Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR

MAKALAH SEJARAH INDONESIA


PRO MASA ORDE BARU
DI BIDANG EKONOMI

PAMONG PEMBIMBING
SRI RUSGIYANTI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. ANISHA DEA PUTRY
2. LEVINA FIRJATULILAH
3. NOHAN DONAHUE
4. M.FILINO HICH

KELAS
XII MIPA 5

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI


SMAN TITIAN TERAS H.ABDURRAHMAN SAYOETI
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Sang Maha Segalanya,
atas seluruh curahan Rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “PRO MASA ORDE BARU DI BIDANG EKONOMI” ini tepat
pada waktunya. Makalah ini ditulis dalam rangka sebagai bahan acuan dan materi praktek
debat mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
memperoleh bantuan dan arahan. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih yang tak
terhingga kepada Ibu Sri Rusgiyanti, S.Pd selaku pamong pengajar yang telah sabar
memberi arahan dan bimbingannya kepada kami.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan kemampuan dari ilmu pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karenanya atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami memohon
maaf dan bersedia menerima kritikan yang membangun. Terakhir, harapan kami, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jambi, Januari 2024

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB 1........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 2
1.3 BATASAN MASALAH .................................................................................. 2
BAB 2........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru ............................................................. 3
2.2 Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Baru .............................................. 4
BAB 3......................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................. 10
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 10
3.2 SARAN ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masa orde baru diawali dengan pengangkatan Soeharto sebagai presiden Republik
Indonesia atas Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang dikeluarkan oleh Presiden
Soekarno. Pada Masa pemerintahan orde baru, bangsa Indonesia memiliki tekad yang
besar untuk menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Yang
dimana pada masa ini, sistem pemerintahan yang dijalankan oleh bangsa Indonesia adalah
sistem presidensial dan demokrasi pancasila. Selama 32 tahun Soeharto memimpin
bangsa Indonesia, banyak kebijakan yang memiliki pengaruh besar baik itu dalam
kebijakan poiltik maupun kebijakan ekonomi. pemerintah orde baru mencanangkan
program “Rehabilitasi1 Ekonomi“ yang berlandaskan pada TAP. MPRS No. XXIII/1966
tentang perbaikan masalah ekonomi rakyat. Kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh
bangsa Indonesia dapat kita lihat dari keberhasilan bangsa Indonesia dalam
menanggulangi masalah piutang yang menunggak akibat dari pemerintahan sebelumnya
yaitu orde lama. Dalam menanggulangi masalah utang piutang, bangsa Indonesia
melakukan beberapa cara diantaranya adalah melakukan negosiasi dan diplomasi 2
ekonomi keluar negeri. Yang dimana hasil dari negosiasi dan diplomasi ini adalah
keberhasilan pemerintah orde baru dalam mengatur kembali jadwal pembayaran utang
yang telah membengkak dan jatuh tempo. Tidak hanya itu, Indonesia juga berhasil
melakukan kerja sama dengan International Monetary Fund (IMF) yang tujuannya untuk
mendapatkan suntikan dana dalam upaya melakukan pembangunanan. Kerja sama
dengan IMF pun memberikan dampak yang positif bagi Indonesia, karena dengan ini
transaksi bangsa Indonesia akan diakui oleh internasional. Selain itu, bangsa Indonesia
pun menetapkan kebijakan mengenai perizinan investasi bagi investor luar dan dalam
negeri melalui Undang-undang No. 6 Tahun 1968.
Masa pemerintahan presiden pertama Soekarno, ada tiga bentuk kebijakan ekonomi
utama yang dicanangkan diantaranya : (i) Rencana urgensi perekonomian (1951) dan

1 Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan,nama baik) yang dahulu(semula)


2 Diplomasi adalah Seni dan praktek bernegoisasi oleh seseorang (disebut diplomat)

1
Rencana lima tahun/Rencana juanda (1955) masa demokrasi parlementer, serta (ii)
Rencana pembangunan semesta berencana (1961) masa demokrasi terpimpin. Setelah itu
kemudian, hadir kebijakan Rencana pembangunan lima tahun (1968) pada periode orde
baru masa pemerintahan presiden Soeharto. Perkembangan perekonomian Indonesia
dimata dunia mulai terlihat, ketika masa pemerintahan Orde Baru oleh presiden Soeharto.
Perhatian pembuatan kebijakan politik, yang kentara dengan pembangunan infrastruktur
yang menunjang perekonomian Indonesia menjadi ciri khas dari masa pemerintahan
Soeharto.
Rencana pembangunan lima tahun yang berjalan selama empat periode (25 Tahun),
difokuskan pada kebijakan pangan, menekan angka kemiskinan dan jumlah penduduk,
kebijakan mengenai sektor industri, serta perhatian khusus dalam kegiatan ekspor – impor
(Sudari, 2017, pp. 103–111). Saat itu Indonesia dikenal dengan julukan sebagai “Macan
Asia”3, yang tidak hanya diakui oleh beberapa negara saja namun juga oleh lembaga
keuangan besar dunia World Bank. Dimasa itu, perekonomian Indonesia terhitung sejak
Dasawarsa41990-an rata-rata mencapai pertumbuhan sekitar 7% per-tahunnya, cadangan
devisa yang mengalami peningkatan sebesar 38% (US28$ Miliar), dan pertumbuhan
sektor ekspor rata-rata sebesar 14% saat itu. (repository.uksw.edu)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1.2.1 Bagaimana Kehidupan Ekonomi Pada Masa Orde Baru?
1.2.2 Dampak Perekenomian Indonesia pada masa Orde Baru?
1.3 BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, makalah ini membatasi penjelasan yang
mencakup pro orde baru di bidang ekonomi.

3 Macan asia adalah yang terkuat dan terdepan dalam segala bidang di Asia.
4 Dawarsa adalah dekade

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru


Pada awal kelahirannya, Orde Baru memang memfokuskan programnya terhadap
pembangunan ekonomi. Hal ini didasarkan kepada kondisi ekonomi Indonesia diawal
Orde Baru yang cukup memprihatinkan, sehingga fokus ekonomi harus berdasarkan pada
amanat pancasila untuk menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam
programnya pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni jangka
panjang dan jangka pendek.
2.1.1 Program Jangka Pendek
Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang
cukup sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang
mencapai 650% berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat
produksi mengalami kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut
berakibat pada kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rehabilitas dan
stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal pemerintahan Orde Baru dalam memulihkan
kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan. fisik terhadap prasarana-prasarana
dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan pengendalian inflasi supaya harga tidak
melonjak terus menerus. Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan
pemerintahan Orde Baru menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula
mencapai 650% berhasil ditekan menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana
prasaran mulai diperbaiki dan diremajakan. Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan
program jangka panjang khususnya dibidang pertanian.
2.1.2 Program Jangka Panjang
Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang
disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita 1 (1969) tersebut
fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi.
Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan
penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi

3
bahan baku. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994), selain berusaha
mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan
pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang
menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat
menghasilkan mesin mesin industri.
Pada Awal orde baru fokus pada pembangunan ekonomi yang mengikuti amanat
Pancasila.
1. Ada dua kebijakan yang dilakukan, program jangka pajang dan program jangka
pendek.
2. Dalam program jangka pendek, memfokuskan pada rehabilitas dan stabilitas ekonomi.
3. Rehabilitas yang dimaksud adalah memperbaiki prasarana-prasarana dan alat-alat
produksi.
4. Stabilitas yang dimaksud adalah menstabilkan atau mengantisipasi terjadinya inflasi
yang berlebihan
5. Hasil dari rehabilitas dan stabilitas menunjukan perubahan yang sangat baik, sehingga
pemerintah orde baru membuat kebijakan program jangka Panjang.
6. Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut
sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
7. Repelita I (1969) focus pada rehabilitasi ekonomi
8.Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) focus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi.
9.Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994) focus mengembangkan kemajuan
dalam bidang pertanian dan menitikberatkan pada industry-industri.(scribd.com)
2.2 Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Baru
Inflasi pada tahun 1966 mencapai 650% dan defisit 5 APBN lebih besar daripada
seluruh jumlah penerimaannya. Neraca 6 pembayaran dengan luar negeri mengalami
defisit yang besar, nilai tukar rupiah tidak stabil merupakan gambaran singkat betapa
hancurnya perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh masa orde baru atau juga
bisa dikatakan sebagi titik balik. Awal masa orde baru menerima beban berat dari
buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966 1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi
ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan

5 Defisit adalah selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja yang nilainya negative.
6 Neraca adalah Laporan posisi keuangan.

4
menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI 7.
Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan
yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Repelita dilaksanakan
mulai tanggal 1 April 1969. Pembangunan ekonomi pada masa orde baru diarahkan pada
sektor pertanian. Hal itu dikarenakan kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal
dari sektor pertanian dan juga 75% pendudukan Indonesia memperoleh penghidupan dari
sektor pertanian. Bidang sasaran pembangunan dalam Repelita, antara lain bidang
pangan, sandang, perbaikan prasarana, rumah rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Jangka waktu pembangunan orde baru dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka
panjang. Program pembangunan jangka pendek sering disebut pelita (pembangunan lima
tahun), adapun program pembangunan jangka panjang terdiri atas pembangunan jangka
pendek yang saling berkesinabungan. Masa pembangunan jangka oanjang direncanakan
selama 25 tahun. Modernitas memerlukan sarana, salah satunya dengan pengadaan sarana
fisik. Pembangunan yang dilaksanakan di realisasikan dalam system pembangunan
nasional yang dilaksanakan dengan bentuk Pembangunan Lima Tahun (PELITA).
PELITA I
Pada 1 April 1969 dimulailah pelaksanaan Pelita I yaitu pada periode 1969-1974.
Pada pelita I ini, orde baru menyelesaikan fase stabilitas dan rehabilitasi sehingga dapat
menciptakan keadaan yang stabil. Selama beberapa tahun, sebelum orde baru keadaan.
ekonomi mengalami kemerosotan. Pada 1955-1960 laju inflasi rata-rata 25% per tahun.
dalam periode 1960-1965 harga harga meningkat dengan laju rata-rata 226% per tahun,
dan pada 1966 laju inflasi mencapai puncaknya, yaitu 650% setahun.
Kemerosotan ekonomi tersebut terjadi di segala bidang akibat kepentingan ekonomi
dikorbankan demi kepentingan politik. Pada masa orde baru, kemerosotan ekonomi dapat
dikendalikan. Pada 1976, laju inflasi dapat ditekan menjadi 120%, atau seperlima dari
tahun sebelumnya. Pada 1968, inflasi dapat ditekan lagi menjadi 85%. Berdasarkan hasil-
hasil yang telah dicapai, kemudian dimulailah pelaksanaan pelita 1 pada tahun 1969.
Adapun titik berat pelita I adalah pada sektor pertanian dan industri yang mendukung
sektor pertanian. Adapun sasaran pelita 1, yaitu meningkatkan pangan, sandang,

7 IGGI (Intergovernmental Group on Indinesia)

5
perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rohani. Pelaksanaan pelita I termasuk pembiayaannya selalu disetujui DPR dengan
membuat undang- undang sesuai ketentuan UUD 1945.
PEL.ITA II
Pelita I berakhir pada 31 Maret 1974, yang telah meletakan dasar-dasar yang kuat
bagi pelaksanaan pelita I. MPR hasil pemilu 1971 secara aklamasi 8 memilih dan
mengangkat kembali Jendral Soeharto sebagai Presiden RI. Selain itu, MPR hasil pemilu
1971 berhasil pula menyusun GBHN 9 melalui Tap MPR RI No IV/MPRS/1973.
Di dalam GBHN 1973 terdapat rumusan pelita II. yaitu:
1. Tersedianya bahan pangan dan sandang yang cukup dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat,
2. Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi kepentingan masyarakat;
3. Perbaikan dan peningkatan prasarana;
4. Peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata:
5. Memperluas kesempatan kerja.
Untuk melaksanakan pelita II. Presiden Soeharto kemudian membentuk Kabinet
Pembangunan II. Program kerja Kabinet Pembangunan II. disebut Sapta Krida Kabinet
Pembangunan II, yang meliputi:
1. Meningkatkan stabilitas politik:
2. Meningkatkan stabilitas keamanan;
3. Melanjutkan pelita I dan melaksanakan pelita II;
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat,
5. Melaksanakan pemilihan umum.

PELITA III
Pada 31 Maret 1979, Pelita III mulai dilaksanakan. Titik berat pembangunan pada
pelita III adalah pembangunan sector pertanian menuju swasembada 10 pangan yang

8 Aklamasi adalah pertemuan maupun pemilihan umum.


9 GBHN (Garis-garis besar Haluan negara)
10 Swasembada adalah Bahan pangan

6
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran pokok pelita III diarahkan pada
Trilogi11 Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Trilogi pembangunan mencakup:
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terwujudnya keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi:
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Delapan jalur pemerataan mencakup :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan perumahan
bagi rakyat banyak;
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan;
3. Pemerataan pembagian pendapatan;
4. Pemerataan memperoleh kesempatan kerja;
5. Pemerataan mempreoleh kesempatan berusaha;
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya bagi generasi
muda dan kaum wanita;
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Indonesia;
8. Pemerataan memperoleh keadilan.
Terpilih menjadi presiden RI untuk kedua kalinya MPR hasil pemilu membentuk
cabinet pembangunan III. Kabinet ini dilantik secara resmi pada 31 Maret 1978. Program
Kerja Kabinet Pembangunan III, disebut Sapta Krida Pembangunan III, yang meliputi:
1. Menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memeratakan hasil
pembangunan:
2. Melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi;
3. Memelihara stabilitas keamanan yang mantap,
4. Menciptakan aparatur Negara yang bersih dan berwibawa:
5. Membina persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh dan dilandasi oleh penghayatan
dan pengamalan pancasila;
6. Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia;
7. Mengembangkan politik luar negri yang bebas aktif untuk diabdikan kepada
kepentingan nasional.

11 Trilogi adalah kesatuan gagasan atau pokok pikiran yang dituangkan dalam tiga yang saling terhubung

7
PELITA IV
Pelita III berakhir pada 31 Maret 1989 yang dilanjutkan dengan pelaksanaan Pelita
IV yang dimulai 1 April 1989. Untuk ketiga kalinya Jenderal Soeharto terpilih dan
diangkat kembali oleh MPR hasil pemilu. Untuk melaksanakan Pelita IV. Presiden
Socharto membentuk Kabinet Pembangunan IV. Titik berat Pelita IV adalah
pembangunan sektor pertanian untuk melanjutkan usaha usaha menuju swasembada
pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin mesin sendiri, baik
untuk mesin mesin industri ringan maupun industri berat. Sasaran pokok Pelita IV yaitu
sebagai berikut:
1. Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (Pedoman, Penghayatan, dan
Pengamalan Pancasila).
2. Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bidang keluarga berencana (KB), menekankan pada pengendalian laju pertumbuhan.
penduduk yang dapat menimbulkan masalah nasional.
PELITA V
Pelita IV berakhir pada 31 Maret 1994 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan Pelita V
yang dimulai 1 April 1994. Pelita V ini merupakan pelita terakhir dari keseluruhan
Program Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PPJP 1). Pelita V merupakan masa
tinggal landas untuk memasuki Program Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PPJP II),
yang akan dimulai pada pelita VI pada April 1999. Titik berat Pelita V adalah
meningkatkan sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan prduksi hasil pertanian lainnya serta sektor industri, khususnya industri
yang menghasilkan barang untuk ekspor, industri yang banyak tenaga kerja, industri
pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin mesin industri
menuju terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang antara industri dengan pertanian,
baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyeraan tenaga kerja.
PELITA VI
Pelita V berakhir pada 31 Maret 1999 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan Pelita VI
yang dimulai pada 1 April 1999, Pada akhir Pelita V diharapkan akan mampu
menciptakan landasan yang kukuh untuk mengawali pelaksanaan Pelita VI dan memasuki
proses tinggal landas menuju pelaksanaan Program Pembangunan Jangka Panjang Kedua

8
(PPJP II). Titik berat Pelita VI diarahkan pada pembangunan sektor sektor ekonomi
dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sasaran pembangunan industri dalam
Rencana Pembangunan Lima Tahun VI sebagai bagian dari sasaran bidang ekonomi
sesuai amanat GBHN 1993 adalah tertata dan mantapnya industri nasional yang
mengarah pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri
ke seluruh wilayah Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industri dengan peningkatan
keterkaitan antara industri hulu, industri antara, dan industri hilir serta antara industri
besar, industri menengah, industri kecil, dan industri rakyat. Serta keterkaitan antara
sektor industri dengan skctor ekonomi lainnya. (scridb.com)
Sejak awal, pemerintah Orde Baru menyadari bahwa kebijakan anti Barat yang
merupakan suatu ciri mencolok dari pemerintah Soekarno juga telah menimbulkan
kesulitan bagi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Orde Baru memutuskan untuk
meninggalkan kebijakan "memandang ke dalam" (inward-looking policies) 12 yang hanya
membawa kebangkrutan bagi Indonesia dan menggantikannya dengan kebijakan
"memandang ke luar (out-ward policies)13. Kebijakan ini dicirikan oleh kebijakan
perdagangan luar negeri dan kebijakan investasi asing yang bersifat lebih liberal itu
artinya, pemerintah Indonesia mulai menerapkan kebijakan yang dapat menghapus atau
mengurangi berbagai rintangan atas perdagangan luar negeri dan investasi asing.
1. Pemerataan Pelayanan Publik di Indonesia
Sejak permulaan pemerintahan Orde Baru di Indonesia, peranan birokrasi
Pemerintah dalam pelayanan publik telah berkembang dengan sangat pesat. Pengeluaran
pemerintah untuk sektor-sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, perumahan
dan perhubungan telah meningkat dari Rp. 414,3 milyar pada Pelita I menjadi Rp.
12.244,6 milyar dalam harga konstan tahun 1969 pada Pelita IV, suatu peningkatan
sebesar hampir 30 kali.
2. Hasil-Hasil Pembangunan Dalam Pembangunan Jangka Panjang I
Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi padi sangat meningkat.
Prestasi yang besar khususnya di sektor pertanian ini telah mengubah posisi Indonesia
dari negara pengimpor beras terbesar di dunia dalam tahun 1970-an menjadi negara yang

12 Inward looking policies adalah Kebijakan yang berorientasi kedalam


13 Out ward policies adalah kebijakan lingkungan luar

9
mencapai swasembada pangan. sejak tahun 1984 dan kenyataan bahwa swasembada
pangan yang tercapai pada tahun itu selanjutnya juga selama lima tahun terakhir sampai
dengan tahun terakhir Repelita V tetap dapat dipertahankan. Di samping itu.
meningkatnya penyediaan pangan selama ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
usaha mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian disertai dengan pemerataan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat, yang antara lain meliputi penyediaan
kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan,
keluargaberencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana dan sebagainya.
Strategi ini dilaksanakan secara konsekuen setiap Repelita. Dengan strategi inilah
pemerintah telah berhasil mengurangi kemiskinan di Tanah Air. Hasilnya adalah sangat
menurunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 1970-an ada 60 orang di
antaranya yang hidup miskin dari setiap 100 orang penduduk. Jumlah penduduk yang
miskin ini sangat besar, yaitu sekitar 55 juta orang. Penduduk Indonesia yang miskin ini
terus bertambah kecil jumlahnya dari tahun ke tahun.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa negara tinggal landas adalah negara
industri. Negara industri dapat berkembang karena dia menguasai dan mampu
memanfaatkan teknologi modern. Selanjutnya, penguasaan dan pemanfaatan teknologi
modern dimungkinkan melalui pendidikan dan latihan yang tepat serta mampu
menyediakan sumberdaya manusia dalam jumlah serta kualitas yang sesuai dengan
keperluan pembangunan nasional.

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perekonomian dalam masa Orde Baru terdiri atas beberapa kejadian penting.
Dimulai ketika Soeharto dilantik menjadi Presiden menggantikan Soekarno pada 1967.
Masa itu disebut-sebut sebagai masa pemulihan. ekonomi. Sebelum peralihan tongkat

10
kepemimpinan memang tengah terjadi gejolak perekonomian. Selama periode awal orde
baru tersebut, pemerintah sangat memperhatikan pengendalian tingkat inflasi, rehabilitasi
infrastruktur fisik, dan membangun hubungan baik dengan kelompok donor internasional,
Pola hubungan tersebut dianggap sebagai jalan pintas untuk memecahkan persoalan
ekonomi yang begitu kompleks.
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka
dalam memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan diantaranya yaitu
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, Pemerataan pembangunan dan hasil-hasil yang
menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, dan Stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis. Sejak permulaan pemerintahan Orde Baru di Indonesia, peranan
birokrasi14 Pemerintah. dalam pelayanan publik telah berkembang dengan sangat pesat.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial,
perumahan dan perhubungan telah meningkat dari Rp. 414,3 milyar pada Pelita I menjadi
Rp. 12.244,6 milyar dalam harga konstan tahun 1969 pada Pelita IV. suatu peningkatan
sebesar hampir 30 kali. Prestasi yang besar khususnya di sektor pertanian ini telah
mengubah posisi Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia dalam tahun
1970-an menjadi negara yang mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984 dan
kenyataan bahwa swasembada pangan yang tercapai pada tahun itu selanjutnya juga
selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun terakhir Repelita V tetap dapat
dipertahankan. Di samping itu meningkatnya penyediaan pangan selama ini mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap usaha mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian disertai dengan
pemerataan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar rakyat, yang antara lain meliputi
penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan,
keluarga berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana
dan. Sebagainya.(sridb.com)
3.2 SARAN
Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis, dan mengambil kesimpulan
dari hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa

14Birokrasi adalah tugas yang bersifat spesialisasi,dilaksanakan dalam system administrasi yang khususnya oleh aparatur
pemerintahan.

11
Bagi kepala desa dan perangkat desa yang berada di Desa Tias Bangun agar selalu
menjadi pengayom masyarakat. Kepala desa dan perangkat desa hendaknya harus bisa
menampung dan sedikit memberikan jalan keluar terhadap keluhan-keluhan masyarakat.
Terlebih untuk saat ini masalah keamanan yang semenjak masa Orde Baru berakhir,
tindakkriminalitas seperti begal menjadi merajalela. Karena dengan keadaan keamanan
yang terjamin maka keadaan perekonomian pun akan segera mengikutinya.

2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat di Desa Tias Bangun agar dapat bekerja sama dengan perangkat
pemerintah desa dan mendukung semua kebijakan dari pemerintah. Terlebih himbauan
untuk masyarakat di Desa Tias Bangun untuk selalu memiliki etos kerja yang tinggi agar
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya masing-masing. Dengan keadaan
ekonomi yang baik maka tindak kriminalitas seperti pencurian sedikit terminimalisir.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/17084543/Makalah_Perekonomian_Indonesia
2. https://www.scribd.com/document/521959079/PEREKONOMIAN-

INDONESIA-PADA-MASA-ORDE-BARU-KELOMPOK-10
3. https://amp.kompas.com/skola/read/2022/10/26/200000669/perkembangan-

ekonomi-pada-masa-orde-baru
4. http://kemdikbud.to.id/repos/File/pload/Orde%20Baru-BB/Topik-2.html

13

Anda mungkin juga menyukai