Anda di halaman 1dari 17

DASAR DAN FALSAFAH NEGARA

Oleh

Daffa Aiman Fahar

NIM : 11210810000058

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baknya. Makalah ini berjudul “Dasar dan Falsafah Negara” yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang dibimbing langsung oleh Bapak Lili Supriyadi S.Pd.,
M.M.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu saya akan sangat terbuka jika ada masukan ataupun
kritik mengenai makalah yang saya buat ini. Saya juga ingin mengucapkan
terimakasih untuk Bapak Dosen atas referensi dan bimbingannya selama berada di
mata kuliah ini. Saya harap dengan adanya makalah ini bisa menambah
pengetahuan saya dan pembaca mengenai Pancasila yang merupakan dasar dan
falsafah Negara Indonesia. Saya juga berharap makalah ini bisa menumbuhkan
rasa nasionalisme kita sebagai warga Negara Indonesia.

Jakarta, 11 September 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Masalah.............................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Sejarah Perumusan dan Pengesahan Pancasila.............................................6

B. Definisi Pancasila Sebagai Dasar dan Falsafah Negara..............................10

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang berlandaskan pada Pancasila, senua berawal
ketika pada Juni 1945, sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia telah lahir, yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar dan falsafah
negara Indonesia, sehingga Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
Negara yang diharapkan bisa menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian dari pertahanan
bangsa dan negara.

Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku bangsa dapat dipersatukan
oleh Pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang
sakti. Siapa pun coba menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan
seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara indonesia. Pancasila
merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham
positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut
mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri.

Sila-sila yang terdapat di Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-
norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai
serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, seperti
Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa
Indonesia yang bertuhan dan ber-agama. Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa
Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Kolonialisme
juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan.

Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya kita
bisa menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
diwariskan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah

4
berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Sehingga kita bisa bersama-
sama meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan
guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan proses perumusan dan pengesahan Pancasila
2. Menguraikan dan menjelaskan Pancasila sebagai dasar dan falsafah
Negara

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui proses perumusan dan pengesahan Pancasila
2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang dasar dan falsafah Negara
Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan dan Pengesahan Pancasila


Arus sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa
memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika
konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu akan berada
dalam bahaya. Begitu kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa
menjadikan Pancasila terus berjaya sepanjang masa.

Hal tersebut disebabkan ideologi Pancasila tidak hanya sekedar “confirm


and deepen” identitas Bangsa Indonesia. Ia lebih dari itu. Ia adalah identitas
Bangsa Indonesia sendiri sepanjang masa. Sejak Pancasila digali kembali dan
dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia membangunkan
dan membangkitkan identitas yang dormant, yang “tertidur” dan yang “terbius”
selama kolonialisme.

Menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya.


Jepang banyak menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada
bangsa Indonesia dengan membuat suatu janji bahwa Jepang akan memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, janji yang ditawarkan adalah Jepang akan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan nama Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai.

Hal ini direalisasikan oleh Kaiso pada 29 April 1945 dengan jumlah
anggota 62 orang. Diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat, anggota BPUPKI
terdiri dari dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso,
tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh orang anggota perwakilan dari Jepang.

6
Secara garis besar, tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan menyusun
rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. Maklumat yang sama
memaparkan tugas BPUPKI yaitu mempelajari semua hal penting terkait politik,
ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan
bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia
(Asia Raya, 29 April 1945).

BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali
sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945 yang membahas tentang dasar negara. Pada sidang tidak
resmi, BPUPKI membahas perancangan Undang-Undang Dasar 1945 yang
dipimpin Soekarno dan dihadiri oleh hanya 38 orang.

Sidang BPUPKI - I
Dalam sidang yang pertama, yaitu pada 29 Mei 1945 bahwa Indonesia
membutuhkan dasar negara. Para tokoh-tokoh pendiri negara mulai mengusulkan
rumusan dasar negara yang isinya berbeda-beda namun tetap memiliki persamaan
yaitu didasari oleh gagasan besar bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa
Indonesia. Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya adalah Mohammad
Yamin. Disini ia mengemukakan bahwa dasar negara terdiri dari 5 asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.

Kemudian, pada hari ketiga sidang pertama, 31 Mei 1945, Soepomo


mengemukakan pendapat dalam pidatonya yang menyatakan bahwa negara
Indonesia merdeka adalah dengan mengatasi segala golongan dan pemahaman
untuk mempersatukan lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini, dirumuskan dalam 5
poin yaitu:

7
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Pada hari terakhir dari sidang pertama, 1 Juni 1945, Soekarno turut
mengemukakan pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi nama Pancasila
atas usulan dari seorang teman, ahli bahasa. Rumusan dasar negara dalam 5 sila
tersebut, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Sidang BPUPKI - II
Setelah sidang pertama selesai, Indonesia belum mencapai kesepakatan
akhir. Pada tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPKI yang kedua
dengan tujuan untuk “mempersiapkan Rancangan Hukum Dasar”, di jalan
Pajaboan Jakarta. Kemudian, BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 9 orang, di bawah pimpinan Soekarno, dengan anggota terdiri atas
Ki Bagoes Hadikoesoemo, Wachid Hasjim, Muhammad Yamin, Abdulkahar
Muzakir, Sutardjo Kartohadikoesoemo, A.A Maramis, Otto Iskandardinata dan
Mohammad Hatta. Panitia yang diberi nama Panitia Sembilan ini, dibentuk
dengan tujuan merumuskan rumusan-rumusan yang telah dibicarakan agar
menjadi kesepakatan yang lebih jelas.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diadakan sidang kedua pada 10 Juni


sampai dengan 16 Juni 1945. Setelah melewati berbagai pertimbangan dan
diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia

8
merdeka yang diberi nama Piagam Jakarta oleh M. Yamin yang didalamnya
berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Walaupun sudah dirumuskan, bukan berarti rumusan Pancasila


mendapatkan kesepakatan final. Karena, belum adanya perwakilan yang
representatif yang mewakili dari berbagai unsur. berakhirnya kerja BPUPKI
pada 7 Agustus 1945, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada 9 Agustus 1945. Diketuai Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta,

PPKI bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.


Panitia ini beranggotakan 21 orang yang semua anggotanya terdiri 12 orang
Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa
Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang peranakan Tionghoa. Namun tanpa
sepengetahuan Jepang, Soekarno menambah 6 orang lagi, sehingga total ada
27 anggota. Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu, disitulah Indonesia
mengambil kesempatan untuk mendeklarasikan kemerdekaan yang
sebelumnya dijanjikan oleh Jepang pada 24 Agustus 1945.

Dengan merdekanya Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil


merumuskan dan menyesahkan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945, bunyinya:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia

9
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara


Semenjak ditetapkannya Dasar Negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945),
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah
bangsa Indonesia. Tahapan perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam
tiga tahap yaitu:
1. Tahap 1945-1968 sebagai tahap politis
2. Tahap 1969-2020 sebagai tahap repositioning Pancasila.

Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum


ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara
yaitu:
1. 1945-1949 masa Undang Undang Dasar 1945 yang pertama
2. 1949-1950 masa Konstitusi RIS
3. 1950-1959 masa UUDS 1945
4. 1959-1965 masa Orde Lama
5. 1966-1998 masa Orde baru
6. 1998- sekarang masa Reformasi

B. Definisi Pancasila Sebagai Dasar dan Falsafah Negara


Pancasila sebagai falsafah Negara adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualitas yang tidak
terpisahkan satu dengan lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian atau
unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki fungsi serta tugas
masing-masing.

Definisi Falsafah Negara

10
Falsafah atau filsafat berasal dari kata Philos yang berarti cinta atau
sahabat dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi dapat difahami bahwa arti
dari kata filsafat adalah seseorang yang cinta terhadap kebijaksanaan, sehingga
mendorong dirinya untuk berlaku adil dengan menyesuaikannya pada kebutuhan
masing-masing.

Selain itu, falsafah juga diartikan sebagai pandangan hidup seseorang, atau
ilmu tentang segala sesuatu. Falsafah itu sendiri mengajarkan bagaimana cara
berfikir yang mendasar, radikal, dan mendalam dalam memberikan hakikat.
Pancasila sebagai sistem falsafah yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan
satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan
bernegara di Indonesia. Falsafah dan dasar negara kita ialah Pancasila, yang
diakui dan diterima oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup.

Pancasila juga mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat


menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Falsafah Pancasila
dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokokpokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.

Dalam Lokakarya Pengamalan Pancasila yang diadakan di Yogyakarta


sekitar tahun 1976, Notonagoro mengatakan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam
kalimat keempat daripada Pembukaan UUD 1945, bahwa “Disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia, yang berbentuk dalam suatu UUD Negara
Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada”.

Kata-kata “dengan berdasar kepada” tersebut menentukan kedudukan


Pancasila dalam Negara Republik Indonesia sebagai dasar negara, dalam
pengertian dasar filsafat. Dasar filsafat, asas kerohanian Negara Pancasila adalah
cita-cita yang harus dijelmakan dalam kehidupan berbangsa kita Dalam buku
Naskah Persiapan UUD 1945 Mr. Moh. Yamin, menyebutkan: “Ajaran Pancasila

11
adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Pancasila sebagai
konsep falsafah negara merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Falsafah
sendiri merupakan suatu kebudayaan, yaitu suatu hasil kreasi manusia atau dengan
kata lain sebagai hasil produk manusia.

Definisi Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila menjadi sumber nilai,


norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang
dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku
harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak
tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki
kekuatan mengikat semua Warga negaranya.

Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala


peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif
(memaksa). Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di
Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara
sudah menjadi kesepakatan nasional sebagai sumber dari segala sumber hukum
yang bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah lagi.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tercantum dengan jelas dalam


Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Rangkaian kalimat dalam Pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan hal itu adalah sebagai berikut: “ ..., maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Itulah rumusan Pancasila yang sah dan resmi. Rumusan itu tidak disebut
secara khusus dan tersurat sebagai “Pancasila”. Namun, bangsa Indonesia

12
kemudian mengenalnya sebagai “Pancasila”, artinya lima dasar atau lima asas.
Orang yang pertama memperkenalkan nama Pancasila untuk menyebut lima butir
dasar negara adalah Ir. Soekarno dalam suatu sidang BPUPKI. Nama itu diberikan
Soekarno atas saran seorang ahli bahasa. Sebagaimana yang ditentukan oleh para
pendiri dan pembentuk negara, tujuan pokok dirumuskannya Pancasila ialah
sebagai dasar negara.

Karena itu, fungsi pokok Pancasila ialah sebagai dasar negara. Setiap
negara dibangun atas dasar falsafah tertentu. Adapun falsafah merupakan
perwujudan atau cerminan dari cita-cita dan watak suatu bangsa. Falsafah setiap
bangsa akan berbeda-beda, tergantung pada citacita, jiwa, cara pandang, dan
idealisme dari bangsa yang bersangkutan. Dengan begitu, dapatlah dikatakan
bahwa dasar negara merupakan philosofische grondslag atau dasar falsafah
negara. Dasar falsafah negara merupakan pedoman cara berpikir, cara pandang,
serta cita-cita dari negara dan bangsa yang bersangkutan sehingga falsafah negara
akan mencerminkan watak dan kepribadian suatu bangsa.

Suatu bangsa akan mengalami kesulitan untuk meniru secara utuh dan
penuh falsafah bangsa lain karena watak, kepribadian, dan hal lainnya yang tidak
sama. Menurut Prof. Notonagoro, sebagai dasar negara, Pancasila memiliki
kedudukan yang istimewa dalam hukum dan kehidupan bernegara, yakni sebagai
pokok kaidah yang sangat fundamental (mendasar). Karena itulah Pancasila
memiliki kedudukan yang tetap, tidak dapat diubah.

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar dan Falsafah Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara terletak pada


kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indonesia.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum, nilai-nilai Pancasila menjadi
pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral. Hal ini berlaku
dalam segala bidang kehidupan.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara terkandung di


dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai-nilai

13
Pancasila mengandung empat pokok pikiran. Keempat pokok pikiran itu
merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila

Pokok pikiran pertama, menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah


negara persatuan, yakni negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mengatasi perseorangan dan golongan. Hal ini
merupakan penjabaran sila ketiga.

Pokok pikiran kedua, menyebutkan bahwa negara hendak mewujudkan


suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berarti negara berkewajiban
mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara, mencerdasakan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini sebagai penjabaran sila kelima.

Pokok pikiran ketiga, menyebutkan bahwa negara berkedaulatan rakyat


berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini
menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi. Hal ini
merupakan penjabaran sila keempat.

Pokok pikiran keempat, menyebutkan bahwa negara berdasarkan atas


Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok pikiran ini mengandung pengertian bahwa negara Indonesia menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama dalam pergaulan hidup bermasyarakat
dan bernegara. Hal ini merupakan penjabaran sila pertama dan kedua.

Empat pokok pikiran itu merupakan dasar fundamental dalam pendirian


negara. Lebih lanjut keempatnya diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal UUD
1945.Dari pasal-pasal UUD 1945 ini kemudian dijabarkan lagi ke bawah dalam
bentuk berbagai peraturan perundang-undangan. Dengan begitu, pelaksanaan atau
perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai peraturan tidak langsung
dilakukan dari setiap sila Pancasila.

Akan tetapi, hal itu dilakukan melalui pasal-pasal yang terdapat di dalam
UUD 1945. Dengan kata lain, pada saat pemerintah dan DPR membuat berbagai

14
peraturan perundang-undangan, mereka tidak langsung merujuk pada sila-sila
Pancasila, tetapi cukup hanya mengacu pada pasal-pasal UUD 1945. Karena
pasal-pasal UUD 1945 sendiri hakikatnya sudah merupakan penjabaran nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk yang lebih terperinci dan operasional.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti
dasar, sendi, asas, atas peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik.

Pancasila dapat kita artikan sebagai lma dasar yang dijadikan dasar negara
serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan
kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas
kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan adanya
dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.

Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Indonesia memiliki arti bahwa
Pancasila adalah pondasi utama serta rujukan pertama dari segala macam bentuk
hokum yang berjalan di Indonesia. Sebagai dasar dan falsafah Negara Indonesia,
Pancasila telah di rancang sedemikian rupa sehingga dapat mewakilkan seluruh
aspek dan komponen yang akan terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat
meskipun dipenuhi oleh beragam perbedaan dan keanekaragaman masyarakatnya

Dengan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara, maka Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional
karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan

15
masyarakat Indonesia. Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang
bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat di-antitesis-kan
satu sama lain. Penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara tidak akan
menghapuskan perbedaan, tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam “Bhineka Tunggal Ika”.

Negara Pancasila adalah suatu Negara yang didirikan, dipertahankan dan


dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab), agar dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan
mewujudkan kesejahteraannya lahir batin seluruh rakyat serta mencerdaskan
kehidupan bangsa yang berkeadilan social

B. Saran
ketika Pancasila dirumuskan dan disahkan sebagai Dasar Filsafat Negara,
sesungguhnya nilai-nilainya telah ada dan melekat dalam diri seluruh rakyat
Bangsa Indonesia yang merupakan pandangan hidup yaitu berupa nilai-nilai adat-
istiadat dan kebudayaan serta sebagai kausa materialis Pancasila. Dalam
pengertian inilah tentu kita harus memahami dan mengakui bahwa antara
Pancasila dengan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan sebab Pancasila adalah
jati diri bangsa Indonesia.

setiap anak-anak bangsa dituntut untuk mengamalkan dan menghayati


serta melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, sehingga kita
tidak mudah terpeleset dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma
hukum, norma agama dan norma kesusilaan.

Didalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara, hendaknya kita


menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa kita sangat membutuhkan Pancasila
sebagai pedoman, acuan dan pegangan di segala aktivitas kita, terutama dalam
menghadapi persoalanpersoalan bangsa yang cukup pelik serta multidimensi di
berbagai sendi kehidupan. Sehingga atas semua permasalahan yang dihadapi, kita

16
dapat menyelesaikan dan mengatasinya secara lebih dewasa, arif dan bijaksana
demi untuk kesejahteraan dan kebahagiaan anak-anak bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

DirJen Pendidikan Tinggi. (2013). MATERI AJAR MATA KULIAH


PENDIDIKAN PANCASILA. Jakarta.

Lado, V. H. (2021). Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Diawali


BPUPKI. tirto.id-Sosial Budaya, 1.

Ubaedillah, A. (2015). PANCASILA, DEMOKRASI, & PENCEGAHAN


KORUPSI. Jakarta: K E N C A N A.

Wulandari, T. (2021). Naskah Pancasila: Proses Rumusan dan Tanggal


Pengesahan oleh PPKI. detikEdu, 1-2.

https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/256/makna-pancasila-sebagai-pandangan-
hidup-ketahui-isi-dari-kelima-butirnya.

17

Anda mungkin juga menyukai