Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK-EKONOMI

INDONESIA MASA ORDE BARU (1966-1998)

ANALISIS REHABILITASI EKONOMI INDONESIA


PADA MASA ORDE BARU

Disusun Oleh:
1. A. Faisal Abdi Nugraha (01)
2. A. Fauzan Garick Fahrudin (02)
3. Fania Salsabila Zaintarina (12)
4. Zahwa Allya Sukamto (39)

SMA NEGERI 2 LAMONGAN


2023
Jalan Veteran No. 1 Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rehabilitasi Ekonomi Indonesia
pada Masa orde Baru”. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Drs. H. Muki, M. Pd. selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Lamongan
yang selalu memacu dan mendukung kami untuk selalu berprestasi.
2. Ibu Dra. Nurul Syamsiah, yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Orang tua kami atas dukungannya dalam penyelesaian makalah ini.
4. Serta, teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan,
oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah
ini menjadi lebih baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan
bagi yang membutuhkannya.

Lamongan, 06 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN .................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 3
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 4
2.1 REHABILITASI EKONOMI ............................................................. 4
2.2 PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU ......
2.3 MASA ORDE BARU .........................................................................
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN................................................................... 6
3.1 DATA .................................................................................................. 6
3.1.1 Kondisi Perekonomian Indonesia pada Masa Orde Baru. ........ 6
3.1.2 Alasan Dilakukannya Rehabilitasi Ekonomi pada Masa Orde
Baru .......................................................................................... 7
3.1.3 Cara Pemerintah Indonesia dapat Memulihkan Kembali atau
Rehabilitasi Ekonomi pada Masa Orde Baru ........................... 9
3.2 PEMBAHASAN ................................................................................ 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 14
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
4.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kondisi perekonomian Indonesia mengalami masa kejayaannya pada masa orde baru.
Namun sebelum masa kejayaan ini berlangsung, kondisi ekonomi Indonesia sangatlah
memprihatinkan pada awal orde baru. Pada masa ini pemerintah sedang melaksanakan
pembangunan ekonomi Indonesia. Dimana pembangunan ini sangat menjanjikan sebuah
hasil yang memuaskan pada tahap awal. Pemerintah berusaha dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi itu dengan mencari dana dari berbagai sumber. Baik dari dalam
negeri, luar negeri, maupun kombinasi dari keduanya. Namun sejatinya penghasilan dari
domestik sendiri mengalami kekurangan sehingga tidak dapat memenuhi pencapaian untuk
membantu kenaikan proses pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk menutupi kekurangan
itu, pemerintah Indonesia mencari sumber dana dari luar negeri yaitu dengan hutang luar
negeri.
Untuk membiayai pembangunan guna memicu kenaikan proses pertumbuhan
ekonomi, hutang luar negeri ini sangat diandalkan. Selain itu juga untuk mengkoordinasikan
sumber daya, meningkatkan produksi, mengoptimalkan kegiatan ekspor, memperbaiki
neraca pembayaran, dan manfaat ekonomi lainnya. Namun, hutang ini bukan berdasar pada
pertimbangan ekonomi saja melainkan juga sosial, budaya, politik, dan pertimbangan
lainnya. Akibatnya, masih terjadi pro kontra antara para ahli tentang hutang luar negeri ini.
Ada dua belah pihak dengan pendapat yang berbeda. Pihak pertama berpendapat bahwa
hutang luar negeri ini hanya menguntungkan pihak tertentu dimana menurutnya, hutang ini
memperkokoh kekuasaan. Oleh sebab itu, hutang ini tidak membantu kelompok miskin
sama sekali, justru memperkuat kelompok penguasa karena hutang itu sering digunakan
untuk mempengaruhi berbagai kebijakan. Sudah jelas hal ini akan menyebabkan
kesenjangan ekonomi semakin tinggi. Pihak lain mengakui bahwa hutang ini mampu
mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara dengan menggunakannya untuk
kepentingan publik dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Sebagai salah satu negara yang memiliki utang terbesar, perlu dikaji lebih lanjut
tentang peranannya dalam pembangunan. Jika dilihat dari ketahanan ekonomi Indonesia

iii
pada masa itu, bisa dikatakan bahwa bergantungnya Indonesia terhadap hutang negara
sangat sulit untuk berkurang. Hal ini dikarenakan masalah hutang telah mencapai tahap yang
kompleks. Maka dari itu membuatnya sangat sulit diusahakan mencari jalan keluar untuk
memecahkannya.
Berlandaskan pada Tap MPRS No. XXII/1966 yang berisi antara lain mengharuskan
diutamakannya masalah perbaikan ekonomi rakyat di atas segala soal-soal nasional yang
lain, termasuk soal-soal politik. Sesuai dengan peraturan tersebut maka konsekuensinya
adalah kebijakan politik dalam dan luar negeri pemerintah harus bagaimana seharusnya
sehingga akan benar-benar membantu perbaikan ekonomi rakyat Indonesia pada masa itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana kondisi perekonomian Indonesia pada masa orde baru?
1.2.2 Mengapa dilakukan rehabilitasi ekonomi pada masa orde baru?
1.2.3 Bagaimana cara pemerintah Indonesia dapat memulihkan kembali perekonomian atau
rehabilitasi ekonomi pada masa orde baru?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia pada masa orde baru.
1.3.1.2 Untuk mengetahui alasan dilakukannya rehabilitasi ekonomi pada masa orde
baru.
1.3.1.3 Untuk mengetahui cara pemerintah Indonesia dapat memulihkan kembali
atau rehabilitasi ekonomi pada masa orde baru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XII MIA 3
1.3.2.2 Agar dapat digunakan oleh khalayak yang ingin mengetahui mengenai
Rehabilitasi Ekonomi Indonesia pada Masa Orde Baru Tahun 1966-1998.

2
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.4.1 Bagi Penulis, untuk menambah wawasan terkait kondisi ekonomi pada masa Orde
Baru serta prosedur rehabilitasi ekonomi yang direncanakan oleh pemerintah untuk
menyelesaikan segala permasalahan ekonomi yang terjadi.
1.4.2 Bagi Khalayak, agar dapat digunakan sebagai sarana literatur yang akan menambah
wawasan khalayak terkait kondisi perekonomian dan rehabilitasi perekonomian
Indonesia pada masa Orde Baru.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Perekonomian Indonesia pada Masa Orde Baru


Kondisi ekonomi yang diwarisi oleh Orde Lama sangat buruk. Hal itu
disebabkan pada masa Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno yang bersikap anti
bantuan asing dan berorientasi ke dalam. Soekarno menyatakan bahwa nilai
kemerdekaan yang paling tinggi adalah berdiri di atas kaki sendiri atau yang biasa
disebut “berdikari.” Soekarno tidak menghendaki adanya bantuan luar negeri dalam
membangun perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia haruslah
dilakukan oleh Indonesia sendiri. Semangat nasionalisme Soekarno menjadi pemicu
sikapnya yang tidak menginginkan pihak asing ikut campur dalam pembangunan
ekonomi Indonesia. Padahal saat itu di awal kemerdekaannya Indonesia
membutuhkan pondasi yang kuat dalam pilar ekonomi.
Sikap Soekarno yang anti bantuan asing pada akhirnya membawa konsekuensi
tersendiri yaitu terjadinya kekacauan ekonomi di Indonesia. Soekarno cenderung
mengabaikan permasalahan mengenai ekonomi negara, pengeluaran besar-besaran
yang terjadi bukan ditujukan terhadap pembangunan, melainkan untuk kebutuhan
militer, proyek mercusuar, dan dana-dana politik lainnya.
Soekarno juga cenderung menutup Indonesia terhadap dunia luar terutama
negara-negara barat. Hal itu diperkeruh dengan terjadinya inflasi hingga 600% per
tahun pada 1966 yang pada akhirnya mengakibatkan kekacauan ekonomi bagi
Indonesia. Kepercayaan masyarakat pada era Orde Lama kemudian menurun karena
rakyat tidak mendapatkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi.
Kemudian fase baru dimulai dalam perkembangan bangsa Indonesia, yakni
Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto. Kepemimpinan era Soeharto juga berbanding
terbalik dengan kepemimpinan era Soekarno. Jika kebijakan Soekarno cenderung
menutup diri dari negara-negara barat, maka kebijakan Soeharto adalah dengan
berusaha menarik modal dari negara-negara barat itu. Perekonomian pada masa
Soeharto juga ditandai dengan adanya perbaikan di berbagai sektor dan pengiriman

4
delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara barat dan juga
IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam menstabilkan harga-harga melalui
“injeksi” bahan impor ke pasar.
Mochtar (1989) menegaskan, Orde Baru berpandangan bahwa Indonesia
memerlukan dukungan baik dari pemerintah negara kapitalis asing maupun dari
masyarakat bisnis internasional pada umumnya, yakni para banker dan perusahaan-
perusahaan multinasional. Orde Baru cenderung berorientasi keluar dalam
membangun ekonomi.
Pada masa Orde Baru, berbagai permasalahan yang terjadi seperti hiperinflasi
yang mencapai 600% mengakibatkan melonjaknya harga-harga kebutuhan. Sektor
produksi barang, misalnya konsumsi hanya berjalan 20% dari kapasitasnya. Demikian
pula sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi salah satu tumpuan ekspor juga
tidak mengalami perkembangan yang berarti. Selain itu, alat-alat produksi mengalami
kerusakan terutama pada sektor pertanian. Permasalahan tersebut berakibat pada
kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hutang yang jatuh tempo
pada akhir Desember 1965, seluruhnya berjumlah 2.358
Juta Dollar AS. Dengan perincian negara-negara yang memberikan hutang pada masa
Orde Lama adalah blok negara komunitas sebesar US $ 1.404 juta, negara Barat
sebesar US $ 587 juta, sisanya pada negara-negara Asia dan badan-badan
internasional. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintahan Orde Baru
melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi untuk menekan kemerosotan ekonomi.
2.2 Alasan Dilakukannya Rehabilitasi Ekonomi pada Masa Orde Baru
Kegagalan pemerintah dalam menyelesaikan masalah ekonomi pada masa Orde
Lama atau Demokrasi Terpimpin, menyebabkan permasalahan ini semakin membesar
dan akhirnya terus merembet hingga ke pemerintahan Orde Baru. Pemerintah Orde
Lama banyak melakukan proyek-proyek mercusuar yang lebih bersifat politis dari
pada ekonomi, sehingga terjadi pembengkakan anggaran belanja negara setiap
tahunnya secara terus menerus. Pembengkakan anggaran belanja negara ini tidak
disertai dengan pendapatan negara yang memadai. Akhirnya kondisi perekonomian
Indonesia semakin tidak karuan. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya angka kenaikan

5
harga barang dan bahan bakar, tingginya tingkat inflasi, serta banyaknya hutang pada
negara asing. Kondisi ini tentu saja mengundang kemarahan rakyat, berbagai aksi
penolakan dilakukan dengan turun langsung ke jalan. Tidak jarang, aksi protes ini
berujung pada aksi bentrok dan kericuhan yang memicu jatuhnya korban jiwa.
Karena parahnya permasalahan ekonomi yang terjadi, pemerintah masa Orde
Baru melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi hal ini dengan harapan kestabilan
ekonomi Indonesia dapat diwujudkan kembali. Upaya-upaya ini dikenal pula dengan
rehabilitasi ekonomi. Pemerintah berharap rehabilitasi ekonomi ini dapat mengatasi
krisis dan kemerosotan ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1955, sehingga
pembangunan ekonomi dapat segera dilanjutkan dan tingkat kesejahteraan masyarakat
dapat meningkat. Program rehabilitasi ekonomi pada masa Orde Baru ini berlandaskan
pada Tap MPRS No. XXIII/1966 yang mengharuskan diutamakannya masalah
perbaikan ekonomi rakyat di atas segala soal-soal nasional yang lain, termasuk soal-
soal politik. Tentu saja ketetapan ini dibuat karena pemerintah ingin benar-benar
membantu perbaikan ekonomi rakyat. Pemerintah juga melakukan diplomasi yang
intensif dengan mengirimkan tim negosiasinya ke beberapa negara. Hal ini dilakukan
untuk menanggulangi masalah hutang-piutang luar negeri baik dengan suatu negara,
maupun dengan pihak swasta.
Ketika kondisi politik bangsa Indonesia mulai stabil untuk melaksanakan amanat
masyarakat, pemerintah mulai mencanangkan pembangunan nasional. Pembangunan
nasional ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam usaha mewujudkan tujuan nasional
ini, ditetapkanlah Garis-garis Besar Haluan Negara (GHBN) yang kemudian
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Proses
pembangunan diawali dengan konsep Pembangunan Jangka Panjang Tahap 1.
Menurut indikator saat itu, pembangunan dianggap telah berhasil memajukan segenap
aspek kehidupan bangsa dan telah meletakkan landasan yang cukup kuat bagi bangsa
Indonesia. Pertumbuhan yang cukup tinggi akibat pelaksanaan pembangunan tidak
akan bermakna apabila tidak diimbangi dengan pemerataan pembangunan. Oleh
karena itu, pemerintahan Orde Baru menetapkan Delapan Jalur Pemerataan dengan
harapan, masyarakat akan memperoleh kesempatan yang sama dalam memenuhi

6
kebutuhan pokok, berpartisipasi dalam pembangunan, dan pemerataan kesempatan
kerja.
2.3 Cara Pemerintah Indonesia dapat Memulihkan Kembali atau Rehabilitasi
Ekonomi pada Masa Orde Baru
Pada awal Orde Baru, fokus utamanya adalah program terhadap pembangunan
ekonomi. Hal ini didasarkan pada kondisi ekonomi Indonesia di awal Orde Baru
cukup memprihatinkan, sehingga fokus ekonomi harus berdasarkan pada amanat
Pancasila untuk menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab. Rehabilitasi dan
stabilitas ekonomi adalah langkah awal pemerintahan Orde baru untuk mengatasi
masalah tersebut. Rehabilitasi dilakukan dengan memperbaiki prasarana dan alat
produksi, sedangkan stabilitas dilakukan dengan pengendalian inflasi agar harga tidak
melonjak secara terus-menerus.
Dalam menanggulangi masalah yang ada, Soeharto berusaha untuk membangun
dan mempererat hubungan Indonesia dengan negara lain melalui berbagai kerjasama.
Indonesia juga aktif dalam berbagai organisasi internasional, terutama PBB. Soeharto
juga melakukan tiga tahap dalam mengatasi masalah tersebut, yakni:
1. Tahap penyelamatan untuk mencegah penurunan ekonomi dan agar tidak
menjadi lebih buruk lagi.
2. Stabilitas dan rehabilitasi ekonomi untuk mengendalikan dan memperbaiki
kondisi ekonomi.
3. Pembangunan ekonomi.
Pemerintah melakukan program penyelamatan ekonomi di masa Orde Baru
dengan memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan
ini didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Kebijakan ini bertujuan
sebagai pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya
demokrasi ke arah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Program stabilitas dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Pemerintah
Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga
bahan kebutuhan pokok melonjak naik setelah terbentuknya kabinet pembangunan

7
pada pertengahan tahun 1968. Pemerintah mengalihkan kebijakan ekonomi pada
pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan,
dan kurs valuta asing. Sejak saat itu, ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan
harga bahan-bahan pokok dan valuta asing dapat dikendalikan pemerintah sejak tahun
1969.
Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan
berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia
mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana sosial dan ekonomi. Lembaga
perkreditan desa, gerakan koperasi, dan perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat
kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya, lembaga
negara tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata
kehidupan rakyat.
Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada Tap
MPRS No. XXIII/1966 yang mengharuskan diutamakannya masalah perbaikan
ekonomi rakyat di atas segala soal-soal nasional yang lain, termasuk soal-soal politik.
Konsekuensinya kebijakan politik dalam dan luar negeri pemerintah harus sedemikian
rupa hingga benar-benar membantu perbaikan ekonomi rakyat.
Berbeda dari kenyataan ekonomi yang seperti itu, maka prioritas pertama yang
dilakukan pemerintah untuk rehabilitasi ekonomi adalah mengendalikan perintah
dengan menyusun APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) berimbang. Sejalan
dengan kebijakan itu pemerintah Orde Baru berupaya menyelesaikan masalah hutang
luar negeri sekaligus mencari hutang baru yang diperlukan bagi rehabilitasi maupun
pembangunan ekonomi berikutnya.
Untuk menanggulangi masalah hutang-piutang luar negeri tersebut, pemerintah
Orde Baru berupaya melakukan diplomasi yang intensif dengan mengirimkan tim
negosiasinya ke Paris, Perancis (Paris Club), untuk merundingkan hutang piutang
negara, dan ke London, Inggris (London Club) untuk merundingkan hutang-piutang
swasta. Sebagai bukti keseriusan dan itikad baik untuk bersahabat dengan negara para
donor, pemerintah Orde Baru sebelum pertemuan Paris Club telah mencapai
kesepakatan terlebih dahulu dengan pemerintah Belanda mengenai pembayaran ganti
rugi sebesar 165 juta dollar AS terhadap beberapa perusahaan mereka yang

8
dinasionalisasi oleh Orde Lama pada tahun 1958. Begitu pula dengan Inggris telah
dicapai suatu kesepakatan untuk membayar ganti rugi kepada perusahaan Inggris
yang kekayaannya disita oleh pemerintah RI semasa era konfrontasi pada tahun 1965.
Sejalan dengan upaya diplomasi ekonomi, pada 10 Januari 1967 pemerintah
Orde Baru memberlakukan UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(PMA). Dengan UU PMA, pemerintah ingin menunjukan kepada dunia internasional
bahwa arah kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah Orde Baru, berbeda
dengan Orde Lama. Orde Baru tidak memusuhi investor asing dengan menuduh
sebagai kaki tangan imperialisme. Sebaliknya, aktivitas mereka dipandang sebagai
prasyarat yang dibutuhkan oleh sebuah negara yang ingin membangun
perekonomiannya. Dengan bantuan modal mereka, selayaknya mereka didorong dan
dikembangkan untuk memperbanyak investasi dalam berbagai bidang ekonomi.
Sebab dengan investasi mereka, lapangan kerja akan segera tercipta dengan cepat
tanpa menunggu pemerintah memiliki uang terlebih dahulu untuk menggerakan roda
pembangunan nasional.
Upaya diplomasi ekonomi ke negara-negara Barat dan Jepang itu, tidak hanya
berhasil mengatur penjadwalan kembali pembayaran hutang negara dan swasta yang
jatuh tempo, melainkan juga mampu meyakinkan dan menggugah negara-negara
tersebut untuk membantu Indonesia yang sedang terpuruk ekonominya. Hal ini
terbukti antara lain dengan dibentuknya lembaga konsorsium yang bernama Inter
Governmental Group on Indonesia (IGGI). Proses pembentukan IGGI diawali oleh
suatu pertemuan antara para negara yang memiliki komitmen untuk membantu
Indonesia pada bulan Februari 1967, di Amsterdam. Inisiatif itu datang dari
pemerintah Belanda. Pertemuan ini juga dihadiri oleh delegasi Indonesia dan
lembaga-lembaga bantuan internasional. Dalam pertemuan itu disepakati untuk
membentuk IGGI dan Belanda ditunjuk sebagai ketuanya.
Selain mengupayakan masuknya dana bantuan luar negeri, pemerintah Orde
Baru juga berupaya menggalang dana dari dalam negeri yaitu dana masyarakat. Salah
satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama Bank Indonesia dan bank-
bank milik negara lainnya adalah berupaya agar masyarakat mau menabung.

9
Upaya lain adalah menerbitkan UU Penanaman Modal Dalam Negeri
(UUPMDN) No.6 1968. Satu hal dari UUPMDN adalah adanya klausal yang menarik
yang menyebutkan bahwa dalam penanaman modal dalam negeri, perusahaan-
perusahaan Indonesia harus menguasai 51% sahamnya. Untuk menindaklanjuti dan
mengefektifkan UUPMA dan UUPMDN pada tatanan pelaksanaannya, pemerintah
membentuk lembaga-lembaga yang bertugas menanganinya. Pada 19 Januari 1967,
pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal (BPPM).
Berdasarkan Keppres no.286/1968 badan itu berubah menjadi Tim Teknis Penanaman
Modal (TTPM). Pada Tahun 1973, TTPM digantikan oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) hingga saat ini.
Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pada awal Orde Baru mulai
menunjukan hasil positif Hiperinflasi mulai dapat dikendalikan, dari 650% menjadi
120% (1967), dan 80% (1968), sehingga pada tahun itu diputuskan bahwa Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pertama akan dimulai pada tahun berikutnya
(1969). Setelah itu, pada tahun-tahun berikutnya inflasi terus menurun menjadi 25%
(1969), 12% (1970), dan 10% (bahkan sampai 8.88%) pada tahun 1971.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Kondisi perekonomian Indonesia pada masa orde baru sangat kritis. Dimulai dengan
warisan masalah dari orde lama, kelonjakan inflasi hingga mencapai 600% per tahun,
kenaikan harga barang-barang pokok, hingga kerusakan alat-alat produksi terutama
pada sektor pertanian dan perkebunan. Berbagai masalah tersebut mengakibatkan
turunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pada saat itu.
3.1.2 Alasan dilakukannya rehabilitasi ekonomi pada masa orde baru adalah untuk
mengatasi berbagai permasalahan terutama pada bidang ekonomi. Pemerintah
berharap rehabilitasi ekonomi ini dapat mengatasi krisis dan kemerosotan ekonomi
yang melanda Indonesia sejak tahun 1955, sehingga pembangunan ekonomi dapat
segera dilanjutkan dan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
3.1.3 Cara pemerintah Indonesia dapat memulihkan kembali atau rehabilitasi ekonomi
adalah dengan memperbaiki prasarana dan alat produksi, melakukan pengendalian
inflasi agar harga tidak melonjak secara terus-meneru, serta mempererat hubungan
Indonesia dengan negara lain. Indonesia juga mulai membuka diri dengan aktif dalam
berbagai organisasi terutama PBB.

3.2 SARAN
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait upaya rehabilitasi ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah pada masa Orde Baru yang akhirnya dapat mengembalikan
stabilitas ekonomi dan mewujudkan pemerataan pembangunan di Indonesia, sehingga
upaya rehabilitasi tersebut juga dapat diterapkan pada masa ini untuk meningkatkan
stabilitas ekonomi Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul syukur, Diana Nomida Musnir, dkk. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah: Orde Baru dan
Reformasi. PT Ichtiar Baru van Hoeve: Jakarta.
Abdurakhman, dkk. 2018. Sejarah indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Andrew. (2021). “Pengertian Orde Lama, Orde Baru, & Reformasi.”
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-orde-lama-orde-baru-reformasi/ (Diakses
pada 22 februari 2023)
Anonim. (2023). “Program penyelamatan Ekonomi Nasional di Masa Orde Baru.”
https://www.astalog.com/819/program-penyelamatan-ekonomi-nasional-di-masa-orde-
baru.htm (Diakses pada 6 Februari 2023)
Dewanty, F. (2021). "Materi Sejarah Kelas 12: Masa Orde Baru di Indonesia"
https://pahamify.com/blog/pahami-materi/materi-ips/materi-sejarah-kelas-12-orde-baru/
(Diakses pada 22 Februari 2023)
Lesmana, dkk. (2018). “Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru.”
https://zrinm.blogspot.com/2018/03/rehabilitasi-ekonomi-orde-baru.html (Diakses pada
31 Januari 2023)
Mas'oed, Mochtar. 1989. Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971. Jakarta: LP3ES.
Pur, Mas. (2016). “Rehabilitasi Ekonomi pada Masa Orde Baru.”
https://www.freedomsiana.id/rehabilitas-ekonomi-pada-masa-orde-baru/ (Diakses pada 3
Februari 2023)
Putra,Okto Dellon Sunuraz. (2019). "Lahirnya Pemerintahan Orde Baru."
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Orde%20Baru-BB/Topik-
1.html (Diakses pada 22 Februari 2023)
Rahmah, A. (2022). "Masa Orde Baru: Latar Belakang, Sistem Pemerintah dan Penyebab
Jatuhnya." https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6042076/masa-orde-baru-latar-
belakang-sistem-pemerintah-dan-penyebab-jatuhnya (Diakses pada 22 Februari 2023)
Sandra. (2018). “Perkembangan Ekonomi Indonesia dari Masa orde Lama sampai Reformasi.”
https://sandranilawatyhandayani.wordpress.com/2018/03/28/perkembangan-ekonomi-
indonesia-dari-masa-orde-lama-sampai-reformasi/ (Diakses pada 31 Januari 2023)

12
Sukarna, W dan Mamun S. 2005. Dilema Utang Luar Negeri Indonesia dalam Perekonomian
Nasional. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol.13 No.2 Hal: 89-120.
Wibowo, Catur. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hutang Luar Negeri
Pemerintah Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

13

Anda mungkin juga menyukai