Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”

Disusun oleh:

Nama : Herman

Ruangan :B

Mata Kuliah : Pancasila

TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

POLITEKNIK BOMBANA

BOMBANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah PENDIDIKAN PANCASILA, yang berjudul
“Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu. Makalah ini telah disusun berdasarkan
sumber-sumber yang ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I..............................................................................................................................
1
PENDAHULIAN............................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
2
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................
2
BAB II.............................................................................................................................
3
PENDAHULUAN..........................................................................................................
3
2.1 Perumusan Masalh..................................................................................................
3
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...........................................................................
7
2.2.1 Pengertian Filsafat............................................................................................
7
2.2.2 Alasan Manusia berfilsafat...............................................................................
9
2.2.3 Filosofi Pancasila..............................................................................................
9
2.2.4 Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia........................
11

ii
2.3 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara..............................................................
12
2.3.1 Mengapa Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...............................
12
2.3.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia.....................................................................................................
15
2.4 Perbedaan dan persamaan Ideologi Pancasila dengan ideologi lain.......................
16
2.4.1 Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara......................................
16
2.4.2 Ideologi Pancasila.............................................................................................
17
2.4.3 Perbedaan dan Persamaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain................
18
BAB III...........................................................................................................................
24
PENUTUP.......................................................................................................................
24
3.1. Kesimpulan............................................................................................................
24
3.2. Saran.................................................................................................................................
24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
25

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan
light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu
dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan
manusia Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan
Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia
ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana proses lahirnya Pancasila ?

2. Apa pengertian Pancasila sebagai sistem Filsafat?

3. Bagaimana fungsi ideologi Pancasila bagi negara ?

4. Bagaimana perbedaan dan persamaan ideologi Pancasila,


Liberal,Komunis,Fasis,Agama ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui proses lahirnya Pancasila

2. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

3. Untuk mengetahui fungsi ideologi Pancasila bagi Negara

4. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan ideologi Pancasila


dengan
ideologi lain

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Lahirnya Pancasila


Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari
lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar belakang atau
sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara maka kita harus
membuka kembali catatan sejarah dari para founding father yang sudah
memberikan pemikirannya tentang dasar Negara.

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa


Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa lain yang menjajah atau
berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan
Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum
kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat
kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit,
Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa
Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata
maupun politik.

Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam


hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami
kegagalan. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8
Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun
Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara
Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara
Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji
ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.
Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu
janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Madura)

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan


Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk
selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat
dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

3
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan
mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam
sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara
untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota
yang berbicara, tiga di antaranya adalah Muhammad Yamin, Dr. Soepomo
dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk
Indonesia merdeka.

Muhammad Yamin
Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan
yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga
terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945.

4
Soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945 Dr. Soepomo juga mengusulkan 5 dasar negara,
yaitu:

a. Paham negara persatuan


b. Perhubungan negara dan agama
c. Sistem badan permusyawaratan
d. Sosialisme negara
e. Hubungan antarbangsa

Soekarno

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung
Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi
Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.

5
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI
sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah
menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan
kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan
mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil,
dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai
antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-
Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin

Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu
juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum
Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai
adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada
tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut

6
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia,
yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan
sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar
dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil
Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang.


Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan
bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi
Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea


keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus.
Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri
dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta
disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota
tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid
Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-
tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan


kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh
Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan
“Yang Maha Esa”.

2.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat


2.2.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani
“alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” artinya “hikmah” atau
“kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973). Keseluruhan arti
filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua macam sebagai berikut:
Pertama : Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian :
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu, konsep pemikiran-pemikiran
daripada filsafat pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu
aliran atau sistem filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme, dan lain sebagainya.
7
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu
kebenaran yang tinggi dari persoalan yang bersumber pada akal sehat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses yang mencakup
pengertian:
Suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses suatu pemecahan permasalahan
dengan menggunakan cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya. Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem
pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak
lagi hanya merupakan suatu kumpulan dogma yang hanya diyakini,
ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai tertentu tetapi lebih merupakan
suatu aktivitas berfilsafat suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.
Adapun pengertian filsafat menurut para ahli seperti:
 Socrates (469-399 S.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa
manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu  dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
 Plato (472 – 347 S.M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth) dalam
pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi dan
tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang
bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan  tentang seluruh
kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat
spekulatif.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah, sebagai berikut:


 Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik
fisis, yang meliputi bidang-bidang, antologi, kosmologi, dan
antropologi.
 Epistemologi, membahas tentang hakikat pengetahuan.
 Metodologi, membahas tentang hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
 Logika, membahas tentang filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus
dan dalil-dalil berfikir yang benar.
8
 Etika, membahas tentang moralitas, dan tingkah laku manusia.

2.2.2 Alasan Manusia berfilsafat


Manusia merupakan makhluk telah bersilfasat baik itu disadari
ataupun tidak disadari. Adapun faktor pendorong atau alasan manusia
berfilsafat ada 3 faktor yaitu:
a. Keheranan atau Kekaguman
Manusia dapat merasa kagum atau heran karena merasakan,
melihat atau mendengar sesuatu yang tidak biasa mereka ketahui.
Ketika manusia heran, ia akan mulai berpikir apakah ia sedang
tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan. Hal ini
membuat rasa ingin tahu mereka muncul terhadap objek yang
membuat rasa kagum dan heran tersebut. Rasa heran ini
mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh
dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang
hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti
ini disebut dengan berfilsafat.
b. Keraguan atau kesangsian
Manusia dapat merasa ragu terhadap suatu objek karena mereka
telah mempunyai pandangan tersendiri terhadap objek tersebut
sebelumnya. Selanjutnya, manusia menggunakan filsafat sebagai
sarana untuk menemukan jawaban atas keraguan mereka terhadap
kebenaran persepsi yang telah mereka miliki sebelumnya atau
ingin membuktikan sesuatu yang baru.
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia yang menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan
akan mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang ia miliki.
Disini manusia menggunakan filsafat sebagai sarana menemukan
jalan untuk mengatasi keterbatasan yang mereka alami. Apabila
seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama
pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan
adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia
akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah
ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan
untuk menemukan kebenaran yang hakiki.

2.2.3 Filosofi Pancasila


Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila
dijelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap
aspek kehidupan kebangsaan kemasyarakatan dan kebangsaan harus
9
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Pemirkiran filsafat kenegaraan bertolak
dari suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang
merupakan masyarakat hukum (legal society).
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat objektif dan juga subjektif. Artinya asensi nilai-nilai
Pancasila adalah bersifat universal yaitu keutuhan, kemanusiaan
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sehingga kemungkinan dapat
diterapkan pada negara lain walaupun barang kali namanya bukan
Pancasila. Artinya jika suatu negara menggunakan prinsip filosofi
bahwa negara ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
berkeadilan, maka negara tersebut pada hakekatnya menggunakan
dasar filsafat dari sila-sila Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan
sebagai berikut: Rumusan dari sila-sila Pancasila, Inti nilai-nilai
Pancasila, Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa
beradaan nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terlekat pada
bangsa Indonesia.
Pancasila memang dikenal sebagai filosofi Indonesia. Namun
kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah
dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui
sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila
berbeda dari waktu ke waktu.
Pengertian filsafat Pancasila terdapat beberapa versi yakni:
a. Filsafat Pancasila versi Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini
merujuk pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa
merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat
merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi
konsep humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi,
sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak
1955 sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu
Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat
asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan

10
akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab
(Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari
Indonesia, “Keadilan Sosial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.
Sukarno tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan
“Persatuan”.
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui
filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat
disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia,
sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila
dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan
menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang
bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly
Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan,
Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso,
Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.

Dari beberapa versi tersebut filosofi Pancasila secara umum dapat


diartikan merupakan hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.

2.2.4 Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia merupakan kenyataan objektif yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.Pancasila memberi petunjuk
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras. Filsafat Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan negara: Yang dimaksud adalah bahwa semua
aturan kehidupan hukum kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik
indonesia. Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak
meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan tidak
menyepelekan masalah yang kecil dan selalu berfikiran positif, kritis,
dan bersifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.

11
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama
pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak
sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.

Selain itu dalam sila ke 2, ke 3, ke 4 dan ke 5, maka


epistimologis ( hakikat dan sistem pengetahuan ) pancasila juga
mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan
hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.

2.3 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara


2.3.1 Mengapa Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga
sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural bond)
yang berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat
Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam
menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari
ideologi itu.

Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang


dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan
fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga
dimensi tersebut:

1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi


itu yang mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup
dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul
untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu
mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang
terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan
kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang

12
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam
praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu
kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan
zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran
terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan
realita-realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.
Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat
dikatakan sebagai ideology terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu :

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia


adalah bangsa yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan
menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan
sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai
keadaan bangsa dan Negara.
 
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya
dapat menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari
depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal
tersebut bisa saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima
prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan,
persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang
merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat. bangsa dan personal-personal di dalamnya.Menata

13
sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai
alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus
tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa
menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila
telah disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila
berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang
dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga mengalami
tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan
apakah Pancasila mampu bertahan.

Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa


Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis
universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam
keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang
berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari
ideologi negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan
rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai
ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan
para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai
ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya
tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel.
Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa
Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.

Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu


cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita)
dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus
bangsa harus mampu menjaga nilai-nilai tersebut. Untuk dapat hal
tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :

14
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata
pelajaran khusus Pancasila pada setiap satuan pendidikan
bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2.  Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap Pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan
dengan Pancasila.

2.3.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan


Negara Indonesia
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan
nilai nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan.
Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong
nilai kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya
secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran,
atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai Pancasila
bersibat obyektif dan subyektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila
bersifat universal atau berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan
di negara lain.

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif, maksudnya :

1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang


terdalam menunjukkan adanya sifat umum universal dan
abstrak.
2. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber 
dari segala sumber hukum di Indonesia.

15
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri
karena: 

1. Nilai- nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia.

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa


Indonesia.

Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan


hati nurani bangsa Indonesia

2.4 Perbedaan dan persamaan Ideologi Pancasila dengan ideologi lain


2.4.1 Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan.
konsep, keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan ilmu tentang
keyakinankeyakinan atau gagasan-gagasan. Ada beberapa pengertian
ideologi menurut para tokoh seperti berikut.:

a.Menurut Destutt de Tracy, ideologi diartikan sebagai Science of


Ideas, di dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program yang
diharapkan membawa perubahan lembaga dalam suatu masyarakat.
b. Menurut Ali Syariati, ideologi adalah keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial,
suatu bangsa, atau suatu ras tertentu.
c. Menurut Koento Wibisono ada tiga unsur penting dalam suatu ideologi,
yaitu:
1.Keyakinan, yaitu setiap ideologi selalu menunjukkan gagasan vital yang
sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arch strategic
bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
2.Mitos, yaitu konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara
optimal dan pasti, yang menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara
yang telah ditentukan.
3.Loyalitas, yaitu setiap ideologi menuntut keterlibatan optimal atas dasar
loyalitas dari pendukungnya.

Bagi negara-negara yang mengalamai penjajahan, ideologi di


maknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan
yang ingin diwujudkan. Ideologi sangat diperlukan karena dianggap
mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberi
motivasi dalam perjuangan melawan penjajah. Pentingnya Ideologi

16
dapat dilihat dari fungsinya. Bagi suatu negara, ideologi merupakan
sesuatu yang berfungsi sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah
semua kegiatan hidup serta penghidupan suatu bangsa di berbagai
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Ideologi diperlukan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan
negaranya. Tanpa kesepakatan bersama, tidak mungkin tujuan untuk
meraih cita-cita atau harapan negara dapat menjadi kenyataan.

Arti penting Ideologi adalah sebagai berikut:


1.   Negara mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan,
memberikan orientasi mengenai dunia beserta isinya, seta
memberikan motivasi perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-
citakan.
2.  Dengan ideologi nasionalnya, suatu bangsa dan negara dapat berdiri
kukuh dan tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh ideologi
lain serta mampu menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
3.    Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan
yang di cita-citakan. Ideologi yang dipahami, dihayati, dan
diamalkan oleh seluruh rakyat dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan demi kelangsungan hidupnya.
4.    Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai golongan, suku,
ras, dan agama, bahkan dari berbagai ideologi.
5.    Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai agama.
6.    Ideologi mampu mengatasi konflik atau ketegangan social.

2.4.2 Ideologi Pancasila


Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu
dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-hak masyarakat.
Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Sehingga
nilai-nilai Ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam
hidup negara dan masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka
demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai
Ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan
manusia.
Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti
senantiasa mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai
pendukung
ideologi serta menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Ideologi
Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi tercapainya tujuan
bangsa.

17
Ideologi pancasila adalah ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-
nilai Pancasila yang tedapat pada sila yang satu dengan sila yang
lainnya.
Ciri-ciri ideologi Pancasila yaitu:
 Masalah agama adalah hak pribadi (berhak memilih kepercayaan
masing-masing).
 Warga Negara menganut aturan sesuai dengan UUD 1945
 Politik berdasarkan demokrasi Pancasila
 Sistem perekonomian melibatkan pemerintah. Para pengusaha
swasta dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun
golongan ekonomi aktif/kuat. Dalam usaha mencapai
kemakmuran bangsa saling membantu kegiatan ekonomi.
 Individu diakui keberadaannya.

Satu-satunya negara yang menganut ideologi ini hanya Indonesia.

2.4.3 Perbedaan dan Persamaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain


Selain Ideologi Pancasila yang ada di Indonesia ada beberapa jenis
ideologi lain yang ada di dunia. Diantaranya adalah ideologi Pancasila,
liberalisme, komunisme, fasisme, serta agama.

a. Ideologi Liberalisme

Ideologi Liberalis adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya


untuk mengatur tingkah laku yang menonjolkan kebebasan individu.
Ciri-ciri ideologi ini yakni:
 Mempercayai adanya Tuhan
 Membebaskan rakyatnya untuk beragama atau tidak
18
 Mengakui persamaan dasar manusia dan menghargai pemikiran
manusia
 Lebih mengutamakan kepentingan individu
 Adanya partai oposisi dalam bidang politik
 Sistem ekonomi menganut sistem kapitalis, dimana perekonomian
diserahkan kepada perorangan

b. Ideologi Komunisme

Ideologi komunis adalah suatu ajaran yang didasarkan atas paham


sama rata sama rasa dan telah diyakini kebenarannya.
Ciri-ciri ideologi komunisme diantaranya:
 Tidak mempercayai adanya Tuhan(atheisme)
 Menyanggah atau menolak persamaan manusia dan tidak terdapat
pengakuan terhadap hak asasi manusia
 Dalam bidang politik hanya terdapat satu partai yaitu partai
komunis
 Sistem perekonomian yang sentralistik(diatur oleh pusat)

Negara yang menganut ideologi komunisme antara lain Rusia, Cina,


Vietnam, Korea Utara, Kuba, Laos, dll

c. Ideologi Fasisme

19
Ideologi Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri
dan memandang rendah bangsa lain.
Ciri-ciri ideologi Fasisme:
 Kekuasaan dipegang oleh pemerintah yang dapat berupa koalisi
sipil, militer, atau partai yang berkuasa saat itu.
 Rakyat diperintah dengan intimidasi agar patuh terhadap Negara
 Pemerintah mengatur segala yang boleh maupun tidak boleh
dilakukan oleh rakyatnya.

Ideologi ini hampir tidak ada yang menggunakannya lagi, namun


beberapa negara yang pernah menganut ideologi ini diantaranya
Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Jepang, dan Jerman.

d. Ideologi Agama

Ideologi Agama adalah ideologi yang bersumber pada falsafah agama


yang termuat dalam kitab suci suatu agama .
Ciri – ciri ideologi agama antara lain :
 Urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan
hukum agama.
 Hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara.
 Negara berlandaskan agama.

Negara yang menganut ideologi ini di antaranya Saudi Arabia dan


Iran berdasarkan Islam dan Vatikan berdasarkan Kristen.

20
Macam-macam ideologi di atas tentunya memiliki persamaan terhadap
ideologi Pancasila. Persamaan tersebut diantaranya:
 Antara ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme adalah
sama-sama menganut sistem demokrasi dan sama-sama mengakui
adanya Tuhan
 Antara ideologi Pancasila dan ideologi Komunisme memiliki
tujuan yang sama mensejahterakan seluruh rakyatnya baik kaum
buruh sekalipun.
 Antara ideologi Pancasila dan ideologi Agama sama-sama
mengharuskan rakyatnya untuk memiliki agama.

Macam-macam ideologi di atas tentunya juga memiliki perbedaan


terhadap ideologi Pancasila. Perbedaan tersebut diantaranya

IDEOLOGI AGAMA LIBERALISME KOMUNISME FASISME PANCASILA

ASPEK

POLITIK -teokrasi -demokrasi -Demokrasi -tidak setuju -Demokrasi


HUKUM liberal rakyat dengan Pancasila
-kitab suci demokrasi
sebagai dasar -hukum untuk -Berkuasa -Hukum untuk
hukum melindungi mutlak satu -kekuasaan menjunjung
individu parpol ada ditangan tinggi keadilan
-pemaksaan pemimpin dan keberadaan
agama -dalam politik -hukum untuk yang individu dan
penguasa mementingkan melanggengka dijalankan masyaraka
terhadap individu n komunis dengan
individu kekerasan

-hukum
untuk
melindungi

21
pemimpin

EKONOMI -tergantung -peran negara -peran negara -Peran negara -peran negara
pada kecil dominan kecil ada untuk tidak
pertanian/ tidak terjadi
perdagangan -swasta -demi -kapitalisme monopoli dll
yang mendominasi keloktivitas monopolisme yang merugikan
ditentukan berarti demi rakyat
oleh alam dan -kapitalisme negara
keadaan alam
ditentukan -monopolisme -monopoli
tuhan negara
-persaingan
bebas

AGAMA -Setiap -agama urusan -agama candu -Agama -bebas memilih


individu harus pribadi masyarakat candu salah satu
beragama dan masyarakat agama
menjalankan -bebas -agama harus
ibadah agama beragama dijauhkan dari -agama harus -agama harus
kepada tuhan masyarakat dijauhan dari menjiwai dalam
adalah tempat masyarakat kehidupan
bergantungnya -atheis bermasyarakat
semua -atheis dan bernegara
makhluk

CIRI -negara -penghargaan -atheisme -reasialisme -bebas memilih


KHAS berdasarkan atas HAM salah satu
kitab suci -diogniatis -diktator agama
-demokrasi
-hukum -otoriter -imperialisme -agama harus
bersumber -negara hukum menjiwai dalam
pada kitab -ingkar HAM kehidupanm
suci -menolak bermasyarakat,
berbangsa dan

22
-pemimpin dogmatis -reaksi bernegara.
agama terhadap
memiliki -reaksi terhadap liberalisme dan
peran besar absolutisme kapitalisme
dalam negara
sebagai
pemimpin
agama
ataupun
sebagai
pemimpin
politik

23
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling


berhubungan untuk satu tujuan tertentu dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki fungsi serta
tugas masing-masing. Dan makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah
dasar mutlak dalam berpikir dan tentunya dengan saling mengaitkan antara sila
yang satu dengan lainnya. Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup, bukan
hanya di nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna
dan tugas masing - masing memiliki tujuan tertentu.

3.2. Saran

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman


bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk menunjukan dan meneruskan nilai-nilai dan kenyatan-kenyataan dalam
nilai filsafat pancasila tersebut kita sebagai warga Negara Indonesia hendaknya 
memelihara kelestarian,keampuhan dan kesaktian pancasila tersebut agar menjadi
pedoman yang dapat dijadikan penuntun dan pegangan terhadap sikap dan tingkah
laku bagi setiap manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan MS. 2010. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Jakarta

Lembaga Soekarno-Hatta.1984.Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945


dan Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press.

Notosusanto, Nugroho, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, (Jakarta: PN


Balai Pustaka, 1985).

https://yusriantokadir.files.wordpress.com/2010/11/handout-pancasila-part-5-8-
final.ppt

http://adelaistanto.blogspot.com/2013/01/filsafat-alasan-manusia-berfilsafat.html

https://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasar-falsafah-
negara-indonesia/

http://indonesiaindonesia.com/f/101937-sejarah-lahirnya-pancasila-ideologi-dasar-
negara/

http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/10/arti-penting-ideologi-bagi-suatu-bangsa.html

http://nefi34na.blogspot.com/2012/10/makalah-ideologi-fasisme-negara.html

http://adienomets.blogspot.com/2012/12/perbedaanideologi-pancasila-liberal.html

http://ciri-cirinya.blogspot.com/2014/09/arti-macam-macam-ideologi-dengan-ciri.html

http://suryachandragobel.blogspot.com/2013/09/pengertian-ciri-ciri-dan-negara.html

https://debiasri.wordpress.com/2012/12/26/sejarah-proses-perumusan-pancasila-sebagai-
dasar-negara/

25

Anda mungkin juga menyukai