempat ini juga tidak dilaksanakan dengan semestinya.

2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), hlm. 3

3
Keputusan yang diambil bukan berasal dari hasil musyawarah
mufakat, tetapi berasal dari suara terbanyak. Keberhasilan pemilu
pertama yang diselenggarakan tidak serta-merta membawa
kestabilan pemerintahan. Anggota konstituante yang terbentuk juga
tidak dapat menyusun UUD sesuai yang diharapkan, sehingga
memunculkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.3
Pada periode ini, juga terjadi banyak pemberontakan yang ingin
melepaskan diri dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Diantara pemberontakan tersebut, yaitu:
 Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)

Gambar 2.3 Kapten Raymond Westerling


Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling.
Tujuan gerakan ini yaitu untuk mempertahankan bentuk negara
federal di Indonesia dan memiliki negara sendiri pada bagian RIS.
Tanggap 23 Januari 1950, pasukan APRA menyerang Kota Bandung
dan melakukan pembantaian serta pembunuhan terhadap anggota
TNI. Pemberontakan APRA berhasil di tumpas melalui operasi
militer yang dilakukan oleh Pasukan Siliwangi.4
 Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

3
Silviana Lilis dan Dinie Anggraeni, “Menyingkap Perkembangan Pengimplementasian
Pancasila dari Masa ke Masa”, Jurnal of Education and Conseling, 3(1), 2021, hlm. 25
4
M. Wasiri Dirjo Sumarto, Sejarah Singkat Setengah Abad Pertama Negara Kesatuan Republik
Indonesia & Universitas Gadjah Mada, (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2022), hlm. 27

4
Republik Maluku selatan adalah suatu negara yang ada di
Ambon, Republik Maluku Selatan diproklamasikan oleh Dr. Ch. R.
S, Soumokil pada tanggal 25 april 1950 di Ambon. Wilayah
Republik Maluku Selatan meliputi Ambon, Pulau Seram, dan Pulau
Buru. Pendiri Republik Maluku Selatan adalah mantan anggota
Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Koninklijk
Nederlands-Indische Leger (KNIL) adalah tentara kerajaan Hindia
Belanda. Pihak-pihak yang tergabung dalam Republik Maluku
Selatan melakukan pemberontakan kepada pemerintah Indonesia.

Gambar 2.4 Dr. Ch. R.S. Soumokil


Pemberontakan yang dilakukan oleh para anggota dalam
republik Maluku selatan bertujuan untuk memisahkan diri dari
negara indonesia timur dan membentuk negara baru. Mereka
menginginkan agar wilayah Maluku terpisah dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas
terhadap pemerintah indonesia karena bentuk negara indonesia
kembali lagi menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada
saat sebelum terjadi.5
 Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)

5
Tim Ganesha Operation, Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk
SMP/MTs Kelas IX, (Bandung: Penerbit Duta, 2019), hlm. 3

5
Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia merupakan pemberontakan yang terjadi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, pemberontakan ini dilatarbelakangi
oleh adanya penantangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Mengenai otonomi daerah dan perimbangan keuangan
daerah. Pertentangan tersebut mendorong pembentukan dewan-
dewan daerah, seperti Dewan Banteng (Sumatra Barat), Dewan
Gajah (Medan), Dan Dewan Manguni (Manado). Gerakan
Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
terbentuk pada tanggal 15 Februari 1958. Gerakan ini diprakarsai
oleh Achmad Husein.

Gambar 2.5 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia


 Pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta dipelopori oleh
para tokoh militer Sulawesi, yaitu Ventje Sumul dan Wirabhuana.
Gerakan ini terbentuk setelah adanya Dewan Manguni. Latar
belakang pemberontakan ini adalah adanya hubungan tidak
harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akibat
adanya otonomi daerah serta pertimbangan keuangan antara pusat
dan daerah. Untuk selanjutnya, pemberontakan perjuangan rakyat

6
semesta bergabung dengan Pemberontakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia.6

Gambar 2.6 Ventje Sumul


c. Demokrasi Terpimpin (Tahun 1955-1965)
Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai
demokrasi terpimpin. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berada pada
kekuasaan rakyat yang merupakan amanah nilai-nilai pancasila,
konstituante menemui jalan buntu hingga bulan Juni 1959. Presiden
Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui
oleh kabinet tanggal 3 juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana
Bogor pada 4 Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada
5 juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka.
Dekrit presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante hasil pemilu 1955;
2. Undang-Undang dasar 1945 kembali berlaku dan tidak berlaku
lagi Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950;
3. Pembentukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

6
Sri Untari dan Ginawan Rianto, Explos Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jilid 3
untuk SMP/MTs Kelas IX, Bandung: Penerbit Duta, 2019), hlm. 8

7
Oleh karena itu, terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran
terhadap pancasila dalam konstitusi. Akibatnya, presiden Soekarno menjadi
presiden yang otoriter, mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa
jabatan seumur hidup. Selain itu, terjadinya politik konfrontasi karena
digabungkannya nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM), yang
ternyata tidak cocok dengan konsep negara Indonesia. Terbukti bahwa pada
masa ini adanya kemerosotan moral di masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai pancasila, serta berusaha untuk menggantikan
pancasila dengan ideologi lain. Sosialisasi terhadap paham pancasila yang
konklusif menjadi prelude penting bagi upaya selanjutnya; pancasila
dijadikan “ideologi negara” yang tampil hegemonik. Ikhtiar tersebut
tercapai ketika Ir. Soekarno memberi tafsir pancasila sebagai satu kesatuan
paham dalam doktrin “manipol/USDEK’.

Gambar 2.7 Tujuh Pahlawan Revolusi yang Gugur di Peristiwa G30S PKI

Diakhir masa orde baru, terjadi puncak pemberontakan PKI yang


dikenal dengan Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI). Semenjak D.N

8
Aidit terpilih menjadi ketua PKI tahun 1951, tampaknya PKI hendak
berkuasa melalui parlemen dan bertindak dengan jalan kekerasan. Setelah
merasa cukup kuat, PKI menyebarkan fitnah bahwa pimpinan Angkatan
Darat (AD) membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta
terhadap presiden Soekarno pada saat memperingati Hari Ulang Tahun
ABRI tanggal 5 Oktober 1965. Waktu meletusnya Gerakan 30 September,
antara daerah-daerah di seluruh Indonesia yang paling gawat, yaitu Jakarta
7
dan Jawa tengah. gerakan ini mengincar Perwira Tinggi TNI AD
Indonesia. Mereka menangkap 6 orang dari perwira tersebut. Namun 3
perwira langsung dibunuh di rumahnya. Sedangkan 3 lainnya dibawa paksa
menuju Lubang Buaya.

B. Masa Orde Baru (Tahun 1966-1998)


Peristiwa G-30S/PKI mewarnai berakhirnya pemerintahan orde
lama. Kondisi Indonesia yang semakin parah dan tak kunjung ada
penyelesaian yang berarti dari pemerintah membuat masyarakat
menganggap presiden tidak mampu lagi menangani kericuhan akibat
pemberontakan partai komunis tersebut. Munculnya orde baru diawali
dengan aksi-aksi dari seluruh masyarakat antara lain: Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), dan lainnya. Aksi tersebut
menuntut dengan tiga tuntutan atau yang dikenal dengan “Tritura” dengan
isi sebagai berikut:8
1. Pembubaran PKI, tidak hanya dari segi yuridis formal saja, tetapi
juga melarang penyebaran paham, falsafah, mentalitas, cara dan
metode politik PKI beserta ormas-ormasnya yang tidak sesuai
dengan pancasila dan UUD 45.
2. Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S PKI
3. Penurunan harga

7
The King Eduka, Modul Ringkasan SBMPTN Sejarah, (Jakarta: Cmedia, 2018), hlm. 29
8
Iwan Gesmi dan Yun Hendri, Buku Ajar Pendidikan Pancasila, (Bandung: Uwais Inspirasi
Indonesia, Agustus 2018), hlm. 46

9
Setelah jatuhnya Ir. Soekarno sebagai presiden, selanjutnya jenderal
soeharto yang memegang kendali terhadap pemerintahan selanjutnya, visi
utama pemerintahan orde baru adalah untuk melaksanakan pancasila dan
undang-undang dasar 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat indonesia. Pada peringatan hari lahir pancasila, 1
juni 1967 presiden soeharto mengatakan, “pancasila makin banyak
mengalami ujian zaman dan makin bulat tekad kita mempertahankan
pancasila”. Selain itu, presiden Soeharto juga mengatakan, “pancasila sama
sekali bukan sekedar semboyan untuk dikumandangkan.9

Gambar 2.8 Masa Orde Baru


Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar dikarenakan
dalam naskah UUD, melainkan pancasila harus diamalkan. Pada tahun 1968
presiden soeharto mengeluarkan instruksi presiden nomor 12 tahun 1968
yang menjadi panduan dalam mengucapkan pancasila sebagai dasar negara,
yaitu:
Satu : Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan indonesia
Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan

9
Sri Nurhayati dan Iwan Muharji, Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMP/MTs Kelas IX, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2021), hlm. 6-7

10
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Instruksi presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13 april 1968.
Pada tanggal 22 maret 1978 dengan ketetapan MPR nomor II/MPR/1978
tentang pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa) pasal 4 menjelaskan, “Pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila merupakan penuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia.
Setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara bulat
dan utuh”.
Pemerintahan orde baru berupaya menjalankan Pancasila secara
murni dan konsekuen sebagai perbaikan dari masa sebelumnya yang
dianggap telah menyimpang dari Pancasila. Pemerintah orde baru dianggap
mampu mempertahankan Pancasila setelah berhasil menumpas pergerakan
komunis dan menjalankan program P4 (Pedoman dan Penghayatan
Pancasila). Namun hal ini tidak berlangsung lama, dalam pelaksanaannya
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah justru menyeleweng dari
nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila ditafsirkan demi kepentingan
kekuasaan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang sangat
merugikan kepentingan rakyat.
Pada masa pemerintahannya Presiden Soeharto juga melarang
segala bentuk kritikan terhadap pemerintah karena dianggap mampu
mengganggu stabilitas Nasional. Hal ini jelas-jelas bentuk pertentangan
terhadap nilai kerakyatan dalam sila ke-4 Pancasila, dimana seharusnya
pemerintah menjunjung tinggi asas demokrasi. Melalui kebijakan ini,
kebebasan rakyat dan media masa sangat dibatasi sehingga rakyat
kehilangan peranannya untuk mengontrol jalannya pemerintahan.10
Penyelewengan lainnya yakni dengan dipraktikkannya demokrasi
yang bertaut pada pemerintah atau disebut dengan demokrasi sentralistik.

10
Badriyatus Salma, dkk, “ Studi tentang Dinamika Pancasila dari Masa ke Masa”, Jurnal
Intelektiva, 4(3), November 2022, hlm. 133-134

11
Selain itu, aturan yang dikeluarkan harus sesuai dengan persetujuan
dari Presiden Soeharto yang memegang lagam dari lembaga eksekutif,
legislatif, dan yudikatif sekaligus. Presiden Soeharto juga melemahkan
aspek-aspek demokrasi, lebih-lebih pers, karena dianggap dapat
mengancam kekuasaannya. Selama masa orde baru melenggang, tersimpul
beberapa langkah dan kebijakan pemerintah yang berkuasa menyimpang
dari nilai-nilai mulia Pancasila, diantaranya:11
1. Soeharto yang menjabat sebagai presiden selama 32 tahun.
2. Pancasila ditafsirkan sepihak melalui program P4
3. Pihak yang memiliki gagasan dan ide kreatif takut bersuara
karena penindasan ideologis.
4. Penyiksaan fisik sebagaimana pembunuhan di Timor Timur,
Aceh, Irian Jaya, peristiwa di Tanjung Priok, kasus pengrusakan
pada 27 Juli, dan kasus-kasus lainnya.
5. Rakyat non-pribumi dan kaum minoritas didiskriminasi.

C. Masa Reformasi (Tahun 1998-Sekarang)


Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform,
sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu kiprah
yang memformat ulang, membereskan ulang, membereskan ulang hal-hal
yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk mulanya
sesuai tambah nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa yang
menjadi kerangka berpikir atau pola pikir bangsa Indonesia. Sebagai negara
hukum, setiap perilaku baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-
pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Dalam kaitannya dalam peluasan hukum, Pancasila harus menjadi
landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh

11
Silviana Lilis dan Dinie Anggraeni, Op.Cit. hlm. 27

12
bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak
bertentangan dengan sila-sila pancasila.12
Untuk melakukan reformasi, ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi, antara lain yaitu: 13
 Adanya suatu penyimpangan.
 Berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu.
 Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem
negara demokrasi.
 Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan
yang lebih baik.
 Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai
manusia yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Reformasi memiliki beberapa tujuan, antara lain yaitu:14
 Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan
nilai-nilai baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk konstitusi
dan perundang-undangan yang menyimpang dari arah perjuangan
dan cita-cita seluruh rakyat.
 Melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan, baik di bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
 Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan
dalam masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi,
seperti KKN, kekuasaan yang otoriter, penyimpangan, dan
penyelewengan lainnya.
Gerakan reformasi lahir di puncak kekecewaan dan ketidakpuasan
mahasiswa dan masyarakat. Ketidakpuasan masyarakat kemudian

12
Maharani Sartika dan Dinie Anggraeni, “Penerapan Nilai Pancasila dari Arus Sejarah
Perjuangan dan Dampak Globalisasi”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undhiksa, 9(2),
Mei 2021, hlm. 311
13
Sandra Dewi & Andrew Shandy Utama, Op.Cit, hlm. 30
14
Sandra Dewi & Andrew Shandy Utama, Op.Cit, hlm. 30

13
meningkat dan memicu protes besar-besaran akibat berbagai aksi
mahasiswa di wilayah Indonesia. Pada masa Reformasi, Pancasila harus
selalu diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman. Penafsiran
Pancasila harus tepat dan sesuai dengan konteks, serta konsisten dengan
realitas saat ini.
Banyak perubahan telah dilakukan untuk meningkatkan nilai-nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai ideologi pancasila. Namun,
masih banyak masalah sosial ekonomi yang belum terselesaikan. Pancasila
pada masa Reformasi juga dapat dilihat tidak jauh berbeda dengan masa
Orde Lama dan Orde Baru, karena masih ada tantangan yang harus
dihadapi. Tantangan tersebut adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) yang masih terus terjadi di negara Indonesia.15

15
Rikha Dwianti, Safina Zulfaizah dan Zulaygha Putri, “Upaya Pekestarian Nilai Pancasila di
Era Reformasi”, Jurnal Gema Keadilan, 9(3), Desember 2022, hlm. 3-4

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan pancasila dari masa ke masa dibagi menjadi tiga masa,
yaitu masa orde lama, orde baru dan masa reformasi. Pada masa orde
lama terbagi menjadi beberapa periode, periode awal kemerdekaan
(tahun 1945-1950), periode demokrasi liberal (tahun 1950-1955),
periode demokrasi terpimpin (1955-1959). Pada masa orde lama banyak
terjadi penyimpangan, pemberontakan dan gerakan yang ingin
mengganti ideologi pancasila dan juga melepaskan diri dari Indonesia.
Pemberontakan dan gerakan yang muncul pada saat orde lama
seperti PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ingin mengubah ideologi
pancasila menjadi komunis dan mendirikan negara unisoviet. Kemudian
ada Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang ingin merubah
Indonesia menjadi negara islam. Setelah itu ada gerakan Republik
Maluku Selatan (RMS) yang ingin memisahkan diri dari indonesia dan
gerakan lainnya.
Pada masa orde lama terjadi berbagai penyimpangan penafsiran
terhadap pancasila dalam konstitusi. Akibatnya, presiden Soekarno
menjadi presiden yang otoriter, mengangkat dirinya menjadi presiden
dengan masa jabatan seumur hidup. Selain itu, terjadinya politik
konfrontasi karena digabungkannya nasionalis, agama, dan komunis
(NASAKOM), yang ternyata tidak cocok dengan konsep negara
Indonesia.
Selama masa orde baru melenggang, tersimpul beberapa langkah
dan kebijakan pemerintah yang berkuasa menyimpang dari nilai-nilai
mulia Pancasila, diantaranya: Soeharto yang menjabat sebagai presiden
selama 32 tahun; Pancasila ditafsirkan sepihak melalui program P4;
Pihak yang memiliki gagasan dan ide kreatif takut bersuara karena
penindasan ideologis; Penyiksaan fisik sebagaimana pembunuhan di
Timor Timur, Aceh, Irian Jaya, peristiwa di Tanjung Priok, kasus

15
pengrusakan pada 27 Juli, dan kasus-kasus lainnya; dan Rakyat
non-pribumi dan kaum minoritas di diskriminasi.
Di Masa reformasi banyak perubahan telah dilakukan untuk
meningkatkan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai
ideologi pancasila. Namun, masih banyak masalah sosial ekonomi yang
belum terselesaikan. Pancasila pada masa Reformasi juga dapat dilihat
tidak jauh berbeda dengan masa Orde Lama dan Orde Baru, karena
masih ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut adalah
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih terus terjadi di
negara Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan diatas seharusnya kita menyadari bahwa
Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi pedoman hidup bangsa
Indonesia kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan
menerapkannya dalam kehidupan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Badriyatus Salma, dkk. (2022). “Studi tentang Dinamika Pancasila dari Masa ke
Masa”. Jurnal Intelektiva. 4(3).
Iwan Gesmi dan Yun Hendri. (2018). Buku Ajar Pendidikan Pancasila, (Bandung:
Uwais Inspirasi Indonesia.
Sandra Dewi & Andrew Shandy Utama. (2018). “17-Pancasila Sebagai Ideologi
Bangsa Indonesia Serta Perkembangan Ideologi pancasila pada Masa Orde
lama, Orde Baru dan Era Reformasi”. Jurnal PPKn & Hukum. 3(1).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Maharani Sartika dan Dinie Anggraeni. (2021). “Penerapan Nilai Pancasila dari
Arus Sejarah Perjuangan dan Dampak Globalisasi”. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undhiksa. 9(2).
M. Wasiri Dirjo Sumarto. (2022). Sejarah Singkat Setengah Abad Pertama Negara
Kesatuan Republik Indonesia & Universitas Gadjah Mada. Sidoarjo: Uwais
Inspirasi Indonesia
Rikha Dwianti, Safina Zulfaizah dan Zulaygha Putri. (2022). “Upaya Pekestarian
Nilai Pancasila di Era Reformasi”. Jurnal Gema Keadilan. 9(3)
Silviana Lilis dan Dinie Anggraeni. (2021). “Menyingkap Perkembangan
Pengimplementasian Pancasila dari Masa ke Masa”. Jurnal of Education
and Conseling, 3(1).
Sri Nurhayati dan Iwan Muharji. (2021). Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana.
Sri Untari dan Ginawan Rianto. (2019). Explos Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jilid 3 untuk SMP/MTs Kelas IX. Bandung: Penerbit
Duta
The King Eduka. (2018). Modul Ringkasan SBMPTN Sejarah. Jakarta: Cmedia.
Tim Ganesha Operation. (2019). Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas IX. Bandung: Penerbit Duta.

17

Anda mungkin juga menyukai