Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA

INDONESIA

Disusun oleh:
Rika Yuniati (202305014)
Silvia Ayu Anggraini (202305010)
Sintya Dewi Meylinda H (202305005)

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat. hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH
BANGSA INDONESIA” dan manfaatnya untuk masyarakat Makalah ini telah
saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca

Mojokerto, 27 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan
bentuk pemerintahan republik sehingga disebut dengan Negara Kesatuan
Republik
Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia mengenal
pancasila sebagai dasar Negara, pedoman, dan pandangan hidup,yang nilainya
diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri.Pancasila merupakan dasar
Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia sejak dahulu.
Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa
Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan satu
kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar
Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan
bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan
menjiwai sila-sila yang lain. Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan
sebagai pandangan hidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar
Negara Indonesia, yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini terdapat pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan Naskah Proklamasi
Indonesia. Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab
seharusnya masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti
pemaparan di atas telah disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala
sumber hukum atau dasar Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila
pancasila tidak memihak kepada satu orang saja melainkan keseluruh warga
Negara Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sejarah perumusan pancasila?
2. Mengapa pancasila diperlukan dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
3. Bagaimana cara menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan
Pancasila
4. Bagaimana cara membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pendidikan Pancasila?

1.3 TUJUAN
1. Untuk memahami lebih dalam sejarah perumusan pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Urgensi Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa


1. Periode pengusulan pancasila
Cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya
rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Perhimpoenan Indonesia sangat
menekan kan solidaritas dan kesatuan bangsa. Kemudian, disusul
lahirnya seompah pemoeda 28 oktober 1928. Kesemuanya itu
merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh tokoh
pergerakan sehingga sidang sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi
laksamana maeda. Dengan demikan, pancasila tidaklah sakti dalam
pengertian mitologis, melaikan sakti dalam pengertian hasil memenuhi
keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus. Selanjutnya,
sidang sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan dengan
musyawarah musyawarah untuk melengkapi gores an sejarah bangsa
Indonesia hingga sampai kepada masa sekarang ini.
Perumusan pancasila itu pada awal nya dilakukan dalam sidang
BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 mei sampai dengan 1
juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh pemerintah pendudukan jepang pada
29 april 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Dimulai lah sidang
yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Sebagaimana anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar
negara dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada
1 juni 1945. Ir. Soekarno menyampaikan 5 butir gagasan tentang dasar
negara sebagai berikut :
a) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
c) Mufakat atau demokrasi
d) Kesejahteraan sosial
e) Keutuhan yang berkebudayaan
Kelima butir gagasan itu soekarno diberi nama Pancasila. Soekarno
itu juga menyusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai
angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisula
1. Sosio- nasionalisme
2. Sosio-demokrasi
3. Sosio-ketuhan yang maha esa.
Akhir nya soekarno juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang
berisi asas gotong-royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan
soekarno ini lah yang dikemudian hari diterbitkan oleh kementrian
penerangan republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul
Pancasila ( 1947 ). Perlu anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut
menimbulkan kontroversi seputar lahirnya pancasila. Disatu pihak,
ketika soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap
soekarno sehingga 1 juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya
pancasila. Dilain pihak, ketika pemerintah soekarno jatuh muncul
upaya upaya "de-soekarnoisasi" Oleh penguasa orde baru sehingga
dikesan kan soekarno tidak berjasa dalam pengalihan dan perumusan
pancasila.

2. Periode perumusan pancasila

Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI ke 2


pada 10 sampai 16 juni 1945 adalah disetujuinya naskah awal
"pembukaan hukum dasar" yang kemudian dikenal dengan nama
piagam jakarta. Piagam jakarta merupakan naskah awal kemerdekaan
Indonesia. Pada alenia ke 4 piagam jakarta itulah terdapat rumusan
pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi


pemeluk pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Naskah awal "Pembukaan Hukum Dasar" yang dijuluki "Piagam


Jakarta" Ini dikemudian hari dijadikan "pembukaan" UUD 1945,
dengan sejumlah perubahan disana-sini

Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan


kemerdekaan menurut sekebario jepang, secara tiba-tiba terjadi
perubahan peta politik dunia. Penyebabnya terjadinya perubahan peta
politik dunia adalah takluknya Jepang terhadap sekutu. Peristiwa ini di
tandai dengan jatuhnya bom atom di kota hirosima pada 6 Agustus
1945.Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945,pemerintah
penduduk Jepang di jakarta mengeluarkan maklumat yang beirisi:

1. Pertengahan Agustus 1945 akan di bentuk panitia persiapan


kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI)
2. Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai
bersilang 19 Agustus 1945
3. Direncanakan 24 agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.
Esok paginya, 8 Agustus 1945,sukarno, hatta, dan Radjiman di
panggil jendral terauci (penguasa militer Jepang di kawasan asia
Tenggara) yang berkedudukan di saigon, Vietna(sekarang kota itu
bernama ho chi minh). Ketiga toko tersebut di beri kewenangan oleh
terauchi untuk segera membentuk suatu panitia persiapan kemerdekaan
bagi Indonesia sesuai dengan maklumat pemerintah Jepang 7 Agustus
1945.Sepulang dari saigon, ketiga tokoh ini membentuk ppki dengan
total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki
Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo,
Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul
Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan,
Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo).

3. Periode Pengesahan Pancasila


Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat
terpisahkan baik dalam proses perumusan dan pengesahan. Sejarah
perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan
UUD 1945 secara kronologis:

 Tanggal 15 Agustus 1945 Ir.Soekarno,


Moh Hatta, Dr. Radjiman widyodiningrat kembali ke Indonesia,
setelah dari Vietnam pada tanggal 12 Agustus 1945 karena
dipanggil penguasa militer Jepang di Dalat (Vietnam) untuk
membahas hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang telah
dijanjikan. Terjadi peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok oleh para pemuda karena mereka para pemuda
tanggap akan situasi politik dunia pada saat itu Mak mendesak agar
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan secepatnya.
 Tanggal 16 Agustus 1945
Teks kemerdekaan didektekan oleh Moh Hatta dan ditulis oleh Ir.
Soekarno, lalu hasil akhir diketik oleh Sayuti Melik.
 Tanggal 17 Agustus 1945
Dicetuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno.
 Tanggal 18 Agustus 1945
1. Diadakan sidang PPKI, putusan-putusan yang dihasilkan
sebagai berikut : Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara
(UUD 1945), yang terdiri atas pembukaan dan batang tubuh.
Naskah pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan
sejumlah perubahan. Batang tubuh juga berasal dari rancangan
BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
2. Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama.
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota
PPKI ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan,
komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman
Singodimedjo. Selain itu momen pancasila resmi disahkan oleh
PPKI dengan berbagai perubahan.
B. Alasan Diperlukannya Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu mendorong
bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam
koridornya yang bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi
lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan
peluang yang tercipta. Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa
mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai dengan latar
belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta,
rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-
menerus. Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui
proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan
akulturasi tersebut.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal
perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia
mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena
tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan
keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi
bangsa. Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan juga terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa
lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan
kepribadian bangsa karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Di
samping itu, proses akulturasi dan inkulturasi ikut memengaruhi
kepribadian bangsa Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat
beragam. Nilai nilai spiritual, sistem perekonomian, politik, budaya
merupakan contoh keunggulan yang berakar dari kepribadian
masyarakat Indonesia sendiri.

3. Pancasila sebagai pandagan hidup bangsa Indonesia


Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya
oleh bangsa Indonesia 7 yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Pancasila sebagai
pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan
masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.

4. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia


Perumusan Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis-
rasional, tetapi digali dari akar budaya masyarakat bangsa Indonesia
sendiri. Dalam hal ini Bung Karno hanya mengaku diri sebagai
penggali Pancasila, nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila itu
diambil dari nilai-nilai yang sejak lama hadir dalam masyarakat
Nusantara. Oleh karena itulah Pancasila disebut mengandung nilai-
nilai dasar filsafat (philosophische grondslag), merupakan jiwa bangsa
(volksgeist) atau jati diri bangsa (innerself of nation), dan menjadi cara
hidup (way of life) bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

5. Pancasila sebagai perjanjian luhur Perjanjian luhur


Yang berarti nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan
kepribadian bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political
consensus) sebagai dasar negara Indonesia. Kesepakatan para pendiri
negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa
pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.\
C. Membangun Argument Tentang Dinamika Dan Tantangan Sejarah
Pancasila
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pemahaman dan
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa pemerintahan
presiden Soekarno, terutama pada 1960- an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto,
Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P-4
sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikkan
Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan era 67 reformasi, ada
kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-
olah Pancasila ditinggalkan.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak
dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang
dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil
presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat
dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.
D. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila
Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
1. Sumber Historis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan,
dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada
zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui.
Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang
ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada 65 kekuatan
supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan
ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk
komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan,
tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.

2. Sumber Sosiologis Pancasila


Nilai nilai Pancasila sosiologis telah ada dalam masyarakat
Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat
ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga
sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat, bahwa
kebiasaan bergotong royong, baik berupa saling membantu antar
tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa.
Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan
sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial. Toleransi Umat Beragama.
Gotong royong juga tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama
mengumpulkan iuran melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan
untuk pelaksanaan pembangunan.
3. Sumber Politis Pancasila
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan
pengalaman bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam
berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila,
misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan
pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis
yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin
dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti
ini diperlukan dalam mengambil keputusan yang mencerminkan
musyawarah.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia untuk Masa Depan
1. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara
(Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur sebagai
berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara setiap produk hukum
di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur
sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.

2. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


a. Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni
2008:
 48, 4% responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu
menyebutkan silasila Pancasila secara benar dan lengkap.
 42, 7% salah menyebut sila-sila Pancasila.
 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan
sila-sila Pancasila.
b. Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan
hal-hal berikut:

 Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain.


 Penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan
rezim tertentu.
 Melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Faktor penyebab rendahnya pemahaman dan pengamalan tentang
nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia dewasa ini.
 Banyak generasi muda yang menerapkan budaya barat
 Kurangnya pengajaran karakter bangsa berlandaskan Pancasila
 Adanya sikap apatisme o Adanya kesenjangan sosial
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup
bangsa Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada
Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu
tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik
dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila
ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang
lain.
Sila-sila pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan gerakan
gerakannya yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu
berkaitan dengan tata negara. Karena tata begara merupakan pengatur
kehidupan bernegara yang mennyangkut sifat, bentuk, tugas negara,dan
pemerintahannya. Karena banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa bangsa bangsa dan negara,
sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak menonjol satu
atau beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah diketahui bahwa pancasila
sangat berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima sila tersebut
kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, P. A., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila Sebagai Dasar


Negara. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 6-12.

Hidayat, E. (2016). Perlindungan hak asasi manusia dalam negara hukum


indonesia. ASAS, 8(2).

Prawirohardjo, S. H., Bakker, A., & Sutrisno, S. (1987). Pancasila sebagai orientasi
pengembangan ilmu. Kedaulatan Rakyat.

Fadilah, N. (2019). Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0. Journal of Digital Education, Communication, and Arts
(DECA), 2(02), 66-78.

Perundang, M. F. I. S. I. (2007). Undangan: Proses Dan Teknik


Pembentukannya. Kanisius: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai