Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 3

Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Disusun Oleh :
Nama Kelompok :
1. Muh Risinin K
2. Wiwin Kaimudin
3. Sari Intan Kelian
4. Yuyun A Suhartono
5. AIDA Lumalutur
6. Rasni
7. Habiba Rumuar
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan makalah yang Berjudul “PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”. Makalah ini
berisi tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara, Tantangan
terhadap Pancasila, Penulisan makalah ini tidaklah lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa
Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan masukan
serta dukungan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun agar
kedepannya kami dapat membuat suatu makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk pembaca
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara ................................................. 6
2.2 Tantangan terhadap Pancasila .................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ketika Negara-bangsa tersusun, maka sebenarnya telah ada berbarengan dengan eksistensi
negara itu, suatu perjanjian bersama “Kontrak Sosial”, sebagai Kebulatan pikiran atau cita-
cita dalam mendirikan negara bangsa tersebut, perjanjian ini sebagai pengejawantahan dari
kemauan bersama untuk menyusun hidup bersama dalam suatu wadah yang disebut
negara. Selanjutnya, bangunan negara yang didirikan itu tegak di atas sebuah “keyakinan
kokoh bersama suatu komnitas politik” yang kemudian biasa disebut sebagai kepercayaan
politik (political belief) milik seluruh bangsa yang kemudian menjadi sebuah “Ideologi”. Yang
dijadikan sebagai landasan, pedoman, serta cita-cita suatu bangsa. Maka keyakinan politik
itu akhirnya menajdi gagasan abadi untuk diaktualisasikan dalam kehidupan perpolitikan
komunitas sebuah negara.
Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia melalui perdebatan dan tukar
pikiran baik dalam sidang BPUPKI maupun PPKI oleh para pendiri negara. Kita sebagai
masyarakat Indonesia memiliki kewajiban untuk tunduk pada pancasila serta
mempertahankannya.
Kedudukan pancasila sebagai dasar (filsafat) memiliki tiga implikasi, yakni implikasi politis,
etis, dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis adalah menjadikan pancasila
sebagai ideologi nasional. Implikasi etis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber norma
etik bernegara. Implikasi yuridis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber hukum
negara, pancasila merupakan unsur pokok dari UUD 1945, yang selanjurnya unsur tersebut
terjabar dalam pasal- pasal UUD 1945 sebagai norma hukum dasar bernegara. UUD 1945
sebagai norma hukum dasar negara selanjutnya dijabarkan lagi dalam undang-undang dan
seterusnya pada peraturan perundangan di bawahnya secara hierarkis.
Pancasila sebagai dasar negara, berarti pula pancasila sebagai Norma Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perkataan “Norma Dasar” teridiri dari kata “Norma”, yang
Berarti hukum atau “kaidah” dan kata “Dasar”, yang berarti “pokok” Atau “Fondament, jadi
norma dasar berarti hukum pokok atau kaidah pokok. Karena itu yang dimaksud dengan
pancasila sebagai Norma Dasar Negara Republik Indonesia ialah pancasila yang menjadi
hukum pokok dalam negara bangsa Indonesia. Artinya, semua peraturan perundangan yang
berlaku dalam negara bangsa Indonesia bersumber pada pancasila dan sah berlaku jika
tidak bertentangan dengan pancasila. Dengan pengertian tersebut maka pancasila
merupakan “sumber dari segala sumber hukum”. Oleh karena itu, setiap warganegara yang
menjalankan dan mematuhi semua peraturan yang ada secara terortis telah mengamalkan
pancasila sebagai Dasar Negara. Sebagai Dasar Negara, pengalaman pancasila pada
hakikatnya merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila di dalam berbagai kesatuan negara
guna mengatur pelaksanaan berbagai macam pola dan bidang kehidupan, agar benar-benar
sesuai dan dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
1.2.Rumusan Masalah
1) Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara?
2) Bagaimana tantangan terhadap Pancasila?

1.3.Tujuan
1). Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2). Mengetahui tantangan terhadap pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yang sangat panjang.
Pada awalnya pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
ada dalam adat istiadat, agama, serta dalam pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai
pancsila telah diyakini kebenarannya, kemudian diangkat menjadi dasar negara sekaligus
sebagai ideologi bangsa.
“Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, Melainkan telah
melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri,
melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, diilhami oleh ide ide besar dunia, dengan tetap
berakar pada kepribadian dan ide besar bangsa kita sendiri,” demikian ditandaskan oleh
Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Ulang Tahun Parkindo yang ke-24 di Surabaya pada
15 November 1969.
Nama Pancasila lahir atas usulan atau ide Presiden Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 pada
sidang BPUPKI yang pertama. Saat itu usulan beliau disambut baik oleh para anggota rapat.
Dengan demikian dicapailah kesepakatan bahwa Indonesia akan dibangun atas dasar lima
sila yang disebut Pancasila.
A. Perkembangan Pancasila Pada Masa Kependudukan Jepang
Perjuangan bangsa Indonesia belum berhasil mengusir penjajah Barat sampai akhirnya
meletus pernag pasifik pada tanggal 7 desember 1941, yaitu perang antara Jepang di satu
pihak, melawan sekutu (Inggris, Amerika Serikat, Belanda) di lain pihak Jepang melakukan
pomboman terhadap kekuatan armada Amerika Serikat di Pearl Harbour
Pada tanggal 9 maret 1942. Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang dan sejak saat itu dimulailah penjajahan Jepang terhadap Indonesia. Tidak berbeda
dengan penjajah-penjajah lain, Jepang pun melakukan penindasan dan kekejaman yang
mengakibatkan penderitaan rakyat, karena itu mulai timbul perlawanan-perlawanan rakyat
terhadap Jepang baik secara legal maupun ilegal, misalnya pemberontakan PETA di Blitar.
Jepang menduduki Indonesia kurang lebih selama 3,5 tahun. Walaupun masa pendudukan
Jepang merupakan masa yang amat berat di dalam sejarah bangsa Indonesia, namun
demikian periode itu merupakan suatu momentum yang memacu gerakan kebangsaan dan
gerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada awalnya Jepang membuat suatu kebijakan politik yang dimaksudkan agar bangsa
Indonesia menjadi salah satu bagian dalam kekuatan Jepang. Namun hal itu secara tidak
langsung membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih menantangkan pembunuhan
pergerakan kebangsaan dan gerakan Indonesia Merdeka.
Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI pada tanggal 1
maret 1945. Tugas badan ini ialah untuk mempersiapkan hal-hal yang penting yang
berhubungan dengan kemerdekaan bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata pemerintahan,
dan lain-lain. Melalui badan bentukan Jepang inilah para pemimpin Indonesia merancang
sebuah dasar negara. Dan di dalam badan ini muncullah pemikiran-pemikiran mengenai
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam masa tersebut, walaupun ideologi kebangsaan merupakan faktor yang dominan di
dalam perkembangan pemikiran pada waktu itu, namun status Pancasila belum menjadi
dasar negara dan belum mempunyai kekuatan hukum secara utuh, karena belum ada
negara Indonesia yang merdeka.
B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang pertama
Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat itulah bangsa
Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945 BPUPKI mengesahkan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan demikian, maka pancasila yang dalam
artian lima dasar negara resmi menjadi dasar negara Republik Indonesia. Hal itu dapat
dilihat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
undang-undang dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan kerakyatan yang dipimpin
oleh kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewjudkan suatu
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain
itu praktek kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut serta
membentuk perkembangan pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.
C. Perkembangan Pancasila Selama Periosde Berlakunya Konstitusi RIS
Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), keududukan pancasila tidak dapat ditangguhkan
sebagai dasar negara yang tunggal, meskipun nama pancasila tidak terdapat di dalam
pembukaan konstitusi Republik Indonseia Serikat (RIS), status Pancasila ideologi
kebangsaan, dasar negara, dan sumber hukum tetap tertahan di dalam periode ini. Bahkan
perkembangan atau pemikiran mengenai pancasila menunjukkan suatu kemajuan di
kalangan masyarkat akademis.
D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950
Pemikiran tentang lima dasar negara ada terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang
Dasar sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun konstitusi
RIS, nama pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian, pendapat
bahwa lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang,
perumusan mengenai dasar negara tetap mencerminkan pemikiran ideologi kebangsaan.
Dengan demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap
berkelanjutan.
E. Perkembangan Pancasila Selama Orde Lama
Dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di dalam majelis konstituante,
Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan dekrit pada tnaggal 5 Juli 1959 yang isinya
adalah:
a. Membubarkan Konstituante
b. Menyatakan berlakunya kemnbali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)\
Dengan keluarnya dekrit Presiden Soekarno tersebut, maka berlakulah kembali UUD 1945,
dan secara otomatis dinyatakan pula eksistensi pancasila sebagai dasar negara. Dengan
dekrit tersebut, kedudukan pancasila sebagi dasar negara dan sumber hukum dikukuhkan,
meskipun hal ini tidak disampaikan secara langsung dalam dekrit presiden Soekarno. Dan
hal itu pula yang menyebabkan terjadinya pergulatan ideologi tidak berhenti.
Selama orde lama, Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin dalam memimpin
negara Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan sila keempat pancasila
mengenai pengambilan keputusan berdasarkan pemusyawaratan perwakilan. Soekarno
juga menyampaikan sebuah konsep politik Integrasi antara tiga paham dominan saat itu
yaitu nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM) yang kemunculannya lebih sering
dibandingkan dengan dasar negara Indonesia sendiri.
Periode 1959-1966 yang dikenal dengan periode demokrasi terpimpin (demokrasi yang
berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno)
– Telah terjadi penyimpangan pancasila dalam konstitusi
– Presiden Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup,
menggabungkan nasionalis (NASAKOM)
– Terjadi pemerosotan di sebgian masyarakat
– Pemberontakan partai komunis Indonesia (PKI) 30-9-1965 dipimpin oleh D.N. Aidit,
tujuan utama: mendirikan negara soviet Indonesia yang berideologi komunis sebagai
pengganti Pancasila.
F. Perkembangan Pancasila selama Orde Baru
Apabila pada masa sebelumnya pemikiran Pancasila masih diliputi dengan ditanamkannya
ideologi-ideologi lain ke dalam penafsiran Pancasila, maka pada masa orde baru ini
menampilkan pemikiran pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
sebagai tema pemikiran utama. Pada masa ini, pandangan umum mengenai Pancasila
kembali dikuatkan dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu rangkaian
intergratif dengan UUD 1945 (Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa
harus sepaham dengan Pancasila.
G. Perkembangan Pancasila Selama Reformasi
Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang menyebabkan presiden Soeharto harus
lengser dari jabatannya sebgai presiden. Namun sampai saat ini , nampaknya gerakan
reformasi tersebut belum membawa perubahan yang signifikan mengenai pengamalan
Pancasila di masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul
di masyarakat atau bahkan dalam pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewangan-
penyelewangan yang terjadi di dunia politik Atau bahkan masih ada orang yang dengan
sengaja memaksakan kehendak demi kepentingannya sendiri.
Namun hal itu masihlah wajar, mengingat gerakan refomasi di Indonesia ini masih belum
lama, atau bahlam masih bisa dikatakan dalam masa proses. Selain itu gerakan reformasi ini
juga tampaknya tidaklah sepenuhnya gagal, melalui gerakan ini banyak muncul tokoh-tokoh
yang unggul, berkompeten dan memihak pada rakyat.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat terhadap poliitk,
sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang timbul di bidang
pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi,
sehingga merek bebeas mengeluarkan ide atau gagasan-gagan yang menurut mereka bisa
membantu mengatasi masalah dengan bidang politik.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, mulai berkembang gerakan-gerakan yang bertujuan
untuk membangun kembali untuk membangun semangat nasionalisme melalui seminar-
seminar dan kongres. Hal itu bertujuan untuk menjaga eksistensi Pancasila sebagi
pandangan hidup dan dasar negara bangsa Indonesia. Melalui gerakan tersebut diharapka
penanaman dan pengalaman terhadap nilai-nilai pancasila semkain tinggi, baik di dalam
pemerintahan maupun masyarakat itu sendiri.
2.2. Tantangan Terhadap Pancasila
Pada era globalisasi ini banyak hal yang akan merusak mental dan nilai moral Pancasila yang
menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu
waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus.
Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan-tantangan
terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
agama
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham- paham yang
bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme,
pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-
nilai Pancasila. Hal inipun dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah
merasuk jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa
Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong-royong.
Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia
sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara
dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat
termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluasluasnya, di satu pihak, dan di
pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam
kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku anarkisme yang
dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan aset milik
masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
Masyarakat menjadi beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai-
nilai Pancasila mengalami degradasi. Selain itu, kondisi euforia politik tersebut dapat
memperlemah integrasi nasional.
b. bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik
sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat
fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau mementingkan kepentingan
kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara meningkatkan
efektivitas penegakan hukum dan melakukan upaya secara masif serta sistematis
dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur negara.
c. Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang diuraikan di atas, hanya
merupakan sebagian kecil saja karena tantangan terhadap Pancasila itu seperti
fenomena gunung es, yang tidak terlihat lebih banyak dibandingkan yang muncul di
permukaan. Hal ini menggambarkan bahwa upaya menjawab tantangan tersebut
tidak mudah. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu
merespon secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai
Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi yang
berkiprah di sektor masyarakat maupun di pemerintahan. Dengan demikian,
integrasi nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia
dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi
dasar, pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesia akan memudahkan dalam
memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian jalannya pemerintahan Negara RI. Juga
memberikan jaminan akan kestabilan serta tegaknya tatanan hukum sehingga dapat
mengawasi dan mendeteksi terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan nasional, termasuk segenap program-
program yang telah digariskan dalam pencapaian sasaran.
Kesemua hal tersebut, akhirnya akan dapat mendukung pengembalian kepercayaan dan
keyakinan masyarakat terhadap terlaksananya pemerintahan yang baik dan stabil serta
tegaknya tatanan hukum dalam Negara RI.
Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasi atas keberhasilan
serta tercapainya suatu cita-cita atau tujuan nasional yang juga merupakan cita-cita
proklamasi kemerdekaan Republik Indoneisa, yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur,
hidup berdampingan dengan negara-negara di dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
3.2. Saran
Berdasarkan wacana di atas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai
dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi Pancasila dan mengamalkan
sila-sila yang termaktub di dalamnya
DAFTAR PUSTAKA

Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: PT
Grasindo.
Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Mediak.
Darmodiharko, Darji. 1994. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: Laboratorium
Pancasila IKIP MALANG.
Budiyono, Kabul. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.Bandung: Alfabeta.
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa.Jakarta: Pustaka
LP3ES Indoneisa.
Maloko, Mochammad Syarifin. 2001. Pancasila dan Politik Provokasi. Yogyakarta: Poestaka
Bersatoe.
Munir, MBM. Umi Salamah. Suratman. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang: Madani Media.
Winarno. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurwardani, Pristiyanti. Hestu Yoga Saksama. Arqom Kuswanjono. 2016 Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Direktorat Jendral pembelajaran dan
Kemahasiswaan.
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia.
Jakarta: Konstitusi Press.
Ppkn, Guru. 2016. “5 Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara”.
http://guruppkn.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-negara, diakses pada 18 Agustus
2017 11.30

Anda mungkin juga menyukai