Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu :

Ahmad Ansori, M.Pd

Disusun Oleh :

(Kelompok 2)

1. Feby febriyanti (203230006)


2. Halimatus sa’diah (203230005)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN STS JAMBI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang kami baeri judul “Sejarah Pancasila
dalam perjuangan pancasila” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak dosen pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah
perjuangan Indonesia.kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ahmad Ansori M.Pd Selaku dosen mata kuliah Pendidikan pancasila
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami
tekuni.kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna.

Jambi, 30 semptember 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Pancasila.............................................................................................3
B. Era Pra Kemerdekaan..........................................................................................4
C. Era Kemerdekaan..................................................................................................5
D. Era Orde Lama, Orde Baru, Era Reformasi......................................................15

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

A. Kesimpulan ............................................................................................................22
B. Saran ......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara republik Indonesia yang
secara resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No.7 bersama – sama batang tubuh UUD
1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai interpretasi
dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi
kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi
Ideologi Negara Pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan
yang seperti ini Pancasila tidak lagi di letakkan sebagai dasar
Filsafatserta pandangan hidup Bangsa dan Negara Indonesia
melainkan di reduksi, dibatasi dan di manipulasi demi kepentingan
politik penguasa pada saat itu. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas
gerakan Reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan
fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia, yang
hal ini direalisasikan melalui Ketetapan Sidang Istimewa MPR tahun
1998 No. XXVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan
sekaligus juga Pencabutan Pancasila sebagai salah satunya asas bagi
Orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut
mandate MPR yang diberikan kepada Presiden atas kewenangannya
untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan asas tunggal
Pancasila. Monopoli pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh
penguasa inilah yang harus segera di akhiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila?

1
2. Apa itu era pra kemerdekaan?
3. Apa itu era kemeerdekaan?
4. Apa itu era orde lama, orde baru, era reformasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami tentang pancasila
2. Mengetahui apa itu pra kemerdekaan dan era kemerdekaan
3. Membahas tentang era orde lama, orde baru, dan era reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila
yang berarti dasar, sendi ,asas, ata peraturan tingkah laku yang
penting dan baik . dengan demikian pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting
dan baik.Pancasila dapat kita artikan sebagai lima dasar yang
dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa
tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat
dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang
akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan adanya dasar negara,
suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Peranan dan
funsi pancasila pada era sekarang masih relevan karena pancasila
mencakup aspek –aspek dasar . Selain itu, pancasila juga merupakan
alat untuk keamana dan kemakmuran bersama rakyat indonesia.hanya
saja pelakanan sacara konkrtinya belum bisa dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya karena keadilan dan kemakmuran bag seluruh rakyat
indonesia belum juga terwujud sampai saat ini. Pancasila juga
merupaksn kepribadian seluruh rakyat indonesia. Akan tetapi, nilai-
nilai luhur sudah sangat pudar,terkikis oleh perilaku yang hanya
mementingkan aspek ekonomi gaya hidup globalisasi yang buruk.
Mengingat sangat pentingnya pancasila sebagai dasar negara, maka
kita harus meneruskan perjuagan serta memelihara, melestarikan
menghayati , dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sahari-hari agar tujuan pancasila dapat terpenuhi, sehigga akan
menjadi ketahanan jati diri bangsa.

3
B. Era Prakemerdekaan
Persoalan wacana dan perdebatan tentang konsep kebangsaan
pada masa sebelum kemerdekaan Negara Indonesia yang sebagaian
kelompok membawa gagasan islam sebagai dasar negara dan
kelompok lain yang menghendaki berlakunya negara dan hukum lain
yang juga berakar dalam kehidupan rakyat Indonesia.
Perdebatan secara formal dan sengit tentang hubungan agama
dengan negara, dapat dijumpai pada sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang dibentuk pada bulan
April tahun 1945 maupun dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) adalah badan yang dibentuk untuk menyatakan
kemerdekaan negara, melakukan pengalihan kekuasaan, mensahkan
konstitusi, dan membentuk pemerintahan bagi Indonesia jika akan
merdeka. Pada masa inilah puncak pertentangan semakin tampak jelas
ketika proses pembentukan Dasar Negara Republik Indonesia.
Pertentangan seperti ini selain memang telah ada sebelum Jepang
datang, sebenarnya ini hasil maksimal dari proses devide et empera
yang dilakukan Jepang untuk memperkuat
kedudukannya.
Maksud lain Jepang membentuk BPUPKI dan sidang-sidangnya
ketika membahas dasar Negara, dengan bentuk kolaborasi dengan
beberapa kelompok bangsa lainya suapaya membuat ketegangan
antara golongan islam dan nasionalis. Setidaknya kemudian bangsa
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga macam kelompok yaitu
elite nasionalis, elite priyayi, dan elite islam. Dalam melangsungkan
kolaborasinya, ketiga kelompok ini diakomodasi secara bergantian,
sehingga sejak itu hubungan politik islam dan negara terjadi saling
curiga-mencurigai atau hubungan antagonistik.
Dalam perdebatan itu, awalnya kelompok Islam mendukung ide
Islam sebagai dasar negara, sementara kelompok nasionalis

4
mendukung ide Negara sekuler. Pengakuan eksistensi agama dalam
kehidupan bernegara akan diwujudkan terutama dalam bentuk
pengakuan resmi lembaga-lembaga keagamaan tertentu dalam negara
serta mengadopsi sebagian nilai-nilai dan norma-norma agama dalam
sistem nasional dan pengambilan kebijakan public.
Diskursus dan perdebatan terbuka mengenai dasar negara yang
berkaitan
dengan relasi agama dan negara tersebut sudah terjadi sebelum
kemerdekaan Negara Indonesia. Sebelum Negara Indonesia merdeka,
syari’at islam ini sudah ada dan populer diperdebatkan. Berdasarkan
sejarah, yang sangat mungkin dapat dijadikan rujukan, terutama pada
masa sejarah awal kemerdekaan, perjuangan kelompok islam untuk
menjadikan syari’at islam sebagai ideologi negara, inilah inti
semangat perjuangan politik islam terhadap Negara Indonesia.

C. Era Kemerdekaan
1. Titik tolak
Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)
ke-85 tanggal 7 September 1944 di Tokyo, Perdana Menteri
Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia)
diperkenankan untuk merdeka kelak dikemudian hari. Hal ini
dilatarbelakangi oleh semakin terdesaknya Angkatan Perang
Jepang oleh pasukan Amerika, terlebih dengan jatuhnya
kepulauan Saipan ke tangan Amerika. Pada tanggal 1 Maret 1945
Letnan Jenderal Kuma Kici Harada mengumumkan pembentukan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik UsahaUsaha
Panitia Kemerdekaan. Tindakan ini merupakan langkah kongkret
pertama bagi pelaksanaan janji Koiso. Terpilih sebagai Kaico atau
ketua dr. Radjiman Wediodiningrat.
Pada tanggal 7 agustus 1945,Panglima Tentara Umum Selatan
Jenderal Terauchimeresmikan pembentukan Dokuritsu Junbi

5
Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada saat ini pula Dokuritsu Junbi Cosakai dinyatakan bubar.
Terpilih sebagai ketua PPKI Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil ketua. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, pasukan
udara Sekutu menjatuhkan bom masing-masing di kota Nagasaki
dan Horosima.Hal ini mendorong Jepang untuk segera mengambil
keputusan penting.Pada tanggal 12 Agustus1945,Jenderal Besar
Terauci menyampaikan kepada tokoh pergerakan yang
diundangyaitu Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman
Wediodiningrat bahwa pemerintah kemaharajaan telah
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
pada tangal 24 Agustus 1945 yang pelaksanaannya dilakukan oleh
PPKI.
2. Proklamasi kemerdekan 1945
Tujuan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
adalah tercapainya Indonesia Merdeka. Proklamasi, adalah suatu
simbol yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia. Karena
dari situlah bangsa Indonesia baru akan dapat menata diri untuk
diakui keberadaannya oleh dunia internasional. Terlihat dengan
jelas bagaimana semangat para pemuda dan seluruh rakyar
Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia yang telah bebas
dari belenggu penjajahan.
a. Persiapan pembacaan teks proklamasi
Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks
proklamasi, pagi harinya tanggal 17 agustus 1945 para
pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah
masing-masing untuk mempersiapkan penyelenggaraan
pembacaan teks proklamasi. Rakyat dan tentara Jepang
menyangka bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan
di lapangan Ikada. Jepang telah mengetahui rencana
pembacaan proklamasi, sehingga tentara Jepang memblokade

6
lapangan Ikada. Bahkan Barisan Pemuda telah berdatangan ke
lapangan Ikada dalam rangka menyaksikan pembacaan teks
proklamasi. Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro juga datang ke
lapangan Ikada dan melihat pasukan Jepang dengan senjata
lengkap menjaga ketat lapangan itu. Sudiro kemudian
melaporkan keadaan itu kepada Muwardi, Kepala Keamanan
Soekarno dan mengetahui bahwa proklamasi akan diikrarkan
di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Rimur 56 Jakarta.
Halaman rumah Soekarno sudah dipadati oleh massa
menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr Muwardi
memerintahkan kepada Latief Hendraningrat untuk menjaga
keamanan pelaksanaan upacara. Dalam hal ini Latif dibantu
oleh Arifin Abdurrahman, untuk mengantisipasi gangguan
tentara Jepang. Terlihat suasana sangat sibuk. Suwiryo, Wakil
Walikota Jakarta meminta kepada Wilopo untuk
mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Wilopo
kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras suara
ke toko elektronik milik Gunawan. Tidak mengalami kesulitan
dalam hal ini Gunawan kemudian meminjamkannya.
Untuk keperluan tiang bendera, Sudiro memerintahkan
kepada S.Suhud, Komandan Pengawal Rumah Soekarno untuk
mencari tiang bendera. Suhud mendapatkan sebatang tiang
bambu dari belakang rumah dan menanamnya di dekat teras,
dan kemudian diberi tali. Ia lupa bahwa di depan rumah ada
dua tiang bendera dari besi yang tidak terpakai . Ini dapat
dimafhumi barangkali mengingat suasana yang panik dalam
waktu itu. Di tempat lain Fatmawati mempersiapkan bendera
yang dijahit dengan tangan dan ukuran yang tidak standar.
Sementara suasana semakin panas, para pemuda
mengehendaki agar pembacaan teks proklamasi segera
dilaksanakan, karena mereka sudah tidak sabar lagi dan

7
memang sudah menunggu sejak pagi. Mereka mendesak
Muwardi agar mengingatkan Soekarno mengingat hari
semakin siang. Namun Soekarno menolak jika ia harus
melaksanakannya sendiri tanpa Hatta. Suasana menjadi tegang
karena Muwardi terus mendesak Soekarno untuk segera
membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu
kehadiran Hatta. Untunglah lima menit sebelum pelaksanaan
upacara Hatta datang dan langsung menemui Soekarno untuk
segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
b. Pelaksanaan upacara proklamasi kemerdekaan
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa
protokol. Latief segera memimpin barisan dan menyiapkan
untuk berdiri dengan sikap sempurna. Soekarno kemudian
mempersiapkan diri dan mendekati mikrofon. Sebelum
membacakan teks proklamasi, Soekarno membacakan pidato
singkat yang isinya adalah sebagai berikut.
a) Perjuangan melawan colonial telah cukup panjang dan
memerlukan keteguhan hati.
b) Cita-cita perjuangan itu adalah kemerdekaan Indonesia.
c) Indonesia yang berdaulat harus mampu menentukan arah
dan kebijakannya sendiri, menjadi Negara yang di akui
oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Setelah itu kemudian Soekarno membacakan teks


proklamasi yang diketik Sayuti Melik. Setelah selesai, pidato
ditutup dengan kalimat: “demikainlah saudara-saudara!” Kita
sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang
mengikat tanah air kita dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita
menyusun negara kita 1 Negara merdeka, negara Republik
Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. Insya allah, Tuhan
memberkati kemerdekaan Indonesia” (Notosusanto, 1990: 94)

8
Acara berikutnya setelah pembacaan selesai adalah
pengibaran bendera merah putih yang dilakukan oleh Latief
dan Suhud secara perlahan-lahan. Bendera merah putih
dinaikan dan diiringi lagu Indonesia raya yang secara spontan
dinyanyikan oleh para hadirin. Selesai pengibaran bendera
upaca ditutup dengan sambutan Wakil Walikota Suwiryo dan
Muwardi. Dengan demikian selesailah upaca proklamasi
kemerdekaan, dan merupakan tonggak berdirinya negara
Republik Indonesia yang berdaulat.

c. penyebaran berita proklamasi


Kelompok pemuda yang cukup berperan dalam
penyebarluasan berita proklamasi adalah kelompok Sukarni.
Kelompok ini bermarkas di Bogor Lama (sekarang Jalan Dr.
Sahardjo SH) yang berusaha mengatur strategi untuk mengatur
penyebarluasan berita proklamasi. Seluruh alat komunikasi
yang tersedia dipergunakan, seperti pengeras suara, pamplet,
dan bahkan mobil-mobil dikerahkan ke seluruh kota Jakarta.
Propaganda ini dimaksudkan pula untuk mengerahkan massa
agar hadir dalam pembacaan teks proklamasi di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta.
Setelah proklamasi dikumandangkan, berita proklamasi
yang sudah tersebar di seluruh penjuru kota Jakarta, segera
disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Pada hari itu juga teks
proklamasi sudah diserahkan oleh Syahrudin, wartawan
Domei kepada kepala kantor bagian radio WB. Palenewen
untuk disiarkan. Palenewen kemudian meminta F.Wuz seorang
penyiar, agar menyiarkan berita proklamasi tiga kali berturut-
turut. Tetapi, baru saja dua kali berita disiarkan, masuklah
orang Jepang yang mengetahui siaran berita lewat udara, dan
memerintahkan agar penyiaran dihentikan. Tetapi Penelewen
tetap memerintahkan Wuz untuk tetap menyiarkan berita

9
proklamasi, bahkan terus diulangi setiap setengah jam sampai
pukul 16.00. Akibatnya, pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan Wuz untuk tetap menyiarkan berita
proklamasi, bahkan terus diulangi setiap setengah jam sampai
pukul 16.00. Akibatnya, pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita tersebut dan
mengatakannya sebagai kekeliruan. Kemudian pada hari senin
tanggal 20 agustus 1945 pemancar radio itu disegel oleh
Jepang dan karyawannya dilarang masuk.
Disegelnya pemancar radio pada kantor berita Domei,
tidak menghalangi tekad para pemuda untuk menyebarkan
berita proklamasi. Para pemuda membuat pemancar baru
dengan bantuan sejumlah teknisi radio, Sukarman, Sutanto,
Susilahardja, dan Suhandar. Alatalat pemancar dibawakan dari
kantor berita Domei secara sembunyi-sembunyi kepada rumah
Palenewen, dan sebagian ke Menteng 31. Walaupun dengan
susah payah, akhirnya jadilah pemancar baru di Menteng 31
dengan kode panggilan DJK I. Pemancar inilah yang banyak
berperan dalam menyiarkan berita proklamasi.
Penyebaran berita proklamasi tidak terbatas melalui udara,
tetapi juga melalui pers dan slebaran-slebaran kertas. Dalam
hal ini, peran buruh kereta api sangat besar dalam membawa
berita proklamasi melalui surat-surat slebaran. Pada tanggal 20
Agustus 1945, hampir seluruh harian di Jawa memuat berita
proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia yang baru
saja dibentuk. Selanjutnya berita proklamasi dengan cepat
tersebar ke seluruh penjuru tanah air, yang segera pula
mendapat sambutan dari rakyat.
3. Pembentukan kepemerintahan republik Indonesia
Dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan 1945,
dilihat dari segi hukum tata negara, berarti bahwa bangsa

10
Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan hukum
sebelumnya, baik tatanan Hindia Belanda maupun tatanan hukum
pendudukan 11Jepang. Dengan lain kata bangsa Indonesia mulai
saat itu telah mendirikan tatanan hukum yang baru yaitu tatanan
hukum Indonesia, yang berisikan hukum Indonesia, yang
ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia
(Joeniarto, 2001: 7).
Sehari setelah proklamasi dikumandangkan, para pemimpin
bekerja keras membentuk lembaga kepemerintahan sebagaimana
layaknya suatu negara merdeka. Dalam kesempatan ini, PPKI
menyelenggarakan rapat pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai
rapat yang pertama setelah proklamasi kemerdekaan. Atas inisiatif
Soekarno dan Hatta, mereka merencanakan menambah 9 orang
sebagai anggota baru yang terdiri dari para pemuda seperti Chairul
Saleh dan sukarni. Namun karena para pemuda menganggap
bahwa PPKI bentukan Jepang, akhirnya para pemuda
meninggalkan tempat.
a. Pengesahan UUD 1945
Rapat pertama PPKI dilaksanakan di Pejambon Jakarta.
Sebelumnya Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus
Hadikusumo, KH.Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo,
Mr.Teuku Mohammad hassan, untuk mengkaji perihal
rancangan pembukaan UUD sebagaimana tercantum dalam
Piagam Jakarta yang dinuat oleh BPUKI pada tanggal 22 Juni
1945, khususnya berkaitan dengan kalimat “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya”. Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain
merasa keberatan jika kalimat itu dimasukan dalam UUD.
Akhirnya setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh
Hatta, dicapai kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan
dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

11
Rapat pleno kemudian dimuali pada pukul 11.30 di bawah
pimpinan Soekarno dan Hatta. Dalam membicarakan UUD ini
rapat berlangsung lancar, yakni sekitar dua jam rapat telah
berhasil menyepakati bersama rancangan Pembukaan dan
UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang dimaksud
adalah Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI, dan dengan
sedikit perubahan disahkan menjadi UUD yang terdiri atas
Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan
penjelasan. Dengan demikian Indonesia memiliki landasan
hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan
arahnya sendiri.
b. Pemilihan presiden dan wakil presiden
Dalam rapat untuk memilih presiden dan wakil presiden,
tampil Ottoiskandardinatayang mengusulkan bahwa pemilihan
dilakukan secara mufakat. Ia sendiri mengajukan Soekarno
dan Hatta masing-masing sebagai presiden dan wakil presiden.
Tentunya hal ini sesuai dengan UUD yang baru saja disahkan.
Dalam musyawarah untuk mufakat, secara aklamasi peserta
sidang menyetujui dan menetapkan Soekarno dan Hatta
sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik
Indonesia, diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
c. Pembagian wilayah Indonesia
Rapat PPKI tanggal 19 agustus 1945 memutuskan
pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi di seluruh
bekas jajahan Hindia Belanda. Kedelapan provinsi tersebut
adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Borneo
(Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusatenggara),
Sumatera, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.

d. Pembentukan kementrian

12
Setelah rapat menetapkan wilayah, Panitia Kecil yang
dipimpin oleh Mr.Ahmad Soebardjo menyampaikan
laporannya. Diajukan oleh Panitia Kecil tersebut adanya 13
kementerian. Sidang kemudian membahas usulan tersebut dan
menetapkan perihal kementerian sebagai berkut.
a) departemen dalam negeri
b) departemen luar negeri
c) departemen kehakiman
d) departemen keuangan
e) departemen kemakmuran
f) departemen kesehatan
g) departemen pengajar,pendidikan,dan kebudayaan
h) departemen social
i) departemen pertahanan
j) departemen perhubungan
k) departemen pekerjaan umum

kemudian ramat memutuskan adanya 12 departemen dan 1


kementrian Negara

e. Pembentukan komite nasional Indonesia


Tanggal 22 Agustus 1945 PPKI kembali
menyelenggarakan rapat pembentukan KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat) yang akan mengantikan PPKI.
Soekarno dan Hatta 13mengangkat 135 orang anggota KNIP
yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh
anggota PPKI kecuali Soekarno dan Hatta menjadi anggota
KNIP yang kemudian dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945.
Adapun susunan pengurus KNIP adalah sebagai berikut.
Ketua KNIP : Mr. Kasman Singodimejo
Wakil Ketua I : Sutarjo Kartohadikusumo
Wakil Ketua II : Mr.J.Latuharhary
Wakil Ketua III : Adam Malik

13
Adapun tugas dan wewenang KNIP adalah menjalankan
fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam menetapkan
GBHN.
f. Membentuk kekuatan pertahanan dan keamanan
Berdasarkan keputusan rapat pada tanggal 22 agustus
1945 yang telah menetapkan berdirinya KNIP dan BKR, maka
pada tanggal 23 Agustus Presiden soekarno mengesahkan
secara resmi berdirinya BKR sebagai badan kepolisian yang
bertugas menjaga keamanan. Kebanyakan angota BKR terdiri
dari mantan anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Terpilih
sebagai pimpinan BKR pusat adalah Kaprawi.
Dalam perkembangannya, kebutuhan untuk membentuk
tentara tidak dapat diabaikan lagi setelah Sekutu
membebaskan para serdadu Belanda bekas tawanan Jepang
dan melakukan tindakan-tindakan yang mengancam
pertahanan dan keamanan. Soekarno kemudian memanggil
mantan Mayor KNIL Oerip Soemihardjo dari Yogyakarta ke
Jakarta dan diberi tugas mebentuk tentara nasional.
Berdasarkan maklumat presiden RI, maka pada tangal 5
Oktober berdirilah TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Terpilih
sebagai pimpinan TKR Soepriyadi (tokoh perlawanan tentara
PETA terhadap Jepang di Blitar). Atas dasar maklumat itu,
Oerip Soemihardjo segera membentuk Markas Besar TKR
yang dipusatkan di Yogyakarta.
Dalam perkembangannya, TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) berubah menjadi TKR (Tentara Keselamatan Rakyat)
pada tanggal 7 Januari 1946. Nama itu berubah kembali
menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada tanggal 24
Januari 1946. Terakhir kemudian TRI berubah nama menjadi
TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada tanggal 3 Juni 1947,
yakni tentara yang bukan semata-mata alat negara, melainkan

14
alat rakyat dan alat bangsa Indonesia. Dengan demikian
sampai pertengahan tahun 1947 pemerintah telah berhasil
menyusun, mengkonsolidasi, dan sekaligus menyatukan alat
pertahanan dan keamanan.

D. Era orde lama,orde baru,era reformasi


1) Era orde lama
a. Setelah kemerdekaaan (1945-1950)
Masa Orde Lama yang dipimpin Soekarno berlangsung
dari 1945 hingga 1966 atau sekitar 22 tahun. Usai Indonesia
menyatakan kemerdekaan, sistem pemerintahan pun mulai
dirombak dari presidensial menjadi parlementer. Di sepanjang
tahun ini, meski sudah merdeka Indonesia masih terus
mengalami gejolak dan peperangan. Salah satunya perang
melawan Belanda untuk merebut Irian Barat. Terlebih, kabinet
presidensial yang berubah menjadi kabinet parlementer
memiliki sistem penerapan politik yang berbeda.
Di antaranya menteri-menteri kabinet bertanggung jawab
kepada DPR, kekuasaan legislatif lebih kuat daripada
eksekutif, program kebijakan kabinet harus sesuai tujuan
politik.Tak hanya itu, di masa Orde Lama juga tidak terlalu
banyak pembangunan untuk kepentingan masyarakat bahkan
jumlahnya dapat dihitung. Salah satunya sarana olahraga yang
berada di kawasan Senayan, Pabrik Baja Krakatau Steel, dan
Bendungan Jatiluhur. Ketiga sarana tersebut diketahui tidak
tuntas pembangunannya dan baru rampung pada masa Orde
Baru.
b. Demokrasi Liberal
Sejarah singkat Orde Lama berlanjut ketika Indonesia
menganut sistem politik Demokrasi Liberal. Di tahun ini mulai
diberlakukan Undang-Undang Republik Indonesia Serikat

15
serta UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer. Situasi
politik pun dinilai belum stabil bahkan keamanan negara juga
cukup terancam lantaran masih banyak terjadi pemberontakan
dan kehidupan rakyat tidak sejahtera.
Di samping itu, kebijakan pemerintah diatur oleh perdana
menteri dan presiden hanya berhak bertindak selaku kepala
negara dan mengatur pembentukan kabinet. Pengangkatan
perdana menteri dilakukan oleh presiden yang sekaligus
mempunyai hak membubarkan DPR. Di periode ini pun terjadi
pergantian perdana menteri sebanyak delapan kali dan turut
berdampak pada sistem pemerintahan.
Terhitung sejak 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959,
Soekarno tetap menggunakan Undang-Undang Dasar
Sementara selama memerintah Indonesia.Dewan Konstituante
saat itu sempat diperintah untuk menyusun UU baru sesuai
amanat UUDS 1950. Akan tetapi prosesnya tidak kunjung
dibuat sampai akhirnya Soekarno merilis Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang menyatakan pembubaran konstitusi.

c. Demokrasi Terpimpin (1959-1966)


Periode 1959-1966 disebut sebagai demokrasi terpimpin
sesuai dengan hasil Dekrit Presiden 1959, yang menyatakan
bahwa semua sistem pemerintahan dikendalikan presiden
sepenuhnya.
Selain itu, dalam isi dekrit dijelaskan bahwa UUD 1945
kembali diterapkan dan UUDS 1950 dinyatakan sudah tidak
berlaku. Demokrasi terpimpin pertama kali diumumkan pada
pembukaan Sidang Konstituante 10 November 1956. Selama
periode demokrasi liberal Soekarno menilai perkembangan

16
Indonesia terhambat karena banyak perbedaan ideologis dalam
lingkar kabinet.
Dengan dimulainya demokrasi terpimpin, Soekarno mulai
menata kembali parlemen baru dan membubarkan parlemen
lama. Kemudian satuan tentara juga dilibatkan dalam
perpolitikan negeri sebagai kelompok fungsional, bersamaan
dengan masuknya PKI untuk menyeimbangkan.
Meski menurut Soekarno adanya campur tangan PKI bisa
jadi penyeimbang, nyatanya pilihan itu banyak ditentang.
Sayangnya, kehadiran PKI tersebut justru menimbulkan
konflik yang berujung pada puncak peristiwa G30S PKI pada
30 September 1965.
d. Masa akhir kekuasaan soekarno (1966)
Kedekatan Soekarno dengan para PKI membuat rakyat
tidak senang, Bahkan hal tersebut membuat reputasinya
menurun dan sudah tidak dipercayai lagi . Terlebih rakyat juga
khawatir jika pemimpin negara terlalu dekat dengan PKI akan
menimbulkan munculnya paham komunisme.Atas dasar itu,
Soekarno menyerahkan jabatannya. Pada 23 Februari 1967 di
Istana Negara, kekuasaan pemerintah resmi diserahkan ke
pemegang Supersemar Jenderal Soeharto.
Lewat Sidang MPRS di bulan berikutnya, pengunduran
diri Soekarno dikukuhkan sekaligus diresmikannya Presiden
Soeharto sebagai pemimpin negara. Setelah kepemimpinan
berada di tangan Soeharto, masa Orde Lama beralih menjadi
Orde Baru sebagai tanda pergantian pemerintahan. Itulah
sejarah singkat Orde Lama yang banyak dikenal secara meluas
pada masa kepemimpinan Soekarno.

2) Era orde baru

17
Lahirnya Orde Baru ditandai Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura
yang terdiri dari tiga tuntutan, yakni pembubaran PKI,
perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga. Akan tetapi
sikap Presiden Soekarno bertolak belakang dengan aksi-aksi
mereka. Hingga terjadi peristiwa G30S/PKI yang membuat rakyat
Indonesia menurunkan kepercayaannya terhadap pemerintahan
Soekarno. Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab
menurunnya kredibilitas Soekarno. Hal itu membuatnya
mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto yang disebut
Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Supersemar menjadi
titik awal berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Dalam Surat
Perintah tersebut Soekarno menunjuk Soeharto untuk melakukan
segala tindakan demi keamanan, ketenangan, dan stabilitas politik.
a. Sistem Pemerintahan
Di masa Orde Lama, komunisme dan gagasan yang bertolak
belakang dengan Pancasila sempat meluas. Hal ini membuat
Soeharto di masa jabatannya melakukan indoktrinasi
Pancasila. Beberapa metode indoktrinasi yang dilakukannya
yaitu:
 Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan, Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) di sekolah.
 Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi
dengan syarat menggunakan asas pancasila.
 Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan
alasan stabilitas negara.

Sistem pemerintahan Orde Baru menggunakan konsep


Demokrasi Pancasila. Visi utamanya adalah menerapkan nilai
Pancasila dan UUD 1945, secara murni serta konsekuen dalam
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam periode masa
Orde Baru, terjadi banyak perubahan-perubahan politik dan
ekonomi. Perekonomian Indonesia berkembang pesat

18
walaupun dibarengi dengan praktik korupsi yang merajalela.
Melalui beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi negara
juga semakin kuat. Namun kondisi ini menurun ketika terjadi
krisis moneter pada 1997. Krisis inilah yang membuat
pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat sehingga Soeharto
sebagai presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998
yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru.

b. Penyebab jatuhnya Orde Baru


Perekonomian Indonesia yang melaju pesat dan
pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat di
masa Orde Baru diikuti dengan praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan
terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo mahasiswa
dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah
pemerintah menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei
1998. Terjadi juga Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya empat
mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang semakin
mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah.
Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi
masa kelam bagi rakyat Indonesia. Perekonomian yang tadinya
melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan
berakhirnya rezim Orde Baru.
Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, Orde Baru ambruk
akibat krisis ekonomi yang melanda sejak tahun 1997.
Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah
membuat Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.
3) Era reformasi
a. Lahirnya Era Reformasi
Lengsernya Soeharto dari jabatan presiden di tahun 1998
adalah pertanda Orde Baru telah berakhir dan disusul dengan
lahirnya era Reformasi. Pada era Reformasi ini, masih ada

19
beberapa pejabat yang beranggap bahwa Orde Baru belum
berakhir, karenanya era Reformasi disebut juga dengan era
pasca Orde Baru. Adapun asal kata reformasi sendiri tersusun
atas dua kata, yakni re yang berarti kembali, dan formasi
berarti susunan. Maka era Reformasi dapat dikatakan sebagai
era yang menyusun kembali. Perihal yang disusun kembali
dalam era ini adalah sistem pemerintahan Negara Indonesia.
Lahirnya era Reformasi ini bertujuan untuk mengubah
segala bidang yang menyimpang pada masa Orde Baru atau
sebelum tahun 1998. Era ini lahir tepat setelah presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan kemudian
digantikan oleh wakil presidennya, yakni B.J. Habibie.
b. Latar Belakang Lahirnya Reformasi
Krisis finansial yang terjadi pada tahun 1997 atau yang
lebih dikenal dengan krisis moneter, menjadi faktor utama
yang melatarbelakangi lahirnya era Reformasi dan runtuhnya
Orde Baru. Tidak hanya itu, Indonesia juga dilanda kemarau
dan didukung dengan jatuhnya komoditas ekspor.
Permasalahan-permasalahan tersebut sangat memporak-
porandakan negara Indonesia pada masa itu.Krisis finansial
Asia yang turut melanda Indonesia menjadikan rakyat
Indonesia tidak puas atas kepemimpinan presiden Soeharto.
Gerakan mahasiswa yang terjadi di seluruh Indonesia pun
menjadi pemicu demonstrasi besar-besaran. Dikarenakan
desakan dari dalam dan luar negeri, Soeharto pun memutuskan
untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Melansir buku berjudul Implikasi Tata Kelola Sektor Publik
Era Reformasi karya Muslim Afandi dkk, ada begitu banyak
krisis yang melanda Indonesia pada saat itu, yakni krisis
ekonomi, krisis politik, krisis hukum, krisis keamanan dan
sosial budaya serta krisis kepercayaan. Namun krisis ekonomi

20
c. Tujuan Era Reformas
Dijelaskan juga oleh Muslim Afandi dalam bukunya
bahwa menurut Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998,
reformasi bertujuan mewujudkan pembaharuan di segala
bidang pembangunan nasional, terkhusus bidang ekonomi,
politik, hukum, dan agama serta sosial budaya.Berikut tujuan
reformasi secara rinci:
a) Menangani krisis ekonomi dalam waktu sesingkat
mungkin, terkhusus untuk menghasilkan stabilitas moneter
yang tanggap terhadap pengaruh global serta pemulihan
aktivitas usaha nasional.
b) Mewujudkan kedaulatan rakyat di seluruh sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
peningkatan dan perluasan partisipasi politik rakyat secara
tertib guna mewujudkan stabilitas nasional.
c) Menegakkan hukum sesuai dengan nilai-nilai kebenaran
dan keadilan HAM menuju terciptanya ketertiban umum
dan perbaikan sikap mental.
d) Meletakkan dasar-dasar kerangka dan kegiatan reformasi
pembangunan agama dan sosial budaya dalam
mewujudkan masyarakat madani.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar falsafah,ideology,sumber hokum Negara
Indonesia yang menjadi pandangan serta tujuan hidup masyarakat
Indonesia untuk berbangsa dan bernegara.selain itu pancasila dapat
menjadi pemersatu dan pertahanan bangsa dengan latar belakang
keanekaragaman. Pancasila lahir tidak semata-mata ada begitu
saja,pancasila lahir da nada sampai saat ini melalui tahapan,proses dan
dinamikanya mulai dari pancasila era pra
kemerdekaan,kemerdekaan,orde lama,orde baru,dan reformasi.banyak
sekali perjuangan para tokoh-tokoh terdahulu untuk melahirkan
pancasila.serta dinamika yang dimiliki dalam proses pancasila
memiliki pasang surut didalamnya dalam merealisasikan nilai-nilai
yang terkandung pancasila.
Pancasila sebagai dasar Negara membuktikan bahwa semuanya
telah terangkum di dalamnya taka da satu pun yang menghapuskan
perbedaan semua menjadi satu di dalamnya seperti semboyan yang
kita miliki yaitu|”Bhineka tunggal ika”
B. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana
setiap warga Negara Indonesia harus menjunjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab agar pancasila tidak terbatas ada coretan
tinta belaka tanpa makna. Dari generasi ke generasi harus memahami
makna pancasila sebagai tujuan dan pandangan hidup untuk
bermasyarakat yang dilatarbelakangi berbagai macam perbedaan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii Maarif. 1985. Masalah Kenegaraan. Jakarta : LP3ES.

Ahmad Syafii Maarif. 2002. Refleksi 50 tahun Indonesia Merdeka.


Yogyakarta : UNY.

Alfian. 1971. Hasil Pemilihan Umum 1955 Untuk Dewan Perwakilan Rakyat.

Biro Pusat Statistik, 1975. Statistik Indonesia. Jakarta : BPS.

Amin, SM. 1967. Indonesia di bawah RezimDemokrasi Terpimpin. Jakarta :


Bulan Bintang.

Hatta, Moh. 1974. Detik-Detik Sekitar Proklamasi 1945. Jakarta: Yaperna.

Joeniarto. 2000. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta : Bumi


Aksara.

Kahin, G.McT. 1963. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, New


York : Cornell University Press

Leirisa, R.Z. 1986. Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta : Depdikbud

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah


Nasional Indonesia VI.Jakarta : Balai Pustaka.

Yahya Muhaimin. 1971. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia


1945-1966. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

23

Anda mungkin juga menyukai