Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI PEMBANGUNAN REGIONAL

MATERI 4

“PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL, CORAK


PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL, TEORI
PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL, PARADIGMA BARU
PEMBANGUNAN
EKONOMI REGIONAL”

Dosen Pengampu : Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si.

Oleh :

( Kelompok 4)

Hotmarina Hutahaean (1907511020)

Gabriel Chandra Aji Dewanto (1907511029)

A.A Istri Agung Triana Santi (1907511287)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya, kami kelompok 4
sebagai penyusunan makalah ini dapat menyelesaikannya secara sederhana dan tepat waktu.
Adapun karya tulis ini kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang kami
cantumkan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan karya ini dapat menambah pengetahuan
kita tentang pengertian pembangunan ekonomi regional, corak pembangunan ekonomi regional,
teori pembangunan ekonomi regional, paradigma baru pembangunan ekonomi regional.
Penulisannya didasari dari sumber-sumber dibuku dan internet.
Makalah “Pengertian Pembangunan Ekonomi Regional, Corak Pembangunan Ekonomi
Regional, Teori Pembangunan Ekonomi Regional, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Regional” disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si. pada
mata kuliah Ekonomi Pembangunan Regional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Udayana. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.

Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengaharapkan kritik dan saran guna lebih
menyempurnakan penulisan pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga karya ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita semua.

Denpasar,.......................2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Regional....................................................................................3
2.2 Corak Pembangunan Ekonomi Regional...........................................................................................3
2.3 Teori Pembangunan Ekonomi Regional............................................................................................5
2.4 Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Regional..........................................................................6
BAB III........................................................................................................................................................7
PENUTUP...................................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah dan


masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan meransang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut, (Arsyad, 1999: 298).
Pembangunan ekonomi suatu daerah dapat diukur melalui pertumbuhan ekonomi
yang sekaligus indikator tersebut memberikan gambaran tentang sejauh mana aktivitas
perekonomian daerah pada periode tertentu telah menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita. Pertumbuhan
ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan koperatif suatu daerah,
spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki daerah tersebut. Oleh karena itu
pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang
harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah
secara berkelanjutan, (Nur Hidayati, 2012).
Strategi pengembangan wilayah yang tepat merupakan urgensi dan kebutuhan
mendasar yang sangat diperlukan baik oleh daerah yang masuk dalam kategori maju
maupun daerah yang masih relatif tertinggal karena mampu mengurangi kesenjangan
antar wilayah pembangunan. Dalam realitasnya setiap 2 daerah tentu memiliki beberapa
persamaan dan perbedaan kondisi daerah. Perbedaan kondisi ini akan membawa
implikasi pada corak pembangunan yang diterapkan. Menurut Aryad (1999) peniruan
mentah- mentah pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,
belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Dalam pembangunan
suatu daerah, maka kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi daerah yang
bersangkutan.

1
Pengembangan suatu wilayah berbasis sektor / sub sektor unggulan merupakan
strategi pengembangan kapasitas dan kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah
untuk meningkatkan derajat kemajuan ekonomi masyarakat lokal. Pada gilirannya, hal ini
diharapkan mampu menjadi kontributor penting bagi peningkatan pendapatan daerah
tersebut. Oleh karenanya, perlu strategi pengembangan yang tepat, guna mampu
menemukenali dan menggali potensi ekonomi di suatu wilayah serta mampu
menumbuhkembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif yang berdaya saing
(Knowledge Based Economy) sekaligus berbasis sumberdaya lokal (Resoure Based
Economy). Pemilihan sektor / sub sektor unggulan sebagai basis pengembangan wilayah
dan kerjasama antar pusat pertumbuhan adalah salah satu solusi.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud pembangunan ekonomi regional?


1.2.2 Apakah yang dimaksud corak pembangunan ekonomi regional?
1.2.3 Apakah yang dimaksud Teori pembangunan ekonomi regional
1.2.4 Apakah yang dimaksud paradigma baru ekonomi regional ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana apakah yang dimaksud pembangunan ekonomi regional
1.3.2 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud corak pembangunan ekonomi regional
1.3.3 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud teori pembangunan ekonomi regional
1.3.4 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud paradigma baru ekonomi regional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi regional/daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi ( pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi daerah terletak pada penekanan kebijakan –
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara local.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yaitu proses yang mencakup
pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan industry – industry alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
pasar – pasar baru, ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan – perusahaan baru.

Tujuan utama ekonomi daerah/regional adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis
peluang kerja masyarakat daerah.

2.2 Corak Pembangunan Ekonomi Regional


Yang dimaksud dengan Corak Pembangunan Ekonomi Daerah adalah pola pembangunan
yang harus ditempuh oleh suatu daerah dalam suatu kegiatan pembangunan. Dimana pol aitu
harus sesuai dengan kondisi seperti masalah, kebutuhan dan potensi daerah yang bersangkutan.
Adapun tiga tahap pola perkembangan daerah A.S,yakni :

1. Perkembangan Pertanian (1840)


Pada tahap ini daerah yang mengalami perkembangan ialah daerah yang sangat sesuai
dengan usaha pertanian daerah yang dapat menyediakan jasa – jasa untuk
perkembangan sektor pertanian. Perkembangan ini terutama didorong dikarenakan
pertambahan
permintaan atas hasil – hasil pertanian dari sektor indutri, baik dari dalam maupun luar
negeri.
2. Perkembangan Pertambangan (1840 – 1950)
Pertambangan besi dan batu bara merupakan pertambangan yang mula – mula
berkembang. sebab kedua jenis bahan tambang ini diperlukan oleh industry baja dan
dijadikan sebagai sumber energi. Sektor pertambangan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan suatu daerah sebab sektor ini memiliki pengaruh yang baik
untuk masa depan.
3. Tahap Perkembangan Amenity Resourcers
Pada pertengahan abad ke-20, alokasi kegiatan ekonomi dipengaruhi oleh saut factor
yang disebut sebagai Amenity Resourcers yang didefinisikan sebagai gabungan dari
iklim, keadaan tanah, daerah pantai dan air yang menciptakan sarana hidup yang baik
dan menarik bagi migrasi dan pengusaha untuk penanaman modalnya di daerah itu.

memperhatikan pola perkembangan didaerah – daerah negara maju maka yang


diutamakan adalah sektor indutri sebab sektor ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya yang tersedia untuk pembangunan daerah. Beberapa hal yang mendorong negara –
negara maju untuk mengutamakan perkembangan disektor indutri antara lain :

a). Pada umumnya sektor pertanian, mereka sudah mampu untuk meminjam
tersedianya pangan bagi daerah bahkan untuk kegiatan ekspor.
b).Pasar – pasar produk cukup tersedia dan factor - factor produksi yang dibutuhkan
dalam rangka efisiensi kerja telah tersedia.
c). Biaya pengembangan sektor industry jauh lebihmurah daripada sektor pertanian
sebab sarana dan prasarana lebih tersedia.

Sedangkan di negara – negara yang sedang berkembang umumnya merupakan daerah pertanian
maka cara pembangunan yang terbaik adalah dengan mengembangkan sektor pertanian dengan
alasan :

1. Sebagai penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan daerah yang
paling miskin serta memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi.
2. Jika kemiskinan didaerah pertanian dibiarkan, akan meyebabkan arus urbanisasi yang
cukup tinggi dan akan menyebabkan tingginya angka pengangguran di kota – kota besar
dan akan menyebabkan berbagai masalah yang akan ditimbulkanya.
3. Jika lakukan perkembangan disektor industry maka perkembangan disektor ini tidak
dapat bahkan di kurang mampu untuk meyerap tambahan tenaga kerja tiap tahunnya.
4. Sektor pertanian perlu dibangun agar menghailkan pertambahan pangan guna memenuhi
kebutuhan masyarakat .

Disamping itu pengembangan disektor lain tidak diabaikan juga sebab sektor pertanian dan
sektor lain juga selalu berkesinambungan dan saling mendukung seperti halnya sektor pertanian.
Namum permasalahannya adalah kurangnyasumber daya yang tersedia misalnya tenaga kerja
yang terampil dan terlatih agar dapat mengadopsi cara – cara baru yang hendak dilaksnakan
untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Untuk merubah cara -cara tradisional menjadi modern
harus ada campur tangan pemerintah dengan cara – cara baru yang leebih modern. Namun
seringkali tidak diterima oleh masyarakat karena mereka sudah utamakan selamat atau safety.
Prinsip utamakan selamat membawa konsekuensi bahwa masyarakat sulit menerima cara kerja
baru. Mungkin menolak sama sekali. Masyarakat akan mampu menerima inovasi dan gagasan
baru jika mereka mudah yakin bahwa dengan cara kerja baru dapat memperbaiki taraf hidup
mereka. Oleh karena itu, penyuluhan /penerangan harus diikuti dengan perubahan konkrit
(proyek-proyek percontohan yang dikelola secara professional).

2.3 Teori Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Regional


Teori Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa model pertumbuhan ekonomi yang sangat terkenal, diantaranya adalah :
 Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Doma
Harrod-Domar memberi peranan kunci kepada investasi di dalam proses
pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai sifat ganda yang dimiliki investasi. Pertama
menciptakan pendapatan dan kedua memperbesar kapisitas produksi perekonomian dengan
cara meningkatkan stok modal. Mereka didasari pada asumsi: (1) tidak ada campur tangan
pemerintah; (2) bekerja pada perekonomian tertutup; (3) tidak ada perubahan tingkat suku
bunga.
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas
produksi penuh yang disebutnya sebagai Pertumbuhan ekonomi yang mantap(steady-state
growth), efek permintaan yang ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu
diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali.
 Model Pertumbuhan Solow (Neo-Klasik)
Terdapat banyak teori pembangunan yang diformulasikan oleh para ekonom dan
sulit untuk mengelompokkan teori – teori tersebut pada suatu aliran tertentu, yang dibagi
menjadi lima golongan besar yaitu :

1. Aliran Klasik
Muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad 19 tepatnya di masa Revolusi
Industri, dimana suasana pada waktu itu merupakan awal bagi perkembangan
ekonomi.Teori – teori pengembangan penganut aliran klasik ini adalah :
1. Adam Smith
Terkenal dengan bukunya yang berjudul An Inquary into the Nature and
Cause of the Wealth of Nations yang menyangkut permasalahan pembangunan
ekonomi. Adam Smith menyadari adanya hukum alam dalam permasalahan
ekonomi. Setiap orang sebagai hakim yang paling tahu akan kepentingannya sendiri
yang sebaiknya dibebaskan mengejar kepentingannya itu demi keuntungannya.
Pembagian kerja menjadi titik permulaan dari teori pertumbuhan
ekonominya yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dihubungkan dengan
meningkatnya keterampilan kerja; penghematan waktu dalam memproduksi barang;
dan penemuan mesin yang dapat menghemat tenaga. Sebelum memulai pembagian
kerja, Smith menekankan yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan modal.
Karena pemupukan stok barang harus lebih dahulu dilakukan sebelum pembagian
kerja, maka pekerjaan hanya dapat dibagi lebih seimbang, jika stok lebih dahulu
diperbesar. Pemupukan modal (menabung) ini menurut Smith hanya dapat
dilakukan oleh kaum kapitalis dan tuan tanah, sedangkan kelompok [ekerja
dianggap tidak mampu menabung.
Agen pertumbuhan menurut Smith adalah para petani, produsen dan
pengusaha. Mereka dianggap sebagai agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi.
Penekanannya pada teknologi unggul, pembagian kerja, perluasan pasar dalam
proses pembangunan telah menjadi landasan bagi kebijaksanaan dalam negara
terbelakang. Kelemahan teori Adam Smith :
a. Pembagian masyarakat yang tidak lugas
b. Alasan yang tidak adil bagi kegiatan menabung
c. Asumsi yang tidak realistis tentang persaingan sempurna
d. Pengabaian wiraswasta (pengusaha).

2. David Ricardo
Menurut David, alam masyarakat ekonomi dibagi menjadi tiga golongan
masyarakat yaitu golongan kapitalis, golongan buruh, dan golongan tuan tanah.
Golongan kapitalis ialah golongan yang memimpin produksi dan memegang
peranan yang penting karena mereka yang selalu menginvestasikan pendapatannya
dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknyapendapatan nasional.
Golongan buruh tergantung pada golongan kapitalis dan merupakan golongan yang
terbesar di dalam masyarakat. Sedangakan golongan tuan tanah yaitu mereka hanya
menerima sewa saja dari golongan kapitalis atas areal tanah yang disewakannya.
Pendapat pendapatnya adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan pertanian
2. Tingkat keuntungan
Kritikan terhadap teori Ricardo diantaranya yaitu(1) Ricardo dianggap
mengabaikan pengaruh kemajuan teknologi;(2)Pengabaian faktor – faktor
kelembagaan;(3) Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan tetapi teori distribusi yang
menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal.

3. Thomas Robert Malthus


Menurut Malthus pertambahan penduduk tidak cukup untuk berlangsungnya
pembangunan ekonomi, bahkan pertambahan penduduk dianggap sebagai akibat
dari proses pembangunan. Malthus juga beranggapan yang menjadi unsur utama
kesejahteraan jika dikombinasikan pada proporsi yang benar adalah produksi dan
distribusi.
Secara ringas teori Malthus yaitu :
a. Rendahnya konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang menimbulkan
persediaan melimpah, merupakan sebab utama keterbelakangan.
b. Untuk pembangunan, Negara harus memaksimalkan produksi di sektor pertanian
dan sektor industri.
c. Pendistribusian kesejahteraan dan tanah secara adil, perluasan perdagangan
secara internal dan eksternal, peningkatan konsumsi tidak produktif dan
peningkatan kerja melalui rencana pekerjaan umum, memerlukan kemajuan
teknologi.
d. Faktor nonekonomi seperti pendidikan , standar moral, administrasi yang baik
dan hukum yang efisien dapat membantu meningkatkan produksi sektor
pertanian dan industry tersebut. Yang nantinya dapat membawa kearah
pembangunan ekonomi.
Kelemahan teori Malthus adalah pandangannya yang negatif terhadap akumulasi
modal dan konsumen yang tidak produktif yang pada akhirnya memperlambat
kemajuan.

2. Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)


Karl Marx mengemukakan bahwa perkembangan masyrakat itu terdiri dari
lima tahap, yakni masyarakat primitive, perbudakan, feodal, kapitalis, dan
masyarakat sosialis.
a. Masyarakat primitif adalah tahap dimana masyarakatnya masih menggunakan
alat–alat bekerja yang masih sederhana dan milik komunal(bersama). Pada masa
ini tidak ada surplus produksi di atas konsumsi, Karena masyarakatnya membuat
sendiri barang– barang kebutuhannya sendiri.
b. Masyarakat perbudakan, Hubungan produksi antara orang – orang yang
memiliki alat-alat produksi dengan orang-orang yang hanya mau bekerja.
Sehingga diperlukan budak-budak untuk mencari keuntungan oleh pemilik alat
produksi.
c. Masyarakat Feodal, kaum bangsawan memiliki alat produksi(tanah), para petani
menjadi budak yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah itu untuk kaum
feudal dan setelah itu baru jadi miliknya sendiri.
d. Masyarakat Kapitalis, Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh karena kelas
buruh tidak memiliki alat produksi.
e. Masyarakat Sosial, Pemilihan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik social.
Hubungan produksi merupakan hubungan kerja sama dan saling membantu.
Teori Marx dianggap salah karena teori siklusnya yang salah dan Marx dianggap
tidak memahami fleksibilites kapitalisme. Walau begitu, Marx adalah orang
pertama yang menunjukkan apa yang bahkan pada masa kini masih merupakan
teori ekonomi bagi masa yang akan datang.

3. Aliran Neo-Klasik
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan
tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, sampai dimana perekonomian akan
berkembang tergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan
kemajuan teknologi.
4. Teori Keynes
Analisis Keynesian menggunakan anggapan berdasarkab atas keadaan waktu
sekarang seperti mengenai tingkat teknik tenaga kerja tanpa memperhatikan keadaan
jangka panjang. Menurut Keynes syarat pokok kemajuan ekonomi, yaitu
(i)kemampuan mengendalikan penduduk;(ii) kebulatan tekad menghindari perang
dan perselisihan sipil; (iii) kemauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan; (iv)
tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.
5. Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan
ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau wiraswasta
(enterpreneur). Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produsi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi itu sendiri.Bahkan
Schumpeter mengemukakan pendapat sistem 11 kapitalis merupakan sistem yang
paling cocok bagi timbulnya inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan
ekonomi.
Kelemahan Teori Schumpeter
1. Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank.
2. Anggapannya tentang inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi. Ini
agak jauh dari kenyataan, karena pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung
pada itu saja namun juga bergantung pada banyak perubahan ekonomi dan sosialis
lain.

2.4 Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Regional

Paradigma pembangunan, selama beberapa dekade terakhir telah mengalami perubahan


mendasar. Perubahan tersebut dipicu oleh berbagai “kesalahan” di dalam menerapkan model-
model pembangunan yang ada selama ini adalah sebagai berikut:
1. Kecenderungan melihat pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang diukur dengan secara
secara makro menuju pendekatan regional dan lokal
2. Pilihan antara pertumbuhan dan pemerataan.
3. Asumsi tentang peranan pemerintah dan partisipasi masyarakat di dalam proses
pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian).

3.1 Kecenderungan melihat pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang diukur dengan


secara secara makro menuju pendekatan regional dan local
Skala prioritas pembangunan yang cenderung mengejar sasaran-sasaran makro pada
akhirnya menimbulkan berbagai ketidakseimbangan pembangunan berupa menajamnya disparitas
spasial, kesenjangan desa-kota, kesenjangan struktural, dan sebagainya. Pendekatan makro juga
cenderung mengabaikan pluratity akibat keragaman sumberdaya alam maupun keragaman sosial
budaya. Pergeseran paradigma pembangunamn dalam pembangunan spatial terutama menyangkut
konsep strategi kutub pertumbuhan.
Pada Tahun 1995 Dewan Ekonomi dan Sosial PBB memilih resolusi 1086C yang disebut
pengembangan wilayah di negara-negara Dunia Ketiga. Usul tersebut mendukung pentingnya
keseimbangan pertumbuban secara regional untuk mendapatkan keuntungan pengembangan yang
sama yang dinikmati oleh penduduk miskin perdesaan seperti pemukim di kota.Dalam resolusi
tersebut, terdapat laporan secara kuat menyokong tiga prasyarat terhadap kecepatan
pengembangan wilayah:
1. mobilisasi dan penggerakan potensi dan sumberdaya domestil.
2. partisipasi masyarakat luas dalam proses pembangunan dan upaya memenuhi standar hidup
minimum masyarakat banyak.
3. mempraktekan "perencanaan partisipatif” untuk membangun kapasitas social dan
kelembagaan masyarakat yang dibutuhkan untuk pembangunan berkelanjutan.

Mobilisasi sumberdaya ekonomi adalah upaya penggalian dan pemanfaatan sumberdaya


ekonomi, yaitu sumberdaya lahan (alam), sumberdaya manusia, teknologi, modal, dan sumberdaya
sosial bagi mereka yang memerlukannya. Namun di Indonesia, mobilisasi sumberdaya menghadapi
tantangan, dimana sumberdaya-sumberdaya produktif di Indonesia dikuasai sekelompok
masyarakat elit yang menyebabkan ketimpangan dalam memperoleh akses masyarakat luas
terhadap sumber daya tersebut, sehingga munculnya ketimpangan kesejahteraan tidak dapat
dihindari.
Pengembangan pedesaan seharusnya memegang posisi penting dalam pengembangan wilayah
yang ditujukan terhadap negara-negara ketiga seperti Indonesia, karena sebagian penduduknya
tinggal di pedesaan. Untuk itu tidak mungkin memfasilitasi self-sustain tanpa focus ke pedesaan.
Namun disini harus dibedakan pembangunan perdesaan dari pembangunan pertanian. Target
pengembangan perdesaan adalah mengenai petani miskin, dan melibatkan program pengembangan
yang komprehensif untuk meningkatkan produktifitas dan kondisi kehidupannya. Sedang
pengembangan pertanian utamanya menguatkan kapasitas produktif dari masing-masing sektor,
misalnya dengan memberi insentif terhadap petani skala menengah dan besar untuk meningkatkan
produktifitas.
Ketika produktifitas pertanian naik sampai level tertentu, surplus tenaga kerja dikeluarkan dari
sistem produksi pangan untuk dialihkan untuk perluasan sektor urban, sementara sektor industri
yang berkembang di perkotaan memperkuat sistem pertanian dengan memasok input lebih banyak
dan lebih baik seperti peningkatan kesuburan dan produktifitas pertanian. Sehingga terjadilah
pertumbuhan dan sekaligus penguatan (growth-reinforcing process) kumulatif dari penciptaan
pekerjaan dari produktifitas yang lebih tinggi di kedua kawasan (urban dan rural).
3.2 2. Pilihan antara pertumbuhan dan pemerataan
Sebelumnya terdapat konsep The First Fundamental Theorm of Welfare Economics temuan
dari Kuznet (1966). Dimana kurva dari U-terbalik dapat dinyatakan bahwa bagi negara-negara
berpendapatan rendah, dalam proses pertumbuhan ekonominya harus terjadi trade-off antara
pertumbuhan dan pemerataan. Dimana hal tersebut memberikan dominant legitimacy bagi
pemerintah untuk memusatkan pengalokasian sumberdaya kepada sector atau wilayah berpotensi
besar yang telah menyebabkan net-transfer sumberdaya daerah ke kawasan pusat secara besar-
besaran maupun melalui ekspor ke negara-negara maju.
Paradigma baru pembangunan yang mengarah kepada pemerataan (equity), pertumbuhan
(eficiency), dan keberlanjutan (sustainability). Paradigma ini mengacu pada The second
fundamental of welfare economics. Dalil ini menyatakan bahwa sebenamya pemerintah dapat
memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi,
sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. alokasi efisien apa pun
dapat dicapai dengan keseimbangan kompetitif, mengingat mekanisme pasar yang mengarah pada
redistribusi.
Teorema ini penting karena memungkinkan pemisahan masalah efisiensi dan distribusi.
Mereka yang mendukung intervensi pemerintah akan meminta kebijakan redistribusi kekayaan.
3.3 Asumsi tentang peranan pemerintah dan partisipasi masyarakat di dalam proses
pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian).
Pada konsep awal, peran pemerintah ialah mendorong pembangunan(Ekonomi Keynesian)
untuk menanggulangi kegagalan pasar. Namun fakta empiric mengarah pada government failure
yang dampaknya sering lebih parah karena menciptakan biaya transaksi tinggi yang menurunkan
efisiensi ekonomi, serta menghambat pemerataan dan pertumbuhan. Government policy failure
yang melaksanakan pembangunan secara top-down, tidak mengetahui kondisi ekosistem dan
tatanan nilai masyarakatnya yang tersebar luas secara spasial.
Perencanaan pembangunan wilayah sering disalahartikan sebagai suatu proses dimana
perencana mengarahkan masyarakat untuk melakukan. Pandangan tersebut tercipta akibat proses
perencanaan wilayah selama ini bersifat top-down.
Dalam paradigma perencanaan wilayah yang modern perencanaan wilayah diartikan
sebagai bentuk pengkajian yang sistematis dari aspek fisik, sosial dan ekonomi untuk mendukung
dan mengarahkan pemanfaatan sumberdaya di dalam memilih cara yang terbaik untuk
meningkatkan produktifitas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (publik) secara
berkelanjutan. Menurut Clayton and Dent, (1993), ada dua kondisi yang harus dipenuhi di dalam
perencanaan wilayah: kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk
mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan dan adanya political will dan kemampuan
untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun.
Dalam tiga dekade terakhir telah terjadi proses pergeseran paradigma pembangunan. Cara
pandang pembangunan yang berorientasi pada laju pertumbuhan ekonomi dengan basis
peningkatan investasi dan teknologi luar semata, telah bergeser ke arah pemikiran pembangunan
yang menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengontrol keadaan dan lingkungannnya.
Paradigma baru yang berkembang lebih menekankan kepada proses-proses partisipatif dan
kolaboratif yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan material, termasuk
meningkatnya keadilan dalam distribusi pemilikan, pengelolaan dan manfaat pembangunan serta
kebebasan dan kemandirian.
Dalam Perspektif regional, perubahan paradigma pembangunan lahir akibat terjadinya
disparitas pembangunan wilayah pedesaan dengan perkotaan, Kawasan Timur Indonesia dengan
Kawasan Barat Indonesia, jawa dan luar Jawa, dimana hal tersebut merupakan bukti dari
ketidakseimbangan pembangunan.
Dari sudut pandang pembangunan berskala jangka panjang, aspek-aspek kesesuaian fisik,
land capability serta aspek-aspek kelestarian lingkungan adalah merupakan bagian dari upaya
meningkatkan kesejahteraaan jangka panjang yang berkesinambungan. Namun demikian suatu
proses perencanaan, disamping menuntut adanya peranserta (keterlibatan) masyarakat harus
memenuhi keseimbangan kedua, yakni mampu menciptakan keseimbangan antara kepentingan
yang bersifat jangka panjang dan jangka pendek.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan
adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut: (i) Sebagai bagian dari
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah
terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, (ii) Menciptakan keseimbangan pembangunan antar
wilayah, (iii) Menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa
yang akan datang (pembangunan berkelanjutan).
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Pembangunan Ekonomi Regional merupakan pembangunan ekonomi yang dilakukan di
daerah-daerah pada suatu negara. Pembangunan Ekonomi Regional di negara-negara yang sedang
berkembang tidaklah sama dengan Pembangunan Ekonomi Regional di negam maju. Di negara-
negana sedang berkembang biasanya menitik beratkan pada sektor pertanian, sedangkan
Pembangunan Ekonomi Regional di negara-negara maju menitik beratkan pada sektor industri. Hal
tersebut disebabkan karena sudah tersedia/tidaknya sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain..
Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua
daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah,baik jangka
pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang
dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan
satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.
Dalam pembangunan ekonomi regional dapat dikemukan beberapa teori yang penting,
yakni pemikiran-pemikiran menurut beberapa aliran dalam ilmu ekonomi (misalnya Klasik,
Neoklasik, Harrod-Domer, Keynes dan Pasca Keynes), teori basis ekonomi, teori lokasi, teori
tempat sentral, dan teori kausasi kumulatif. Pada hakikatnya, inti dari teori-teori tersebut berkisar
pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian
suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah tertentu.
Paradigma pembangunan, selama beberapa dekade terakhir telah mengalami perubahan
mendasar. Perubahan tersebut dipicu oleh berbagai “kesalahan” di dalam menerapkan model-
model pembangunan yang ada selama ini adalah sebagai berikut:
1. Kecenderungan melihat pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang diukur dengan secara
secara makro menuju pendekatan regional dan lokal
2. Pilihan antara pertumbuhan dan pemerataan.
3. Asumsi tentang peranan pemerintah dan partisipasi masyarakat di dalam proses
pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian).
DAFTAR PUSTAKA

Ernan Rustiadi, 2001: Pergeseran Menuju Paradigma Baru Pengembangan Wilayah,


Program Pascasarjana IPB (PS PWD IPB), Bogor.

https://www.slideshare.net/mobile/elygoroleba/pembangunan-ekonomi-regional

Boediono,1985: Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPEF, Yokyakarta.

Anda mungkin juga menyukai