Anda di halaman 1dari 24

DINAMIKA, TANTANGAN, ARGUMENT, ESENSI DAN URGENSI

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Hariyanto S.Pd, M. Pd.

Oleh:

ANANDA SITI ARDILA

(2245201006)

PRODI FISIKA
FAKULTAS ILMU EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA BLITAR
TAHUN AJARAN 2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Dinamika,
Tantangan, Argument, Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara”.
Makalah ini berisi tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar
Negara, Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila, Esensi dan Urgensi
Pancasila sebagai Dasar Negara, Hubungan Pancasila dengan Proklamasi,
Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.
Penulisan makalah ini tidaklah lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
2. Orang tua saya, yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya
yang tak pernah berhenti,
3. Pihak-pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan masukan serta dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat
membuat suatu makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN
Argumen Tentang Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara ....................... 3
Argumen Tentang Tantangan terhadap Pancasila ............................................ 8
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara ...................................... 10
Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi dan UUD 1945 ............................... 15
Implementasi Pancasila Dalam Kebijakan Negara .......................................... 17

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................... 21
Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

ii
BAB II

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketika Negara-bangsa tersusun, maka sebenarnya telah ada berbarengan
dengan eksistensi negara itu, suatu perjanjian bersama “Kontrak Sosial”, sebagai
kebulatan pikiran atau cita-cita dalam mendirikan negara bangsa tersebut,
perjanjian ini sebagai pengejawantahan dari kemauan bersama untuk menyusun
hidup bersama dalam suatu wadah yang disebut negara. Selanjutnya, bangunan
negara yang didirikan itu tegak di atas sebuah “keyakinan kokoh bersama suatu
komnitas politik” yang kemudian biasa disebut sebagai kepercayaan politik
(political belief) milik seluruh bangsa yang kemudian menjadi sebuah “Ideologi”.
Yang dijadikan sebagai landasan, pedoman, serta cita-cita suatu bangsa. Maka
keyakinan politik itu akhirnya menajdi gagasan abadi untuk diaktualisasikan dalam
kehidupan perpolitikan komunitas sebuah negara.
Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia melalui
perdebatan dan tukar pikiran baik dalam sidang BPUPKI maupun PPKI oleh para
pendiri negara. Kita sebagai masnyarakat Indonesia memiliki kewajiban untuk
tunduk pada pancasila serta mempertahankannya.
Kedudukan pancasila sebagai dasar (filsafat) memiliki tiga implikasi, yakni
implikasi politis, etis, dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis
adalah menjadikan pancasila sebagai ideologi nasional. Implikasi etis adalah
menjadikan pancasila sebagai sumber norma etik bernegara. Implikasi yuridis
adalah menjadikan pancasila sebagai sumber hukum negara, pancasila merupakan
unsur pokok dari UUD 1945, yang selanjurnya unsur tersebut terjabar dalam pasal-
pasal UUD 1945 sebagai norma hukum dasar bernegara. UUD 1945 sebagai norma
hukum dasar negara selanjutnya dijabarkan lagi dalam undang-undang dan
seterusnya pada peraturan perundangan di bawahnya secara hierarkis.
Pancasila sebagai dasar negara, berarti pula pancasila sebagai Norma Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkataan “Norma Dasar” teridiri dari kata
“Norma”, yang berarti hukum atau “kaidah” dan kata “Dasar”, yang berarti “pokok”
atau “Fondamen”, jadi norma dasar berarti hukum pokok atau kaidah pokok.
Karena itu yang dimaksud dengan pancasila sebagai Norma Dasar Negara Republik

1
Indonesia ialah pancasila yang menjadi hukum pokok dalam negara bangsa
Indonesia. Artinya, semua peraturan perundangan yang berlaku dalam negara
bangsa Indonesia bersumber pada pancasila dan sah berlaku jika tidak bertentangan
dengan pancasila. Dengan pengertian tersebut maka pancasila merupakan “sumber
dari segala sumber hukum”. Oleh karena itu, setiap warganegara yang menjalankan
dan mematuhi semua peraturan yang ada secara terortis telah mengamalkan
pancasila sebagai Dasar Negara. Sebagai Dasar Negara, pengalaman pancasila pada
hakikatnya merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila di dalam berbagai kesatuan
negara guna mengatur pelaksanaan berbagai macam pola dan bidang kehidupan,
agar benar-benar sesuai dan dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara?
2) Apa saja Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara?
3) Bagaimana hubungan Pancasila dengan Proklamasi, Pembukaan UUD 1945
dan Pasal-Pasal UUD 1945?
4) Apa saja Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan?

1.3.Tujuan
1) Mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
2) Membuat Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila
3) Mengetahui Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
4) Memahami hubungan Pancasila dengan Proklamasi, pembukaan UUD
1945, dan Pasal-pasal UUD 1945.
5) Mengetahui Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yang
sangat panjang. Pada awalnya pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang ada dalam adat istiadat, agama, serta dalam pandangan
hidup bangsa. Oleh karena itu nilai pancsila telah diyakini kebenarannya, kemudian
diangkat menjadi dasar negara sekaligus sebagai ideologi bangsa.

“Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,


melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa kita sendiri, melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, diilhami oleh ide ide
besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian dan ide besar bangsa kita
sendiri,” demikian ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Ulang
Tahun Parkindo yang ke-24 di Surabaya pada 15 November 1969.

Nama Pancasila lahir atas usulan atau ide Presiden Soekarno pada tanggal
1 juni 1945 pada sidang BPUPKI yang pertama. Saat itu usulan beliau disambut
baik oleh para anggota rapat. Dengan demikian dicapailah kesepakatan bahwa
Indonesia akan dibangun atas dasar lima sila yang disebut Pancasila.

A. Perkembangan Pancasila Pada Masa Kependudukan Jepang

Perjuangan bangsa Indonesia belum berhasil mengusir penjajah Barat


sampai akhirnya meletus pernag pasifik pada tanggal 7 desember 1941, yaitu
perang antara Jepang di satu pihak, melawan sekutu (Inggris, Amerika Serikat,
Belanda) di lain pihak Jepang melakukan pomboman terhadap kekuatan armada
Amerika Serikat di Pearl Harbour.

Pada tanggal 9 maret 1942. Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa


syarat kepada Jepang dan sejak saat itu dimulailah penjajahan Jepang terhadap
Indonesia. Tidak berbeda dengan penjajah-penjajah lain, Jepang pun melakukan
penindasan dan kekejaman yang mengakibatkan penderitaan rakyat, karena itu

3
mulai timbul perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Jepang baik secara legal
maupun ilegal, misalnya pemberontakan PETA di Blitar.

Jepang menduduki Indonesia kurang lebih selama 3,5 tahun. Walaupun


masa pendudukan Jepang merupakan masa yang amat berat di dalam sejarah bangsa
Indonesia, namun demikian periode itu merupakan suatu momentum yang memacu
gerakan kebangsaan dan gerakan kemerdekaan Indonesia.

Pada awalnya Jepang membuat suatu kebijakan politik yang dimaksudkan


agar bangsa Indonesia menjadi salah satu bagian dalam kekuatan Jepang. Namun
hal itu secara tidak langsung membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih
menantangkan pembunuhan pergerakan kebangsaan dan gerakan Indonesia
Merdeka.

Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI


pada tanggal 1 maret 1945. Tugas badan ini ialah untuk mempersiapkan hal-hal
yang penting yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa dalam hal politik,
ekonomi, tata pemerintahan, dan lain-lain. Melalui badan bentukan Jepang inilah
para pemimpin Indonesia merancang sebuah dasar negara. Dan di dalam badan ini
muncullah pemikiran-pemikiran mengenai Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia.

Dalam masa tersebut, walaupun ideologi kebangsaan merupakan faktor


yang dominan di dalam perkembangan pemikiran pada waktu itu, namun status
Pancasila belum menjadi dasar negara dan belum mempunyai kekuatan hukum
secara utuh, karena belum ada negara Indonesia yang merdeka.

B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang


pertama.

Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat
itulah bangsa Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945
BPUPKI mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan
demikian, maka pancasila yang dalam artian lima dasar negara resmi menjadi dasar
negara Republik Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:

4
“kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan dan kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewjudkan suatu keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat


ideologis. Selain itu praktek kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada
waktu itu turut serta membentuk perkembangan pemikiran mengenai Pancasila
pada masa itu.

C. Perkembangan Pancasila Selama Periosde Berlakunya Konstitusi RIS

Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), keududukan pancasila tidak


dapat ditangguhkan sebagai dasar negara yang tunggal, meskipun nama pancasila
tidak terdapat di dalam pembukaan konstitusi Republik Indonseia Serikat (RIS),
status Pancasila ideologi kebangsaan, dasar negara, dan sumber hukum tetap
tertahan di dalam periode ini. Bahkan perkembangan atau pemikiran mengenai
pancasila menunjukkan suatu kemajuan di kalangan masyarkat akademis.

D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950

Pemikiran tentang lima dasar negara ada terdapat dalam mukaddimah


Undang-Undang Dasar sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan
UUD 1945 maupun konstitusi RIS, nama pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak
tercantum. Meskipun demikian, pendapat bahwa lima dasar negara itu adalah
Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang, perumusan mengenai
dasar negara tetap mencerminkan pemikiran ideologi kebangsaan. Dengan

5
demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap
berkelanjutan.

E. Perkembangan Pancasila Selama Orde Lama

Dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di dalam majelis


konstituante, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan dekrit pada tnaggal 5 Juli
1959 yang isinya adalah:

a. Membubarkan Konstituante
b. Menyatakan berlakunya kemnbali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)\

Dengan keluarnya dekrit Presiden Soekarno tersebut, maka berlakulah


kembali UUD 1945, dan secara otomatis dinyatakan pula eksistensi pancasila
sebagai dasar negara. Dengan dekrit tersebut, kedudukan pancasila sebagi dasar
negara dan sumber hukum dikukuhkan, meskipun hal ini tidak disampaikan secara
langsung dalam dekrit presiden Soekarno. Dan hal itu pula yang menyebabkan
terjadinya pergulatan ideologi tidak berhenti.

Selama orde lama, Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin


dalam memimpin negara Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan
sila keempat pancasila mengenai pengambilan keputusan berdasarkan
pemusyawaratan perwakilan. Soekarno juga menyampaikan sebuah konsep politik
integrasi antara tiga paham dominan saat itu yaitu nasionalis, agama, dan komunis
(NASAKOM) yang kemunculannya lebih sering dibandingkan dengan dasar negara
Indonesia sendiri.

Periode 1959-1966 yang dikenal dengan periode demokrasi terpimpin


(demokrasi yang berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno)

- Telah terjadi penyimpangan pancasila dalam konstitusi


- Presiden Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur
hidup, menggabungkan nasionalis (NASAKOM)
- Terjadi pemerosotan di sebgian masyarakat

6
- Pemberontakan partai komunis Indonesia (PKI) 30-9-1965 dipimpin
oleh D.N. Aidit, tujuan utama: mendirikan negara soviet Indonesia yang
berideologi komunis sebagai pengganti Pancasila.
F. Perkembangan Pancasila selama Orde Baru

Apabila pada masa sebelumnya pemikiran Pancasila masih diliputi dengan


ditanamkannya ideologi-ideologi lain ke dalam penafsiran Pancasila, maka pada
masa orde baru ini menampilkan pemikiran pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen sebagai tema pemikiran utama. Pada masa ini,
pandangan umum mengenai Pancasila kembali dikuatkan dengan penempatannya
sebagai dasar negara dalam satu rangkaian intergratif dengan UUD 1945
(Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa harus sepaham
dengan Pancasila.

G. Perkembangan Pancasila Selama Reformasi

Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang menyebabkan presiden


Soeharto harus lengser dari jabatannya sebgai presiden. Namun sampai saat ini ,
nampaknya gerakan reformasi tersebut belum membawa perubahan yang signifikan
mengenai pengamalan Pancasila di masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
perilaku atau sifat yang muncul di masyarakat atau bahkan dalam pemerintahan
sendiri. Masih banyak penyelewangan-penyelewangan yang terjadi di dunia politik,
atau bahkan masih ada orang yang dengan sengaja memaksakan kehendak demi
kepentingannya sendiri.

Namun hal itu masihlah wajar, mengingat gerakan refomasi di Indonesia ini
masih belum lama, atau bahlam masih bisa dikatakan dalam masa proses. Selain itu
gerakan reformasi ini juga tampaknya tidaklah sepenuhnya gagal, melalui gerakan
ini banyak muncul tokoh-tokoh yang unggul, berkompeten dan memihak pada
rakyat.

Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat


terhadap poliitk, sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang
timbul di bidang pemerintahan. Hal itu terjadi karena keebasan berpendapat yang

7
dijunjung tinggi, sehingga merek bebeas mengeluarkan ide atau gagasan-gagan
yang menurut mereka bisa membantu mengatasi masalah dengan bidang politik.

Pada tahun 2004 sampai sekarang, mulai berkembang gerakan-gerakan


yang bertujuan untuk membangun kembali untuk membangun semangat
nasionalisme melalui seminar-seminar dan kongres. Hal itu bertujuan untuk
menjaga eksistensi Pancasila sebagi pandangan hidup dan dasar negara bangsa
Indonesia. Melalui gerakan tersebut diharapka penanaman dan pengalaman
terhadap nilai-nilai pancasila semkain tinggi, baik di dalam pemerintahan maupun
masyarakat itu sendiri.

2.2. Argumen Tentang Tantangan Terhadap Pancasila

Pada era globalisasi ini banyak hal yang akan merusak mental dan nilai
moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dengan
demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi
bangsa Indonesia tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral
dalam menjawab tantangan-tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara
yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.

Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-
paham yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme,
komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus
kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal inipun dapat dilihat
dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah merasuk jauh dalam kehidupan
bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat
religius, santun, dan gotong-royong.

Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda


bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai
berikut:

a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam


kehidupan bernegara dalam era reformasi ini karena perubahan
sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkannya
otonomi daerah yang seluasluasnya, di satu pihak, dan di pihak lain,

8
masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam
kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku
anarkisme yang dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap
fasilitas publik dan aset milik masyarakat lainnya yang dipandang
tidak cocok dengan paham yang dianutnya. Masyarakat menjadi
beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila mengalami degradasi. Selain itu, kondisi euforia politik
tersebut dapat memperlemah integrasi nasional.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik
aparatur pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang
mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku
aparatur yang aji mumpung atau mementingkan kepentingan
kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara
meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan melakukan upaya
secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai
Pancasila bagi para aparatur negara.

Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang diuraikan di atas, hanya


merupakan sebagian kecil saja karena tantangan terhadap Pancasila itu seperti
fenomena gunung es, yang tidak terlihat lebih banyak dibandingkan yang muncul
di permukaan. Hal ini menggambarkan bahwa upaya menjawab tantangan tersebut
tidak mudah. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu
merespon secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai
Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi yang
berkiprah di sektor masyarakat maupun di pemerintahan. Dengan demikian,
integrasi nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia
dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan
masyarakat.

2.3. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

a. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima


dan ditetapkan menjadi dasar dan ideologi negara Indonesia sejak 18 Agustus

9
1945. Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara merupakan milik bersama
akan memudahkan semua stakeholder bangsa dalam membangun negara
berdasar prinsip-prinsip konstitusional.

Mahfud M.D. (2009: 16--17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila


sebagai dasar negara membawa konsekuensi diterima dan berlakunya
kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan kebijakan negara, terutama dalam
politik hukum nasional. Lebih lanjut, Mahfud M.D. menyatakan bahwa dari
Pancasila dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya 4 kaidah penuntun
dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu sebagai
berikut:

1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau
keutuhan bangsa, baik secara ideologi maupun secara teritori.
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya
membangun demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara
hukum) sekaligus.
3. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya
membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia
bukanlah penganut liberalisme, melainkan secara ideologis menganut
prismatika antara individualisme dan kolektivisme dengan titik berat
pada
kesejahteraan umum dan keadilan sosial.
4. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip
toleransi beragama yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama
sehingga tidak boleh melahirkan kebijakan atau politik hukum yang
berdasar atau didominasi oleh satu agama tertentu atas nama apapun,
tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang hampa agama sehingga
setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh ajaran
berbagai agama yang bertujuan mulia bagi kemanusiaan.

Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.

10
Di sisi lain, pada penjelasan pasal 2 tersebut dinyatakan bahwa Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara
sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal


yuridis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah
sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang dari
pembukaan secara jelas merupakan perubahan secara tidak sah atas
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Kaelan, 2000: 91 -92).

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib
hukum Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian
hukum Indonesia yang dalam Pembukaan Undang-Undang Negara
Republik Indonesia dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk
penyelenggara partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan
negara, para pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena
semangat tersebut adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara karena masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat (Kaelan, 2000:
198--199)

11
Rumusan Pancasila secara imperatif harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap sila Pancasila merupakan satu
kesatuan yang integral, yang saling mengandaikan dan saling mengunci. Ketuhanan
dijunjung tinggi dalam kehidupan bernegara, tetapi diletakkan dalam konteks
negara kekeluargaan yang egaliter, yang mengatasi paham perseorangan dan
golongan, selaras dengan visi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
kebangsaan, demokrasi permusyawaratan yang menekankan consensus, serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pimpinan MPR dan Tim Kerja
Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 88).

b. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Soekarno melukiskan urgensi Pancasila bagi bangsa Indonesia secara ringkas


tetapi meyakinkan, sebagai berikut:

Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah, Pancasila adalah satu


alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam
perjuangan melenyapkan segala penyakit yang telah dilawan berpuluh-puluh
tahun, yaitu terutama imperialisme. Perjuangan suatu bangsa, perjuangan
melawan imperialisme, perjuangan mencapai kemerdekaan, perjuangan sesuatu
bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada dua bangsa yang cara
berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara perjuangan sendiri,
mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu, pada hakikatnya bangsa sebagai
individu mempunyai kepribadian sendiri. Kepribadian yang terwujud dalam
pelbagai hal, dalam kenyataannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan
lain-lain sebagainya (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009-2014, 2013: 94-95).

Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar negara, dapat


menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu institusional (kelembagaan) dan human
resourses (personal/sumber daya manusia). Pendekatan institusional yaitu
membentuk dan menyelenggarakan negara yang bersumber pada nilainilai
Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi unsur-unsur sebagai negara
modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan
nasional (national interest), yang bermuara pada terwujudnya masyarakat adil dan

12
makmur. Sementara, human resourses terletak pada dua aspek, yaitu orang-orang
yang memegang jabatan dalam pemerintahan (aparatur negara) yang melaksanakan
nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan
tanggung jawabnya sehingga formulasi kebijakan negara akan menghasilkan
kebijakan yang mengejawantahkan kepentingan rakyat. Demikian pula halnya pada
tahap implementasi yang harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip good
governance, antara lain transparan, akuntabel, dan fairness sehingga akan terhindar
dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme); dan warga negara yang berkiprah
dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai-nilai etika
bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free fight liberalism, tidak
terjadi monopoli dan monopsoni; serta warga negara yang bergerak dalam bidang
organisasi kemasyarakatan dan bidang politik (infrastruktur politik). Dalam
kehidupan kemasyarakatan, baik dalam bidang sosial maupun bidang politik
seyogyanya nilai-nilai Pancasila selalu dijadikan kaidah penuntun. Dengan
demikian, Pancasila akan menjadi etika politik yang mengarahkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam suasana kehidupan yang harmonis.

Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum sudah selayaknya


menjadi ruh dari berbagai peraturan yang ada di Indonesia. Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditegaskan dalam
alinea keempat terdapat kata “berdasarkan” yang berarti, Pancasila merupakan
dasar negara kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan dan
pedoman dalam membentuk dan menyelenggarakan negara, termasuk menjadi
sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Hal ini
berarti perilaku para penyelenggara negara dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintah negara, harus sesuai dengan perundang-undangan yang mencerminkan
nilainilai Pancasila.

Apabila nilai-nilai Pancasila diamalkan secara konsisten, baik oleh


penyelenggara negara maupun seluruh warga negara, maka akan terwujud tata
kelola pemerintahan yang baik. Pada gilirannya, cita-cita dan tujuan negara dapat
diwujudkan secara bertahap dan berkesinambungan.

13
2.4.Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi dam Pembukaan UUD 1945
a. Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan
dasar filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib
hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan
proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat
untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa Indonesia
ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang
mendasari perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan yang
puncaknya ditandai dengan proklamasi. Pada peristiwa proklamasi juga dilakukan
penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan derajat nilai-nilai pancasila yang
mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah direndahkan, dilecehkan, serta
diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia hidup
dan tujuan hidup kita sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari belenggu
penjajahan juga tidak lepas dari besarnya keinginan rakyat Indonesia pada saat itu
untuk merdeka, persatuan dan kesatuan juga berperan penting dalam proses
pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan juga merupakan salah satu
nilai yang terkandung dalam pancasila.
b. Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu
pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila
sebagai dasar negara republik Indonesia. Keduanya juga membentuk suatu
hubungan yang dapat dibedakan menjadi hubungan formal dan material, seperti
berikut:
A. Hubungan formal
Pancasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam
pembukaan UUD 1945. Dengan demikian cara kehidupan, tata negara tidak hanya
bertopang kepada asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduanya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,

14
religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya berdampak pada pancasila.
Berdasarkan tempat terdapatnya pancasila dalam UUD 1945 secara formal dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2) Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental
3) Bahwa Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi sebagai sesuatu
yang bereksistensi sendiri, yang hakekat kedudukan hukum nya berbeda
dengan pasal-pasal nya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah
pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai
sumber.
4) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah yang terlekat pada
kelangsunagn hidup negara republik indonesia.
B. Hubungan Material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang
bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan secara material
sebagai berikut:
1) Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian pembukaan UUD 1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib
hukum Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang
tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila.
Pancasila sebagai tertib sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai,
sumber materi sumber bentuk dan sifat. Dalam pancasila terdapat
penjabaran tertib hukum Indonesia yang mana hal ini menunjukkan bahwa
pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum Indonesia berhubungan secara
material dengan pancasial.
2) Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga
merupakan sumber hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum
tidak tertulis ini merumerupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara

15
dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah yang
dimaksuk denagn konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan,
oleh karena itu tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.

2.5. Implementasi Pancasila Dalam Kebijakan Negara


Berikut ini akan dijelaskan mengenai implementasi Pancasila dalam
kebijakan negara.

1. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Politik


Dalam kehidupan politik, bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi sebagaimana dengan negara lain sejalan dengan ideologinya,
maka demokrasi di Indonesia mendasarkan dirinya pada ideologi politik
yaitu Pancasila. Membudayakan Pancasila di bidang politik adalah
membudayakan sila keempat dari Pancasila yang berintikan demokrasi yang
dijiwai oleh sila 1, 2, 3, dan menjiwai sila 5.
Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya
dijiwai oleh niali-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat mendukung
demokrasi. Nilai-nilai pancasila menentang sistem otoriter atau
kediktatoran.
2. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Ekonomi
Di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapalitisme
global menjadi arus utama. Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang telah mulai berkenalan dengan kapitalisme global seiring
dengan perekonomian global tersebut. Hal demikian berlangsung sejak
pemerintahan Orde Baru.
Namun demikian, krisis devaluasi rupiah yang lantas menjelma
menjadi krisis moneter sepanjang 1997-1998 telah membutakan mata
bahwa pondasi perekonomian Indonesia yang dibangun atas dasar hutang
luar negeri tidaklah kokoh. Sistem ekonomi kita bertumpu pada eknomi
liberal. Padahal sistem ekonomi di Indonesia secara normatif telah memiliki

16
pijakannya, yakni sistem ekonomi yang berdasar pancsaila. Sistem ekonomi
yang bersandar pada kerakyatan dan keadilan.
Upaya-upaya dalam rangka membudayakan Pancasila di dalam
aspek kehidupan ekonomi, yaitu dengan mengadakan pengkajian, diskusi,
dan dialog tentang ekonomi pancasila dan penerapannya di Indonesia baik
di tingkat nasional maupun di daerah-daerah . Sistem ekonomi yang
bermoral, manusiawi, nasionalitis, demokratis, dan berkeadilan jika
diterapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan membantu
terwujudnya keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat.
3. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Sosial-Budaya Sosial
dan budaya adalah satu kesatuan hal yang sangat mudah berubah, yang
disebabakan oleh adanya perkembangan zaman, seperti globalisasi yang
memudahkan budaya bangsa luar masuk ke negara kita, yang membuat
hilangnya rasa bangga terhadap negara sendiri.
Berikut ini beberapa contoh singkat dalam membudayakan Pancasila di
dalam aspek kehidupan sosial-budaya.
- Penyuluhan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam hidup
bermsyarakat dan bernegara dapat dilakukan khususnya pada
masyarakat dan wilayah yang sering mengalami konflik antar warga.
- Aktualisasi sosial budaya pada aspek agama, karena masih banyaknya
kasus perselisihan yang diawali oleh perbedaan keyakinan umat
beragama. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa menghargai antara umat
beragama dalam kehidupan sosial mereka. Diharapkan dengan adanya
aktualisasi dapat menghilangkan perselisihan yang ada.
- Terbuka menerima kehadiran budaya lain sebagai upaya
mempersatukan umat manusia di seluruh dunia. Namun demikian,
jangan sampai meniggalkan budaya yang sudah mendarah daging dalam
tubuh kita dan mneggantinya dengan budaya bangsa lain.

Membudayakan Pancasila dalam bidang sosial budaya dengan cara


menjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya. Arah

17
pembangunan sosial budaya Indonesia hendaknya mendasarkan pada hal-
hal sebagai berikut.

- Pambangunan sosial budaya dilaksnanakan demi terwujudnya


masyarakat yang demokratis, aman, tenteram, dan damai.
- Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan
maesyarakat Indonesia.
- Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun
masyarakat Indonesia yang modern.
- Memlihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan
masyarakat.
4. Membudayakan Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Pertahanan dan
Keamanan Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindugni
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman. Pertahanan negara berfungsi untuk
mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu
kesatuan pertahanan.
Komponen dalam pertahanan negara ada tiga sebagai berikut.
- Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap
digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
- Komponen cadangan, adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan
untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
- Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan.

Membudayakan Pancasila dalam bidang pertahanan keamanan adalah


dengan manjadikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan
keamanan. Acuannya adalah sebagai berikut.

- Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap


warga negara.
- Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

18
- Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan
bangsa lain.

Sebagai penjabarannya, pertahanan dan keamanan diatur dalam Pasal 30


UUD 1945.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negara


yang menjadi dasar, pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesia
akan memudahkan dalam memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian
jalannya pemerintahan Negara RI. Juga memberikan jaminan akan kestabilan serta
tegaknya tatanan hukum sehingga dapat mengawasi dan mendeteksi terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, termasuk segenap program-program yang telah digariskan
dalam pencapaian sasaran.

Kesemua hal tersebut, akhirnya akan dapat mendukung pengembalian


kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap terlaksananya pemerintahan yang
baik dan stabil serta tegaknya tatanan hukum dalam Negara RI.

Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasi


atas keberhasilan serta tercapainya suatu cita-cita atau tujuan nasional yang juga
merupakan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indoneisa, yaitu suatu
masyarakat yang adil dan makmur, hidup berdampingan dengan negara-negara di
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

3.2. Saran

Berdasarkan wacana di atas kita dapat menyadari betapa pentingnya


Pancasila sebagai dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi
Pancasila dan mengamalkan sila-sila yang termaktub di dalamnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.


Jakarta: PT Grasindo.

Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Mediak.

Darmodiharko, Darji. 1994. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang:


Laboratorium Pancasila IKIP MALANG.

Budiyono, Kabul. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:


Alfabeta.

Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indoneisa.

Maloko, Mochammad Syarifin. 2001. Pancasila dan Politik Provokasi.


Yogyakarta: Poestaka Bersatoe.

Munir, MBM. Umi Salamah. Suratman. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang:


Madani Media.

Winarno. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Kedua.


Jakarta: Bumi Aksara.

Nurwardani, Pristiyanti. Hestu Yoga Saksama. Arqom Kuswanjono. 2016


Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral
pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Asshiddiqie, Jimly. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:


Konstitusi Press.

Ppkn, Guru. 2016. “5 Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara”.


http://guruppkn.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-negara, diakses
pada 18 Agustus 2017 11.30.

21

Anda mungkin juga menyukai