KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”.
Makalah ini berisi tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara, Argumen
tentang Tantangan terhadap Pancasila, Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara,
HubunganPancasiladenganProklamasi, Pembukaan UUD 1945, dan Pasal-Pasal UUD 1945,
Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.
Penulisan makalah ini tidaklah lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya yang tak pernah
berhenti
3. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan masukan serta
dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami meminta
saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat membuat suatu makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Jember, 11 Oktober 2016
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. v
2.3 Hubungan Pancasila dengan Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, dan Pasal-Pasal UUD
1945................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23
DAFTARPUSTAKA............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa bingung
dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang malah menyepelekan
keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia, sedangkan
bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia.Suatu negara pasti mempunyai
identitas nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lain karena, identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut.
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan
pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. begitu besar pengaruh Pancasila terhadap
bangsa dan negara Indonesia, Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah,
pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi
mutlak harus dipersatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang sepeles
sampai ke persoalan yang vital. Sebenernya semua persoalan bisa diselesaikan apabila rakyat
indonesia sudah menjiwai pancasila. tetapi negara hanya meninggikan keilmuwan, ilmu
penegatahuan tidak adanya pendalaman pancasila, penerapana pancasila.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami argumen tentang tantangan terhadap pancasila
3. Mengetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
4. Memahami hubungan pancasila dengan proklamasi, pembukaan UUD 1945, dan pasal-
pasal UUD 1945
5. Mengetahui implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN
5. Sila kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menggambarkan dalam
bertindak supaya bersikap adil kepada setiap warga negara Indonesia, tanpa
membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa
Indonesia akan tercapai dengan keikutansertaan semua rakyat
Indonesia.Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah
selama 9 tahun tanpa membedakan-bedakan guna mengatasi masalah
pendidikan yang begitu rendah.
2.3.2 Urgensi pancasila sebagai dasar negara
Ir. Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi
meyakinkan. Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu
alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam
perjuangan melenyapkan segala macam penjajahan terutama imperialisme.
Memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, bisa menggnakan dua
pendekatan yaiut, Pendekatan institusional dan pendekatan sumber daya
manusia, Pendekatan institusional adalah membentuk dan menyelenggarakan
negara yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila sehingga negara Indonesia
dapat mewujudkan tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusiaterdapat pada dua aspek, yaitu
orang-orang yang menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai-
nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam mengemban tugas dan
brtanggung jawab. Sehinnga kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang
mengedepankan kepentingan rakyat.
Tetapi melihat kejadian yang jauh dari sikap penerapan nilai-nilai pancasila
pada Indonesia seperti, masyarakat yang hanya memeluk agama tertentu karena
faktor mayoritas sehingga ia tidak bisa menjalani ajaran agamanya dengan baik,
sikap tidak adil terhadap sesama hanya karena perbedaan suatu hal, aksi bentrok
antar suku karena rendahnya kesadaran dan rasa persatuan, dan perlakuan tidak
adil di beberapa tempat sosial karena faktor perbedaan RAS.
Untuk mengatasi beberapa masalah yang ada perlu pemahaman yang
mendalam terhadap urgensi pancasila sebagai dasar negara. Dalam pemahaman
tersebut ada tahap implementasi juga yaitu tahap yang selalu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, danfairness
sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan warga
negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai
sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free
fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni, serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik. Maka
Indonesia akan mencapai tujuan yang di cita-citakan seperti yang diharapan
pejuang-pejuang pada masa dulu jika rakyat Indonesia menerapkan nila-nilai
yang terkandung dalam pancasila.
2.4 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, Dan Pasal-Pasal
UUD 1945
2.4.1 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar
filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib
hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan
proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat
untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa
indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam
pancasila yang mendasari perjuangan bangsa indonesia untuk merebut
kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan proklamasi. Pada peristiwa
proklamasi juga dilakukan penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan derajat
nilai-nilai pancasila yang mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah
direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia
hidup dan tujuan hidup kita sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari
belenggu penjajahan juga tidak lepas dari besarnya keinginan rakyat Indonesia
pada saat itu untuk merdeka, persatuan dan kesatuan juga berperan penting dalam
proses pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan juga merupakan
salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila.
2.4.2 Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu
pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila
sebagai dasar negara republik Indonesia. Keduanya juga membentuk suatu
hubungan yang dapat dibedakan menjadi hubungan formal dan material, seperti
berikut:
A. Hubungan formal
Pancasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam
pembukaan UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan, tanegara tidak
hanya bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan
asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya
berdampak pada pancasila. Berdasarkan tempat terdapatnya pancasila dalam
UUD 1945 secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental
3. Bahwa Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai
sesuatu yang bereksistensi sendiri, yang hakekat kedudukan hukum nya
berbeda dengan pasal-pasal nya. Karena pembukaan UUD 1945 yang
intinya adalah pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumber.
4. Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah yang
terlekat pada kelangsunagn hidup negara republik indonesia.
B. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan
yang bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan
secara material sebagai berikut:
1. Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib
hukum Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum
yang tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila.
Pancasila sebagai tertib sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai,
sumber materi sumber bentuk dan sifat. Dalam pancasila terdapat
penjabaran tertib hukum Indonesia yang mana hal ini menunjukkan bahwa
pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum Indonesia berhubungan
secara material dengan pancasial.
2. Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga
merupakan sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum
tidak tertulis ini merumerupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah
yang dimaksuk denagn konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan,
oleh karena itu tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.
2.4.3 Penjabaran Pancasila dalam Pembukaan UUD 194
A. Pokok Pikiran Pertama
“Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini berarti bahwa negara menghendaki
persatuan dengan menghilangkan faham golongan, mengatasi segala faham
perseorangan. Dengan demikian Pokok Pikiran Pertama merupakan penjelmaan
Sila Ketiga Pancasila.
B. Pokok Pikiran Kedua
“Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian Pokok Pikiran
Kedua merupakan penjelamaan Sila Kelima Pancasila.
C. Pokok Pikiran Ketiga
“Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem negara yang
terbentuk dalam Undang-Undang Dasar haruslah berdasarkan atas kedaulatan
rakyat dan berdasar permusyawaratan/perwakilan. Pokok Pikiran Ketiga
merupakan penjelmaan Sila Keempat Pancasila.
D. Pokok Pikiran Keempat
Alenia keempat merupakan pernyataan mengenai keadaan setelah negara
Indonesia ada, dan mempunyai hubungan klausal dan organis dengan batang
tubuh UUD 1945. Jadi dapat dikatakan Pembukaan UUD 1945 alenia keempat
dijabarkan (dijelmakan) dalam batang tubuh UUD 1945.
2.4.4 Penjabaran Pancasila kedalam UUD
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 28E
Ayat 1 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”
Ayat 2 Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
Pasal 29
Ayat 1 “ negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa”.
Ayat 2 “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pasal 27(1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”.
Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan
lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Pasal 30(1) “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikutserta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”.
Pasal 31(2) “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah
wajib membiayainya”.
3. Persatuan Indonesia
Pasal 1 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang”.
Pasal 32(2) “negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional”.
Pasal 35 “bendera negara Indonesia ialah sang merah putih”.
Pasal 36(A) “lambang negara ialah garuda pancasila dan semboyannya adalah
bhineka tunggal ika”.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pasal 37(3) “untuk mengubah pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR”.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 34(1) “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Pasal 34(2) “negara mengembangkan sistem jaminan”
Pasal 34(3) “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak”.
2.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan
Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan terdapat pada berbagai bidang
kehidupan negara, antara lain:
2.5.1 Bidang politik
Pada kehidupan politik dalam negeri harus bertujuan untuk merealisasikan
tujuan demi harkat martabat manusia. Karena hal itu didasarkan pada kenyataan
bahwa manusia memiliki peran yang sangat penting dalam negara. Dalam
sistemnya juga harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
biasa disebut dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu merupakan sebuah
perwujudan hak atas dasar martabat kemanusiaan sehingga dalam sistem politik
negara mampu menciptakan sistem yang dapat menjamin hak-hak tersebut.
Dalam sistem politik, negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang berperan
sebagai rakyat. Maka kekuasaan negara harus berdasarkan pada asal mula dari
rakyat untuk rakyat. Contoh yang dapat kita ingat dimasa lau adalah pada masa
Soekarno. Pada zaman itu, sudah terdapat kesadaran politik untuk membangun
bangsa ini dengan hanya melibatkan 3 komponen penting saja, meliputi
Nasionalisme, Agama, dan Komunis (NASAKOM). Tetapi prakarsa ini akhirnya
menimbulkan kecemburuan dari pihak militer yang berujung pada pelengseran
Soekarno dari kekuasaannya. Hal itu menandakan bahwa dalam rangka
membangun bangsa ini tidak boleh dilakukan oleh beberapa kelompok saja,
melainkan seluruh rakyat Indonesia juga yang memiliki peran yang sangat
penting dalam membangun bangsa ini.
Selain dalam sistem politik negara, Pancasila juga memberikan dasar-dasar
moralitas terhadap politik negara. Hal itu telah diungkapkan para pendiri negara
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), misalnya Drs. Moh. Hatta,
menyatakan bahwanegara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, atas
dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini menurut Moh. Hatta
digunakan untuk memberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan
kekuasaan. Oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik dan
para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan yang sistematis, seperti
halnya dalam politik negara yang harus berdasarkan pada kerakyatan (Sila IV),
pengembangan dan aktualisasi politik negara yang berdasarkan pada moral
ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (sila II), dan moral persatuan yaitu ikatan
moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan
politik Negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V).
Sedangkan dalam implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan pada
bidang politik bertumpu kepada asas kedaulatan rakyat berdasarkan konstitusi,
mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik pada
sektor suprastruktur (lembaga politik negara) maupun infrastruktur politik
(lembaga kemasyarakatan negara), dibatasi oleh konstitusi. Hal inilah yang
menjadi hakikat dari konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang semua
komponen dalam sistem politik diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan maksud
agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh siapapun. Dengan demikian,
pejabat publik akan terhindar dari perilaku sewenang-wenang dalam merumuskan
dan mengimplementasikan kebijakan publik, dan sektor masyarakat pun akan
terhindar dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan haknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aika Grafika. 2014. Apa itu Esensi?. (Online), (http://aikagrafika.blogspot.co.id/2014/07/apa-
itu-esensi.html), diakses 10 Oktober 2016
Anonim. 2014. Pancasila Pasca Reformasi: Tantangan dan Hambatan yang dihadapi
Pancasila Pasca Runtuhnya Orba(online),
(http://www.kompasiana.com/yogaswarafb/pancasila-pasca-reformasi-tantangan-dan-
hambatan-yang-dihadapi-pancasila-pasca-runtuhnya-orba_54f94bcea33311ef048b4af9),
diakses 7 Oktober 2016
Aulia Adinda. 2013. Pancasila merupakan dasar negara yang harus dilestarikan. (Online),
(http://auliaadindadinda.blogspot.co.id/2013/05/pancasila-merupakan-dasar-negara-
yang.html), diakses 8 Oktober 2016
Deka lesthari. 2014. Mengidentifikasi Pasal-pasal yang merupakan penjelmaan dari 4 pokok
pikiran (gamapatua). (Online),
(https://lestharideka.wordpress.com/2014/02/26/mengidentifikasi-pasal-pasal-yang-
merupakan-penjelmaan-dari-4-pokok-pikiran-gamapatua/), diakses 7 Oktober 2016
Drs. H. KAELAN, M.S. 2001, Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi Tahun 2000,
Paradigma, Yogyakarta
Hilde Missa. 2014. Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan diperguruan tinggi.
(Online), (http://hildemissa606.blogspot.co.id/2014/05/urgensi-pendidikan-pancasila-
dan.html), diakses 9 Oktober 2016
K.H. Dr. (H.C.) Achmad Hasyim Muzadi, dkk, 2015, Reaktualisasi Pancasila, Menyoal
Identitas, Globalisasi, dan Diskursus Negara-Bangsa, Ombak, Yogyakarta
Lukman Tri A. 2012. Pentingnya Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia.
(Online), (http://www.kompasiana.com/lukmanthree/pentingnya-pancasila-sebagai-ideologi-
bangsa-dan-negara-indonesia_55183aea81331126699de586), diakses 9 Oktober 2016
Mokhammad Nasrulloh. 2016. Makalah Penjabaran Pancasila Dalam Pasal-Pasal UUD 1945.
(Online), (http://nasrulelectric.blogspot.com/2015/11/makalah-penjabaran-pancasila-
dalam.html), diakses 8 Oktober 2016
Nurlaili Laksmi. 2013. Esensi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia. (Online),
(http://nurlaili-laksmi-w-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75329-Semester%20II-Esensi
%20Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html), diakses 10 Oktober 2016
Pandji Setijo, 2013, Pendidikan Pancasila, Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, edisi
keempat, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
Pranarka, A.W.M. 1985. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila. Jakarta: Centre for Srategic
and International Studies (CSIS).
Raharjo, Teguh Andi. 2016. Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia (online),
(http://hibanget.com/dinamika-pancasila-sebagai-dasar-negara-indonesia), diakses 7 Oktober
2016
Rini, D. 2011. Ideologi Pancasila Jurus Jitu Hadapi Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.
[1]Krissantono,
ed., Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila (Jakarta: CSIS, 1976),
hal. 10.
[2]A.M.W. Pranarka. Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta. 1985, hal. 276.
[3]Pembukaan UUD 1945