Anda di halaman 1dari 32

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BS-MKU UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat meyelesaikan makalah yang  berjudul “PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”.
Makalah ini berisi tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara, Argumen
tentang Tantangan terhadap Pancasila, Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara,
HubunganPancasiladenganProklamasi, Pembukaan UUD 1945, dan Pasal-Pasal  UUD 1945,
Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.
Penulisan makalah ini tidaklah lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya yang tak pernah
berhenti
3. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan masukan serta
dukungan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami meminta
saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat membuat suatu makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
           
                                                                                    Jember, 11 Oktober 2016

                                                                                                                         Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................iv

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................iv

1.3 Tujuan.............................................................................................................................. v

BAB II  PEMBAHASAN

2.1 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara..............................................1

2.2 Argumen tentang dinamika pancasila sebagai dasar Negara.......................................... 6

2.1.2 Argumen tentang tantangan pancasila sebagai dasar Negara...............................6

2.1.3 Esensidan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara............................................7

2.3 Hubungan Pancasila dengan Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, dan Pasal-Pasal  UUD

1945................................................................................................................................10

2.4 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.................................................. 15

BAB III  PENUTUP 

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23

DAFTARPUSTAKA............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa bingung
dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang malah menyepelekan
keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia, sedangkan
bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia.Suatu negara pasti mempunyai
identitas nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lain karena, identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut.
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan
pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. begitu besar pengaruh Pancasila terhadap
bangsa dan negara Indonesia, Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah,
pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi
mutlak harus dipersatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang sepeles
sampai ke persoalan yang vital. Sebenernya semua persoalan bisa diselesaikan apabila rakyat
indonesia sudah menjiwai pancasila. tetapi negara hanya meninggikan keilmuwan, ilmu
penegatahuan tidak adanya pendalaman pancasila, penerapana pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa saja esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara?
3. Bagaimana hubungan pancasila dengan proklamasi, pembukaan UUD 1945, dan pasal-
pasal  UUD 1945?
4. Apa saja implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami argumen tentang tantangan terhadap pancasila
3. Mengetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
4. Memahami hubungan pancasila dengan proklamasi, pembukaan UUD 1945, dan pasal-
pasal  UUD 1945
5. Mengetahui implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yag sangat
panjang. Pada awalnya Pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yaitu dalam adat istiadat, agama-agama serta dalam pandangan hidup bangsa.
Oleh karena itu nilai-nilai pancasila telah diyakini kebenarannya, kemudian diangkat
menjadi dasar negara sekaligus sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan
telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita
sendiri, melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, diilhami oleh ide-ide besar dunia,
dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita sendiri dan ide besar bangsa kita
sendiri,” demikian ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Ulang Tahun
Parkindo yang ke-24 di Surabaya pada 15 Nopember 1969.[1]
Nama Pancasila lahir atas usulan atau ide Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945 pada sidang BPUPKI yang pertama. Saat itu usulan beliau disambut hangat oleh
para hadirin dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Dengan demikian BPUPKI
mencapai sepakat kata, bahwa Negara Indonesia akan dibangun atas dasar lima sila yang
disebut Pancasila.
2.1.1 Argumen tentang dinamika pancasila sebagai dasar Negara
A. Perkembangan Pancasila pada Masa Kependudukan Jepang.
Jepang menduduki Indonesia kurang lebih selama 3,5 tahun. Walaupun masa
pendudukan Jepang merupakan masa yang amat berat di dalam sejarah bangsa
Indonesia, namun demikian periode itu merupakan suatu momentum yang
memacu gerakan kebangsaan dan gerakan kemerdekaan Indonesia. [2]
Pada awalnya jepang membuat suatu kebijakan politik yang dimaksudkan agar
bangsa Indonesia menjadi salah satu bagian dalam kekuatan Jepang. Namun hal
itu secara tidak langsung membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih
mematangkan pertumbuhan pergerakan kebangsaan dan gerakan Indonesia
Merdeka.
Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal
1 maret 1945. Tugas badan ini ialah untuk mempersiapkan hal-hal yang penting
yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata
pemerintahan dll. Melalui badan bentukan Jepang inilah para pemimpin Indonesia
merancangkan sebuah dasar negara. Dan di dalam badan ini pula pemikiran
tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia muncul.
Dalam masa tersebut, walaupun ideologi kebangsaan merupakan faktor yang
dominan di dalam perkembangan pemikiran pada waktu itu, namun status
Pancasila belum menjadi dasar negara dan belum mempunyai kekuatan hukum
secara utuh, karena belum ada negara Indonesia yang merdeka.
B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama.
Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat
itulah bangsa Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945
BPUPKI mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan
demikian, maka Pancasila yang dalam artian lima dasar negara resmi menjadi
dasar Negara Republik Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerinta negara
Indonesia             yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang
dasar negara            Indonesia,         yang terbentuk           dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan,      serta dengan mewujudkan suatu
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.”[3]
Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat
ideologis. Selain itu praktik kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada
waktu itu turut serta membentuk perkembangan pemikiran mengenai Pancasila
pada masa itu.
C. Perkembangan Pancasila Selama Periode Berlakunya Konstitusi RIS.
Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), kedudukan pancasila tidak dapat
ditangguhkan sebagai dasar negara yang tunggal, meskipun beberapa kali para
nasionalis islam menggugat dasar negara Indonesia di beberapa sidang
konstituante. Meskipun nama Pancasila tidak terdapat di dalam Pembukaan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), status Pancasila sebagai ideologi
kebangsaan, dasar negara dan dumber hukum tetap tertahan di dalam periode ini.
Bahkan perkembangan akan pemikiran mengenai Pancasila menunjukkan suatu
kemajuan di kalangan masyarakat akademis.
D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950.
Pemikiran tentang lima dasar megara ada terdapat dalam mukaddimah
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan
UUD 1945 maupun Konstitusi RIS, nama Pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak
tercantum. Meskipun demikian, pendapat bahwa lima dasar negara itu adalah
Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang. Perumusan mengenai
dasar negara tetap mencerminkan pemikiran Ideologi Kebangsaan. Dengan
demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap
berkelanjutan.
E. Perkembangan Pancasila Selama Orde Lama.
Dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di dalam Majelis
Konstituante, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5
Juli 1959 yang isinya adalah:
1. Membubarkan konstituante.
2. Menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950.
3. Pembentukan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Dengan keluarnya dekrit Presiden Soekarno tersebut, maka berlakulah
kembali UUD 1945, dan secara otomatis dinyatakan pula eksistensi Pancasila
sebagai dasar negara. Dengan dekrit tersebut, kedudukan pancasila sebagai dasar
negara dan sumber hukum dikukuhkan, meskipun hal ini tidak disampaikan
secara langsung dalam dekrit Presiden Soekarno tersebut. Dan hal itu pula yang
menyebabkan terjadinya pergulatan ideologi tidak berhenti.
Selama era Orde Lama, Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin
dalam memimpin negara Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan
sila keempat Pancasila mengenai pengambilan keputusan berdasarkan
permusyawaratan perwakilan. Soekarno juga menyampaikan sebuah konsep
politik integrasi antara tiga paham dominan saat itu yaitu nasionalis, agama, dan
komunis (NASAKOM) yang kemunculannya lebih sering dibandingkan dengan
dasar negara Indonesia itu sendiri.
F. Perkembangan Pancasila Selama Orde Baru.
Apabila pada masa sebelumnya pemikiran pancasila masih dilipui dengan
ditanamkannya ideologi-ideologi lain kedalam penafsiran Pancasila, maka pada
masa orde baru ini menampilkan pemikiran pelaksanaan pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen sebagai tema pemikiran utama. Pada masa ini,
pandangan umum mengenai Pancasila kembali dikuatkan dengan penempatannya
sebagai dasar negara dalam satu rangkaian integratif dengan UUD 1945
(Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa harus sepaham
dengan Pancasila.
G. Perkembangan Pancasila Selama Reformasi
Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden
Soeharto harus lengser dari jabatannya sebagai presiden. Namun sampai saat ini,
nampaknya gerakan reformasi tersebut belum membawa perubahan yang
signifikan mengenai pengamalan pancasila di masyarakat Indonesia. Hal itu dapat
dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul di masyarakat atau bahkan dalam
pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewengan-penyelewengan yang terjadi
di dunia politik, atau bahkan masih ada orang yang dengan sengaja memaksakan
kehendaknya demi kepentingan dirinya sendiri.
Namun hal itu masihlah wajar, mengingat gerakan reformasi di Indonesia ini
masih belum lama, atau bahkan masih bisa dikatakan dalam masa proses. Selain
itu gerakan reformasi ini juga tampaknya tidaklah sepenuhnya gagal, melalui
gerakan ini banyak mucul tokoh-tokoh yang unggul, berkompeten dan memihak
pada rakyat.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat
terhadap politik, sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang
timbul di bidang pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan berpendapat yang
dijunjung tinggi, sehingga mereka bebas mengeluarkan ide atau gagasan-gagasan
yang menurut mereka bisa membantu mengatasi masalah dalam bidang politik.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, mulai berkembang gerakan-gerakan yang
bertujuan untuk membangun kembali semangat nasionalisme melalui seminar-
seminar dan kongres. Hal itu bertujuan untuk menjaga eksistensi pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara bangsa Indonesia. Melalui gerakan tersebut
diharapkan penanaman dan pengamalan terhadap nilai-nilai pancasila semakin
tinggi, baik di dalam pemerintahan maupun masyarakat itu sendiri.

2.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila


2.2.1 Tantangan yang Dihadapi Pancasila di Tengah Era-Globalisasi
Indonesia, terhampar dari Sabang hingga Marauke. Seperti yang diketahui
bersama, Indonesia sebagai negara kepulauan terbentuk dari keberagaman suku,
adat-istiadat, dan bahasa. Dengan kondisi sosial budaya Indonesia yang begitu
heterogen, pandangan hidup atau ideologi sebagai sebuah dasar negara menjadi
praktis sangat dibutuhkan. Indonesia membutuhkan sebuah ideologi netral yang
bisa memayungi dan merangkul semua budaya dari berbagai lapisan masyarakat.
Akan tetapi sebelum kita membahas makalah ini, sebenarnya apa itu ideologi?
Secara harfiah, menurut kamus umum bahasa Indonesia ideologi adalah sebuah
sistem kepercayaan yang menerangkan, membenarkan suatu tatanan yang
ada/yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur, rancangan,
instruksi, serta program untuk mencapainya. Di pihak yang sama, Shawn T.
&Sunshine H. (2005) membenarkan bahwa ideologi adalah sebuah sistem
pandangan umum tentang sesuatu hal. Penulis menyimpulkan bahwa jelas sekali
ideologi adalah sebuah pandangan berupa tujuan yang ingin diacapai oleh sebuah
kelompok tertentu yang memiliki kesamaan.
Sebuah ideologi sebagai pemersatu bangsa yang ada di Indonesia tidak lain
adalah Pancasila, sebuah sistem yang dari awal di cetuskan telah menjadi sebuah
dasar dari berbagai aspek kehidupan bangsa. Pancasila yang terjabar secara
konstitusional telah menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional
bangsa, yang menjadi dasar dari cita budaya dan moral politik nasional (Dwirini,
A. 2011).
Lebih dari 66 tahun yang lalu, sejarah Pancasila pada awal-mulanya dibentuk.
Diawali ketika pada tanggal 29 April 1945, kaisar Jepang sedang memperingati
hari lahirnya. Penjajah jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan terhadap
bangsa Indonesia. Janji ini diberikan dikarenakan Jepang yang sedang terdesak
oleh  tentara sekutu. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia,
bangsa indonesia boleh memperjuangkan kemerdekaannya. Untuk mengawalinya,
jepang membentuk sebuah badan yang bertujuan untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Jepang memilih ketua (kaicoo) Dr. KRT.
Rajiman Widyodiningrat yang kemudian mengusulkan agenda sidang membahas
tentang dasar negara (Gunadarma Bab V). Pada tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno
pertama kali mengusulkan istilah Pancasila sebagai dasar negara dan disahkannya
Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan terobosan gemilang
mengenai dasar negara oleh para founding fathers pada masa itu.
Sejalan dengan berjalannya sebuah negara Indonesia, ideologi Pancasila yang
terbentuk mengalami ujian dan dinamika dari sebuah sistem politik. Dimulai
dengan sistem demokrasi liberal yang dianut pada masa setelah indonesia
merdeka, pembentukan indonesia serikat, sistem liberal pada UUDS 1945, dan
peristiwa G 30 S PKI. Menurut Prof. Dr. B.J. Habibie yang seperti dikutip dalam
Metro TV news.com bahwa sejak jaman demokrasi parlementer, terpimpin, orde
baru dan demokrasi multipartai pancasila harus melewati alur dialektika
peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa
Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal
sejarah. Dengan sejarah perjuangan pancasila dari awal dibentuknya seperti
disebutkan di atas, pancasila membuktikan diri sebagai cara pandang dan metode
ampuh bagi seluruh bangsa Indonesia untuk membendung trend negatif perusak
asas berkehidupan bangsa.
Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis
dan bentuk-nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek
globalisasi. Globalisasi menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di
segala jenis kehidupan dimana batasan-batasan antar negara menjadi pudar
dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Berkembangnya arus informasi menjadi sebuah ciri spesifik dari terminologi
globalisasi. Setiap warga negara akan semakin mudah dan bebas untuk
mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai belahan dunia manapun dalam 
waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima
oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh,
beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu
konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari
sistim kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme
dimana keuntungan merupakan tujuan utama, paham komunisme, liberalisme,
terorisme, chauvinisme, dsb. Masih banyak lagi hal dalam kehidupan warga
negara indonesia yang dipengaruhi oleh informasi yang begitu mudah dan cepat
tersebut, tanpa bisa di sebutkan satu-persatu. Masalah-masalah yang disebutkan
diatas bertentangan dengan semua nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
dasar negara.
Lalu sebenarnya apa fungsi Pancasila sebagai dasar negara?Peran pancasila
yang pertama pada dasarnya adalah Pancasila digunakan sebagai penyaring
informasi yang beragam. Bahwa kita memiliki budaya dan pedoman yang harus
tetap dijaga sebagai sebuah identitas bahwa kita adalah bangsa indonesia. Jika
sebuah warga negara tertutup, pastinya warga negara tersebut akan tertinggal jauh
oleh perkembangan informasi yang begitu cepat. Pancasila menjaga nilai-
nilainormatif-filosofis-ideologis bangsa Indonesia agar tetap sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada era globalisasi
sekarang ini.
Pancasila seharusnya juga menjadi batasan pandangan yang seharusnya
dimiliki oleh setiap warga negara. Banyak kalangan yang lupa akan budaya dan
bahasa daerah dikarenakan pengaruh globalisasi yang sangat hebat, sehingga
mengikis ide tentang jati diri bangsa sebagai bangsa Indonesia. Batasan
pandangan yang sesuai menurut Pancasila seharusnya menjadi garis bawah
bahwa kita seharusnya boleh mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi ada
beberapa batasan-batasan nilai yang harus dijunjung, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
Akan tetapi, fungsi-fungsi tersebut sekarang ini sudah mulai dilupakan oleh
kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi pada
lingkungan dan situasi kehidupan bangsa Indonesia di semua level wilayah.
Dalam situs yang sama Prof. Dr. B.J. Habibie menuturkan bahwa lenyapnya
Pancasila dari kehidupan terkait beberapa hal. Pertama, situasi dan lingkungan
kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional maupun
global. Perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang
dialami bangsa Indonesiatermasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan
ekonomi yang terjadi saat ini.
Kedua, alasan selanjutnya mengapa Pancasila sudah mulai dilupakan
adalah terjadinya euforia reformasi sebagai akibat traumatik masyarakat terhadap
penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan
Pancasila. Trauma atas gerakan G30S yang selanjutnya di lakukan rezim orde
baru yaitu menjadikan Pancasila sebagai alat untuk mempropaganda masyarakat,
juga menjadi salah satu alasan mengapa pancasila sudah mulai dilupakan.
Lalu bagaimana cara menghadapi tantangan sudah mulai memudarnya rasa
memiliki warga negara dari setiap nilai-nilai pancasila?hal ini dapat dilakukan
dengan menyadarkan kembali, reaktualisasi nilai-nilai tersebut dalam konteks
peri kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, tetap berpegang teguh pada nilai-
nilai pancasila, dan penanaman kembali ide tentang Pancasila sebagai dasar
negara sejak dini.
Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan
tanggung jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi
tantangannya di era global sekarang ini. Walaupun banyak tantangan dalam
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila telah membuktikan
bahwa Pancasila bukan merupakan milik golongan tertentu atau representasi dari
suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan selalu hidup di segala zaman seperti
yang telah dilewati di tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pondasi utama untuk membangun
bangsa. Maka nilai-nilai Pancasila harus terus dilestarikan dalam diri bangsa
Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila memegang peranan
penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan nilai
luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus tertanam dalam jiwa raga bangsa
Indonesia.
Di era globalisasi yang seperti ini, banyak hal yang akan berpotensi merusak
moral serta nilai-nilai Pancasila yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi perkembangan dunia modern Pak Harto mensinyalir: “Sering
timbul kekeliruan penilaian terhadap kepribadian ini. Orang menyamakan
kepribadian bangsa yang berakar dari sejarah dan kebudayaan sendiri yang tua
dengan nilai-nilai tradisionil yang umumnya diangkat sebagai rantai-rantai yang
membelenggu proses pembaharuan dan kemajuan. Memang sulit untuk
menyangkal, bahwa tidak semua nilai-nilai tradisionil itu cocok dengan tuntutan-
tuntutan kemajuan, khususnya terhadap tuntutan hidup berorganisasi modern
dan pembangunan ekonomi yang rasionil. Tetapi ini tidak berarti, bahwa nilai-
nilai ‘45 yang merupakan kepribadian bangsa yang berakar pada sejarah dan
kebudayaannya sendiri harus ditinggalkan. Persoalannya terletak pada
kemampuan bangsa itu untuk memelihara nilai-nilai luhur yang menjadi
kepribadiannya, meneruskannya dari generasi yang satu kepada generasi
berikutnya dengan segala proses penyesuaian menuju masyarakat modern.
Sekali proses penerusan dan penyesuaian itu terlampaui dengan berhasil, maka
terjaminlah tumbuhnya masyarakat baru yang kuat, bersatu dan dinamis”.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang
terjadi, agar nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah
luntur. Pancasila haruslah tetap menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa
Indonesia dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada baik dalam hal
politik, ekonomi, agama maupun sosial budaya. Hal tersebut dimaksudkan agar
nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia tidaklah
hilang karena adanya budaya-budaya asing yang masuk.

2.2.2 Tantangan Internal dan eksternal


Tantangan berat yang harus dihadapi ke dalam adalah masalah mentalitas
bangsa. Sikap-sikap yang melemahkan bangsa Indonesia seperti oportunis dan
pragmatis yang melemahkan ketahanan bangsa dan merenggangkan solidaritas
terhadap sesama. Sikap-sikap itu membuka lebar-lebar merajalelanya nafsu
serakah di segala bidang, keserakahan untuk menguasai harta benda, untuk
berkuasa dan untuk dihormati.
Kondisi itu mendorong orang untuk berlaku tidak jujur, tidak adil, dan bahkan
bertindak semena-mena dengan menyalahgunakan wewenang, menjalankan
KKN, dan tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan dan kriminalitas.
Disposisi mental seperti itu membuat seseorang mudah berbohong, munafik,
sanggup berkhianat terhadap sahabatnya, hingga tega menjual bangsa dan tanah
airnya. Kondisi demikian memberi peluang yang makin besar bagi dominasi
kelompok kepentingan global.
Oleh karena itu untuk mengatasi keterpurukan bangsa dan membangun bangsa
yang seutuhnya, kita perlu meningkatkan ketahanan budaya dan ketahanan
pangan bangsa dan mengintegrasikannya melalui tindakan-tindakan komunikatif
ke semua instituasi. Sehingga dengan ketahanan pangan, maka bangsa ini mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri. Sedangkan ketahanan budaya akan menjadi
benteng bagi derasnya budaya global yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.
Pada bagian ini, akan ditemukan berbagai tantangan terhadap Pancasila
sebagai ideologi negara. Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara meliputi faktor eksternal dan internal.
Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut:
a. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika.
Serikat dan Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan
bubarnya negara Soviet sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super
power.
b. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai
ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan
informasi.
c. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan
kemajuan teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam
secara masif. Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir,
kebakaran hutan.
Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang
berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi
Pancasila sering terabaikan.
b. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap
ideologi menurun drastis. Ketidakpercayaan terhadap partai politik (parpol)
juga berdampak terhadap ideologi negara sebagaimana terlihat dalam gambar
berikut.

2.2.3 Pemecahan Masalah Terhadap Tantangan yang Dihadapi Pancasila


Ditengah era modern dan globalisasi di dunia saat ini, indonesia merupakan
negara yang berlandaskan ideologi terbuka, dimana indonesia membebaskan
setiap masyarakat untuk berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan
keinginannya masing-masing. Dalam hal ini rakyat indonesia bebas dalam
berpendapat dan mengeluarkan ide atau pendapat pribadi, namun bebas dalam arti
masih ada koridor koridor hukum yang membatasinya yang berlandaskan
pancasila. Saat ini begitu banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,
khususnya yang timbul dari dalam negara ini sendiri.  sebagai beberapa contoh
adalah kejadian perselisihan antar suku bangsa, perselisihan antar kampung,
tawuran antar pelajar, tawuran mahasiswa, konflik antar agama, bahkan sampai
dengan konfik ambon yang meng-isukan konflik SARA, dan yang bahkan lebih
parah lagi adalah beredar isu yaitu akan munculnya NII (Negara Islam Indonesia).
Ini adalah masalah besar yang Indonesia sedang hadapi saat ini.
Cara penyelesaian konflik yang terjadi diatas antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Konflik tersebut dapat dihentikan oleh pihak ketiga dalam hal ini pemerintah
dan aparat penegak hukum yang memberikan keputusan dan diterima serta
ditaati oleh kedua belah pihak dengan memberikan sanksi yang tegas apabila
kejadian seperti ini terjadi kembali.
2. Melakukan Musyawarah yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-
pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama tanpa merugikan
kedua belah pihak.
3. Perlunya diberikan pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan
berkesinambungan terhadap para warga suku bangsa di Indonesia terhadap
eksistensi Bhinneka Tunggal Ika sebagai faktor pemersatu keanekaragaman di
Indonesia, bukan sebagai faktor pemicu perpecahan atau konflik.
4. Perlunya diberikan pemahaman kepada para pihak yang terlibat konflik
bahwa masing-masing pihak adalah sederajat dan melalui kesederajatan
tersebut masing-masing anggota suku bangsa berupaya untuk saling
memahami perbedaan yang mereka punyai serta mentaati berbagai norma dan
hukum yang berlaku di dalam masyarakat.
5. Adanya kesediaan dari kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk saling
memaafkan dan melupakan peristiwa yang telah terjadi.
6. Lebih saling menghargai dan saling menghormati adanya perbedaan yang ada
di Indonesia

2.3 Esensidan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


2.3.1 Esensi pancasila sebagai dasar negara
Esensi yang berasal dari kata essence yang menurut kamus Longman berarti
the most basic and important quality of something, sedangkan  dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) esensi adalah kata benda yang artinya hakikat;
inti; hal yang pokok. Contoh penggunaannya adalah: Esensi pertikaian atara
kedua tokoh itu ialah pertentangan ideologi. Jadi segala sesuatu yang merupakan
Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari
segala sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya.
Semangat dan keinginan untuk bebas dari segala penjajahan fisik maupun
pemikiran pada rakyat Indonesia oleh kapitalisme dan feodalisme yang
mengambil secara paksa seluruh hak milik rakyat Indonesia dan mengeksploitasi
segala sumber daya alam yang Indonesia miliki. Dengan penindasan yang terjadi
di Indonesia membuat rakyat menjadi erat rasa persatuannya, melahirkan tujuan
yang sama yaitu merdeka, damai, tentram, dan makmur. Maka lahirlah sebuah
ideologi Negara Indonesia yang mencakup segala aspek kehidupan dan sebagai
pedoman Indonesia yang disebut pancasila.
Dalam sila-sila pancasila terdapat patologi budaya pancasila, yang bisa
menghancurkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila pancasila. Fenomena
yang terjadi pada masa Indonesia saat ini seperti korupsi, kerusuhan, dan moral
yang bertentangan dengan nilai pancasila. Jika dasar pancasila itu tidak tertanam
kuat pada diri rakyat Indonesia maka negara ini akan berantakan. Dengan
berkembangnya dunia dan segala masukan berbagai macam dari luar negeri ke
dalam negara, pancasila sebagai konsep dasar kehidupan rakyat Indonesia harus
diperkuat serta ditanamkan agar kita tidak dijajah oleh bangsa lain. Memang tidak
dijajah dalam hal fisik tetapi dijajah dalam hal pemikiran  yang secara perlahan-
lahan membuat berubah rakyat Indonesia dari sila-sila pancasila itu sendiri.
Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :
1. Sila pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, artinya sesuai dengan agama dan
keyakinan yang sejalan dengan asas kemanusiaan yang adil dan beradap.
Contohnya rakyat Indonesia memiliki hak untuk memilih agama yang akan ia
anut dan jalani tanpa ada unsur paksaan, bebas melaksanakan kegiatan agama
dengan syarat tidak melanggar  norma-norma di Indonesia dan saling
menghormati dengan agama lain.
2. Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinya setiap warga negara telah
mengakui persamaan derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas
kebersamaan bangsa Indonesia, dan hak. Contoh penerapannya, majikan tidak
sewenang-wenangnya bertindak kepembantunya yang tidak
berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
Persatuan Indonesia artinya setiap warga negara mengutamakan
persatuan, kepentingan, kesatuan, dan juga keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi golongan yang selalu harus diwujudkan,
diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus-menerus. Contoh
penerapannya,  tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah
untuk melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan
dengan serta meyakinkan bahwa perbedaan itu baik.
4. Sila keempat
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan atau perwakilan artinya bermusyawarah untuk
menyelesaikan persoalan yang terjadi dengan bijaksana, memikirkan
kententraman rakyat dan mengambil keputusan juga untuk rakyat dengan
mengikutsertakan perwakilan-perwakilan setiap masyarakat. Contohnya
segala persoalan yang ada untuk mendapatkan solusi dengan cara
bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang diinginkan seperti rapat warga
setiap RT  untuk membahas masalah dalam lingkungan tersebut.

5. Sila kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menggambarkan dalam
bertindak supaya bersikap adil kepada setiap warga negara Indonesia, tanpa
membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa
Indonesia akan tercapai dengan keikutansertaan semua rakyat
Indonesia.Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah
selama 9 tahun tanpa membedakan-bedakan  guna mengatasi masalah
pendidikan yang begitu rendah.
2.3.2 Urgensi pancasila sebagai dasar negara
Ir. Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi
meyakinkan. Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu
alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam
perjuangan melenyapkan segala macam penjajahan terutama imperialisme.
Memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, bisa menggnakan dua
pendekatan yaiut, Pendekatan institusional  dan pendekatan sumber daya
manusia, Pendekatan institusional adalah membentuk dan menyelenggarakan
negara yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila sehingga negara Indonesia
dapat mewujudkan tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusiaterdapat pada dua aspek, yaitu
orang-orang yang menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai-
nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam mengemban tugas dan
brtanggung jawab. Sehinnga kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang
mengedepankan kepentingan rakyat.
Tetapi melihat kejadian yang jauh dari sikap penerapan nilai-nilai pancasila
pada Indonesia seperti, masyarakat yang hanya memeluk agama tertentu karena
faktor mayoritas sehingga ia tidak bisa menjalani ajaran agamanya dengan baik,
sikap tidak adil terhadap sesama hanya karena perbedaan suatu hal, aksi bentrok
antar suku karena rendahnya kesadaran dan rasa persatuan, dan perlakuan tidak
adil di beberapa tempat sosial  karena faktor perbedaan RAS.
Untuk mengatasi beberapa masalah yang ada  perlu pemahaman yang
mendalam terhadap urgensi pancasila sebagai dasar negara. Dalam pemahaman
tersebut ada tahap  implementasi juga yaitu tahap yang selalu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, danfairness
sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan warga
negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai
sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free
fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni, serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik. Maka
Indonesia akan mencapai tujuan yang di cita-citakan seperti yang diharapan
pejuang-pejuang pada masa dulu jika rakyat Indonesia menerapkan nila-nilai
yang terkandung dalam pancasila.

2.4 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, Dan Pasal-Pasal
UUD 1945
2.4.1 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar
filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib
hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan
proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat
untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa
indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam  pancasila. Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam
pancasila yang mendasari  perjuangan bangsa indonesia untuk merebut
kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan  proklamasi. Pada peristiwa
proklamasi juga dilakukan penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan derajat
nilai-nilai pancasila yang mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah
direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia
hidup dan tujuan hidup kita sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari
belenggu penjajahan juga tidak lepas dari besarnya keinginan rakyat Indonesia
pada saat itu untuk merdeka, persatuan dan kesatuan juga berperan penting dalam
proses pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan juga merupakan
salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila.
2.4.2 Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu
pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila
sebagai dasar negara republik Indonesia. Keduanya juga membentuk suatu
hubungan yang dapat dibedakan menjadi hubungan formal dan material, seperti
berikut:
A. Hubungan formal
Pancasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam
pembukaan UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan, tanegara tidak
hanya bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan
asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya
berdampak pada pancasila. Berdasarkan tempat terdapatnya pancasila dalam
UUD 1945 secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental
3. Bahwa Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai
sesuatu yang bereksistensi sendiri, yang hakekat kedudukan hukum nya
berbeda dengan pasal-pasal nya. Karena pembukaan UUD 1945 yang
intinya adalah pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumber.
4. Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah yang
terlekat pada kelangsunagn hidup negara republik indonesia.

B. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan
yang bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan
secara material sebagai berikut:
1. Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib
hukum Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum
yang tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila.
Pancasila sebagai tertib sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai,
sumber materi sumber bentuk dan sifat. Dalam pancasila terdapat
penjabaran tertib hukum Indonesia yang mana hal ini menunjukkan bahwa
pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum Indonesia berhubungan
secara material dengan pancasial.
2. Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga
merupakan sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum
tidak tertulis ini merumerupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah
yang dimaksuk denagn konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan,
oleh karena itu tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.
2.4.3 Penjabaran Pancasila dalam Pembukaan UUD 194
A. Pokok Pikiran Pertama
“Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini berarti bahwa negara menghendaki
persatuan dengan menghilangkan faham golongan, mengatasi segala faham
perseorangan. Dengan demikian Pokok Pikiran Pertama merupakan penjelmaan
Sila Ketiga Pancasila.
B. Pokok Pikiran Kedua
“Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian Pokok Pikiran
Kedua merupakan penjelamaan Sila Kelima Pancasila.
C. Pokok Pikiran Ketiga
“Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem negara yang
terbentuk dalam Undang-Undang Dasar haruslah berdasarkan atas kedaulatan
rakyat dan berdasar permusyawaratan/perwakilan. Pokok Pikiran Ketiga
merupakan penjelmaan Sila Keempat Pancasila.
D. Pokok Pikiran Keempat
Alenia keempat merupakan pernyataan mengenai keadaan setelah negara
Indonesia ada, dan mempunyai hubungan klausal dan organis dengan batang
tubuh UUD 1945. Jadi dapat dikatakan Pembukaan UUD 1945 alenia keempat
dijabarkan (dijelmakan) dalam batang tubuh UUD 1945.
2.4.4 Penjabaran Pancasila kedalam UUD
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 28E
Ayat 1 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”
Ayat 2 Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
Pasal 29
Ayat 1 “ negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa”.
Ayat 2 “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pasal 27(1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”.
Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan
lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Pasal 30(1) “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikutserta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”.
Pasal 31(2) “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah
wajib membiayainya”.
3. Persatuan Indonesia
Pasal 1 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang”.
Pasal 32(2)  “negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional”.
Pasal 35  “bendera negara Indonesia ialah sang merah putih”.
Pasal 36(A) “lambang negara ialah garuda pancasila dan semboyannya adalah
bhineka tunggal ika”.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pasal 37(3) “untuk mengubah pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR”.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 34(1) “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Pasal 34(2) “negara mengembangkan sistem jaminan”
Pasal 34(3) “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak”.
2.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan
Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan terdapat pada berbagai bidang
kehidupan negara, antara lain:
2.5.1 Bidang politik
Pada kehidupan politik dalam negeri harus bertujuan untuk merealisasikan
tujuan demi harkat martabat manusia. Karena hal itu didasarkan pada kenyataan 
bahwa manusia memiliki peran yang sangat penting dalam negara. Dalam
sistemnya juga harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
biasa disebut dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu merupakan sebuah
perwujudan hak atas dasar martabat kemanusiaan sehingga dalam sistem politik
negara mampu menciptakan sistem yang dapat menjamin hak-hak tersebut.
Dalam sistem politik, negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang berperan
sebagai rakyat. Maka kekuasaan negara harus berdasarkan pada asal mula dari
rakyat untuk rakyat. Contoh yang dapat kita ingat dimasa lau adalah pada masa
Soekarno. Pada zaman itu, sudah terdapat kesadaran politik untuk membangun
bangsa ini dengan hanya melibatkan 3 komponen penting saja, meliputi
Nasionalisme, Agama, dan Komunis (NASAKOM). Tetapi prakarsa ini akhirnya
menimbulkan kecemburuan dari pihak militer yang berujung pada pelengseran
Soekarno dari kekuasaannya. Hal itu menandakan bahwa dalam rangka
membangun bangsa ini tidak boleh dilakukan oleh beberapa kelompok saja,
melainkan seluruh rakyat Indonesia juga yang memiliki peran yang sangat
penting dalam membangun bangsa ini.
Selain dalam sistem politik negara, Pancasila juga memberikan dasar-dasar
moralitas terhadap politik negara. Hal itu telah diungkapkan para pendiri negara
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), misalnya Drs. Moh. Hatta,
menyatakan  bahwanegara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, atas
dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini menurut Moh. Hatta
digunakan untuk memberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan
kekuasaan. Oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik dan
para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan yang sistematis, seperti
halnya dalam politik negara yang harus berdasarkan pada kerakyatan (Sila IV),
pengembangan dan aktualisasi politik negara yang berdasarkan pada moral
ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (sila II), dan moral persatuan yaitu ikatan
moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan
politik Negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V).
Sedangkan dalam implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan pada
bidang politik bertumpu kepada asas kedaulatan rakyat berdasarkan konstitusi,
mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik pada
sektor suprastruktur (lembaga politik negara) maupun infrastruktur politik
(lembaga kemasyarakatan negara), dibatasi oleh konstitusi. Hal inilah yang
menjadi hakikat dari konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang semua
komponen dalam sistem politik diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan maksud
agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh siapapun. Dengan demikian,
pejabat publik akan terhindar dari perilaku sewenang-wenang dalam merumuskan
dan mengimplementasikan kebijakan publik, dan sektor masyarakat pun akan
terhindar dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan haknya.

2.5.2 Bidang ekonomi


Dulu sistem ekonomi dunia menggunakan dua sistem ekonomi dunia ekstrem,
yaitu sistem ekonomi kapitalis dan juga sistem ekonomi sosialis. Tetapi Bangsa
Indonesia merasa tidak cocok menggunakan dua sistem ekonomi tersebut, maka
Bangsa Indonesia mencari sistem ekonomi yang menurut para pendiri cocok untuk
diterapkan di Indonesia. Sistem ini biasa kita sebut dengan sistem ekonomi rakyat.
Pengambilan keputusan dapat dijabarkan sebagai mana pendapat Gran (1988) bahwa
konsepsi pembangunan yang berdimensi kerakyatan, lebih pada memberi mandate
kepada rakyat yang mempunyai kekuasaan mutlak dalam menetapkan tujuan
mengelola sumber daya maupun dalam mengarahkan jalannya pembangunan.
Mubyarto dalam Oesman dan Alfian (1993: 240--241) memberikan pandangan
sebagai bahan pembanding atas uraian tersebut. Pandangan tersebut mengenai 5
prinsip pembangunan ekonomi yang mengacu kepada nilai Pancasila, yaitu sebagai
berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-
rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat
untuk mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas- asas kemanusiaan;
3. Persatuan Indonesia, prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai setiap
kebijaksanaan ekonomi;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan
merupakan bentuk saling konkrit dari usaha bersama;
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adanya imbangan yang jelas dan
tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan
kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi
mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh
karena itu, kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada asas-asas keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan swasta, badan usaha
milik negara, dalam implementasi kebijakan ekonomi. Selain itu, negara juga harus
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah termasuk fakir miskin dan anak terlantar, sesuai dengan
martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan Pasal 34 ayat (1) sampai dengan
ayat (4) UUD 1945.

2.5.3 Bidang sosial budaya


Mari kita mengingat perumpamaan tentang sapu lidi. Beberapa lidi yang
disatukan, kemudian diikat bagian pangkalnya, dapat digunakan untuk bersih-bersih
daripada hanya sebatang saja. Filosofi dibalik perumpamaan itu merupakan dasar
berpijak masyarakat yang dibangun dengan nilai persatuan dan kesatuan. Bahkan,
kemerdekaan Indonesia pun terwujud karena adanya persatuan dan kesatuan bangsa.
Sejatinya, masyarakat Indonesia memiliki karakter hidup bergotong royong
sebagaimana disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya 1 Juni 1945. Namun
rasa persatuan dan kesatuan bangsa ini sudah tergerus oleh tantangan arus globalisasi
yang bermuatan nilai individualistik dan materialistik. Apabila hal ini tidak segera
ditangani, bukan tidak mungkin jati diri bangsa akan semakin terancam. Sehingga
dalam mengatasi permasalahan tersebut, maka kita harus mengangkat nilai-nilai
pancasila yang merupakan dasar nilai yang dimiliki Bangsa Indonesia. Dalam prinsip
etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua pancasila yaitu
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam rangka pengembangan sosial budaya,
pancasila merupakan sumber bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial
budaya. Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1)
universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur dan (2)
transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual (Koentowijoyo, 1986).
Sedangkan dalam UUD 1945 juga dijelaskan pada Pasal 36 A UUD 1945. Hal
tersebut mengisyaratkan kepada segenap komponen bangsa agar berpikir konstruktif,
yaitu memandang kebhinnekaan masyarakat sebagai kekuatan bukan sebagai
kelemahan, apalagi dianggap sebagai faktor disintegratif, tanpa menghilangkan
kewaspadaan upaya pecah belah dari pihak asing.  Strategi yang harus dilaksanakan
pemerintah dalam memperkokoh kesatuan dan persatuan melalui pembangunan
sosial-budaya, ditentukan dalam Pasal 31 ayat (5) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2)
UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 31 ayat (5) UUD 1945, disebutkan bahwa
“ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia”. Di sisi lain, menurut Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, dinyatakan bahwa
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.” Sejalan dengan hal itu, menurut Pasal 32 ayat (3) UUD 1945,
ditentukan bahwa “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.” Nilai-nilai instrumental Pancasila dalam memperkokoh
keutuhan atau integrasi nasional sebagaimana tersebut di atas, sejalan dengan
pandangan ahli sosiologi dan antropologi, yakni Selo Soemardjan dalam Oesman dan
Alfian (1993:172) bahwa kebudayaan suatu masyarakat dapat berkembang.
Perkembangan budaya itu terdorong oleh aspirasi masyarakat dengan bantuan
teknologi. Hanya untuk sebagian saja perkembangan kebudayaan itu dipengaruhi oleh
negara. Dapat dikatakan, bahwa terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara
masyarakat dengan kebudayaannya pada satu pihak dan negara dengan sistem
kenegaraannya pada pihak lain. Apabila kebudayaan masyarakat dan sistem
kenegaraan diwarnai oleh jiwa yang sama, maka masyarakat dan negara itu dapat
hidup dengan jaya dan bahagia. Akan tetapi, apabila antara kedua unsur itu ada
perbedaan, bahkan mungkin bertentangan, kedua-duanya akan selalu menderita,
frustrasi, dan rasa tegang.
Dengan demikian, semua kebijakan sosial budaya yang harus dikembangkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia harus
menekankan rasa kebersamaan dan semangat kegotongroyongan. Karena gotong
royong merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh Negara lain
pada zaman ini maupun zaman dahulu.

2.5.4 Bidang hankam


Salah satu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dari tujuan tersebut dapat kita
simpulkan bahwa Negara Indonesia didirikan untuk melindungi rakyat Indonesia,
sedangkan Negara Indonesia itu tidak hanya pemimpin dan pejabat negara saja, tetapi
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Karena hal itu, maka keamanan merupakan
syarat tercapainya kesejahteraan warga Negara.
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi terjaminnya harkat dan martabat manusia. Terutama
secara rinci terjaminnya hak-hak asasi setiap manusia. Pertahanan dan keamanan
bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat dipastikan akan
melanggar hak asasi manusia.
Begitu pula pertahanana dan keamanan Negara tidak ditujukan untuk
kelompok ataupun partia tertentu yang dapat berakibat Negara menjadi otoriter dan
totaliter. Oleh karena itu pertahanan dan keamanan Negara harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan
Negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup
manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa (sila I dan II). Pertahanan dan
keamanan Negara haruslah berdasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam
seluruh warra sebagai waraga Negara (sila III). Pertahanan dan keamanan harus
mampu menjamin dasar-dasar, persamaan derajat, serta kebebasan kemanusiaan (sila
IV) dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukkan demi
terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu keadilan sosial)
agar benar-benar Negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu
Negara hokum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan. Dan
juga dalam UUD 1945 telah dibahas tentang keamanan dan ketertiban Negara yang
terdapat pada pasal Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5)
UUD 1945.
Pada pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”. Dalam hal ini berarti, kita sebagai warga Negara Indonesia
tidak hanya memiliki hak untuk dilindungi Negara dalam mendapatkan rasa aman
kita, melainkan kita juga memiliki kewajiban untuk melindunginya juga. Jika kita
tidak ikut melindunginya, maka Negara kita akan cepat mengalami kehancuran
daripada perkembangan. Hal itu penerapan dari pancasila sila IV yang mengutamakan
kegotong royongan. Wujud keikutsertaan warga negara dalam bela negara dalam
keadaan damai banyak bentuknya. Semua profesi merupakan medan juang bagi warga
negara dalam bela negara sepanjang dijiwai semangat pengabdian dengan dasar
kecintaan kepada tanah air dan bangsa. Hal ini berarti pahlawan tidak hanya dapat
lahir melalui perjuangan fisik dalam peperangan membela kehormatan bangsa dan
negara, tetapi juga pahlawan dapat lahir dari segala kegiatan profesional warga
negara. Misalnya, dalam bidang pendidikan dapat lahir pahlawan pendidikan, dalam
bidang olah raga dikenal istilah pahlawan olah raga, demikian pula dalam bidang
ekonomi, teknologi, kedokteran, pertanian, dan lain-lain dapat lahir pahlawan-
pahlawan nasional.
Sedangkan dalam Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) memiliki pinsip-
prinsip yang merupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan dan
keamanan, yaitu:
1. Kedudukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan
Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.

2. Sistem pertahanan dan keamanan


Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang dianut adalah sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Dalam Sishankamrata, Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
merupakan kekuatan utama, sedangkan rakyat sebagai kekuatan pendukung
3. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, sebagai
alat negara dengan tugas pokok mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan Negara.
4. Tugas pokok POLRI
POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
masyarakat, mempunyai tugas pokok melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kelangsungan hidup


bangsa dan Negara ini bukan hanya tanggung jawab dari TNI dan POLRI saja,
melainkan merupakan tugas seluruh warga Negara. Karena kita yang memiliki
Negara ini, maka kita yang memiliki kewajiban untuk menjaganya.

           

DAFTAR PUSTAKA
Aika Grafika. 2014. Apa itu Esensi?. (Online), (http://aikagrafika.blogspot.co.id/2014/07/apa-
itu-esensi.html), diakses 10 Oktober 2016

Anonim. 2014. Pancasila Pasca Reformasi: Tantangan dan Hambatan yang dihadapi
Pancasila Pasca Runtuhnya Orba(online),
(http://www.kompasiana.com/yogaswarafb/pancasila-pasca-reformasi-tantangan-dan-
hambatan-yang-dihadapi-pancasila-pasca-runtuhnya-orba_54f94bcea33311ef048b4af9),
diakses 7 Oktober 2016

Anonim. 2015. Makalah “ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL”. (Online),


(http://phyelfsparkyu.blogspot.co.id/2015/08/makalah-esensi-dan-urgensi-identitas.html),
diakses 9 Oktober 2016

Anonim. 2015. Pancasila Paradigma Pembangunan Segala Bidang. (online),


(http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-paradigma-pembangunan-segala-bidang/),
diakses 10 oktober 2016

Anonim. 2015. Peranan dan Tantangan Pancasila (online),


(http://www.pusakaindonesia.org/peranan-dan-tantangan-pancasila/comment-page-1),
diakses 7 Oktober 2016

Aulia Adinda. 2013. Pancasila merupakan dasar negara yang harus dilestarikan. (Online),
(http://auliaadindadinda.blogspot.co.id/2013/05/pancasila-merupakan-dasar-negara-
yang.html), diakses 8 Oktober 2016

Deka lesthari. 2014. Mengidentifikasi Pasal-pasal yang merupakan penjelmaan dari 4 pokok
pikiran (gamapatua). (Online),
(https://lestharideka.wordpress.com/2014/02/26/mengidentifikasi-pasal-pasal-yang-
merupakan-penjelmaan-dari-4-pokok-pikiran-gamapatua/),  diakses 7 Oktober 2016

Devi. 2013. Penjabaran Pancasila kedalam 1945. (Online),


(http://devinurvitasari18.blogspot.co.id/2013/07/penjabaran-pancasila-kedalam-uud.html),
diakses 8 Oktober 2016

Drs. H. KAELAN, M.S. 2001, Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi Tahun 2000,
Paradigma, Yogyakarta
Hilde Missa. 2014. Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan diperguruan tinggi.
(Online), (http://hildemissa606.blogspot.co.id/2014/05/urgensi-pendidikan-pancasila-
dan.html), diakses 9 Oktober 2016

K.H. Dr. (H.C.) Achmad Hasyim Muzadi, dkk, 2015, Reaktualisasi Pancasila, Menyoal
Identitas, Globalisasi, dan Diskursus Negara-Bangsa, Ombak, Yogyakarta

Lukman Prayogi. 2015. Esensi nilai-nilai Pancasila. (Online),


(http://lukmanprayogi20.blogspot.co.id/2015/05/esensi-nilai-nilai-pancasila.html), diakses 9
Oktober 2016

Lukman Tri A. 2012. Pentingnya Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia.
(Online), (http://www.kompasiana.com/lukmanthree/pentingnya-pancasila-sebagai-ideologi-
bangsa-dan-negara-indonesia_55183aea81331126699de586), diakses 9 Oktober 2016

Modul Pendidikan Pancasila. Dirjen Dikti

Mokhammad Nasrulloh. 2016. Makalah Penjabaran Pancasila Dalam Pasal-Pasal UUD 1945.
(Online), (http://nasrulelectric.blogspot.com/2015/11/makalah-penjabaran-pancasila-
dalam.html), diakses 8 Oktober 2016

Nurlaili Laksmi. 2013. Esensi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia. (Online),
(http://nurlaili-laksmi-w-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75329-Semester%20II-Esensi
%20Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html), diakses 10 Oktober 2016

Pandji Setijo, 2013, Pendidikan Pancasila, Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, edisi
keempat, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Pranarka, A.W.M. 1985. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila. Jakarta: Centre for Srategic
and International Studies (CSIS).

Raharjo, Teguh Andi. 2016. Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia (online),
(http://hibanget.com/dinamika-pancasila-sebagai-dasar-negara-indonesia), diakses 7 Oktober
2016

Wredha Demara. 2015. Esensi Nilai-Nilai Pancasila  . (Online),


(http://killuaredha.blogspot.co.id/2015/06/esensi-nilai-nilai-pancasila.html), diakses 10
Oktober 2016
KBBI. (2012). Definisi ideology. Bahasa.ui.ac.id

Muchji, A et all. 2006. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Gunadarma.

Rini, D. 2011. Ideologi Pancasila Jurus Jitu Hadapi Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Global. politik.kompasiana.com terbit pada tanggal 16 Mei 2011.

[1]Krissantono,
ed., Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila (Jakarta: CSIS, 1976),
hal. 10.
[2]A.M.W. Pranarka. Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta. 1985, hal. 276.
[3]Pembukaan UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai