Anda di halaman 1dari 26

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI BANGSA

INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

Makalah

Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Mata Pelajaran


Sejarah Indonesia

Oleh
Kelompok 10 Kelas XII MIPA 8
Ketua : Akhmal Duta Bagaskara ( 04 )
Anggota : Mochammad Rahul Reza Pahlevy ( 20 )

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 JEMBER
Jl. Jawa 16 Telepon (0331) 321375 Fax 0331-324811 Kode Pos 68121 Jember
2021
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
penulis panjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SubhanahuWaTaala yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai salah satu syarat guna mendapatkan nilai yang baik pada
pelajaran Sejarah Indonesia atau Sejarah Wajib.
Penulis menyusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pelajaran Sejarah
Wajib. Selain itu, penulis menulis makalah yang bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kehidupan Politik dan Ekonomi Bangsa Indonesia Pada Masa Orde
Baru, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Sehubungan dengan hal ini penulis pada kesempatan ini mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Eny Muffida S.Pd., M.Pd. dan Ibu Noviyanti selaku
Guru Pengajar Mata Pelajaran Sejarah Wajib Kelas XII MIPA 8, yang telah
memberikan bimbingan penulis dengan sabar membuat makalah ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis dengan senang hati akan menerima masukan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember 5 September 2021 Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
PRAKATA ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................4
2.1 Aksi Tritura ( Tri Tuntutan Rakyat ) .............................................4
2.1.1 Latar belakang terjadinya Tritura ............................................4
2.1.2 Isi Tritura ..................................................................................5
2.2 Proses terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret dan Pengaruhnya
terhadap kepemimpinan nasional .................................................... 6
2.2.1 Latar belakang ..........................................................................7
2.2.2 Isi Supersemar ..........................................................................8
2.2.3 Kebijakan pemerintah dalam upaya menyelesaikan konflik .....9
2.2.4 Akibat yang ditimbulkan dari konflik ........................................9
2.3 . Dualisme Kepemimpinan Nasional Masa Demokrasi Terpimpin
dan Pemerintahan Orde Baru ..........................................................9
2.2.1 Latar belakang ..........................................................................9
2.2.2 Soeharto Memimpin Pemerintahan ..........................................10
2.2.3 Terdesaknya Ir. Soekarno. ........................................................10
2.4 Hubungan Antara Stabilisas Negara Dan Pembangunan. ............15
2.2.1 Stabilitas Negara dan Pembangunan di Bidang Ekonomi .......11
2.2.2 Stabilitas Negara dan Pembangunan di Bidang Politik. ..........11
2.5 . Stabilisasi Polkam sebagai Dasar Pembangunan. .......................12
2.2.4 Pembentukan Kabinet Pembangunan dalam Bidang Politik ....12
2.2.5 Pembentukan Kabinet Pembangunan dalam Bidang Keamanan 13
2.6 Dwi Fungsi ABRI...............................................................................13
2.2.3 Sejarah Dwi Fungsi ABRI.........................................................13
2.2.4 Penerapan Dwi Fungsi ABRI....................................................13
2.7 Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru ....................................................14
2.2.6 Ringkasan Materi Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru ................14
2.8 . Konsep Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Orde Baru. ...15
2.2.5 Trilogi Pembangunan. ..............................................................15
2.8.2. Pembangunan Nasional .........................................................16
2.9 . Kebijakan Pembangunan Yang Dilakukan Pada Masa Orde Baru
Di Berbagai Bidang. ..........................................................................17
2.2.7 Bidang Pertanian ......................................................................17
2.9.2. Bidang Pendidikan ...................................................................18
2.9.3 Keluarga Berencana.. ...............................................................20
2.9.4 Kesehatan Mayarakat. ...............................................................21

BAB III PENUTUP ...............................................................................................22


3.1 Kesimpulan ........................................................................................22
3.2 Saran ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23
LAMPIRAN .........................................................................................................24
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebuah negara di Asia Tenggara yang memiliki sejarah yang sangat
panjang, dari mulai masa penjajahan Kolonial atau Belanda, kemudian penjajahan
bangsa Jepang, dan masa kemerdekaan mulai dari Orde Lama, Orde Baru sampai
masa Reformasi (sekarang). Melihat sejarah Bangsa Indonesia yang panjang dan juga
terjadinya perubahan kekuasaan di Indonesia, tentu juga telah terjadi berbagai
perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik dalam aspek
politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain.
Dari aspek historis Indonesia dalam dunia perpolitikannya pada tahun 1900-
an para pemuda melakukan berbagai gerakan politis yang bertujuan melawan
penjajah dan memerdekakan bangsa melalui organisasi dagang, organisasi
kepemudaan, organisasi komunitas, organisasi agama bahkan organisasi politik
(partai). Dengan jiwa Bhineka Tunggal Ika meskipun tersebar di 1300 pulau dengan
ratusan suku bangsa dan bahasa ternyata pemuda-pemuda Indonesia mampu
memerdekaakan bangsanya dari penjajah.
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada
dalam kondisi yang relatif tidak stabil. Bahkan setelah Belanda secara resmi
mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan politik maupun
ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan di antara kelompok-
kelompok politik. Keputusan Soekarno untuk mengganti sistem parlemen dengan
Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan
antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat
mempersenjatai diri. (Vatikiotis, 1998,hlm. 1).

1.2. Rumusan Masalah

a.) Bagaimana proses transisi yang terjadi antara masa Demokrasi Terpimpin dengan
masa Orde Baru ?.
b.) Apa perubahan yang dilakukan pemerintahan pada masa Orde Baru
di bidang politik, ekonomi, pertahanan-keamanan, dan sosial budaya, setelah
masa Demokrasi Terpimpin berakhir ?.
c.) Apa manfaat dari berbagai peristiwa yang terjadi selama masa pemerintahan Orde
Baru ?.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah Perkembangan Kehidupan Politik dan
Ekonomi Bangsa Indonesia :
a.) Menjelaskan proses transisi yang terjadi antara masa Demokrasi Terpimpin
dengan masa Orde Baru.
b.) Menganalisis beberapa perubahan yang dilakukan pemerintahan pada masa
Orde Baru di bidang politik, ekonomi, pertahanan-keamanan, dan sosial budaya,
setelah masa Demokrasi Terpimpin berakhir.
c.) Mengambil hikmah atau manfaat dari berbagai peristiwa yang terjadi selama
masa pemerintahan Orde Baru.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Aksi Tritura ( Tri Tuntutan Rakyat )


2.1.1 Latar belakang terjadinya Tritura.
Kondisi Indonesia di tahun 1960-an sangat bergejolak. Presiden Soekarno
memposisikan Indonesia berlawanan dengan 7ias7a-negara barat. Sikap anti neo-
kolonialisme dan neo-imperialisme menyebabkan Indonesia kehilangan dukungan
dari luar negeri di bidang politik maupun ekonomi.
Puncaknya pada 1965, ketika Gerakan 30 September (G30S) meletus. Partai
Komunis Inonesia (PKI) yang dekat dengan Soekarno dituduh bertanggung jawab
atas pembunuhan tujuh jenderal TNI. Situasi politik makin kacau. Sentimen anti-PKI
dan anti-Soekarno berkembang. Memasuki tahun 1966, rakyat dan mahasiswa
menggelar demonstrasi memprotes Soekarno yang tak banyak berbuat saat itu.
2.1.2 Isi Tritura
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia), dan kesatuan-kesatuan aksi lainnya (KABI, KASI,
KAWI, KAGI) yang tergabung dalam Front Pancasila, berunjuk rasa di halaman
gedung DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966. Mereka menuntut tiga hal yang
dikenal dengan Tritura.
Isi Tritura yakni:
a.) Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI)
b.) Pembersihan Kabinat Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
c.) Penurunan harga
2.2. Proses terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret dan Pengaruhnya terhadap
kepemimpinan nasional.
2.2.1. Latar Belakang.
Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret adalah penyerahan mandat
kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto pada 11 Maret 1966.
Penyerahan mandat kekuasaan ini dilatarbelakangi gejolak di dalam negeri setelah
peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965. MC Ricklefs dalam Sejarah Indonesia
Modern 1200-2004 (2007) menulis, demokrasi terpimpin Soekarno mulai runtuh
pada Oktober 1965. Tentara menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai
dalang di balik pembunuhan tujuh jenderal.
Sikap ini memicu amarah dari para pemuda antikomunis. Pada akhir Oktober
1965, para mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
dengan dukungan dan perlindungan tentara. Ada juga KAPPI (Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia), dan kesatuan-kesatuan aksi lainnya (KABI, KASI,
KAWI, KAGI). Semuanya tergabung dalam Front Pancasila. Selain memprotes
Soekarno yang tak bersikap apa-apa terhadap peristiwa G30S, rakyat juga memprotes
buruknya perekonomian di bawah Sukarno. Memasuki 1966, inflasi mencapai 600
persen lebih. Soekarno hanya mengabaikan suara rakyat. Aksi unjuk rasa pun
semakin kencang. Pada 12 Januari 1966, Front Pancasila berunjuk rasa di halaman
DPR-GR

Puncaknya pada 11 Maret 1966. Demonstrasi mahasiswa secara besar-


besaran kembali terjadi di depan Istana Negara. Demonstrasi ini didukung tentara.
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar
Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila diberi
kepercayaan. Lihat Foto Presiden Soeharto saat dilantik/disumpah menjadi
Presiden.(Hendranto, Pat) Dikutip dari Harian Kompas, permintaan itu dititipkan
Soeharto kepada tiga jenderal AD yang datang menemui Soekarno di Istana Bogor,
11 Maret 1966 sore. Ketiga jenderal itu adalah Brigjen Amir Machmud (Panglima
Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki
Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi). Permintaan Soeharto dianggap biasa
oleh Soekarno. Maka, pada 11 Maret 1996 sore di Istana Bogor, Soekarno
menandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan.

2.2.2. Isi Supersemar.


Selama ini beredar beberapa versi Supersemar. Ada yang dari Pusat
Penerangan (Puspen) TNI AD, Sekretariat Negara (Setneg), dan dari Akademi
Kebangsaan. Namun dari berbagai versi yang beredar, tak ada satu pun yang asli.
Kendati demikian, ada beberapa pokok pemikiran Supersemar yang diakui Orde
Baru dan dijadikan acuan.
Isi Supersemar yakni:
a.) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan
dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan.
b.) Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi
untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan
pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
c.) Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima
Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya. Supaya melaporkan segala sesuatu yang
bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.
2.2.3. Tujuan Supersemar.
Supersemar bertujan mengatasi situasi saat itu. Pada praktiknya, Setelah
mengantongi Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah keputusan lewat SK
Presiden No 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima
Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR.
Keputusan tersebut berisi:
a.) Pembubaran PKI beserta ormasnya dan menyatakannya sebagai partai terlarang
b.) Penangkapan 15 menteri yang terlibat atau pun mendukung G30S
c.) Pemurnian MPRS dan lembaga 9ias9a lainnya dari unsur PKI dan menempatkan
peranan lembaga itu sesuai UUD 1945.
Soekarno yang diasingkan tak 9ias berbuat banyak. Sementara Soeharto
mendapat kekuasaan yang semakin besar. Hingga pada 22 Juni 1966, Soekarno
menyampaikan pidato pertanggungjawaban di Sidang MPRS. Pidato yang dikenal
sebagai Nawaksara ini ditolak oleh MPRS. Baca juga: Supersemar, Tonggak
Lahirnya Orde Baru Soekarno dianggap mengecewakan. Dalam pidato itu, Soekarno
bersikeras tidak mau membubarkan PKI. Popularitas Soekarno kian tergerus.
Akhirnya, pada 7 Maret 1967, Soekarno melepas jabatannya. Soeharto ditunjuk
untuk menjadi penjabat presiden lewat Sidang MPRS. Soeharto resmi menjabat
presiden

2.3. Dualisme Kepemimpinan Nasional Masa Demokrasi Terpimpin dan


Pemerintahan Orde Baru.
2.2.1. Latar Belakang.
Di awal 1966, kondisi politik bergejolak. Soekarno diprotes keras karena
G30S dan perekonomian yang memburuk. Puncaknya, pada 11 Maret 1966.
Demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran terjadi di depan Istana Negara.
Demonstrasi ini didukung tentara. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan
Jenderal Soeharto pun meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk
mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan. Maka, pada 11 Maret 1996 sore di
Istana Bogor, Soekarno menandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan.
Surat itu dikenal sebagai Supersemar. Isinya, Soekarno memerintahkan Soeharto
untuk:
a.) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan
dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan
Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala
ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
b.) Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima
Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.
c.) Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan
tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.

2.2.2. Soeharto Memimpin Pemerintahan.


Supersemar bertujan mengatasi situasi saat itu. Pada praktiknya, Setelah
mengantongi Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah keputusan lewat SK
Presiden No 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima
Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR.
Keputusan tersebut yakni:
a.) Pembubaran PKI beserta ormasnya dan menyatakannya sebagai partai terlarang.
b.) Penangkapan 15 menteri yang terlibat atau pun mendukung G30S.
c.) Pemurnian MPRS dan lembaga negara lainnya dari unsur PKI dan menempatkan
peranan lembaga itu sesuai UUD 1945.
Soekarno yang diasingkan tak bisa berbuat banyak. Sementara Soeharto
mendapat kekuasaan yang semakin besar. Dikutip dari Hari-hari Yang Panjang:
Transisi Orde Lama Ke Orde Baru, Sebuah Memoar (2008), dualisme kepemimpinan
memunculkan polarisasi. Ada yang setuju dengan Soeharto untuk membubarkan.
Namun ada juga yang masih setia kepada Soekarno.

2.2.3. Terdesaknya Ir. Soekarno.


Memasuki pertengahan 1966, masalah dualisme kepemimpinan nasional
makin terasa. Soekarno tidak lagi bisa mencabut Supersemar ketika MPRS
memutuskannya sebagai TAP MPRS Nomor IX/1966 pada 21 Juni 1966. Saat itu,
MPRS mencabut Soekarno sebagai presiden seumur hidup sekaligus memberi
kewenangan Soeharto sebagai pengemban Supersemar untuk membentuk kabinet
pada 5 Juli 1966. Pada 22 Juni 1966, Soekarno menyampaikan pidato
pertanggungjawaban di Sidang MPRS.
Soekarno dianggap mengecewakan. Dalam pidato itu, Soekarno bersikeras
tidak mau membubarkan PKI. Pidato yang dikenal sebagai Nawaksara ini ditolak
oleh MPRS. Kemudian pada 10 Januari 1967, Soekarno mengirim surat kepada
Ketua MPRS Jenderal AH Nasution. Surat yang bernama “Pelengkap Nawaksara” itu
berisi kurang lebih sama dengan Nawaksara. Soekarno kembali menyampaikan
beberapa alasan terjadinya peristiwa G30S atau yang disebutnya dengan Gestok
(Gerakan 1 Oktober). Sebulan kemudian, pada 7 Februari 1967, Soekarno kembali
mengirim surat, kali ini untuk Soeharto. Dalam surat itu, Soekarno menyatakan akan
menyerahkan pemerintahan kepada Soeharto. Penyerahan kekuasaan itu terjadi pada
22 Februari 1967. Soekarno menyampaikan kepada menteri-menteri di Istana
Merdeka. Malam harinya, Menteri Penerangan BM Diah membacakan pengumuman
Soekarno. (1965-1998) Tak lama kemudian, MPRS mencabut kekuasaan Presiden
Soekarno dan menetapkan Soeharto sebagai pejabat presiden. Ketetapan itu tertuang
dalam TAP MPRS Nomor XXXIII/1967.

2.4. Hubungan Antara Stabilisas Negara Dan Pembangunan.


2.2.1. Stabilitas Negara dan Pembangunan di Bidang Ekonomi.
Pemerintah Indonesia memberlakukan beberapa program demi stabilitas
ekonomi nasional. Program ekonomi dalam negeri seperti Program Pinjaman
Nasional (1946) diterapkan oleh pemerintah untuk mengembangkan pembangunan,
membantu perusahaan dan membantu anggaran belanja negara. Selain itu,
pemerintah juga membentuk Badan Perancang Ekonomi untuk merencanakan
strategi pembangunan ekonomi dalam kurun waktu 2-3 tahun pasca kemerdekaan.
Demi tercapainya stabilitas ekonomi nasional, pemerintah Indonesia juga
mengadakan diplomasi dan kerja sama internasional. Diplomasi dilakukan kepada
negara-negara berkembang seperti India, Singapura dan Malaysia. Kerja sama
internasional dilakukan dengan perusahaan-perusahaan swasta Amerika Serikat.
2.2.2 Stabilitas Negara dan Pembangunan di Bidang Politik.
Untuk meredakan konflik dan gejolak politik partai, Soekarno mencetuskan
konsep Nasakom (Nasionalis Agamis dan Komunis) pada masa demokrasi terpimpin.
Konsep Nasakom bertujuan untuk menyatukan tiga ideologi besar partai yang saling
bertentangan demi kemajuan pembangunan Indonesia. Dalam sistem ketatanegaraan,
pemerintah Indonesia beberapa kali mengubah sistem pemerintahan dan konstitusi.
Hal tersebut bertujuan untuk menemukan model pemerintahan yang pas untuk
diterapkan di Indonesia.
2.5. Stabilisasi Polkam sebagai Dasar Pembangunan.
2.2.1. Pembentukan Kabinet Pembangunan dalam Bidang Politik.
Kabinet pertama yang terbentuk pasca keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret
dinamakan Kabinet Ampera. Namun setelah sidang MPRS tahun 1968 yang
menetapkan Soeharto sebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun pertamanya,
dibentuklah Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Pancakrida, yaitu;
a.) Membersihkan sisa-sisa PKI dari Indonesia.
b.) Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh
PKI.
c.) Pembubaran PKI
Sebagai pengemban Surat Perintah Sebelas Maret, Soeharto mendorong MPRS untuk
mengeluarkan keputusan pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diatur
dalam TAP MPRS No. IX/1966 sekaligus menyatakan PKI sebagai organisasi
terlarang di Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1966, dilakukan pengamanan terhadap
15 orang menteri yang dianggap terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.
d.) Untuk menjalankan Demokrasi Pancasila maka Indonesia memutuskan menganut
sistem pemerintahan berdasarkan Trias Politica dengan tiga bentuk pemisahan
kekuasaan di pemerintahan yaitu Eksekutif, Yudikatif, dan Legislatif.
e.) Pengelompokan Partai Politik.
Setelah dilaksanakannya Pemilihan Umum pada tahun 1971, dilakukan
penyederhanaan jumlah partai dengan menggabungkan sejumlah partai yang
memiliki persamaan program. Hasil penggabungan tersebut menghasilkan tiga partai
politik, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, dan
Golongan Karya.
f.) Kembali Aktif di Organisasi Internasional
Setelah berakhirnya kekuasaan Orde Baru, pemerintahan Indonesia kembali menjalin
hubungan baik dengan negara-negara tetangga. Di forum Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Indonesia kembali bergabung menjadi anggota pada 28 Desember 1966.
Dengan tergabung kembali di PBB, Indonesia mendapatkan keuntungan strategis di
berbagai bidang, termasuk ketika turut menjadi pelopor untuk berdirinya ASEAN
bersama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
2.5.2. Pembentukan Kabinet Pembangunan dalam Bidang Keamanan.
a.) Peran ABRI
Untuk menciptakan stabilitas di Indonesia, pemerintah memberikan peran
ganda kepada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sebagai benteng
pertahanan dan keamanan, sekaligus sebagai kendali sosial di masyarakat. Fungsi ini
dikenal dengan sebutan ‘Dwifungsi ABRI’. Dalam pemerintahan, ABRI memiliki
jatah kursi dengan pengangkatan di MPR/DPR dan DPRD.
b.) Normalisasi hubungan dengan beberapa negara.
Politik konfrontatif yang dijalankan Indonesia semasa Demokrasi Terpimpin
telah mengakibatkan hubungan buruk dengan negara-negara tetangga, terutama di
Asia Tenggara. Melalui Menteri Luar Negeri, Adam Malik, pemerintah melakukan
pembicaraan untuk menjalin hubungan diplomatik kembali dengan Malaysia dan
Singapura.

2.6. Dwi Fungsi ABRI


2.6.1. Sejarah Dwi Fungsi ABRI
Dalam jurnal Kebijakan Dwifungsi ABRI dalam Perluasan Peran Militer di
Bidang Sosial Politik tahun 1966-1998 (2016) karya D.W Firdaus, konsep Dwifungsi
ABRI pada masa pemerintahan Orde Baru berawal dari gagasan A.H Nasution yang
disebut dengan konsep jalan tengah. Konsep jalan tengah merupakan sebuah konsep
yang menginginkan militer berperan sebagai alat pertahanan keamanan negara
sekaligus berpartisipasi dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pada perkembangannya, konsep jalan tengah A.H Nasution diterapkan oleh Soeharto
dalam kebijakan Dwifungsi ABRI.
2.6.2. Penerapan Dwi Fungsi ABRI
Kebijakan Dwifungsi ABRI sebenarnya telah diterapkan pada awal Orde
Baru, namun baru dilegalkan oleh Soeharto pada tahun 1982 melalui Undang-
Undang nomor 20 tahun 1982. Penerapan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru
sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial dan politik Indonesia. Melalui kebijakan
Dwifungsi ABRI, ABRI berhasil melakukan dominasi terhadap lembaga eksekutif
dan legislatif Orde Baru. Mulai tahun 1970-an, banyak perwira aktif ABRI yang
ditunjuk sebagai DPR, MPR maupun DPD tingkat provinsi. Selain itu, para ABRI
juga menempati posisi yang penting dalam pengendalian arah politik dari organisasi
Golkar. Pada perkembangannya, pelaksanaan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru
mengalami penyimpangan oleh Soeharto dan beberapa oknum militer.
Keterlibatan militer dalam kehidupan sosial politik yang semakin mendalam
mengakibatkan militer berubah menjadi alat kekuasaan rezim untuk melakukan
pembenaran atas kebijakan pemerintah.
2.7. Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru.
2.7.1. Ringkasan Materi Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru.
Kondisi ekonomi yang diwarisi Orde Lama adalah sangat buruk. Sektor
produksi barang-barang konsumsi misalnya hanya berjalan 20% dari kapasitasnya.
Demikian pula sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi salah satu tumpuan
ekspor juga tidak mengalami perkembangan yang berarti. Hutang yang jatuh tempo
pada akhir Desember 1965, seluruhnya berjumlah 2,358 Juta dollar AS. Dengan
Perincian negara-negara yang memberikan hutang pada masa Orde Lama adalah blok
negara komunis (US $ 1.404 juta), negara Barat (US $ 587 juta), sisanya pada
negara-negara Asia dan badan-badan internasional.
Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada
Tap MPRS No.XXIII/1966 yang isinya tentang pembaruan kebijakan landasan
ekonomi, keuangan, dan pembangunan.Tujuan dikeluarkan keterapan tersebut adalah
untuk mengatasi krisis dan kemerosotan ekonomi yang melanda negara Indonesia
sejak tahun 1955. Berdasarkan ketetapan tersebut, Presiden Suharto mempersiapkan
perekonomian Indonesia sebagai berikut:
a.) Mengeluarkan Peraturan 3 Oktober 1966, tentang pokok-pokok regulasi.
b.) Mengeluarkan Peraturan 10 Pebruari 1967, tentang harga dan tarif.
c.) Peraturan 28 Juli 1967, tentang pajak usaha serta ekspor Indonesia.
d.) UU No. 1 Tahun 1967 , tentang Penanaman Modal Asing.
e.) UU No. 13 Tahun 1967, tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja.
Upaya diplomasi ekonomi ke negara-negara Barat dan Jepang itu berhasil
mengatur penjadwalan kembali pembayaran hutang negara dan swasta yang jatuh
tempo dan mampu meyakinkan negara-negara tersebut untuk membantu Indonesia.
Misalnya dibentuknya lembaga Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI).
Proses pembentukan IGGI diawali oleh suatu pertemuan pada bulan Februari 1967,
di Amsterdam. Dalam pertemuan itu disepakati untuk membentuk IGGI dan Belanda
ditunjuk sebagai ketuanya.Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah
bersama–sama Bank Indonesia dan bank-bank milik negara lainnya adalah berupaya
agar masyarakat mau menabung.Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pada
awal Orde Baru mulai menunjukan hasil positif. Hiperinflasi mulai dapat
dikendalikan, dari 650% menjadi 120% (1967), dan 80% (1968), sehingga pada
tahun itu diputuskan bahwa Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pertama
akan dimulai pada tahun berikutnya (1969). Setelah itu pada tahun-tahun berikutnya
inflasi terus menurun menjadi 25% (1969), 12% (1970), dan 10% (bahkan sampai
8.88%) pada tahun 1971.
2.8. Konsep Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Orde Baru.
2.8.1. Trilogi Pembangunan.
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah
selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu
itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka
Panjang.[butuh rujukan] Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui
Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam
rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan
Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan
nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah Indonesia


2. Meningkatkan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru


berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari
kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah:
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dan Delapan Jalur Pemerataan yang dicanangkan pemerintah Orde Baru adalah
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang
dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
2.8.2. Pembangunan Nasional.
Seperti telah disebutkan di muka bahwa Pembangunan nasional direalisasikan
melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Dan
Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui program Pembangunan Lima Tahun
(Pelita). Selama masa Orde Baru, pemerintah telah melaksanakan enam Pelita yaitu:

a.) Pelita I
Pelita I dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974, dan menjadi
landasan awal pembangunan masa Orde Baru. Tujuan Pelita I adalah meningkatkan
taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap
berikutnya. Sasarannya adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana perumahan
rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah
pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena
mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

b.) Pelita II
Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979. Sasaran
utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana,
mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II
dipandang cukup berhasil. Pada awal pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60%
dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi 47%. Dan pada tahun
keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.

c.) Pelita III


Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.[butuh
rujukan] Pelaksanaan Pelita III masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan,
dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal dengan Delapan
Jalur Pemerataan.

d.) Pelita IV
Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989. Titik berat Pelita
IV ini adalah sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan
industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan di tengah berlangsung
pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi resesi.[butuh rujukan]
Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi, pemerintah
mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional dapat
berlangsung terus.

e.) Pelita V
Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994. Pada Pelita ini pembangunan
ditekankan pada sector pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi ekonomi
Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8%
per tahun.[butuh rujukan] Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran
yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

f.) Pelita VI
Pelita VI dimulai 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999. Program pembangunan pada
Pelita VI ini ditekankan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak pembangunan.[butuh rujukan] Namun
pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang
mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses pembangunan terhambat, dan
juga menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.

2.9. Kebijakan Pembangunan Yang Dilakukan Pada Masa Orde Baru Di


Berbagai Bidang
2.9.1.Bidang Pertanian
Sepanjang 1970-an hingga 1980-an dilakukan investasi untuk
infrastruktur Pembangunan Lima Tahun (Pelita), swasembada pangan
merupakan fokus tersendiri dalam rencana pembangunan yang dibuat oleh
Soeharto. Pada Pelita I yang dicanangkan landasan awal pembangunan
Pemerintahan Orde Baru, Tujuan Pelita I adalah meningkatkan
taraf hidup rakyat melalui sektor pertanian yang ditopang oleh kekuatan
koperasi dan sekaligus meletakkan dasar-dasar pembangunan dalam
tahapan berikutnya.
Soeharto membangun dan mengembangkan organisasi atau institusi yang
akan menjalankan program-program tersebut. Pembangunan ditekankan
pada penciptaan institusi pedesaan sebagai wahana pembangunan
dengan membentuk Bimbingan Massal (Bimas) yang diperuntukkan
meningkatkan produksi beras dan koperasi sebagai organisasi ekonomi
masyarakat pedesaan. Sekaligus menjadi kepanjangan tangan pemerintah
dalam menyalurkan sarana pengolahan dan pemasaran hasil produksi. Di
sisi lain pemerintah juga menciptakan Badan Urusan Logistik (BULOG).
Kemudian pemerintah melibatkan para petani melalui koperasi yang
bertujuan memperbaiki produksi pangan nasional. Untuk itu kemudian
pemerintah mengembangkan ekonomi pedesaan dengan menunjuk
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan membentuk Badan
Usaha Unit Desa (BUUD). Maka lahirlah Koperasi Unit Desa (KUD)
sebagai bagian dari pembangunan nasional.

2.9.2. Bidang Pendidikan.


Pada masa kepemimpinan Soeharto pembangunan pendidikan mengalami
kemajuan yang sangat penting. Ada tiga hal yang patut dicatat dalam bidang
pendidikan masa Orde Baru adalah pembangunan Sekolah Dasar Inpres (SD
Inpres), program wajib belajar dan pembentukan kelompok belajar atau kejar.
Semuanya itu bertujuan untuk memperluas kesempatan belajar, terutama di
pedesaan dan bagi daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah.

Pada tahun-tahun awal pelaksanaan program pembangunan SD Inpres,


hampir setiap tahun, ribuan gedung sekolah dibangun. Sebelum program
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dilaksanakan.
Jumlah gedung SD yang tercatat pada tahun 1968 sebanyak 60.023 unit,
gedung SMP 5.897 unit. Pada awal Pelita VI, jumlah itu telah meningkat menjadi
sekitar 150.000 gedung SD dan 20.000 gedung SMP. Pembangunan paling besar
terjadi pada periode 1982/1983 ketika 22.600 gedung SD baru dibuat. Hingga
periode 1993/1994 tercatat hampir 150.000 unit SD Inpres telah
dibangun.Peningkatan jumlah sekolah dasar diikuti pula oleh peningkatan jumlah
guru. Jumlah guru SD yang sebelumnya berjumlah sekitar ratusan ribu, pada awal
tahun 1994 menjadi lebih dari satu juta guru. Satu juta lebih guru ditempatkan di
sekolah-sekolah inpres tersebut. Lonjakan jumlah guru dari puluhan ribu menjadi
ratusan ribu juga terjadi pada guru SMP. Total dana yang dikeluarkan untuk
program ini hingga akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I mencapai hampir
Rp 6,5 triliun.Program wajib belajar pada era Soeharto mulai dilaksanakan pada 2
Mei 1984, di akhir Pelita (Pembangunan Lima Tahun) III. Dalam sambutan
peresmian wajib belajar saat itu, Soeharto menyatakan bahwa kebijakannya
bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama dan adil kepada seluruh anak
Indonesia berusia 7-12 tahun dalam menikmati pendidikan dasar. Program wajib
belajar itu mewajibkan setiap anak usia 7-12 tahun untuk mendapatkan
pendidikan dasar 6 tahun (SD).

Keberhasilan program wajib belajar 6 tahun ditandai dengan kenaikan


angka partisipasi sekolah dasar (SD) sebesar 1,4 persen. Angka partisipasi
SD menjadi 89,91 persen di akhir Pelita IV. Kenaikan angka partisipasi itu
menambah kuat niat pemerintah untuk memperluas kelompok usia anak
yang ikut program wajib belajar selanjutnya, menjadi 7-15 tahun, atau
menyelesaikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sepuluh tahun kemudian, program wajar berhasil ditingkatkan menjadi 9


tahun, yang berarti anak Indonesia harus mengenyam pendidikan hingga
tingkat SMP. Upaya pelaksanaan wajib belajar 9 tahun pada kelompok
usia 7-15 tahun mulai diresmikan pada Pencanangan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun pada 2 Mei 1994. Kebijakan ini diperkuat
dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 1 Tahun 1994.
Program wajib belajar telah meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
Indonesia saat itu. Fokus utama ketika itu adalah peningkatan angka-angka
indikator kualitas pendidikan dasar. Fokus pembangunan pendidikan saat
itu, yaitu peningkatan secara kuantitatif, baru kemudian memerhatikan
kualitas atau mutu pendidikan.

2.9.3. Keluarga Berencana.


Pada masa Orde Baru dilaksanakan program untuk pengendalian
pertumbuhan penduduk yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB).
Pada tahun 1967 pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2,6% dan
pada tahun 1996 telah menurun drastis menjadi 1,6%.
Pengendalian penduduk dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas rakyat
Indonesia dan peningkatan kesejahteraannya. Keberhasilan ini dicapai
melalui program KB yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN).

Program KB di Indonesia, diawali dengan ditandatanganinya Deklarasi


Kependudukan PBB pada tahun 1967 sehingga secara resmi Indonesia
mengakui hak-hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran sebagai
hak dasar manusia dan juga pentingnya pembatasan jumlah penduduk
sebagai unsur perencanaan ekonomi dan sosial.
Keberhasilan Indonesia dalam pengendalian jumlah penduduk dipuji
oleh UNICEF karena dinilai berhasil menekan tingkat kematian bayi dan
telah melakukan berbagai upaya lainnya dalam rangka mensejahterakan
kehidupan anak-anak di tanah air. UNICEF bahkan mengemukakan
bahwa tindakan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia itu hendaknya
dijadikan contoh bagi negara-negara lain yang tingkat kematian bayinya
masih tinggi.

2.9.4. Kesehatan Mayarakat


Perkembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bermula dari
konsep Bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah
pada tahun 1951. Bandung Plan merupakan suatu konsep pelayanan
yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956
didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu
model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga.
Kemudian didirikan Health Centre (HC) di delapan lokasi, yaitu di
Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari
(Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY, dan Kalimantan Selatan.
Pada 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program
pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan
Nasional (HKN).

Pada tahun 1984 dikembangkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),


yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan kurang gizi. Posyandu
dengan 5 programnya, yaitu KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan
Imunisasi. Posyandu bukan saja untuk pelayanan balita tetapi juga untuk
pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk promosi
dan distribusi Vitamin A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya.
Bahkan, Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan penggerakan
masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, dan Vitamin A.
Perkembangan Puskesmas menampakan hasilnya pada era Orde Baru,
salah satu indikatornya adalah semakin baiknya tingkat kesehatan. Pada
sensus 1971 hanya ada satu dokter untuk melayani 20,9 ribu penduduk.
Sensus 1980, menunjukkan bahwa satu tenaga dokter untuk 11,4 ribu penduduk.
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pertengahan 1960-an merupakan masa transisi di Indonesia, dimana terjadi
pergantian kepemimpinan dari Ir. Soekarno kepada Jenderal Soeharto, atau kita
mengenalnya dengan sebutan orde baru. Pergolakan politik terbesar yang terjadi
dimulai ketika 7 perwira senior TNI tewas pada 30 September 1965 dengan dugaan
dibunuh oleh pemberontakan PKI. Orde baru sendiri lahir sebagai upaya untuk
mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Di masa ini
dimulai penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara
Indonesia, melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen,
serta menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional
guna mempercepat proses pembangunan.
Dengan demikian, di Indonesia terjadi masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru
karena dilatarbelakangi adanya peristiwa G30S/PKI dan Orde Lama dianggap
meninyimpang dari Pancasila sehingga kehadiran Orde Baru sebagai upaya untuk
mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.
Pada bidang politik,sekitar tahun 80an berbagai parpol dilebur menjadi 3 parpol
(Golkar,PPP,PDI).beberpa parpol dilebur berdasarkan ideologinya.bagi yg
berideologi islam dilebur ke PPP,ideologi nasionalis masuk ke PDI,sedangkan
Golkar sebagai partai pemerintah.Abri dan Pns wajib memilih Golkar pada saat itu
sehingga Golkar menang telak dalam berbagai pemilu
Dalam hal ekonomi,Orde baru membuka kran kapitalisme.semua pengusaha dari luar
negeri boleh membangun usaha di indonesia agar pemasukan negara besar
dalam hal sosial budaya,Presiden Soeharto mengadakan program transmigrasi
kepada penduduk jawa untuk ditempatkan di sumatera dan kalimantan untuk
pemerataan penduduk.

Dan kemudian tidak berlebihan dalam mengkonsumsi barang dari luar negeri, karena
untuk memperkuat devisa kita harus membeli barang milik indonesia
tidak menyalahkan pemimpin atas kesalahan yang sebenarnya kita pelaku nya
seperti membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan banjir
memilih orang orang yang benar benar jujur dan tidak melakukan black campaign
saat pemilu agar tidak didapat pelaku korupsi dari pilihan yang kita buat sendiri
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/153000969/tritura-
latar-belakang-isi-dan-dampaknya?page=all – Katamso 2021
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/220000169/supersemar
-latar-belakang-isi-dan-tujuan?page=all SUHARIYONO 2009
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/09/080000169/dualisme-
kepemimpinan-nasional-antara-soekarno-dan-soeharto?page=allV –
DENI S 2008
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/27/162324869/upaya-
pemerintah-mewujudkan-stabilitas-nasional?page=all
https://robottrading.republicberita.com/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/121151169/apa-arti-
dwifungsi-abri
https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru#Pembangunan_Nasional
LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Akhmal Duta Bagaskara
Tempat Tanggal Lahir : Jember, 18 November 2003
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Kewarnegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Citarum II no. 27 Jember
Telepon : 082146636176
Email : bagaskaraakhmal@gmail.com
DATA PENDIDIKAN
1. TK KARTINI II Batam 2009 – 2010
2. a.) SD KARTINI II BATAM 2010 – 2011
b.) SD NEGERI KEPATIHAN 2 JEMBER 2011 – 2016
3. SMP NEGERI 1 JEMBER 2016 – 2019
4. SMA NEGERI 2 JEMBER 2019 – Sekarang
CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Mochammad Rahul Reza Pahlevy
Tempat Tanggal Lahir : 26 Juni 2003
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Kewarnegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan H.O.S Cokroaminoto no 43 Jember
Telepon : 082141425993
Email : rahulrezaev@gmail.com
DATA PENDIDIKAN
1. TK Al Furqon Jember 2009 – 2010
2. SD AL Furqon Jember 2010 – 2016
3. SMP NEGERI 3 JEMBER 2016 – 2019
4. SMA NEGERI 2 JEMBER 2019 – Sekarang

Anda mungkin juga menyukai