Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

KELOMPOK 2

Farah Azzahro Putri Purwanto 195160100111001

Aisyah Fitri Qurrata ’Ayun 195160100111016

Tasya Safina Utomoputri 195160100111024

Evelyne Livenia Sentiko 195160100111029

Shevya Nanda Indika Permata 195160100111011

Karisma Wahyuning Esa 195160101111013

Hayunanda Fadhila Rachmi 195160101111018

Fiorina Divasinta Mirelia Marsudi 195160101111022

Farhan Al Rasyid Munthe 195160107111001

Alfin Efendi 195160107111007

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila ini.
Adapun makalah Pancasila ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu, kami tidak lupa untuk menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami menerima kritik dan saran sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Pancasila ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan agar makalah Pancasila ini dapat bermanfaat
sehingga dapat memberikan inpirasi dan kemaslahatan bagi pembaca.

Malang, 31 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii

ABSTRAK………………………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….... 1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….... 1
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 3

2.1 Pengertian dari Pancasila…………………………………………………………….. 3

2.2 Makna Pancasila sebagai Dasar Negara……………………………………………... 4

2.3 Study Kasus………………………………………………………………………….... 5


2.3.1 Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”………………………………….... 5
2.3.2 Sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”…………………………..6
2.3.3 Sila ketiga “Persatuan Indonesia”………………………………………………7
2.3.4 Sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”……………………….. 9
2.3.5 Sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”……………… 12
2.4 Kasus Penyimpangan Pancasila…………………………………………………….. 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………...18

3.2 Saran…………………………………………………………………………………..18

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..19
ABSTRAK

Pancasila merupakan dasar negara , selain itu pancasila bisa dikatakan sebagai
pedoman hidup. Didalam sila-sila pancasila terdapat hak-hak sebagai selayaknya
manusia yang terkandung didalamnya, selain itu sila-sila pancasila bisa kita pakai
dalam kehidupan sehari-hari misalnya dengan adanya pancasila ini kita lebih bisa
menghargai disetiap perbedaan dan dengan adanya pancasila kita bisa lebih mengenal
apa arti kebersamaan serta keadilan dalam bermasyarakat yang saling gotong-royong.
Sehingga warga Indonesia dapat menciptakan bangsa yang guyup rukun, saling
mendukung satu sama lain, dan dapat bersatu demi satu tujuan yaitu membuat bangsa
Indonesia menjadi negara yang maju. Jadilah negara yang gotong-royong sesuai pesan-
pesan soekarno agar kita bisa meraih tujuan bersama untuk memajukan bangsa dan
negara Indonesia.

KEYWORDS :

PANCASILA, PEDOMAN HIDUP,DASAR NEGARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah jiwa raga seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kontribusi atau
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing dan mengajarkan nilai - nilai
kehidupan yang makin baik untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar negara dan telah diterima oleh seluruh warga
negara indonesia seperti yang tercantum pada pembukaan Undang- Undang dasar 1945
yaitu pancasila sebagai kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang telah
diuji kebenaran, kemampuannya, sehingga tak ada satu kekuatan apapun dan mananapun
juga yang mampu memisahkan pancasila dan Indonesia dari kehidupan masyarakat
Indonesia.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bagaimana arti pancasila itu secara umum,
dan anggapan pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menurut presiden Soekarno.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Pancasila?
2. Apakah fungsi umum dari Pancasila?
3. Apakah fungsi Pancasila sebagai dasar negara?
4. Apakah kedudukan Pancasila sebagai dasar negara?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Pancasila
2. Mengetahui fungsi umum dari Pancasila
3. Mengetahui fungsi Pancasila sebagai dasar negara
4. Mengetahui kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai pengertian dari Pancasila
2. Menambah penegetahuan mengenai fungsi umum dari Pancasila
3. Menambah pengetahuan mengenai fungsi Pancasila sebagai dasar negara
4. Menambah pengetahuan mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Pancasila

Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu untuk
mencapai Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.
2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
3. Jangan berhubungan badan/Dilarang berjinah
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
5. Jangan mjnum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman keras.
Diadaptasi oleh orang jawa menjadi 5 M = Madat/Mabok, Maling/Nyuri,
Madon/Awewe, Maen/Judi, Mateni/Bunuh.

Pengertian Pancasila Secara Etimologis


Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu
dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu ajaran
moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 J.

Pengertian Secara Historis


Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai
rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokanharinya, 18 Agustus 1945
disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat
rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia.

Pengertian Pancasila Secara Termitologis


PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil
mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea
didalamnya tercantum rumusan Pancasila.
Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar
negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila berbentuk :
1. Hirarkis (berjenjang)
2. Piramid.

2.2 Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Sebagai Dasar untuk menata negara yang merdeka dan berdaulat


2. Sebagai Dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang bersih
dan berwibawa, sehingga tercapai tujuan nasional; yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea 4
3. Sebagai dasar, arah, dan petunjuk aktivitas perikehidupan bangsa dalam
kehidupan sehari-hari
Rumusannya berada pada pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat.
Penjabarannya dituangkan lagi secara tertulis dan tidak tertulis:

 Tertulis ada dalam wujud berbagai aturan-aturan dasar/pokok seperti dalam


Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya dan dalam wujud berbagai
Ketetapan MPR dan UU turunannya.
 Tidak Tertulis yaitu terpelihara dalam konvensi atau kebijaksanaan
ketatanegaraan.

Kedudukan pancasila sebagai dasar negara mempunyai fungsi dan kedudukan


sebagai kaidah negara yang fundamental (mendasar) sehingga sifatnya kuat, tetap, dan
tidak bisa diubah ole soapapun termasuk MPR/DPR hasil pemilu. Pancasila sebagai
dasar negara memiliki fungsi yaitu :

1. Sebagai Pedoman Hidup = menjadi dasar dari setiap pandangan di Indonesia,


menjadi pedoman dalam pemecahan masalah
2. Sebagai Jiwa Bangsa = menjadi jiwa bangsa yang terwujud dalam setiap
insan,lembaga, organisasi di Indonesia
3. Sebagai Kepribadian Bangsa = menjadi identitas dan kepribadian bangsa
4. Sebagai Sumber Hukum = menjadi sumber hukum dari segala hukum yg
berlaku di Indonesia
5. Sebagai Cita-Cita Bangsa = sebagai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia

 Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara karena


1. Memiliki potensi untuk menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia
yang beraneka ragam. Sesuai dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Memiliki potensi menjamin keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia,
yaiyu mengikat keanekaragaman yang ada yang terwujud dari sila Persatuan
Indonesia
3. Memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan Hak asasi manusia sesuai
dengan budaya bangsa sesuai dengan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
4. Menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
5. Menjamin kebebasan untuk beribadaj sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing

2.3 Study Kasus

2.3.1 Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Negara hadir untuk menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi
setiap warga bukan berdasar pada satu agama. Negara kita mempunyai beberapa
agama diantaranya islam,kristen, katolik, hindu, budha, konghucu, dan agama yang
lain. Negara harus memberi ruang yang sama bagi semua agama dan keyakinan.
Artinya, pelayanan dan perlindungan negara bukan saja kepada umat tetapi juga
individu. Ditegaskan pada Pasal 29 UUD 1945. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Dari isi pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki agama
dan kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dan tidak
ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama
memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap warga
negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak konflik-
konflik yang muncul di Indonesia.Nilai nilai yang terkandung di sila pertama:
 Sebuah keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang sempurna.
 Memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melakukan semua
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
 Saling hormat menghormati antar umat beragama.
 Adanya bentuk kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama
masing masing.

Pelanggaran terhadap sila pertama:


 Tidak ada sikap toleransi kepada sesama.
 Gerakan radikal kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama.
 Perusakan tempat ibadah.
 Fanatisme yang sifatnya anarkis.

Solusi Terhadap orang yang menyimpang sila pertama:


 Menanamkan sikap saling menghormati antara pemeluk agama yang berbeda.
 Membangun kerukunan antar pemeluk agama baik yang seagama maupun bukan.
 Menanamkan toleransi beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
 Tidak boleh memaksakan suatu agama atau kepercayaan tertentu terhadap orang
lain.
 Menghilangkan sikap diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
 Menghayati dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
utamanya sila “Ketuhanan yang Maha Esa”

2.3.2 Sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”

Instrumen Internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah


mengadopsi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan 1979 (Convention on the Elimination of all forms of Discrimination
Against Women- CEDAW) International Convention on the Protection of the Rights
of All Migrant worker and Members of Their Families 1990. Nasional yaitu Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tepatnya Paragraf 3 tentang
wanita Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang menjelaskan adanya perlindungan bagi
TKI Kepmen Nomor 138/Men/2000 tentang Perubahan atas Keputusan
Menaker no. Kep-204/Men/1999 tentang Penempatan Tenaga Kerja ke Luar
Negeri. Contoh pelanggaran yang terjadi:

 Sejak tahun 2015, sudah terjadi 173 kasus kekerasan terhadap TKI. Namun baru 9
kasus yang diajukan ke pengadilan.
 Harian The Star Kuala Lumpur mengungkapkan, pada tahun 2005 terdapat
39 kasus kekerasan terhadap TKI, 2006 meningkat menjadi 45 kasus, 2007
terjadi 39 kasus, 2008 naik lagi jadi 42 kasus, dan 2009 sudah terjadi 9 kasus
termasuk Modesta Rengga Kaka (27), asal Kupang, Nusa Tenggara Timur.
 Peristiwa Trisakti 12 Mei 1998
 Peristiwa Semanggi I dan II
 Pembunuhan aktivis Munir
 Pembunuhan Marsinah
 Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton telah merilis adanya
143 negara di dunia yang melakukan pelanggaran berat tentang hak-hak
buruh migrant. Dari 143 negara itu, ada 17 negara yang menempatkan Malaysia
masuk dalam daftar hitam pelanggar berat HAM buruh Migran. Ketujuh
belas negara yang memblack-list itu termasuk Amerika Serikat, Trafficiking
(perdagangan manusia) di Malasyia, 95 persen korbannya adalah warga
negara Indonesia yang bekerja di negara itu.

2.3.3 Sila ketiga “Persatuan Indonesia”


Hal ini mengindikasikan bahwa persatuan adalah gabungan yang terdiri atas
beberapa bagian-bagian. Sebagimana pada faktanya bahwa NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) adalah negara kepulauan dengan berbagai suku, ras, dan
kebudayaan. Isi yang menjadi dasar terbentuknya sila ketiga ini ialah melihat
keberagaman perbedaan yang ada di Indonesia. Hal ini berarti tidak untuk
dipertentangkan, tetapi justru dijadikan landasan bagi persatuan Indonesia. Isi dalam
nilai persatuan Indonesia dikembangkan dengan maksud untuk mencapai tujuan
nasional ke arah persatuan dalam kebulatan tekad untuk memiliki rasa nasionalisme
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lambang sila ketiga dalam Pancasila
yang melakat dan disahkan secara legalistasnya beradasarkan Undang-Undang Dasar
ialah Pohon Beringin. Pohon ini diilutrasikan sebagai gambaran akan perlindungan
sisitem negara terhadap semua golongan masyarakat Indonesia.
Isi dari sila ketiga dapat mengikat seluruh bangsa Indonesia. Apalagi
Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam suku, ras, agama, adat, budaya
dan lain sebagainya. Dengan semua perbedaan itu diharapkan bangsa Indonesia akan
selalu bersatu. Berikut ini nilai-nilai dari sila ketiga pancasila :
 Adanya rasa persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan juta penduduk yang tentu sangat sulit untuk
disatukan. Sering kali terdapat sifat ego pada masing-masing pribadi yang
menimbulkan perpecahan di dalamnya. Sila ini mengajarkan kita untuk
menghilangkan sifat egoisme, dan mendahulukan persatuan dan kesatuan sebagai
bangsa Indonesia.
 Rela berkorban demi bangsa dan Negara Indonesia
Adanya rasa atau sikap rela berkorban pada bangsa dan Negara Indonesia,
menjadikan kita lebih mampu dalam memperjuangkan kepentingan negara ini.
Dengan adanya sikap rela berkorban bagi bangsa dan Negara Indonesia, maka hal itu
dapat menjadi modal dalam persatuan dan kesatuan bangsa.
 Cinta pada tanah air
Sila ketiga Persatuan Indonesia ini dapat menjadi kunci akan kemajuan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia. Dengan adanya sikap persatuan maka ada rasa cinta
pada tanah air Indonesia. Kecintaan ini juga mengajarkan kita untuk menjaga
pertahanan dan keamanan negara, dari ancaman bangsa luar.
 Memajukan pergaulan pada kebinekaan tunggal ika
Di masa lalu ketika Indonesia masih terdiri dari beberapa kerajaan, pergaulan di
Negara ini masih terkesan dikotak-kotakkan. Setelah Indonesia merdeka pergaulan
bangsa Indonesia pun harus meluas, walaupun ada perbedaan suku, bahasa, adat, dan
agama. Dengan demikian kita telah mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Pengamalan sila ketiga pancasila :


 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan suatu golongan tertentu.
 Rela berkorban untuk bangsa dan Negara Indonesia.
 Cinta pada tanah air dan Bangsa Indonesia.
 Bangga menjadi bagian dari Bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
 Memajukan pergaulan untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang berbineka
tunggal ika.
 Memelihara ketertiban dunia dengan berdasar pada kemerdekaan, perdamaian dan
keadilan sosial.
 Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan dengan bineka tunggal ika.
 Menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari.
 Mencintai produk dalam negeri.
 Menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.

Pelanggaran-pelanggaran pada sila ketiga pancasila:


 Perang antar suku.
 Meremehkan suku lain.
 Tidak cinta pada tanah air
 Membuat kekacauan pada daerah tetangga
 Menganggap suku lain lebih baik dari suku sendiri
 Menjadi provokator suku tertentu
 Menggunakan produk-produk luar negeri

2.3.4 Sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan”
Demokrasi yang berkedaulatan rakyat dalam pelaksanaanya perlu dijiwai dan
diintegrasikan dalam sila-sila yang lainnya dengan disertai rasa tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai
martabat dan harkat kemanusiaan, menjamin dan memperkokoh persatuan bangsa dan
dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan social. Adanya demokrasi yang berjiwa
Pancasila menyebabkan warga negara saling memandang, menghormati, menerima
dan kerjasama dalam bentuk kesatuan demi kepentingan bersama antara “masyarakat”
atau “negara”.
Demokrasi dapat disebut sebagai mekanisme dalam sistem pemerintahan
negara guna mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara). Adanya
demokrasi menyebabkan warga negara saling memandang, menghormati, menerima
dan kerjasama dalam bentuk kesatuan demi kepentingan bersama yang disebut
“masyarakat” atau “negara”. Tegaknya system demokrasi berdasarkan kehendak
rakyat yang menjadi sumber kewenangan negara menjalankan pemerintahan yang
berdaulat. Hal inilah yang dapat diterjemahkan sebagai kedaulatan rakyat dalam arti
tidak hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota perwakilan rakyat
secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas
Sebagaimana yang disampaian Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16),
demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat (Democracy is
government of the people, by the \people and for the people).Sila ke-4 Pancasila
menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Berarti, yang dikedapankan prinsip bermusyawarah
untuk mufakat melalui wakilwakilnya dan badan-badan perwakilan dalam
memperjuangkan mandat rakyat. Bila dicermati, arti dan makna Sila ke-4 sebagai
berikut:
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
2. Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan secara
bersama melalui jalan kebikjasanaan.
3. Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran. Keputusan secara bulat sehingga
membawa konsekuensi kejujuran bersama. Nilai identitas adalah
permusyawaratan.
4. Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat,
memperjuangkan cita-cita rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan.

Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu yang memperhatikan dan


menghargai aspirasi seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan, menghargai
perbedaan, mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Pernyataan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional,
cerdas, terampil, berhati-nurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya. Jadi,
pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu mengarah pada pemimpin yang profesional
(hikmat) melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila
keempat merupakan sistem demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang-orang
yang profesional berintergritas melalui sistem musyawarah (government by
discussion).Contoh Penerapan Perilakun dalam kehidupan :
a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.

Kasus Pelanggaran/ Penyimpangan Sila ke-4 yaitu Korupsi (contoh : suap


impor bawang putih)Komisi Pemberantasan Korupsi kembali menggelar operasi
tangkap tangan atau OTT KPK di Jakarta, sejak Rabu malam hingga dini hari, Kamis
8 Agustus 2019. Tim penindakan KPK menangkap 11 orang.Mereka yang terjaring
OTT KPK itu di antaranya dari unsur swasta pengusaha importir, sopir, dan orang
kepercayaan anggota DPR RI, dan pihak lain. Mereka ditangkap usai transaksi dalam
dugaan suap impor bawang putih.Tim KPK mengamankan bukti transfer sekitar Rp 2
miliar dan sejumlah uang yang diduga bagian dari suap. Beberapa jam kemudian,
KPK menangkap satu orang lagi diduga anggota DPR Komisi VI.
Pemblokiran media islamPemblokiran media Islam kembali terjadi. Setelah 22
situs media Islam diblokir pada 2015, tiga media Islam diblokir menjelang Aksi
Damai 411, pemerintah kembali memblokir media Islam pada Desember tahun
lalu.Alasan pemerintah memblokir media Islam akhir tahun lalu adalah karena
menurut pemerintah situs-situs tersebut mengandung ujaran kebencian, menyinggung
isu SARA, dan mengajarkan nilai-nilai radikal. Menurut pemerintah, pemblokiran ini,
terjadi setelah adanya aduan dari masyarakat. Namun, tidak ada upaya apapun dari
pemerintah untuk berdiskusi dengan pemilik situs tersebut.Sikap sepihak pemerintah
dalam memblokir media Islam menunjukkan pemerintah tidak adil dan tidak berpihak
terhadap umat Islam. Begitu pun, hal ini menjadi bukti dari ketidakadilan demokrasi.
Demokrasi yang katanya menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, ternyata tidak
berlaku untuk umat Islam.
Solusi dari korupsiMenurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah diubah dengan Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pada dasarnya, secara normatif bahwa tindak
pidana korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary
crime).Pembaruan UU ini dengan penambahan hukumana atau pengubahan hukuman
menjadi lebih menjerakan koruptor peluu dipertimbangkan. Selain itu, kerja KPK
selaku nbadan pemberantar korupsi harusnya lebih transparan sehngga tidak ada kasus
yang seakan terbengkalai (setelah tertangkap dan diadili tidak ada pemberitahuan
mengenai pelaksanaan hukuman secara transparan). Budaya KKN yang sudah
mendarah daging, agaknnya perlu dihilangkan sejak dini. Solusi dari pemblokiran
media islam adalah pada Pasal 28 Ayat (2) juncto, UU ITE mengatur bahwa setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Prerlu adanya sosialisasi yang jelas mengenai peraturan tersebut, karena masih
bersinggugan dengan Pasal 1 (1) UU No. 9 Tahun 1998 “ kemerdekaan
menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan
pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Masih banyak
yang belum mengetahui batasan antara mana cara berpendapat yang boleh dan tidak.
Selain itu, harus ada upaya rekonsiliasi antara pemerintah dengan pemilik atau
pengelola media atau situs Islam yang dianggap pemerintah menyebarkan informasi
sesat. Musyarawah ini juga harus dihadiri oleh para pakar media, dewan pers, dan
pihak BIN. Termasuk pembahasan sanksi yang harus diberlakukan kepada media
yang menyebarkan informasi menyesatkan (mengandung ujaran kebencian,
menyinggung isu SARA, dan mengajarkan nilai-nilai radikal).

2.3.5 Sila kelima Pancasila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Sila ini yang mengandung makna bahwa keadaan negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada manusia. Hakikat
keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia , yaitu hubungan keadilan antara
manusia satu dengan lainnya, hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan
hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri.
Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian sila
kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat adil
sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu
memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti
sila keadilan sosial adalah memenuhi hakikat adil.
Kita sering mengetahui banyak peristiwa / kasus yang ada pada sila ke lima.
Contoh kasus yang terjadi dari penyimpangan sila kelima ini adalah :Perbedaan
kehidupan antara warga jakarta dengan papua . Kehidupan masyarakat papua dengan
masyarakat jakarta tentulah sangat berbeda, yang penduduknya juga merupakan
penduduk Indonesia juga, tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih
banyak masyarakat papua yang belum mendapatkan pakaian yang layak,
pembangunan di daerah tersebut juga tidak merata. Kita bandingkan saja dengan
kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-orang memakai pakaian yang
berganti-ganti model, dan banyak bangunan menjulang tinggi.
Kasus lain yang sama berpengaruhnya terhadap keadilan masyarakat adalah
permasalahan dengan korupsi yaitu kasus lumpur lapindo, perlu kita simak hal-hal
positif yang bisa kita contoh penting yang dapat ditarik bagi masyarakat dewasa ini
adalah:
 Kebaikan perlu dikedepankan oleh setiap individu.Setiap warga hendaknya
menyadari bahwa tujuan terdalam dari kehadirannya sebagai manusia adalah
pencapaian kebaikan. Jika setiap orang mengetahui bahwa masing-masing terarah
kepada apa yang baik, maka masyarakat yang terbentuk pun akan menjadi baik.
 Negara perlu menyadari fungsinya sebagai pengemban amanat rakyat untuk
mewujudkan kebaikan bersama. Secara konkret hal ini dilaksanakan oleh para
pemegang kekuasaan, pejabat, dan para pelaku politik. Kebaikan bersama itu
menjadi syarat mutlak dalam setiap aktivitas, juga dalam kegitan bisnis. Kebaikan
yang hendak diarah bukanlah kebaikan pribadi maupun golongan, maka
kepentingan umum wajib diutamakan.

2.4 Kasus Penyimpangan Pancasila

1. Sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ Artinya kita harus lebih
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi di Indonesia banyak ognum-
oknum yang kurang bertanggung jawab dan menyalah gunakan sila pertama,ada
beberapa penyimpangan yang pernah ada di Indonesia misalnya :
 Perusakan tempat ibadah
 Gerakan radikal kelmpok tertentu yang mengatas namakan agama
 Tidak ada sikap toleransi kepada sesame
 Contoh kasusnya seperti : Bom di bali.

2. Sila kedua yang bunyinya “Kemanusiaan yang adil dan beradap “ artinya setiap
masyarakat diharapkan bisa hidup adil dan sesuai dengan hakikat manusia. Mungkin
saja kita pernah mengetahui sedikit hal tentang penyimpangan yang ada pada sila ke
dua ini misalnya :
 Memperkerjakan anak di bawah umur
 Ketidak adilan dalam bidang ekonomi
 Perbudakan

Dalam kehidupan bermasyarakat pasti kita sering menjumpai berbagai


penyimpangan yang terkait dalam sila kedua dari pancasila contohnya seperti,
Tangerang Selatan – Kejadian memilukan menimpa dua anak di bawah umur di
sebuah yayasan sosial di Jalan Tentara Pelajar, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang
Selatan (Tangsel). Mereka disekap berhari-hari seraya mendapat penganiayaan dari
pengurus yayasan sosial Husnul Khotimah Indonesia. Kedua anak malang itu
berinisial, SA (16) dan GP (16), Keduanya tercatat pernah menjadi relawan di
yayasan amal tersebut. Saat bertugas, mereka berkeliling pemukiman dan mendatangi
rumah satu-persatu dengan modal amplop kosong dan brosur yayasan. Peristiwa tragis
itu dimulai saat beberapa pengurus yayasan pada 5 September 2018 lalu memergoki
SA dan GP berada di wilayah Jakarta Selatan. Meski sudah tak menjadi relawan
yayasan, keduanya dan seorang remaja yang diketahui bernama Dona Ardiana (21),
terlihat tengah meminta sumbangan dengan brosur yayasan. Melihat hal itu, pengurus
yayasan bernama Dedi (25), langsung membawa ketiganya ke kantor yayasan untuk
diinterogasi. Disana, Dedi dibantu pengurus lain, yakni Abdul Rojak (33) dan
Haerudin (27), langsung melakukan penganiayaan. “Ketiga korban dibawa ke kantor
yayasan lalu diintimidasi dan dianiaya. Penganiayaan itu berupa pemukulan, mata dan
mulut korban ditutup lakban, rambutnya digunduli secara paksa. Salah satu tersangka
juga mengarahkan sepatunya ke mulut korban dengan cara paksa untuk dijilat,” ujar
Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan, kepada wartawan, Senin (24/9/2018) sore.
Menurut Ferdy, para tersangka mengakui bahwa penganiayaan itu dipicu oleh ulah
korban yang meminta sumbangan mengatasnamakan yayasan. Ketiganya pun disekap
selama lima hari dan diharuskan membayar ganti rugi sebesar Rp18 juta jika ingin
dilepaskan. “Keluarganya (korban) melapor bahwa korban ini disekap oleh yayasan.
Jika ingin dilepas maka harus menebusnya berdasarkan kerugian yayasan selama
namanya dicatut oleh korban. Lalu kita lakukan penyelidikan. Dua tersangka kami
tangkap dalam waktu berbeda. Sedangkan tersangka Haerudin masih buron,” katanya.
Informasi yang dihimpun, para pelaku memiliki posisi berbeda-beda di yayasan yang
baru berdiri sekitar dua tahun lalu itu. Pelaku Dedi diketahui bertugas sebagai
pengurus, sedangkan Abdul Rojak sebagai pemilik dan penanggung jawab yayasan.
Sementara aeruddin yang bekerja sebagai pegawai tak tetap Dinas Perhubungan Kota
Tangsel itu berstatus teman dari Abdul Rojak. Parahnya, dari hasil penyelidikan
diketahui jika ternyata hasil penggalangan donasi amal selama ini digunakan untuk
keperluan pribadi para pelaku. Sedangkan status yayasan masih dalam penelusuran
dan menunggu penjelasan lembaga terkait (Kemenkumham).
“Berdasarkan pengakuan tersangka, rupanya donasi yang terkumpul selama ini
digunakan untuk keperluan pribadi. Per hari mereka minimal mendapat setoran Rp300
ribu dari satu relawan, nanti hasilnya 70 persen untuk tersangka, sisanya 30 persen
untuk relawan itu,” jelas Ferdy. Dua dari tiga korban yang masih dibawah umur itu
kini terus didampingi oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Kota Tangsel. Sebab penyekapan dan penganiayaan yang dialami
keduanya masih menyimpan trauma mendalam. Adapun atas perbuatannya, para
tersangka dijerat Pasal berlapis dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
Menurut kami sebaiknya hukum diIndonesia lebih di pertegas , agar tidak
terulang lagi seperti kasus tersebut dapat mengakibatkan trauma yang mendalam bagi
anak-anak.

3. Sila ketiga yang bunyinya “ Persatuan Indonesia “ artinya walaupun kita berbeda
ras,suku,budaya,agama,tradisi kita harus bersatu serta menghormati dan menghargai
satu sama lain tidak boleh bertindak yang menyinggung perasaan orang lain sehingga
menimbulkan emosi dan menuju pada perbuatan yang kejam dan tidak bermoral.
Disamping itu kita perlu mengetahui apa saja penyimpangan-penyimpangan yang
menyangkut sila ke tiga ini :
 Menjadi provokator suku tertentu.
 Perang antar suku.
 Menganggap suku lain lebih baik dari sukunya sendiri.

Contoh kasus yang sederhana : Pembubaran HTI dilandasi atas ideologi yang
mereka bawa, pendirian negara syariah dinilai tidak sesuai dengan amanat pancasila
dan UUD 1945.
Menurut kamisebaiknya kita sebagai warga negara Indonesia harus lebih
berhati-hati karena dengan adanya pembubaran HTI bisa saja kita terkena dampaknya
contohnya seperti teror dan atau kita bisa terkena dampaknya melalui kelompok
radikalisme yang mengatasnamakan agama . kita harus waspada jangan sampai kita
menerima akhibat tersebut.

4. Sila keempat yang bunyinya “ kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan“ yang perlu kita tau dalam sila ke empat ini
adalah rasa tanggung jawab, kedudukan, hak dan kepribadian yang bijaksana dalam
sebuah kehidupan bermasyarakat dan atau bernegara. Menjadi kewajiban kita untuk
mengetahui apa saja sih penyimpangan yang di alami oleh sila ke empat ini, misalnya:
 Melarang orang menduduki jabatan tertentu karena suku,ras,agama dll
 Ketidakadilan bagi masyarakat
 Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Contoh kasus dari sila ke empat :


1) Kemiskinan yang marak di Indonesia .
2) Banyaknya anak usia sekolah yang harus berhenti sekolah karena tidak
mampu membayar.
3) Pelayanan kesehatan bagi warga yang kurang mampu masih belum dirasakan.

Menurut kami sebaiknya pemerintah melakukan tinjauan agar mengetahui


secara langsung apa saja keluhan masyarakat dan bagaimanana solusi yang tepat serta
adil bagi masyarakat yang tergolong menengah kebawah.mDalam mengetengahkan
prinsip yang ke empat (kesejahteraan sosial), soekarno menggunakan simbolisme
Ratu Adil “Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil ? Yang dimasud dengan faham
Ratu Adila ialah sociale rechtvaardigheid, rakyat ingin sejahera. Rakyat yang
terjadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia baru
yang di dalamnya ada keadilan, dibawah pimpinan Ratu Adil.” (Sekretariat Negara
Republik Indonesia,hlm.79;Diskursus filsafat pancasila dewasa ini, Dr.Agustinus W.
Dewantara S.S.,M.HUM:82-83).

5. Sila kelima yang bunyinya “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “ artinya
kita sebagai mahkluk sosial yang membutuhkan satu sama lain harus menegakkan
keadilan bagi semua orang. Sekilas contoh penyimpangan dari sila ke lima :
 Perilaku tidak adil karena kondisi tertentu.
 Kurangnya akan kesadaran pemerintah dalam dunia pendidikan.
 Semakin minim fasilitas dan pelayanan kesehatan.
 Maraknya korupsi di Indonesia.

Menurut kamisebaiknya hukum di Indonesia lebih di tegaskan dan di tegakkan


agar menimbulkan efek jera bagi yang melanggar hukum dan terjerat kasus tindak
pidana. “Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Perikemanusiaan
diambil dalam arti yang seluas-luasnya, sedang sebagai dasar negara Perikemanusiaan
terutama berarti internasionalisme. Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung):
Keadilan Sosial diambil dalam arti yang seluas-luasnya, harus dilakukan dalam semua
kerja sama manusia, sedang sebagai dasar negara mempunyai arti yang khusus, yaitu
Keadilan Sosial seperti yang harus dijelmakan oleh negara. Demikian juga Demokrasi
dalam filsafat hidup (Weltanschauung) berarti bahwa tiap-tiap kesatuan-karya harus
melaksanakan Demokrasi, sedangkan 13 sebagai dasar negara Demokrasi
mempunyai arti yang tertentu pula, yaitu cara menegara. Juga Kebangsaan, dalam
rumusan filsafat dan dalam undang-undang negara artinya tidak tepat sama.

Dalam filsafat hidup Kebangsaan dinyatakan bahwa manusia itu dilahirkan


dan dicap oleh tanah airnya (bangsanya), dan bahwa cap itu harus dijadikan dasar
dalam tingkah laku kita, terutama dalam membentuk kesatuan-karya. Dalam undang-
undang negara, Kebangsaan mempunyai arti yang khusus, yaitu kesatuan yang sudah
ada, yang kita sebut bangsa, itu harus menjadi landasan menegara. Demikian juga
halnya dengan sila Ketuhanan” (Driyarkara 2006:859-860). (Dewantara, A. (2017).
Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.)
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar negara
republik Indonesia telah melekat pada masyrakat Indonesia. Maka masyrakat
Indonesia menjadikan Pancasila sebgai pedoman hidup ataupun menjadikan
pancasila sebagai perjuangan utama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setiap
warga negara harus menerapkan semua nilai-nilai yang ada di Pancasila untuk
menjadi negara Indonesia yang lebih baik.

3.2 Saran

Berdasarkan makalah diatas dapat menyadari pentingnya Pancasila


sebagai pedoman bangsa Indonesia serta mengerti arti pancasila sebagai dasar
Negara dan dapat mengamalkan nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

 (http://www.detiknews.com/read/2008/11/09/015608/1033710/10/kronologi-
bom-bali-eksekusi-mati-amrozi-cs)
 (https://metro.sindonews.com/read/1340943/170/dua-anak-di-bawah-umur-
relawan-yayasan-sosial-disekap-dan-dianiaya-1537798801)

 (Soekarno, 1952:11 Alangkah Hebanya Negara Gotong Royong, Dr.Agustinus


W. Dewantara S.S.,M.HUM:59)
 Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup
Manusia).
 (Sekretariat Negara Republik Indonesia,hlm.76; Diskursus filsafat pancasila
dewasa ini, Dr.Agustinus W. Dewantara S.S.,M.HUM:82-83)
 Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia
dalam Kacamata Soekarno).
 (Sekretariat Negara Republik Indonesia,hlm.77-78;Diskursus filsafat pancasila
dewasa ini, Dr.Agustinus W. Dewantara S.S.,M.HUM:83-84)
 Dewantara, A. (2017). Kerasulan Awam di Bidang Politik (Sosial
Kemasyarakatan) dan Relevansinya bagi Multikulturalisme Indonesia.
 (Sekretariat Negara Republik Indonesia,hlm.79;Diskursus filsafat pancasila
dewasa ini, Dr.Agustinus W. Dewantara S.S.,M.HUM:82-83)
 DEWANTARA, A. W., Lasiyo, M. A., & Soeprapto, S. (2016). GOTONG-
ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX
SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME
INDONESIA(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
 (Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.)
 Dewantara, A. W. (2013). Merefleksikan Hubungan antara Etika Aristotelian
dan Bisnis dengan Studi Kasus Lumpur Lapindo. Arete, 2(1), 23-40.

Jurnal :

1. Kahpi, Ashabul. 2017. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pasca TAP MPR
No.I/MPR/2003. Jurisprudentie. Universitas Islam Negeri Makassar
2. Hadiwijono, August. 2016. Pendidikan Pancasila, Eksistensinya Bagi Mahasiswa. Jurnal
Cakrawala Hukum. Universitas Merdeka
3. Riyanto, Astim. 2007. Pancasila Dasar Negara Indonesia. Jurnal Hukum dan
Pembangunan. 457-493

4. Widisuseno, Iriyanto.(2014).Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar


Negara.Humanika,20,62-66.

https://bisikankalbu.files.wordpress.com/2008/11/1-pancasila-sebagai-pandangan-hidup-
bangsa-dan-dasar-negara-republik-indonesia.pdf

https://www.academia.edu/27591790/PENDIDIKAN_PANCASILA_and_KEWARGANEG
ARAAN

E-book :

1. Irwan Gesmi, S.sos., M.si dan Yun Hendri, SH, MH. (2018). Buku Ajar Pendidikan
Pancasila. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

2. Ronto, S.Pd.I., M.Si. (2012). Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT
Balai Pustaka (Persero)

3. Nugroho,Okky Chahyo.2012.Kajian Atas Kasus-Kasus Pelanggaran HAM TKW di Luar


Negeri.No 4:77-102

https://books.google.com/books/about/Kewarganegaraan .html?hl=id&id=RvffbrGYhT0C

https://books.google.com/books/about/Buku_Ajar_Pendidikan_Pancasila.html?hl=id&id=3a
NtDwAAQBAJ

MAKNA FILOSOFIS NILAI-NILAI SILA KE-EMPAT PANCASILA DALAM


SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA
https://jurnal.fh.unila.ac.id
by Y Yusdiyanto - 2017
http://eprints.uny.ac.id/18589/3/BAB%20II%2010401241027.pdf
https://www.liputan6.com/news/read/4033250/deret-panjang-anggota-dpr-dan-dprd-
terjerat-
korupsi?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com%2F
https://republika.co.id/berita/ojlpr3396/pemblokiran-media-islam-keberpihakan-
pemerintah-dan-ketidakadilan-demokrasi
TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI KEJAHATAN LUAR BIASA
https://media.neliti.com/media/publications/225072-tindak-pidana-korupsi-sebagai-
kejahatan-d20073e1.pdf
Ifrani, Desember 2017

PEMBINGKAIAN MEDIA ONLINE DALAM PEMBLOKIRAN SITUS ISLAM


Dono Darsono,2016 halaman 24
https://journal.uinsgd.ac.id
Ratna Anisa. 2018. Kasus Penyimpangan Terhadap Nilai – Nilai Pancasila.
https://osf.io/preprints/inarxiv/jk47uq,p,
http://www.academia.edu/download/36582947/MAKALAH_PANCASILA_DAN_PENY
IMPANGANNYA.docx
(http://www.detiknews.com/read/2008/11/09/015608/1033710/10/kronologi-bom-bali-
eksekusi-mati-amrozi-cs)
(https://metro.sindonews.com/read/1340943/170/dua-anak-di-bawah-umur-relawan-
yayasan-sosial-disekap-dan-dianiaya-1537798801)
https://rinesaa.blogspot.com/2013/11/penyimpangan-terhadap-sila-pertama.html?m=1
http://materi4belajar.blogspot.com/2017/03/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam.html?m=1
http://pemerintahandiindonesa.blogspot.com/2014/10/isi-pasal-29-uud-1945-tentang-
kebebasan.html?m=1
https://guruppkn.com/contoh-kasus-pelanggaran-pancasila

Anda mungkin juga menyukai