Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu: Doddy Rachmat Himawan S.E., MM.

Disusun Oleh: Kelompok 6

1. Reny Eka Anggraheni 19130210396


2. Rivaldo Putra Yudistira 19130210413
3. Adhityo Sucahyo 19130210445
4. Alfa Rizky Alditiya 19130210495
5. Maratus Sholikhah 19130210513

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Pengembangan Ekonomi Daerah.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Oleh karena itu, penulis sebagai penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd selaku Rektor Universitas Islam Kadiri
2. Ibu Dr. Sri Luayyi, SE., MSA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Kadiri.
3. Bapak Erwin Syahputra, S.E., M.M selaku Kepala Prodi Manajemen Universitas
Islam Kadiri
4. Bapak Doddy Rachmat Himawan S.E., MM. selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Perekonomian Indonesia.
5. Anggota Kelompok yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini
6. Dan teman-teman seperjuangan kelas 8 A4 MSDM.
penyusun menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, 9 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB II Pembahasan ....................................................................................................... 1

2.1 Pembangunan Ekonomi Daerah .......................................................................... 1

2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Latar Belakang ......................................................... 1

2.1.2 Masalah Yang Terjadi Dalam Pembangunan Daerah .................................... 3

2.2 Distribusi PDB Nasional ..................................................................................... 5

2.3 PDRB Rata-Rata (Produk Domestik Regional Bruto) ........................................ 6

2.4 Konsumsi Perkapita........................................................................................... 10

2.5 IPM (Indeks Pembangunan Manusia) ............................................................... 11

2.6 Studi kasus: Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Lombok Utara ..


........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Ekonomi Daerah


2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah
terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara
lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-
institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja
yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar
baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Tujuan dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan daya beli
masyarakat atau dengan kata lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
kesejahteraan masyarakat bisa meningkat bila ada peluang kerja yang dapat menampung
kegiatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat baik dalam
meningkatkan jumlah kegiatan maupun meningkatkan jenis peluang kerja tersebut. Hal
tersebut perlunya perencanaan pembangunan terutama pada daerah-daerah tertinggal.
Perencanaan pembangunan pada era otonomi daerah dimungkinkan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi daerahnya terutama difokuskan pada pembangunan ekonomi
daerah tertinggal dan daerah perbatasan yang tersebar luas diseluruh pelosok Indonesia
yang jauh tersentuh oleh pembangunan ekonomi pada masa era sentralisasi. Hal ini harus
menjadi prioritas pembangunan pemerintah yang tujuannya yaitu untuk
menyeimbangkan pembangunan daerah yang tertinggal dengan daerah-daerah yang telah
berkembang lebih maju.

1
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut. Sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan
antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan tetapi pada kenyataannya bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak selamanya diikuti pemerataan secara memadai.
Di negara-negara sedang berkembang, perhatian utama terfokus pada dilemma
komplek antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama
penting, namun hampir selalu sulit diwujudkan bersamaan. Pengutamaan yang satu akan
menuntut dikorbankannya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross
National Product (GNP) yang tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang tinggi
merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal
bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak
menikmati hasil-hasilnya. Penanggulangan kemiskinan/kesenjangan pendapatan kini
merupakan masalah pokok dalam pembangunan dan sasaran utama kebijakan
pembangunan di banyak Negara.
Hal tersebut di atas selalu terjadi karena pembangunan dalam lingkup Negara secara
spasial tidak selalu berlangsung sistemik. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan
dengan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama di sebabkan oleh karena
kurangnya sumber-sumber yang di miliki, adanya kecenderungan peranan modal
(investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah menjadi fasilitas seperti
sarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga
tenaga kerja yang terampil di samping itu adanya ketimpangan redistribusi pembagian
pendapatan dari pemerintah pusat kepada daerah. Jadi jelas bahwa pembangunan
ekonomi akan membawa (inherent) ketimpangan regional apabila tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh dan hati-hati, sehingga untuk menghindari hal tersebut,
strategi yang di ambil adalah dengan perencanaan pembangunan.

2
2.1.2 Masalah Yang Terjadi Dalam Pembangunan Daerah
Masalah yang terjadi dalam pembangunan ekonomi daerah adalah sebagai berikut:
1. Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri
Kegiatan ekonomi di tiap daerah akan berbeda-beda, konsentrasi kegiatan ekonomi
yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Pertumbuhan ekonomi didaerah
dengan konsentrasi ekonomi yang tinggi cenderung pesat, sedangkan daerah yang
konsentrasi ekonominya rendah ada kecenderungan tingkat pembangunan dan
pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Industri manufaktur merupakan sektor ekonomi yang secara potensial sangat
produktif, hal ini dapat dilihat dari sumbangan terhadap pembentukan PDB atau
PDRB. Terjadinya ketimpangan pembangunan sektor industri atau tingkat
industrialisasi antar daerah adalah sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
ketimpangan ekonomi antar daerah. Kurang berkembangnya sektor industri diluar
jawa merupakan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan ekonomi antar jawa
dengan wilayah dipulau jawa.
2. Kurang Meratanya Investasi
Dalam teori pertumbuhan ekonomi Harrod- Domar mengatakan ada korelasi positif
antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan
kurangnya investasi di suatu daerah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pendapatan perkapita masyarakat daerah tersebut rendah. Hal ini di karenakan tidak
adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri. Dalam hal
industri, di jawa tetap merupakan wilayah yang dominan bagi penanaman modal
dalam negeri yaitu hampir 66%, dan penanaman modal asing hampir 76%,
sedangkan diluar jawa rata-rata investasi kurang dari 5%, dan penanaman modal
asing hampir 76%, sedangkan diluar jawa rata-rata investasi kurang dari 5%, kecuali
sumatra masih diatas 10%.
3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapasitas antar
daerah juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hal ini
karena perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya
perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah, dengan asumsi bahwa
mekanisme pasar output dan input bebas, mempengaruhi mobilitas faktor produksi
antar daerah.

3
4. Perbedaan Sumber Daya Alam
Pemikiran klasik yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah yang kaya
akan sumber daya alamnya akan lebih maju dan masyarakat lebih makmur
dibandingkan dengan daerah yang miskin sumber daya alamnya. Hingga tingkat
tertentu pendapat tersebut dapat dibenarkan, dalam arti sumber daya manusia hanya
dilihat hanya sebagai modal awal untuk pembangunan,dan selanjutnya harus
dikembangkan terus-menerus, oleh karena itu diperlukan faktor-faktor lain
diantaranya adalah faktor teknologi dan sumber daya manusia. Dengan penguasaan
teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka lambat laun faktor
endowment tidak relevan lagi.
5. Perbadaan Demografis
Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi
geografis antar daerah. Kondisi ini berpengaruh terhadap jumlah dan pertumbuhan
penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, kedisiplinan, dan
etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran. Di sisi permintaan jumlah penduduk
yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti
merupakan faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Di sisi
penawaran, jumlah penduduk yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang
baik, disiplin dan etos kerja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
6. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Daerah
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah, juga merupakan faktor yang turut
menciptakan ketimpangan ekonomi regional Indonesia. Tidak lancarnya
perdagangan antar daerah disebabkan oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi.
Jadi tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah dipengaruhi oleh
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari sisi permintaan dan
penawaran. Dari sisi permintaan, kelangkaan barang dan jasa untuk konsumen
mempengaruhi permintaan pasar terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi lokal yang
sifatnya komplementer dengan barang dan jasa tersebut. Sedangkan dari sisi
penawaran, sulitnya mendapatkan barang model, input perantara, bahan baku atau
material lainnya dapat menyebabkan kegiatan ekonomi suatu daerah lumpuh atau
tidak berjalan secara optimal.

4
2.2 Distribusi PDB Nasional
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara
pada suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. GDP pada dasarnya adalah total nilai
tambah yang dihasilkan oleh semua unit bisnis di negara tertentu, atau merupakan nilai
total barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi. PDRB atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan
menggunakan harga yang berlaku pada tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun
ke tahun. Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting
lainnya, seperti:
1. Produk Nasional Bruto
yaitu PDB ditambah pendapatan bersih dari luar negeri. Pendapatan bersih sendiri
adalah pendapatan atas faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik
penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan
yang sama milik orang asing yang diperoleh di Indonesia.
2. Produk Nasional Neto berdasarkan harga pasar
yaitu PDB dikurangi semua penyusutan barang modal tetap yang digunakan dalam
proses produksi selama setahun.
3. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi
yaitu produk nasional bersih dengan harga pasar dikurangi pajak tidak langsung
bersih. Pajak tidak langsung bersih adalah pajak tidak langsung yang dipungut oleh
pemerintah dikurangi subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Pajak tidak langsung
dan subsidi dikenakan pada barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak
langsung menaikkan harga jual, sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk
nasional bersih atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan
Nasional.
4. Angka per kapita
yaitu ukuran indikator ekonomi seperti diuraikan di atas dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahun.

5
Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya
ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati
oleh penduduk suatu negara.
3. PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
5. PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
negeri.
6. Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
7. PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
8. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB
per kepala atau per satu orang penduduk.
9. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
2.3 PDRB Rata-Rata (Produk Domestik Regional Bruto)
Produk Domestik merupakan semua barang dan jasa hasil dari ekonomi di wilayah
domestik, tanpa memperhatikan faktor produksi yang dimiliki penduduk didaerah
tersebut. Sedangkan produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan
pendapatan yang diterima dari luar daerah maupun luar negeri dikurangi dengan
pendapatan yang di bayarkan ke luar daerah maupun luar negeri tersebut. Jadi produk
regional adalah produk yang dihasilkan karena faktor produksi yang dimiliki oleh
penduduk suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai
tambah bruto barang dan jasa yang dihasilkan suatu wilayah domestik di negara yang
menyebabkan aktivitas ekonomi dalam periode tertentu tanpa memperhatikan faktor

6
produksi yang dimiliki oleh residen atau non-residen. PDRB atas dasar harga berlaku
dikenal dengan PDRB nominal yang disusun berdasarkan harga berlaku yang bertujuan
untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas harga konstan (rill)
berdasarkan harga pada tahun dasar yang bertujuan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi. Perekonomian wilayah sendiri merupakan peningkatan pendapatan
masyarakat atau penduduk secara keseluruhan berupa kenaikan seluruh nilai tambah
yang terjadi pada suatu wilayah dan kemudian dilakukan perhitungan nilai harga berlaku
namun untuk mengetahui setiap tahunnya dinyatakan dalam bentuk rill yang artinya
dibentuk dengan harga konstan. PDRB digunakan sebagai dasar perhitungan ramalan,
bermacam rasio, dan ukuran disparitas regional. Data PDRB menggambarkan
kemampuan dari suatu daerah maupun wilayah dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki. Maka PDRB yang dihasilkan setiap daerah maupun wilayah berbeda karena
bergantung pada potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi (faktor
produksi) yang dimiliki setiap daerah atau wilayah.
PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 17 lapangan usaha sesuai
dengan KBLI 2009 dan KBKI 2010 sebagai berikut:
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektoral ini berupa perusahaan yang
mengolah bahan baku dari alam ataupun barang biologis (hidup) kemudian
hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidup pribadi atau dijual untuk
mendapatkan keuntungan pribadi.
2. Pertambangan dan Penggalian Komoditi ini dikelompokkan menjadi empat
subkategori yaitu pertambangan batubara dan lignit, pertambangan minyak dan
gas bumi (migas), pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian
lainnya.
3. Industri Pengolahan Industri pengolahan merupakan kegiatan ekonomi di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi
produk baru. Bahan bakunya berasal dari kehutanan, pertanian, perikanan,
pertambangan ataupun penggalian. Sedangkan untuk unit industri pengolahan
seperti pabrik, peralatan atau mesin.
4. Pengadaan Listrik dan Gas Kategori ini merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan gas alam dan buatan, pengadaan tenaga listrik, air panas, uap panas, udara
dingin dan produksi es ataupun sejenisnya melalui jaringan saluran atau pipa
infrasruktur yang sifatnya permanen.

7
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Kategori ini
berupa semua kegiatan yang bersangkutan dengan ekonomi ataupun lapangan
usaha yang berhubungan dengan pengelolaan limbah atau sampah yang
mencemari lingkungan.
6. Konstruksi Kategori ini berupa kegiatan usaha di bidang kontruksi umum dan
kontruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan. Kegiatan kontruksi mencakup
pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian bangunan atau
struktur di lokasi proyek.
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kategori ini
berupa kegiatan ekonomi di bidang perdagangan besar ataupun pedagangan
eceran dari berbagai jenis barang dan memberikan imbalan jasa penjual.
Perdagangan besar meliputi menyortir, mengumpulkan, memisahkan kualitas
barang dalam ukuran besar, membongkar barang ukuran besar menjadi lebih
kecil (mengepak). Sedangkan untuk perdagangan eceran menjual kembali barang
dagangan kepada masyarakat atau konsumen untuk memperoleh keuntungan.
8. Transportasi dan Pergudangan Dalam kategori ini berupa penyediaan angkutan
barang atau penumpang baik yang berjadwal maupun tidak, dengan
menggunakan rel, saluran pipa, jalan darat, air atau udara dan seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan pengangangkutan barang maupun penumpang.
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kategori ini mencakup instansi yang
bergerak menyediakan tempat penginapan atau tempat singgah untuk para
pengunjung serta menyediakan makan dan minum untuk para konsumen. Dalam
hal ini akomodasi yang disediakan tidak untuk jangka panjang atau tempat
tinggal utama, sedangkan penyediaan makan atau minum tidak untuk dikonsumsi
segera atau melalui perdagangan besar dan eceran.
10. Informasi dan Komunikasi Kategori ini berupa produksi dan ditribusi informasi
dan produk kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau
mendistribusikan produk serta kegiatan komunikasi,teknologi informasi dan
pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya. Dalam kategori ini ada
beberapa industri seperti produksi gambar bergerak, video, perekaman suara dan
penerbitan musik, penerbitan, penyiaran dan pemrogaman, telekomunikasi dan
sebagainya.
11. Jasa Keuangan dan Asuransi Kategori ini berupa jasa perantara keuangan
(menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian

8
disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
pinjaman atau kredit atau bentuk lainnya), asuransi dan pensiun, jasa keuangan
lainnya (Pegadaian, Lembaga Pembiayaan, Modal Ventura) serta jasa penunjang
keuangan (Bursa Efek, Manager Investasi, Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Wali Amanat, Jasa Penukaran Mata
Uang, Jasa Broker Asuransi dan Reasuransi).
12. Real Estate Kategori ini berupa kegiatan persewaan, agen dan atau perantara
dalam penjualan atau pembelian real estat serta penyediaan jasa real estate
lainnya bisa dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lainyang dilakukan atas
dasar balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup kegiatan pembangunan
gedung, pemeliharaan atau penyewaan bangunan. Real estate adalah property
berupa tanah dan bangunan.
13. Jasa Perusahaan Kategori jasa perusahaan merupakan gabungan dari 2 (dua)
kategori, yakni kategori M dan kategori N. Kategori M berupa kegiatan
profesional, ilmu pengetahuan dan teknik yang membutuhkan tingkat pelatihan
yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
tersedia untuk pengguna. Sedangkan untuk kategori N mencakup kegiatan yang
mendukung operasional usaha secara umum.
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Kategori ini
berupa kegiatan yang sifatnya pemerintahan atau kegiatannya dilakukan oleh
administrasi pemerintahan dan peraturannya sesuai dengan undang-undang dan
hukum. Misalnya saja kegiatan legislative, pertahanan negara, perpajakan,
administrasi program berdasarkan peraturan perundangundangan, keamanan dan
keselamatan negara, pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi
program pemerintah, dan sebagainya.
15. Jasa Pendidikan Kategori ini berupa kegiatan pendidikan berbagai tingkatan dan
untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan ataupun tertulis seperti halnya dengan
berbagai cara komunikasi.
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kategori ini berupa kegiatan penyediaan jasa
layanan kesehatan dan kegiatan sosial dan sebagainya, dimulai dari pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di rumah yang melibatkan
tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial yang tidak
melibatkan tenaga kesehatan profesional.

9
17. Jasa lainnya Dalam kategori ini berupa Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa
Reparasi Komputer Dan Barang Keperluan Pribadi Dan Perlengkapan Rumah
Tangga; Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan Yang
Menghasilkan Barang dan Jasa Oleh Rumah Tangga Yang Digunakan Sendiri
untuk memenuhi kebutuhan; Jasa Swasta Lainnya termasuk Kegiatan Badan
Internasional, seperti PBB dan perwakilan PBB, Badan Regional, IMF, OECD,
dan sebagainya.
2.4 Konsumsi Perkapita
Konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara
langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau lebih tepatnya
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita adalah pengeluaran oleh rumah tangga
atas barang-barang akhir dan jasa. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani. Dengan demikian, untuk mendapatkan asupan konsumsi yang sesuai
kebutuhan sehari-hari anggota rumah tangga harus melakukan suatu usaha kegiatan yang
menghasilkan pendapatan untuk dibelanjakan sebagai pengeluran konsumsi rumah
tangga tersebut. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan maupun
bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang baik berasal dari pembelian, produksi
sendiri maupun pembelian, dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah
tangga saja, tidak termasuk konsumi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang
diberikan kepada pihak lain. fokus pembahasan konsumsinya hanya pada segala apa
yang dikonsumsi bagi anggota rumah tangga selain dari pada itu tidak masuk kedalam
konsumsi /pengeluaran rumah tangga.
Pendapatan masyarakat menjadi faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran per
kapita. Hubungan keduanya bersifat positif, yaitu apabila pendapatan naik maka tingkat
pengeluaran untuk konsumsi masyarakat pun bertambah. Dengan kemajuan dalam
tingkat penghasilan, pola konsumsi juga berubah. Hal ini dapat dilihat dengan jelas,
apabila pengeluaran-pengeluaran sejumlah keluarga digolong-golongkan menjadi
beberapa kelompok, kemudian kita perbandingkan pengeluaran keluarga yang
berpenghasilan rendah dengan pengeluaran keluarga yang tergolong cukup kaya. Maka
terlihat bahwa terjadi suatu pergeseran dalam pengeluaran untuk konsumsi. Dalam
keluarga yang miskin, hampir seluruh penghasilan akan habis untuk kebutuhan primer
makanan. Jika tingkat penghasilan suatu keluarga naik maka jumlah pengeluaran uang
untuk kebutuhan primer (khususn persen dari penghasilan total yang dikeluarkan untuk
berbagai kebutuhan, ternyata bahwa % penghasilan yang dibelanjakan untuk makanan

10
akan berkurang, dari 80% menjadi 70, 60 atau 50%. Sebaliknya % atau bagian
penghasilan yang dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain (perumahan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, dll.) bertambah besar, dari 20% menjadi 30 sampai 40
atau 50 %. Gejala ini dalam ilmu ekonomi dikenal dengan nama Hukum Engel.
2.5 IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks pembangunan manusia merupakan indeks komposit yang dihitung
berdasarkan tiga dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat menggunakan ukuran harapan
hidup pada saat lahir, pengetahuan sebagai ukurannya adalah kombinasi dari angka
melek hurup dan rata-rata lama sekolah, dan standar hidup layak menggunakan
pengeluaran per kapita setahun disesuaikan sebagai ukuran. Menurut UNDP dalam
Human Development Report 1991, pembangunan manusia adalah suatu “proses
meningkatkan pilihat yang lebih banyak bagi manusia untuk hidup (a process of
increasing people options) atau proses peningkatan kemampuan manusia. Pembangunan
manusia sendiri adalah suatu konsep yang luas dan menyeluruh yang mearangkum
kisaran luas potensi manusia mulai dari kesehatan dan gizi sampai kebebasan demokratis
dan kualitas hidup yang sebagian besarnya sulit diterjemahkan ke dalam data statisitik.
Walaupun begitu, kita dapat melihat beberarapa indikasi dari data-data yang tersedia
dan yang dapat dipergunakan untuk menghitung indeks pembangunan manusia
Indonesia itu, yang memadukan ukuran usia harapan hidup, tingkat pendidikan dan
pendapatan dalam satu angka tunggal. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari
empat komponen yang utama:
1. Produktivitas
Masyarakat harus dapat meningkatakan produktivitas mereka dan berpartisipasi
secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh
karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan
ekonomi.
2. Ekuitas
Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua
hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat
dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan
ini.
3. Kesinambungan

11
Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi
sekarang tapi juga generasi yang akan dating. Segala bentuk permodalan-fisik,
manusia, lingkungan hidup-harus dilengkapi.
4. Pemberdayaan
Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dan bukan hanya untuk mereka.
Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-
proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
United National Development Program (UNDP) pada tahun 1990 telah menerbitkan
Human Development Report. Hal yang menarik dari laporan tersebut adalah penyusunan
dan perbaikan Human Development Index (HDI). Seperti PQLI, HDI mencoba me-
ranking semua negara dalam skala 0 (sebagai tingkatan pembangunan manusia yang
terendah) hingga tingkat 1 (tingkat pembangunan manusia yang tertinggi) berdasarkan
atas 3 tujuan atau produk pembangunan, yaitu:
1. Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup.
2. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang
dapat membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot
sepertiga).
3. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan,
yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing negara dan asumsi
menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.
2.6 Studi kasus: Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Lombok Utara
Kabupaten Lombok Utara sebagai daerah otonom baru (pemekaran dari Kabupaten
Lombok Barat) yang terbentuk pada akhir tahun 2008 memiliki permasalahan yang
sangat kompleks. Di antaranya adalah rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang salah satu indikatornya terlihat pada tingginya tingkat kemiskinan yaitu 43,14
persen pada tahun 2010, walaupun kondisi tersebut secara bertahap menunjukkan
perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti halnya pada akhir tahun 2012 bahwa tingkat
kemiskinan masyarakat Kabupaten Lombok Utara tercatat sebesar 35,97 persen. Oleh
sebab itu kondisi ini sangat memerlukan suatu perencanaan yang tepat, di samping
pengelolaan keuangan dengan prinsip value for money yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat (public oriented).
Dalam pelaksanaannya, keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
hanya sebatas pada pengusulan program/kegiatan yang dilakukan melalui musyawarah
di tingkat desa dan kemudian disampaikan pada forum di tingkat kecamatan

12
(Musrenbang Kecamatan). Pada tahapan berikutnya seringkali program kegiatan yang
menjadi usulan masyarakat (bottom up) hilang dan digantikan dengan program/kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau program/kegiatan legislatif yang bersifat
teknokratis, politis, dan top down. Memang benar, pemerintah kabupaten telah
melibatkan masyarakat desa melalui forum Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) yang selanjutnya akan dirumuskan kembali melalui Musrenbang
Kecamatan. Akan tetapi hal tersebut hanya sebatas “formalitas” atau sebagai alat
legitimasi suatu perencanaan yang melibatkan rakyat. Karena pada umumnya, setelah
masuk ke pemerintah kabupaten (Dinas/SKPD), partisipasi masyarakat seringkali
dikurangi. Akibatnya isi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pun lebih
banyak kepentingan penguasa daripada kepentingan masyarakat. Meskipun programnya
baik tetapi tidak kompatibel dengan asas manfaat yang dibutuhkan oleh masyarakat,
sehingga tidak heran apabila masyarakat juga kurang peduli dalam mendukung program
ini.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Marbyanto, 2008). Menurut Marbyanto
(2008) bahwa pendekatan partisipatif di dalam perencanaan melalui mekanisme
Musrenbang masih menjadi retorika. Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan masih
didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD, dan program SKPD.
Kondisi ini pada akhirnya berimplikasi timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat desa
dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana. APBD pada
hakikatnya bersumber dari uang rakyat. Oleh sebab itu, kepentingan rakyat harus
Masjudin Ashari, Wahyunadi, dan Hailuddin, Analisis Perencanaan Pembangunan
Daerah di Kabupaten Lombok Utara menjadi prioritas utama dalam penganggarannya
dan bukan untuk kepentingan elit. Dengan demikian, jika proses Musrenbang dilakukan
secara benar dan hasil-hasilnya direalisasikan dengan benar pula dalam APBD, maka
pembangunan sebagai continuously process akan dapat berjalan dengan baik dan
manfaat pembangunan betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah
dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut. Dalam proses pembangunan daerah terdapat masalah
yang timbul karena adanya penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara
lokal (daerah). Tujuan dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan
daya beli masyarakat atau dengan kata lain untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat bila ada peluang kerja yang dapat
menampung kegiatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat
baik dalam meningkatkan jumlah kegiatan maupun meningkatkan jenis peluang kerja
tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, M., Wahyunadi, & Hailuddin. (2015). Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah
Di Kabupaten Lombok Utara (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2009-2013).
Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 6(2), 163–180.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Republik Indonesia Indeks Pembangunan Manusia
2014. 07310.1517, 107.
Badan Pusat statistika. (2017). Produk Domestik Bruto Indonesia. Nucl. Phys., 13(1), 104–
116.
Djadjuli, R.Didi. (2018). Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah.
Ilmiah Ilmu Administrasi Negara. 5(2). 8-21. Ciamis:Universitas Galuh.
Produk Domestik Regional Bruto. (2016). 1–23.
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8581/7/BAB II .pdf
Siwu, D. (2019). Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan
Ekonomi dan Keuangan Daerah. 18(6). Universitas Sam Ratulangi Manado.
Williianti. (2020). Bab ii kajian pustaka bab ii kajian pustaka 2.1. Bab Ii Kajian Pustaka 2.1,
12(2004), 6–25. http://repository.uinbanten.ac.id/4079/4/BAB II.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai