Indonesia
Dosen pengampu : Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum. dan Wildan Insan Fauzi, M.Pd.
PROGRAM STUDI
BANDUNG
2018
In do n esia Dalam Aru s Sejarah Jilid 8 |2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahnim.
Puja dan puji syukur yang kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis terbuka dengan saran dan kritik demi kebaikan
kualitas makalah di masa yang akan datang. Demikian yang dapat kami sampaikan,
besar harapan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
In do n esia Dalam Aru s Sejarah Jilid 8 |3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 5
1.1.RUMUSAN MASALAH........................................................................... 5
1.2.TUJUAN ................................................................................................... 5
1.3.MANFAAT................................................................................................ 5
DI PAPUA........................................................................................... 120
DI INDONESIA.................................................................................. 127
LAMPIRAN.................................................................................................174
In do n esia Dalam Aru s Sejarah Jilid 8 |5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Orde Baru merupakan sebuah nama istilah yang digunakan untuk masa
pemerintahan Presiden Soeharto untuk pengganti istilah zaman pemrintahan
Soekarno yang disebut Orde Lama. Orde baru dimulai tahun 1966 saat
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
Pada tahun 1998 dikatakan sebagai akhir dari zaman Orde Baru ketika
Soeharto mundur dari jabatannya menjadi presiden dan jabatan presiden
digantikan oleh B.J Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden.
Kemudian masa Orde Baru digantikan denga Era Reformasi.
2.1 REFORMASI
Reformasi dimulai pda 21 Mei 1998 dan B. J Habibie sebagai presiden
untuk menggantikan Presiden Soeharto yang mengudurkan diri dari jabatannya
sebagai presiden. Penyebab awal jatuhnya masa Orde Baru ketika tahun 1977.
Krisis yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan masyarakat
Indonesia tidak puas terhadap pimpinan Presiden Soeharto menyebabkan
terjadinya demostrasi yang dilakukan mahasiswa di berbagai wilayah di
Indonesia. Tekanan dari dalam dan luar negeri membuat Presiden Soeharto
mundur. Hal inilah yang melatarbelakangi jatuhnya Orde Baru.
In do n esia Dalam Aru s Sejarah Jilid 8 |7
BAB III
PEMBAHASAN
Jajaran perwira tinggi Tertera Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD)
sangat tersinggung dengan tanggapan presiden. Peristiwa pembunuhan panglima dan
petinggi angkatan darat yang dianggap tidak ada artinya mengubah sikap Angkatan
Darat terdahadap soekarno. Melalui media massa, angkatan darat mulai membangun
opini publik yang anti-PKI dan waspada terhadap kebijakan Presiden Soekarno.
Sejak kematian Ahmad Yani dan para perwira tinggi staf angkatan darat,
solidaritas korps di lingkungan TNI AD semakin menguat.hal itulah yang tidak pernah
diperhitungkan oleh Soekarno dan PKI. Mereka sadar bahwa angkatan darat akan
dipecah-belah, antara kelompok yang pro soekarno dan kekuatan yang anti soekarno.
Kewaspadaan dan kecurigaan terhadap langkah politik soekarno menjadi semakin kuat.
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 3)
In do n esia Dalam Aru s Sejarah Jilid 8 |8
1. Bina kesatuan dan persatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner atas dasar
Panca Azimat Revolusi.
2. Menyingkirkan tindakan desktruktif, seperti rasialisme dan pembakar-bakaran.
3. Menyingkirkan fitnah atas dasar balam dendam.
4. Melarang demonstrasi yang tidak mendapat izin dari yang berwajib.
5. Meningkatkan terus aksi-aksi massa yang revolusioner secara konstruktif dalam
menghadapi Nekolim dari siasat subversif.
Presiden Soekarno tidak begitu saja menyerah. Ia melakukan gerakan baru untuk
mempertahankan kekuasaannya dengan dibantu oleh pendukung, baik kelompok
maupun perorangan, yang bersimpati kepadanya. Mereka berusaha untuk memindahkan
Soekarno dari jakarta ke suatu tempat di Jawa Timur. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012
hlm. 5)
Pertama, kelompok yang menghendaki ofensif harus dilawan dengan kontra ofensif,
kelompok ini bisa disebut dengan kelompok Nasution. Kedua, kelompok yang lebih
moderat dan akomodatif tanpa menyimpang dari sasaran pokok, kelompok ini biasa
disebut kelompok Yani. Ahmad Yani berpendapat bahwa Bung Karno harus dipisahkan
dari PKI dan tidak boleh jatuh ke tangan PKI. TNI -AD harus berlomba dengan PKI
untuk merebut Bung Karno. Di samping kedua kelompok itu masih ada kelompok
ketiga yaitu kelompok pemikir. Kelompok ini berpendapat :
1. Musuh TNI-AD adalah komunis. Musuh kita sedang menciptakan konsep perang
revolusi.
2. TNI-AD harus berlomba dan berkonfrontasi dengan PKI antara lain merebut Bung
Karno atau mencegah Bung Karno dari rangkulan PKI.
Di samping itu untuk menghadapi segala aksi-aksi PKI itu, pimpinan TNI -AD
tetap waspada dan berusaha untuk mencegahanya dengan cara melakukan manuver di
segala bidang. Dengan adanya doktrin Perang Wilayah atau Perang Rakyat Semesta,
maka ABRI dapat terlibat langsung dalam semua tata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sampai ke desa-desa.
Aksi-aksi PKI di desa-desa dihadapi oleh bintara desa (Babinsa) dan Komando
Rayon Militer (Koramil) di tingkat Kecamatan. Di samping itu juga dibentuk Kesatuan
Pertahanan Sipil (Hansip) dan Pertahanan Rakyat (Hanra) untuk menghadapi kegiatan
PKI di tingkat bawah.
Letnan Jenderal A Yani pada bulan Februari 1964 memerintahkan, agar Seskoad
melakukan diskusi (pra-seminar), dan pembahasan mengenai pendayagunaan AD. Hasil
diskusi dan pembahasan Seskoad dituangkan dalam makalah yang kemudian
didistribusikan kepada para Panglima Kodam (Pangdam). Isi pokok makalah adalah
pemikiran mengenai pertahanan keamanan bahwa TNI-AD reluctant terhadap politik
konfrontasi, sebaliknya kerjasama regional harus dipupuk. Juga dimuat pembahasan
tentang potensi ancaman dan gangguan, serta peranan AD sebagai kekuatan politik.
Makalah produk Seskoad tersebut dimaksudkan sebagai materi persiapan menuju
Seminar AD. Rupanya makalah ini bocor sampai ke Bung Karno sebab di Seskoad
sendiri terdapat sejumlah perwira yang pro PKI. Men/ Pangad memutuskan Seminar
tetap diadakan tanpa makalah. Kebetulan pula pada saat itu banyak universitas yang
mendapat tekanan berat dari PKI, seperti UI, UNPAD, GAMA Dosen-dosen mereka
direkrut sementara ke Seskoad, antara lain Hidayat Mukmin, Subagio Sastrowardojo,
Prof. Notonagoro.
Sebelum Seminar dimulai, sesuai dengan acara seminar, pada tanggal 2 April
1965 para peserta seminar menghadap Presiden Soekarno ke Istana Bogor untuk mohon
restu. Dalam amanatnya Presiden, mengatakan “bahwa rakyat Indonesia telah
menyeleweng dari rel revolusi” dalam tahun 1950-1959, tetapi sejak 1959 itu telah
menemukan kembali revolusi itu. Namun di dalam Angkatan Bersenjata proses tersebut
“belum dilaksanakan”. Di tambah pula, bahwa Angkatan Bersenjata telah menempuh
suatu strategi pertahanan yang tidak sesuai dengan revolusi kita yang asli, melainkan
dengan suatu revolusi yang menyimpang. Dalam amanatnya Presiden sempat menyindir
beberapa perwira yang mendapat didikan dari luar negeri telah membawa pulang
konsep “musuh berada di Utara”, konsep itu salah. Musuh Indonesia adalah Nekolim.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 11
Pidato inilah yang diduga oleh para perwira Seskoad, bahwa makalah pra Seminar AD
telah “bocor”kepada Bung Karno. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 8)
Pada hari Jumat tanggal 11 Maret 1966, situasi ibukota berbeda dari biasanya.
Jalan-jalan di sekitar Istana telah penuh dengan massa mahasiswa yang sejak pagi-pagi
buta telah berada di depan Istana. Jalan-jalan menuju Medan Merdeka praktis lumpuh.
Kampus Universitas Indonesia yang semula dijaga oleh kesatuan-kesatuan KOSTRAD
pada hari itu tampak sunyi, ditinggalkan oleh penjaganya. 'Mulut Jalan Menteng Raya
sangat sunyi dan Medan Merdeka Timur ditutup untuk umum. Pasukan Tjakrabirawa
dalam keadaan siaga tempur di sekitar Istana. Situasi kota Jakarta sangat mencekam,
sewaktu-waktu bisa pecah insiden dan pertumpahan darah.
Pada hari itu, di Istana akan diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora yang
Disempurnakan. Sidang Kabinet ini menjadi istimewa karena merupakan sidang
pertama Kabinet Dwikora yang Disempurnakan, sejak para menterinya dilantik pada 24
Februari 1966. Jalanan diblokir oleh mahasiswa dan ban mobil para menteri yang akan
menghadiri sidang dikempisi. Pada waktu itu mobil dinas menteri adalah sedan Dodge
Dart bercat hitam, dan mudah dikenali karena nomor polisinya hanya dua angka.
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 15)
Tatkala Presiden berpidato dalam sidang yang baru berlangsung lebih kurang
10 menit itu, Amir Machmud menerima nota dari Jenderal Sabur. Isi nota meminta agar
Amir Machmud keluar sebentar dari ruang sidang kabinet karena di luar ada pasukan
tanpa tanda pengenal. Oleh karena merasa tidak sopan meninggalkan ruangan ketika
Presiden sedang berpidato, Amir menolak. la yakin tidak ada bahaya yang mengancam,
berbeda dengan penilaian Sabur. Kemudian Sabur mengirim nota yang kedua dengan
catatan urgent yang meminta agar Amir Machmud keluar dari ruang sidang. Oleh
karena Sabur tidak berani mengambil risiko, ia langsung menyampaikan nota tersebut
kepada Presiden melalui Ajudan Presiden Bambang Widjonarko. (Abdullah dan Lapian
(ed), 2012 hlm. 16)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 12
Presiden menerima draf surat perintah dari Sabur, dan dibacanya. Kemudian ia
menyerahkan draf itu kepada Waperdam Leimena dan ketika pada giliran Dr.
Soebandrio, Presiden bertanya, "Bagaimana, Ban, kau setuju?" Pertanyaan itu kemudian
diulang Presiden, "Setuju?" Dr. Soebandrio menjawab, "Bisa berbuat apa saya? Bung
Karno sudah berunding tanpa kami." Bung Karno memotong, "Tapi kau setuju?" "Kalau
bisa perintah lisan saja," kata Dr. Soebandrio memberanikan diri sambil melirik ketiga
jenderal yang melotot ke arahnya karena geram mendengar kalimatnya yang terakhir itu.
Akan tetapi Soebandrio tidak takut. la tahu, mereka tidak bisa berbuat banyak. Suasana
santai berubah menjadi tegang. Tiba-tiba Amir Machmud menyela, "Bapak Presiden
tanda tangan sajalah. Bismillah saja, Pak."
yaitu Cosmas Batubara, Lim Bian Koen, Abdul Gafur, dan David Napitupulu.
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 20)
Pada awal pemerintahan Orde Baru, terdapat sejumlah jenderal yang dikenal
sebagai "kaum militan Orde Baru". Tokoh terpenting dari kelompok ini adalah H.R.
Darsono, Kemal Idris, dan Sarwo Edhie Wibowo. Ketiga perwira tinggi ini pernah
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 15
menjabat posisi sebagai panglima se-jawa, dan mereka adalah kelompok pendukung
Soeharto ketika menghadapi Soekarno pada masa awal Orde Baru.Diantara para perwira
tinggi, H.R. Darsono, Panglima Divisi Siliwangi di Jawa Barat, dikenal dekat dengan
para aktivis politik dari kalangan Partai Sosialis Indonesia yang telah dibubarkan
Soekarno di era Demokrasi Terpimpin. Mereka mengembangkan ide-ide tentang politik
Orde Baru, yang tidak sejalan dengan garis yang dianut Soeharto. Soeharto melakukan
tindakan Strategis untuk mewaspadai kekuatan politik datam tubuh tentara dengan cara
halus, sehingga secara bertahap para "militan Orde Baru" kehilangan jabatannya. Mula-
mula mereka diberi tugas pada jabatan yang kurang strategis, tetapi kemudian
dipindahkan ke jabatan yang sama sekali tidak berarti dalam proses pengambilan
keputusan. Semua itu telah membentuk struktur komando hierarkis dan menghapus
berbagai kesetiaan khusus. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 32)
B. DWIFUNGSI ABRI
duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan ketiga Organisasi politik lainnya
(Golkar, PPP, dan PDI)." (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 32)
Pada masa reformasi ini muncul pandangan dari kalangan politisi sipil di
parlemen, yang dipelopori Partai Bulan Bintang (PBB), agar ABRI (kini TNI-Polri)
melakukan pemisahan fungsi kerja secara tegas. Pemikiran dan usulan PBB kemudian
diterima anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Pada tahun 2000, melalui sidang parlemen
disahkanlah perundang-undangan yang memisahkan peranan TNI dengan Polri. Bidang
aktivitas TNI lebih difokuskan kepada pertahanan negara, sedangkan Polri lebih kepada
keamanan negara. Untuk memahami posisi militer harus dipahami tidak semata dalam
konteks hukum, melainkan juga dalam konteks sejarah. Hal ini harus dilihat dari
konteks sejarah, ketika golongan "fungsional" diterima kehadirannya dalarn badan-
badan perwakilan, sejak masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin, yang juga
dikehendaki Soekarno.
dilakukan oleh kalangan ABRI untuk mereduksi kekuasan presiden. justru semakin
menambah sumber kekuasaan bagi Presiden Soeharto, yakni kontrol Presiden Soeharto
semakin kuat. jabatan Kopkamtib yang diambil alih presiden itu telah menjadikan
pusat-pusat kekuasaan terpusat di tangannya." (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 38)
Sampai fase ini sebagaimana dikatakan Richard Robinson bahwa orde Baru
dapat digambarkan sebagai otoriterisme.n Adapun Mochtar Mas'oed dengan menyitir
pendapat Dwight King mengatakan bahwa Indonesia di masa orde Baru bersifat otoriter.
Analisis Perlmutter mengatakan bahwa pretorianisme otoriter, antara lain menghadirkan
kekuasaan pemerintah yang dipegang oleh militer dan berfusi dengan sipil dari kalangan
birokrat ataupun teknokrat. Dari kombinasi model antara pretorian otoritarian dengan
teknokratisme dan birokratisme, muncul apa yang disebut dengan konsep
otoritarisnisme teknokratis dan otoriterianisme birokratis. Dua konsep tersebut
merupakan kerangka kebijakan taktis kekuasaan militer untuk mencapai tujuan-
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 21
anggota kabinet. Kabinet Pembangunan IV, unsur militer ada 17 atau 42% dari jumlah
nominal 40. Pada Kabinet Pembangunan V, unsur militer ada 14 atau 34 % dari nominal
41 anggota kabinet. Pada Kabinet Pembangunan VI, unsur militer sebanyak 10 atau
24% dari 42 anggota kabinet. Adapun dalam Kabinet Pembangunan VII, dari kalangan
militer yang duduk di kabinet hanya 8 orang. Memang semakin menurun dalam
perkembangan terakhir, terutama setelah Presiden Soeharto lebih memercayakan
kepemimpinan politik kepada tokoh sipil, seperti Harmoko sebagai Ketua Umum
Golkar, dan B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden RI.
Perlu dipahami bahwa alih generasi kepemimpinan ABRI pada dekade 1990-
an adalah para pucuk pimpinan ABRI yang tidak mengalami revolusi kemerdekaan.
Romantisme bahwa mereka telah berjasa atas berdirinya republik ini sudah tidak ada
lagi, sebagaimana pada pucuk pimpinan ABRI sebelumnya. Faisal Tandjung, R.
Hartono, Wiranto, S. Subagyo, Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono, Syafri
Syamsuddin, dan perwira muda prospektif lainnya di lingkungan ABRI merupakan para
jebolan AMN yang mendapat pendidikan profesional kemiliteran di Akademi Militer.
Mereka lebih terlatih secara militer, tetapi juga memiliki pertimbangan lain untuk
terlibat dalam politik praktis. Gejala seperti itu mungkin dapat diterangkan dengan
meminjam istilah moerdani yakni “Militer masa Damai”. Oleh karena bukan perwira
konservatif istilah Moerdani yakni "militer masa damai sebagaimana yang terjadi pada
perwira sebelum tahun 1990-an akan lebih cocok kalau disebut "militer berpikir
modern". (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 47)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 23
B. RESTRUKTURISASI POLITIK
membentuk partai politik sebanyak-banyaknya.s Oleh karena itu, beberapa partai pun
berdiri, di antaranya PNI, Masyumi, Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo),
Partai Sosialis Indonesia (PSI), Murba, dan PKI. Masing-masing partai dibedakan
berdasarkan ideologi perjuangan yang dianutnya, yakni nasionalisme, Islam, Katolik,
Kristen, sosialisme, dan komunisme. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 57)
Program kerja LSM bersifat mikro. Ini berbeda dengan program kerja
pemerintah yang bersifat makro. Di samping itu. ISM mempunyai mobilitas yang lebih
tinggi dari lembaga pemerintahan karena struktur organisasi birokrasi LSM lebih
sederhana dan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Mereka banyak
menampung para sanana dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia. Surnber
keuangan LSM berasal dari penyandang dana internasional dan organisasi
nonpemerintah.
partai-partai politik. Namun partai politik selama Orde Baru tidak Lagi mempunyai
kemampuan untuk menjalankan fungsi utamanya tersebut. Akibatnya, masyarakat
menyampaikan sendiri tuntutannya kepada pemerintah dengan cara menggelar aksi
demonstrasi, terutama setelah Sidang Umum MPR tahun 1998 yang memilih kembali
Soeharto sebagai presiden. Para demonstran menuntut Presiden Soeharto agar
melakukan reformasi total. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 64)
C. RESTRUKTURISASI SOSIAL
Indonesia merupakan negara yang memiliki suku bangsa (etnik) paling banyak
di seluruh dunia. Menurut hasil penelitian antropolog M. Junus Melalatoa, terdapat
sekitar 500 suku yang terdapat di wilayah Indonesia,22 di antaranya adalah Jawa, Sunda,
Melayu, Minangkabau, Palembang, Minahasa, Bajau, Manggarai, Bugis, Makassar,
Ambon, Lampung, Madura, Dayak, Batak, Aceh, Betawi, dan Amungme. Masing-
masing suku mempunyai subsuku lagi, misalnya Simalungun sebagai subsuku bangsa
Batak. Melalatoa menghitung jumlah suku di setiap propinsi. Menurutnya, Propinsi
Papua mempunyal jumlah suku yang paling banyak, yakni sekitar 116 suku. Urutan
selanjutnya adalah Propinsi Kalimantan Barat (71 suku), Nusa Tenggara Timur (46
suku), Maluku (45 suku), Sumatera Selatan (29 suku), Kalimantan Timur (28 suku), dan
Sumatera Utara (20 suku). Propinsi lainnya mempunyai jumlah suku kurang dari 20,
seperti Aceh, Bali, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, dan Sumatera Utara. Propinsiyang memiliki jumlah suku paling sedikit adalah
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 28
Sumatera Barat (2), Jakarta (1), Yogyakarta (1), dan Lampung. (Abdullah dan Lapian
(ed), 2012 hlm. 65)
D. KERUSAHAN SITUBONDO
Kelompok massa lalu mendatangi Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bukit Zion
yang berjarak hanya 300 meter dari PN Situbondo. Mereka percaya dengan informasi
bahwa Soleh disembunyikan di dalam gereja tersebut. Akibatnya, Gereja Bukit Zion
dibakar. Sejak awal, massa memercayai rumor keringanan hukuman kepada Soleh
sengaja dilakukan oleh hakim yang beragama Kristen dan Katolik untuk menghina
agama Islam. Tidaklah mengherankan apabila mereka langsung memercayai kabar
Soleh disembunyikan di dalam gereja atau di sekolah-sekolah milik Kristen dan Katolik.
Akibatnya beberapa gereja dirusak dan dibakar, di antaranya Gereja Katolik Maria
Bintang Samodra, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (BPPS), Gereja Protestan
Indonesia Barat (GPIB), Gereja Kristen Jawa Wetan (GOW), Gereja Pantekosta di
Indonesia (GPI), Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS), dan Gereja Sidang Jemaat
Pantekosta (GSJP). Gedung sekolah, panti asuhan, dan kompleks rumah keluarga
pendeta yang berada di sekitar gereja juga menjadi sasaran, seperti gedung SD dan SMP
Katolik Franciscus Xaverius, gedung TK, SD, dan SMP Imanuel Kristen, Panti Asuhan
Buah Hati milik GPPS Gang Kharisma, beserta kompleks rumah kependetaannya.
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 71)
E. KERUSUHAN TASIKMALAYA
oleh para pedagang Tasikmalaya pada 1950-an. Mereka mengalami masa kejayaannya
hingga tahun 1970-an. Keberhasilan mereka menarik minat perusahaan-perusahaan
besar di luar Tasikmalaya untuk melakukan perdagangan dengan pola kredit pula.
Keikutsertaan beberapa perusahaan besar ini menggeser lahan bisnis mereka sehingga
mereka tergusur. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 71)
analisis adanya upaya mengganggu stabilitas nasional dengan merusak kerukunan umat
beragama. Di antara yang berpendapat demikian adalah Ketua Umum Pengurus Pusat
Muhammadiyah Amien Rais. Doktor ilmu politik ini menilai kerusuhan Tasikmalaya
berkaitan dengan rencana menggagalkan Pemilu 1997. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012
hlm. 73)
Politik luar negeri Indonesia selama Orde Baru dijalankan berdasarkan prinsip
dasar yang telah ditetapkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia atas dasar kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial." Dengan demikian, para pendiri negara inisejak awal telah
menggariskan naluri dasar Indonesia sebagai bangsa dengan mendahulukan
kemerdekaan sebagai kaidah utama, sedangkan perdamaian dan keadilan sebagai kaidah
pendukung yang tak terpisahkan. Sebagai bangsa, Indonesia tidak ingin mendapat
kemerdekaan yang semu, meski dijanjikan perdamaian dan keadilan. Akan tetapi
Indonesia maklum, kemerdekaan yang sejati hanya bertahan dalam lingkungan nasional
yang damai dan atas dasar pembangunan yang berkeadilan sosial. Tanpa perdamaian
dan keadilan sosial, kemerdekaan politik akan sia-sia saja.
Pelaksanaan prinsip dasar politik luar negeri adalah wewenang dan tugas
pemerintah yang berkuasa. Sejak Adam Malik mengumumkan di depan sidang Dewan
Perwakilan Rakyat pada April 1966, bahwa "Politik luar negeri Indonesia diabdikan
untuk kepentingan nasional melalui pembangunan maka operasionalisasi hubungan luar
negeri Indonesia didasarkan pada pemikiran bahwa politik luar negeri Indonesia di
ajang Internasional akan disegani dan dihormati apabila Indonesia menjalankan
pembangunan nasional atas dasar persatuan dan kesatuan politik yang demokratis,
pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri yang memadai, dan pemerataan
serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012
hlm. 79)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 32
Pada masa awat pemerintahan Orde Baru, Adam Malik dapat meluaskan
pengaruhnya secara menentukan dalam pembuatan kebijakan politik luar negeri, walau
secara "bertahap ia tersingkir oleh kalangan militer. Salah satu prioritas utama
pemerintah Orde Baru, dalam hal hubungan luar negeri adalah melakukan pemulihan
hubungan baik dengan Malaysia, setelah sebelumnya pada masa Orde Lama pemerintah
menjalankan politik "konfrontasi" Malaysia, yang menyebabkan Indonesia nyaris
terpencil dalarn pergaulan dunia internasional. Usaha pemulihan hubungan tersebut
membuahkan hasil yang maksimal sejauh usaha yang telah dilakukan, sehingga pada
tanggal 11 Agustus 1966 Persetujuan Rujuk Indonesia- Malaysia ditandatangani,
sebagai wujud keberhasilan tahap awal.
Pada tahun 1974, Adam Malik tidak merasa keberatan atas pembukaan sebuah
kantor di Jakarta untuk Palestine Liberation Organization (PLO) meskipun itu bukan
permintaan resmi dari perwakilan PLO.27 Walaupun pihak militer tidak menyetujui
prakarsa itu karena khawatir akan timbulnya gerakan radikalisme Islam di Indonesia,
Adam Malik tidak terlalu mengkhawatirkan dampaknya untuk jangka waktu pendek.
Sebab, sekalipun pihak militer tetap mengkhawatirkan dampak buruk yang ditimbulkan
atas penerimaan tersebut, langkah yang diambil oleh Adam Malik ini mencakup
pertimbangan bahwa sasaran yang hendak dicapai adalah munculnya dukungan politik
luar negeri dari kalangan negara-negara Islam bagi terwujudnya keinginan Indonesia
untuk menjadi ketua Gerakan Non-Blok. Tak heran ketika PLO mendirikan
pemerintahan dalam pelarian pada tahun 1987, Indonesia mengakui eksistensi
pemerintahan Palestina tersebut dan Indonesia pada saat itu pun mengumumkan akan
memberi izin bagi PLO untuk membuka kantor perwakilan di Jakarta. (Abdullah dan
Lapian (ed), 2012 hlm. 85)
Pada 4-5 Agustus 1977, KIT Il ASEAN diadakan di Kuala Lumpur,38 dihadiri
oleh PM Singapura Lee Kuan Yew, Presiden RI Soeharto, PM Malaysia Datuk Hussein
Onn, presiden Filipina Ferdinand Marcos, dan PM Thailand Thanin Kravixien. Dalam
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 33
acara pembukaan, Presiden Soeharto menegaskan, antara lain, penilaian dan keinginan
Indonesia akan perlunya penyempurnaan struktur organisasi dan mekanisme kerja
ASEAN agar dapat mengimbangi tuntutan perkembangan dan kerja sama ASEAN.
Pada 1978, berakhirlah sudah tugas Adam Malik sebagai menteri luar negeri.
Selama bertugas sebagai menlu, Adam Malik sering berbeda pendapat dengan Soeharto.
Contohnya, Adam Malik terlihat tertarik untuk memulai lagi hubungan dengan RRC
sejak Agustus 1976. Adam Malik berpendapat bahwa tak ada masalah antara Jakarta-
Beijing. Adam Malik mengusulkan agar hubungan diplomatik dengan RRC dapat
dimulai setelah pemilihan umum bulan Mei 1977. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm.
87)
KTT ASEAN III diadakan pada 14-15 Desember 1987. Presiden Soeharto
memutuskan untuk hadir walaupun keamanan di Manila pada Saat itu agak rawan.
Kehadiran Soeharto menunjukkan rasa hormat terhadap konferensi dan sikap
kepemimpinan dari peranan Indonesia, Kongres tersebut berhasil dilaksanakan, dan
mengokohkan kepemimpinan Soeharto di antara para pernimpin ASEAN.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 35
Pada butan Maret 1987, Ali Alatas, yang saat itu menjadi duta besar RI untuk
PBB, menghadiri Konferensi Perlucutan Senjata PBB di Beijing. Pada 1987, suatu
perkembangan baru telah terjadi. Uni Sovyet memutuskan membuka hubungan dengan
RRC. Melihat keadaan tersebut, Indonesia merasa perlu untuk memulihkan hubungan
diplomatik dengan RRC.
Sejak Ali Alatas menjabat sebagai menteri luar negeri, pelaksanaan politik
luar negeri diupayakan untuk menggalakkan kembali dialog Utara-Selatan dan
kerjasama Selatan-Selatan. Upaya ini bersamaan dengan redupnya komunisme di Uni
Sovyet dan Eropa Timur serta makin menonjolnya masalah-masalah ekonomi
internasional.
Pada 3 Desember 1988, Ketua The Population Institute, Mr. Werner Fornos,
menyerahkan tanda penghargaan The Global Statesmen in Population kepada Presiden
Soeharto atas keberhasilan Soeharto dalam menangani masalah kependudukan.
Indonesia di bawah Soeharto, Singapura di bawah Lee Kuan Yew, dan Malaysia di
bawah Mahathir Muhammad adalah negara yang memiliki kemandirian relatif yang
lahir tidak hanya karena perubahan struktural konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial-
ekonomi yang ada, namun juga karena perubahan konfigurasi sosial-budaya dan politik.
Artinya, kemandirian relatif ini terjadi bukan hanya karena adanya perubahan struktur,
melainkan juga karena secara kultural para pemimpin negara sendiri itu
membentuknya.102 Oleh karenanya, untuk melihat peran ketiga tokoh ini, kita mesti
mendekatinya dari sudut kultural dan struktural secara sekaligus. Selain itu, analisis dan
interpretasi dari berbagai perspektif juga penting untuk menjelaskan secara
komprehensif tentang Soeharto, Lee Kuan Yew, dan Mahathir. (Abdullah dan Lapian
(ed), 2012 hlm. 91)
Semua pencapaian Soeharto, Lee Kuan Yew, dan Mahathir dalam membangun negara
mereka masing-masing mengalami goncangan dahsyat pada tahun 1997. Banyak kajian
yang mencoba menjelaskan tentang kehancuran finansial yang memicu resesi dan
kemudian merembet ke krisis multidimensi, seperti kerusuhan dan kekerasan yang
bermunculan di berbagai daerah, gerakan separatisme di beberapa daerah. Krisis dialami
berkepanjangan oleh Indonesia dan Malaysia, dan hanya sedikit saja yang dirasakan
Oleh Singapura. Semua ini tidak dapat dimengerti tanpa perspektif historis, politik,
ekonomi, sosial, dan kultural.
Akan tetapi Soeharto mengakhiri masa kekuasaannya dengan cara yang tragis. la
dipaksa mundur setelah 32 tahun berkuasa (1966-1998) dengan cara yang tidak
terhormat oleh mahasiswa. Soeharto tunduk pada desakan melakukan reformasi (1998).
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012 hlm. 101)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 37
PERLAWANAN GAGASAN
Keberadaan suatu membutuhkan konstruksi yang berfungsi sebagai alat
legitimasi yang menjamin keatsahan. Gagasan tidak hanya memberi legitimasi,
melainkan akan mengarahkan perilaku aktor-aktor sejarah. (Soemitro Djojohadikusumo,
1988) ( Abdullah dan Lapian (ed), 2012; hlm 107 )
Aktor Orde Baru adalah kekuatan-kekuatan sejarah yang tergabung dalam
kelompok besar yang disatukan oleh pandangan anti-PKI (Partai Komunis Indonesia).
Kelompok ini pada masa Demokrasi Terpimpin mengalami tekanan politik dan
ekonomi oleh PKI dan kekuatan pendukung Soekarno. Namun peristiwa "30 Septenber
1965 "membalik semuanya. Yang memunculkan aliansi besar anti PKI diantaranya
KAMI ( kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia),
ormas-ormas dan partai-partai politik yang tidak sehaluan dengan PKI. Semuanya
mengelompok dalam badan koalis besar menentang PKI. Resim seokarno akhirnya
jatuh.(Soemitro Djojohadikusumo, 1988) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm108)
Dekonstruksi gagasan Soekarno dan perlawanan ideologi PKI tibangun oleh
para aktor Orde Baru dalam waktu yang relatif lama. Benih-benih perlawanannya
memang sudah tertanam sejak awal masa Demokrasi
Terpimpin.(SoemitroDjojohadikusumo,1988) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm108)
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presider 5 Juli 1959 yang meryatakan
kembali ke UUD 1945" dan membubarkan Konstituante yarg dipilin oleh rakyat,
sebelum pekerjaannya membuat Undang-undang Dasar baru selesai. Dengan suatu
dekrit dinyatakan herlakunya kembali UUD 1945. Perkembangan palitik yang terakhir
dengan demokrasi yang berakhir dengan anarki membuka jaian untuk lawannya:
diktator. Benih-benih perlawanan gagasan selalu muncul. Perlawaran itu, yang paling
mudah diidentifikasi adalah dan lawan- lawan politik Soekarno, sebagaimana
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 38
disinggung di muka. Namun, perlawaran gagasan bisa tumbuh dari ketompok lain.
Datam konteks zaman itu, sumber potensial perlavanan gagasan justru berasal dari
kalangan kampus, khususnya Universitas Indonesia.(Kholid Novianto, 1993)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm109)
Akar-akar munculnya perlawanan gagasan dari kalangan kampus sebetulnya
tidak terlepas dari polirik nasionalisasi Universitas Indonesia sejak awal 1950- an.
Implementasi kebijakannya adalah nasionalisasi vis dan misi, stat pengajar, bahasa
pengantar, dan kurikulum. (Kholid Novianto, 1993)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm109)
Stap pengajar UI berpindah ke Amerika Serikat yang pada saat itu menyediakan
sejumlah beasiswa. Setelah mereka kembali ke Indonesia pada awal 1960-an dengan
sejumlah gagasan-gagasan baru yang nantinya sangkat berbeda dengan gagasan
ekonomi generasi sebelumnya. Wahana yang mereka miliki sangat terbatas salah satu
yang cukup menonjol adalah Jurnal Ekononi dan Keuangan indonesia (EKI) dikelola
oleh lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI(LPEM-FEUI) ini mulai
menulis tulisan ekonomi muda yang menyerang sistem ekonomi rezim Demokrasi
terpimpin. (Niam A. Yunus, 1997) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm110)
Bagi kalangan dosen dan mahasiwa FEUI Biro Perancang Negara (BPN) yang
didirikan oleh Soemitro Djojohadikusumo pada tahun 1951, BPN yang merupakan
institusi nondepartemen yang bertugas sebagai lembaga perencanaan pembangunan dan
bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri tersebut kerap kali memanfaatkan
tenaga mahasiswa dan dosen FEUI untuk tugas-tugas perencanaan.( Ali Budiardjo,
2001) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm110)
Gagasan-gagasan kaum ilmuwan dimanfaatkan oleh TNI AD dalam menyusun
konsep pembangunan Orde Baru, perlawanan gagasan Angkatan Darat (AD) memang
agak hati-hati. Bahkan terhadap peristiwa gerakan "30 september" PKI, Angkatan Darat
hanya menunjuk PKI sebagai gerakana "kontra revolusi". Makna kata tersebut
sesungguhnya adalah pengambilan kekuasaan, sebagaimana dikatakan oleh Jenderal
A.H Nasution. Pengambilalihan kekuasaan negara oleh kaum-kaum kontra revolusioner
seperti RMS, Kahar Muzakar, Darul Islam, PRRI, Permesta, dan Peristiwa Gestapu
yang paling akhir ini. (A.H Nasution, 1984) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm111 )
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 39
Kata social control yang digunakan Soeharto pada saat ini sesungguhnya adalah
penghalusan dari kata perlawanan. Kata ini pula yang dipilih oleh Jenderal A.H
Nasution dalam mengkritik rezim Soekarno. Penegasan sikap KAMI setelah seminar itu
antara lain berbunyi:
1. Berdiri sepenuhnya di belakang pimpinan Besar Revolusi Bung Karno
dan siap melaksanakan Komando Pemimpin Besar Revolusi.
2. Siap jadi pasukan jibaku dalam menumpas Nekolim-kontrarevolusi
Gestapu-subversi dan korupsi.
3. Siap menjadi tali pengikat integrasi organis tritunggal Bung Karno-
ABRI-Rakyat
4. Siap melaksanakan perjuangan revolusi bangsa dan proses kontinuitas
kemajuam sejarah bangsa.
5. Dikembalikan dengan mempertinggi ketahanan ekonomi dan
peningkatan pembangunan ekonomi sosialis Indonesia.
Seiring pemburukan politik yang terus berlangsung pada tahun itu, kritik-kritik
keras yang sudah diteriakkan dalam demonstrasi jalanan sejak 10 januari 1966 mulai
memengaruhi konstruksi gagasan para calon aktor Orde Baru. Presiden Soekarno
mengeluarkan surat perintah 11 maret 1966. Berdasarkan mandat ini, Soeharto
mengambil tindakan memerintahkan pembubaran PKI beserta seluruh organisasi
mantelnya. Diiringi dengan sejumlah tindakan lainnya, suatu proses politik kejatuhan
Soekarno memang tidak terhindarkan. (Ibid) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm112 )
Seminar KAMI yang pertama, kritik yang dilancarka masih setengah
terselubung, maka pada "Simposium Kebangkitan Semangat '66: Mendjeladjah Trace
Baru" pada tanggal 6-9 Mei 1966. Simposium justru memberikan kritik ideologis yang
paling mendasar terhadap gagasan Soekarno, terutama Nasakom. Mengikuti kritik
ideologis, kritik terhadap bidang hukum dan politik juga mempunyai kedalaman
substansi yang serupa. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm113)
Kecaman terhadap kehidupan ekonomi, penolakan terhadap seluruh struktur
hingga jargon politik soekarno tersebut tampaknya menjadi suatu kecenderungan baru
di kalangan elite politik masa itu. Titik kulminasi kritik social dan ideology terhadap
rezim soekarno mencapai puncaknya dalam Seminar Angkatan Darat II (25-26 Agustus
1966) PKI yang menjadi “tertuduh utama” tentu saja tidak serta merta menerima
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 40
tuduhan ini. Sudisman, salah satu anggota Politbiro CC PKI, dalam pledoinya mengakui,
“tokoh-tokoh PKI, termasuk saya sendiri, terlibat dalam G-30-S PKI, tetapi PKI sebagai
organisasi tidak terlibat dalam G-30-S”. (Sudisman, 2000)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm114)
Kritik-kritik pedas yang dilancarkan KAMI, AD, dan elemen lainnya yang
sehaluan, Soekarno tampak bersikukuh dengan sikapnya. Dalam pidato 17 Agustus
1966, dia menegaskan keyakinannya. “Mengapa kita unggul di masa lampau? Kita
unggul karena seluruh bangsa dan semua kelompok revolusioner bersatu”. (Harold
Crouch, 1986) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm115)
Kemudian ia menyatakan, “Aku adalah Pemimpin Besarmu. Itulah yang
dikatakan oleh MPRS. Aku pemimpinmu. Ikutlah kepemimpinanku, ikutlah semua
intruksi-intruksiku.” (Harold Crouch, 1986) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm115 )
GAGASAN POLITIK ORDE BARU
Kritik politik dan ideologis terhadap rezim Soekarno menjadi landasan pijak
gagasan politik yang dikembangkan Orde Baru selanjutnya. Oleh karena kejatuhan
Soekarno juga merupakan titik kulminasi dualisme kekuatan yang dimenangkan oleh
Angkatan Darat dan mahasiswa yang tergabung KAMI maka konstruksi kekuasaan baru
sangat diwarnai oleh sikap permusahan terhadap rezim sebelumnya. keinginan untuk
melepaskan diri dari seluruh konstruksi gagasan dan praktek potitik ekonomi rezim
Demokrasi Terpimpin menyebabkan Angkatan Darat menganggap bahwa naiknya
Soeharto dalam panggung kekuasan baru bukan sekadar pergantian kepemimpinan
nasional yang normal. Orde Baru dimaksudkan sebagai "Sikap mental" Pengertiannya
adalah tercapainya kesatuan sikap dan penilalan terhadap masa tercapainya kesatuan
sikap dan penilaian terhadap masa lalu.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm115-116)
Karena rezim Demokrasi Terpimpin dianggap menyimpang dari pelaksanaan
Pancasila, maka Orde Baru berusaha merumuskan cita-citanya pada upaya
"pemurniaan" pelaksanaan Pancasila. Pada gagasan memurnikan pelaksanaan Pancasila
inilah hampir seluruh kekuatan sosial politik kontra PKI pada saat itu dipertemukan.
Komitmen ini dianggap sebagai bentuk final dalam kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan. (Soeharto, 1967) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm116)
Mereka menamakan diri "Kekuatan Pancasila" itu berusaha memformalkan level
MPRS, dilakukan pembersihan terhadap anggota-anggotanya yang dianggap terlibat
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 41
peristiwa gerakan "30 september 1965". Pengesahan dan penahanam menteri mencapai
15 orang menteri. Pembersihan aparatur mulai intensif sejak 18 maret 1966 di
departemen-departemen pemerintah, ABRI hingga Perusahaan Negara. Lahirnya "Front
Pancasila" (4 Mei 1966), lalu front ini pada tanggal 18 Mei 1966 mengeluarkan
pernyataan "Kebulatan tekad Front Pancasila-ABRI" yang berisi keinginan untuk
memurnikan Pancasila dan menyukseskan agenda Sidang Umum MPRS. Disusul
dengan penandatanganan kebulatan tekad bersama (24 Juni 1966) antara Ormas-ormas,
Parpol dan ABRI dengan agenda yang serupa. (Nugroho Notosusanto, 1985)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm117)
Jaminan pemurnian Pancasita dan UUD 1945 dirumuskan dalam Ketetapan
MPRS NO. XX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966. Dalam konteks politik, komitmen
pemurnian Pancasila mempunyai konsekuensi cukup luas. Pertama secara kelembagaan,
ada keharusan untuk melakukan penataan kelembagaan politik dan fungsionalisasi
lembaga politik sebagaimana amanat UUD 1945. Dan kedua perlunya pembaruan
politik guna mengamankan pelaksanaan pemurnian Pancasila. (Nugroho Notosusanto,
1985) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm117)
Tekanan terhadap negara hukum, politik kelembagaan dan depersonalisasi
politik tersebut pada dasarnya menegaskan gagasan yang pernah dirumuskan datam
Simposoum KAMI (6-9 Mei 1966) di UI di mana dirumuskan negara RI adalah negara
hukum yang melindungi hak asasi, persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial
ekonomi, peradilan yang bebas dan legalitas.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm118)
Faktor Soeharto memang sangat kuat. Di samping karena posisinya sebagai
pengemban Supersemar dan pengukuhannya sebagai Pejabat Presiden, popularitasnya
juga sedang sangat tinggi karena keberhasilan memimpin aliansi besar kekuatan kontra
PKI. Dapat dimengerti apabila pembaruan potitik yang akan berlangsung sangat
dipengaruhi oleh corak pemikiran Soeharto.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm118)
Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan
DPR GR umpamanya, Soeharto justru memperkenalkan tafsir baru terhadap Demokrasi
Pancasila dengan menekankan pada asas kekeluargaan dan gotong-royong. Posisinya
sebagai Presiden dan tanggungiawabnya untuk melakukan tertib politik akan sangat
dipengaruhi sampai sejauh mana pemahamannya terhadap demokrasi. Demikianlah,
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 42
partai besar seperti PNI, dan NU lebih menyukai sistem proporsional dengan sistem
daftar. Akhir negosiasinya adalah kesediaan pemerintah mengalah, menggantinya
dengan sistem proporsional. Namun pemerintah memberikan syarat adanya jaminan
objektif bahwa hasil pemilihan umum tidak akan membuka peluang bagi diubahnya
Pancasila dan UUD 1945. Jaminan objektif ini adalah adanya 1/3 anggota MPR yang
diangkat. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm122 )
Pembahasan RUU Pemilu dan RUU Susunan Kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD digelindingkan dalam forum DPR GR. Setelah berlangsung pembahasan alot
sepanjang kurang lebih 3 tahun, pada 19 Desember 1969, akhirnya RUU itu disahkan
menjadi UU No.15 tentang Pemilihan Umum dan UU No. 16 tentang Susunan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Agenda Orde Baru selanjutnya adalah
penyederhanaan partai politik. Harus diakui hingga pelaksanaan Pemilu 1971, agenda
ini belum berhasil dilakukan. Ketetapan MPRS No. XXII/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli
1966 tentang Kepartaian, Keormasan dan Kekaryaan, "Pemerintah bersama-sama DPR
GR segera membuat Undang- undang jang menudju pada penjederhanaan,"
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm122-123 )
Institusi AD tampaknya mengambil gagasan ini tatkala memberikan sumbangan
pikiran pada Kabinet Ampera. Gagasan ini baru mendapatkan perhatian Soeharto pasca
Pemilu 1971. Akan tetapi, dalam pandangan Soeharto, penyederhanaan partai bukanlah
persoalan efektivitas. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm123 )
Spiritualitas yang tampak dari struktur keseimbangan ini mengingatkan pada
pandangan dunia Jawa, di mana realitas dunia dipersepsi dikendalikan oteh kekuatan
meta-dunia. 0leh sebab itu, dalam pandangan ini, realitas haruslah dipahami dalam
konteks keseluruhan relasi-relasi eksistensi itu sehingga sikap mental yang diharapkan
adalah tidak terbedakannya antara pandangan keagamaan, realitas interaksi sosial, dan
sikap atau pandangan terhadap alam. Perspektif pandangan inilah Soeharto memandang
perlunya penataan dan penyederhanaan kepartaian sebagai bagian dari logika filosofi.
Yang dikehendaki Soeharto adalah terciptanya kehidupan politik yang relatif sepi daru
konflik yang bersifat eksplosif. Penyederhanaan partai, dapatlah dipandang sebagau
upaya mengeliminasi potensi konflik politik. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm124 )
Soeharto memilih penyederhanaan dengan pola merjer antar partai. Betapa
sukarnya menyatukan institusi yang mempunyai ideologi dan tradisi yang berbeda
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 44
dalam suatu bentuk partai baru. Hambatan ini hanya bisa diatasi dengan pendekatan
kekuasaan. Lahir kemudian partair baru, kproses ini berjalan tidak alamiah, maka masa
depan partai-partai baru itu pun sudah dapat diperkirakan akan banyak menemui
kendala. Trauma terhadap pertikaian politik masa sebelumnya meyakinkan Soeharto
bahwa masa depan kehidupan parta harus disusun dengan mengedepankan program
dibandingkan perbedaan asas. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm125)
Melalui asas tunggal, di samping berusaha menutup benih konftik disintegrasi
ideologis, Soeharto juga bermaksud menciptakan suatu dasar kehidupan politik baru
yang sepi dari trauma konflik ideologis. Cita-cita itulah yang dimaksudkan dengan
terwujudnya masyarakat Pancasila. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm125 )
PEMIKIRAN DAN GAGASAN EKONOMI ORDE BARU
Fakta yang paling mencolok adalah kemerosotan ekonomi yang sangat parah,
Selama lima tahun (1960-1965) pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 2,0
%, tanpa ada perubahan struktural yang berarti , sektor pertanian tetap mendominasi
struktur ekonomi sebesar 52,4 % Inflasi membumbung tinggi hingga 636 % pada tahun
1966.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm126)
Ada tiga seminar yang berpengaruh cukup besar dalam memberikan bentuk yang
lebih konkret terhadap gagasan pembangunan ekonomi dan politik Orde Baru. Pertama
adalah Pekan Ceramah dan Seminar Ekonomi Keuangan dan Moneter (10-20 Januari
1966) kedua Simposium kebangkitan Semangat 66: Mendjeladjah Tracee Baru (6-9 Mei
1966), Ketiga adalah Seminar II Angkatan Darat di Bandung (25-31Agustus
1966).(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm126 )
Kritikan dan kecaman dalam seminar itu menjadi bermakna secara politik karena
forum tersebut dihadiri para elite politik baru yang nantinya akan mengendalikan Orde
Baru. Kematangan gagasan para ekonom muda yang berkumpul dalam seminar itu
dapat dilihat tidak saja dalam ketajaman analisa persoalan yang disampaikan alam
ceramah dan makalah yang dituliskan. Kesimputan Seminar Januari ternyata sudah
memformulasikan langkah- langkah strategis yang harus ditempuh. Langkah-langkah
itu atau garis besar program yang harus dilakukan pemerintah.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm127)
Rencana Ekonomi Perjuangan 1966-1968. Substansi gagasan dalam rencana
ekonomi perjuangan itu terdiri dari empat langkah strategis, yaitu:
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 45
Mohammad Sadli. salah satu anggota tim ekonom, menjelaskan bahwa persuaan
ide itu sangat ditunjang oleh persamaan dalam struktur pola berpikir dan kedekatan
yang terbangun dari hubungan fungsional, misalnya kesediaan ekonom untuk
memberikan pelajaran dalam kursus-kursus Seskoad. Sejak Soeharto dilantik sebagai
pejabat Presiden dalam SU MPRS 1966. Di samping membentuk Kabinet Ampera,
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 47
Soeharto juga mengangkat sejumlah staf pribadi (Spri). Diluar staf pribadi kalangan
militer, Soeharto mengangkat sejumlah staf pribadi dari kalangan sipil. Pengaruh
mereka sangat dominan dalam merumuskan kebijakan ekonomi sebab Soeharto
memasukkan mereka dalam anggota Dewan Stabilisasi Nasional yang dipimpin
langsung olehnya.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm131-132)
Sri Sultan berusaha mendekati negara-negara Barat dan Jepang dalam kerangka
penundaan dan penjadwalan kembali hutang luar negeri Indonesia serta upaya
penjajakan mencari dana pinjaman. Adam Malik menjalin ulang kerjasama dengan
lembaga- lembaga internasional, seperti PBB, IMF dan World Bank, WHO, ILO, dan
lembaga internasional lainnya. (Rizal Mallaranggeng, 2002)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm134)
Langkah yang paling strategis adalah tatkala pemerintah mengundang IMF. Arti
penting undangan ke IMF ini bukan saja untuk membantu merumuskan perencanaan
kebijakan yang masuk akal. Lebih dari itu, undangan ke IMF ini dimaksudkan untuk
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 48
Selama safari ekonomi selama 40 hari tersebut adalah antara lain diperolehnya
kredit baru sebanyak 120 juta dolar AS untuk impor kebutuhan pokok dan spareparts
dalam rangka operasi penyelamatan. Dan 167 juta dolar AS sebagai hasil kembali
berlakunya bantuan-bantuan yang dibekukan, dan bantuan-bantuan yang dialihkan
penggunaannya dari tujuan konsumtif ke spareparts atau tujuan yang lebih
produktif.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm135-136 )
yang sangat terbatas. Dari segi moneter, pengetatan anggaran dilakukan dengan
menekan jumlah uang yang beredar melalui kenaikan suku bunga kredit serta menekan
jumlah uang yang beredar. Pemerin berusaha agar anggaran tidak menjadi sumber
kenaikan inflasi. Harapannya, "ABN tidak lagi mendjadi kambing hitam dari keadaan
moneter jang belum membaik ini, atau setidak-tidaknja sebab-sebab jang berasal dari
pemerintah sendiri dapat dibatasi sekali." Kedua, mulai dilonggarkannya mekanisme
pasar dengan Penanaman modal asing dipermudah, mekanisme ekspor diperlancar,
memangkas pajak ekspor, dan lainnya. Pendeknya, liberalisasi perdagangan menjadi
dasar utama perumusan paket 3 Oktober tersebut. Pada tanggal 10 Januari 1967, sudah
disahkan berlakunya UU No.1/1967 Penanaman Modal asing. Selanjutnya disahkan UU
No. 14/1967 pokok-pokok perbankan dan UU lainnya. (Anna Booth, 1968)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm136-137)
Terbentuknya IGGI (Inter Govermental Group on Indonesia) pada 23-24 Pebruari 1968.
Untuk secara berkesinambungan memperoleh dana internasional dengan bunga yang
relatif rendah. Pada tahun 1968, defisit anggaran sudah tidak terjadi. uang beredar dapat
ditekan hingga 120 % , sedangkan kenaikan harga ( inflasi ) hingga mencapai 85 % .
Neraca perdagangan sudah surplus 41 juta dolar, namun transaksi berjalan masih defisit
juta dolar. Adapun pertumbuhan ekononomi menjadi 4,8%. (Diana Conyers, 1990)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm138)
Pada tahun 1968 serta adanya Tap MPRS No. XII/MPRS/1968 menyusun dan
melaksanakan rencana pembangunan Lima tahun, maka pelaksanaan Repelita I dapat
dimulai sejak 1 April 1969. Konsep Repelita sebenarnya adalah perencanaan
pembangunan jangka menengah. Tujuan dari perencanaan itu sendiri adalah
mengarahkan proses pertumbuhan ekonomi suatu negara sesuai dengan sumber daya
yang tersedia dan keinginan politik negara yang bersangkutan. (Diana Conyers, 1990)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm138)
Pertanian mempunyai multiplier effect yang tinggi. Namun sejauh mana tingkat
multiplier effect sekto pertanian terhadap sektor-sektor yang lain, tentunya pada masa
itu masih sulit diukur. Sasaran akhirnya adalah merombak struktur ekonomi dimana
pengembangan sektor industri akan memperoleh
tempat.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm140)
Konsep Repelita I hanya terdiri dari dua buku. Buku pertama membahas tujuan,
sasaran, kebijaksanaan, sumber-sumber pembiayaan, neraca pembayaran, pembangunan
desa, dan administrasi pemerintahan khususnya pelaksanaan Repelita dan rencana
operasional tahunan. Buku dua membahas rencana perbidang. Kendati tidak seluruh
rencana yang disusun pada tahun 1969 dapat terealisasikan pada tahun 1974, namun
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 51
stabilisasi, rehabilitasi, serta pembangunan pada Pelita I telah memberikan pijakan yang
kuat bagi pelaksanaan Repelita II. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm140-141 )
5% indonedia berhasil mencapai pertumbuhan pnb per kapita yang amat pesat.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm148)
Laju pertumbuhan investasi Indonesia selama kurun waktu ini tinggi dan setara
dengan laju investasi dari Negara-negara asia lainnya yang ekonominya berkinerja
tinggi. Kinerja ekspor Indonesia jauh lebih buruk ketimbang Negara-negara asia timur
lainyya. Indonesia sampai awal 1980-an terlampau banyak menggantungkan diri pada
ekspor minyak bumi dan gas alam cair. Dan komoditas primer seperti hasil-hasil
pertanian dan pertambangan nomigas. Baru sesudah berakhirnya “boom” minyak bumi,
Indonesia mendorong kespor hasil-hasil industry manufaktur. (Thee Kian Wie, 2001)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm150)
Sejak tahun 1987, Indonesia untuk pertama kali mengalamilonjakan dalam ekspor
hasil-hasil industry. Sejak tahun 1993 mulai melamban, suatu perkembangan yang
berlangsung sampai Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997/1998, disebabkan oleh
adanya saing internasional kebanyakan perusahaan manufaktur Indonesia relative
rendah. (Thee Kian Wie, 2001) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm150)
Transformasi ekonomi tujuh ekonomi Asia Timur yang bekinerja tinggi, 1970-1997
Indonesia 45 16 66 55
Malaysia 29 12 54 27
Thailand 26 11 89 64
Korea selatan 27 6 49 18
Hong kong - 0 4 1
Singapura 2 0 3 0
Jepang 6 2 20 7
Sektor pertanian dalam ekonomi Indonesia pada tahun 1970 lebih besar ketimbang
pada tahun 1997. Perpindahan tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor lain, khususnya
sektor industri manufaktur da jasa modern. Sektor pertanian jauh lenih tinggi ketimbang
peran sektor pertanian dalam ekonomi Indonesia, disebabkan olehkenaikan
produktivitas kerja di sektor nonpertanian, khususnya sector industry manufaktur dan
jasa modern yang berjalan jauh lebih pesat ketimbang sector pertanian. Laju
pertumbuhan kesempatan kerja di sector-sektor nonpertanian, selama kurun waktu
1971-1995 sangat pesat. (Manning, 1998) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm151)
B. PEMBANGUNAN SOSIAL
Pertumbuhan ekonomi yang pesat selama era soeharto disertai pembangunan social
yang pesat, meskipun menurut standar umum asia timur pembangunan social Indonesia
tidak sebaik Negara-negara asia timur lainnya. Orde baru memang berhasil mencapai
pembangunan social yang baik. (Hal Hill, 1999) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm152)
Negara
industri
baru
"Macan
Asia"
- 104 92 105 93 46 9 83
Korea
Selatan - 100 - 99 - 20 4 100
Jepang
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 57
Salah satu tindakan pertama soeharto setelah mengambil alih pimpinan Negara
adalah menugaskan tim penasihat ekonominya, yang terdiri atas kelima dosen FEUI.
Untuk menyusun suatu program stabilisasi dan rehabilitasi. Tujuan memulihkan
stabilitas mekro ekonomi dengan menghentikan hiperinflasi stinggi 600% yang telah
berkecamuk pada akhir masa pemerintah soekarno. (Prawiro, 1998) (Abdullah
danLapian(ed),2012;hlm154-155)
Bantuan luar negeri dari IGGI dalam bentuk pinjaman lunak, dengan suku bunga
dibawah suku bunga pasar dengan jadwal pembayaran kembali uang dalam waktu lama,
pada awalnya tidak terlampau banyak, yaitu hanya beberapa ratus dollar AS setahun.
Banyak investasi produktif baru diperlukan untuk mencapai tujuan ini, tahun 1967
dikeluarkan undang-undang penanaman modal asing (PMA) baru yang memuat
berbagai insentif dan jaminan bagi para investor asing yang baru. Tahun 1968 disusul
oleh undang-undang penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang bertujuab untuk
mendorong lebih banyak investasi baru oleh investor domestik. (Mohammad Sadli,
1997) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm155 )
Suatu unsur penting lain dari kebijakan ekonomi baru dari pemerintah orde baru
adalah upaya penghapusan selurung pengendalian devisa (foreign exchange control)
yang telah dilakukan pemerintah soekarno pada tahun 1970. Pengendalian devisa
dihapus seluruhnya, dan rupiah menjadi mata uang konvertibel, artinya bias di tukar
denga valuta asing tanpa rintangan apapun. Penghapusan pengendalian devisa juga
berhasil mendorong ekspor yang telah tumbuh dengan rata-rata 0% selama kurum
waktu 1966-1970. (Hofman, 2004) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm155-156)
Laju inflasi lambat laun dapat diturunkan secar gemilang 636% pada tahun 1966
menjadi 112% pada tahun 1967, 85% pada tahun 1968, 10% pada tahun 1969, dan
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 59
hanya 9% pada tahun 1970. Upaya menjadwalkan kembali diperoleh sebelum juni 1966,
melalui paris club, 60% dari utang luar negeri adalah utang pada Negara-negara
komunis, 70% dari uni soviet, perundingan dengan Negara-negara ini jua amat
diperlukan. Realisasi investasi asing melonjak dari US$ 83juta pada 1967/1969 sampai
UD$ 271 juta pada 1972. (Grenville, 1981; Bresnan, 1993)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm156)
ekspor minyak bumi dan penerimaan pemerintah dari pajak atas laba perusahaan-
perusahaan minyak asing. Pemerintah cepat sekali berupaya untuk memulihkan
stabilitas ekonomi, maka pada tahun 1985/1986 stabilitas makroekonomi dapat
dipulihkan, laju inflasi turun hingga dibawah 5% pertahun.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm159-160)
Pada bulan mei 1986 pemerintah mengeluarkan suatu paket kebijakan yang
bertujuan untuk mempermudah perusahaan maufaktur yang berorientasi ekspor, dengan
ketentuan paling sedikit 85% dari produksi, presentase ini kemudian diturunkan menjadi
65% untuk membeli masukan (inputs) yang diimpor pada harga dunia atau harga
internasional. Paket mei 1986 juga memuat langkah deregulasi dalam bidang investasi
asing langsung yang menghapus berbagai rintangan yang sebelumnya telah
menghambat dan mengatur investasi asing. (Muir, 1986)
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm160)
Seperangkat paket deregulasi tersebut sangat berhasil dalam meningkatkan daya
saing internasional sector nonmigas yang menghasilkan barang dan jasa yang dapat
diperdagangkan, antara lain pertanian, industry manufaktur dan pariwisata sehingga
ketergantungan ekonomi Indonesia pada sektor migas berkurang. Sejak pertengahan
tahun 1980-an, pengaruh pada teknorat ekonomi atas kebijakan ekonomi lambat laun
mulai berkurang . akan tetapi, pengalaman Indonesia selama 32 tahun dibawah
pemerintah orde baru menunjukan bahwa peran penting dari demokrasi dan kebebasan
politik tidak dapat dinafikan. (Bort, 1998) (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm161-162 )
kehidupan sosial. setengah yang Penelitian Geertz tersebut melahirkan sebuah buku
yang sangat terkenal berjudul Involusi Pertanian.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm165)
Di Pulau Jawa dengan rata-rata tingkat pertumbuhan di atas 2 % setiap
tahunnya . Menurut sensus penduduk 1971 , jumlah penduduk Indonesia berjumlah
hanya 119 juta, namun dalam waktu 30 tahun jumlahnya meningkat hampir dua kali
lipat menjadi 210 juta pada tahun 2000.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm165)
Puncak dari meningkatnya pengangguran di Indonesia terlihat ketika terjadinya
krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda Asia Tenggara dalam 10 tahun
terakhir. Salah satu fenomena yang menarik dari krisis perekonomian di Indonesia
adalah tingginya tingkat pengangguran. Meningkatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah
secara drastis. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm166)
Persoalan utama dari krisis yang menimpa perekonomian Indonesia sebenarnya
berangkat dari kebijakan pembangunan yang tidak terencana secara baik. Artinya,
kebijakan pembangunan yang diterapkan bukan dirancang dalam bentuk jangka panjang.
Ketika terjadi krisis ekonomi seperti pada tahun 1998, tiba-tiba pemerintah seperti
kehilangan pegangan dan kendali dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
terutama disebabkan ketidaksiapan pemerintah mengantisipasinya dan terlampau yakin
krisis ekonomi tidak akan terjadi.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm166)
Kebijakan meninggalkan sektor pertanian telah dimulai sejak tahun 1970-an
ketika pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan penggunaan teknologi secara masal
di sektor tersebut. Penggunaan teknologi tersebut pada saat itu dikenal dengan nama
Revolusi Hijau. Revolusi Hijau ternyata di satu sisi mampu meningkatkan produktivitas
pertanian, namun di sisi lain telah menciptakan penggangguran yang cukup tinggi satu
sisi.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm167)
Dampak dari kebijakan tersebut telah mengakibatkan terjadinya migrasi
penduduk dari desa ke kota secara besar-besaran karena sektor pertanian tidak lagi
mampu menyerap kelebihan tenaga kerja di pedesaan. Kebijakan "urban bias", dalam
arti lebih mementingkan daerah perkotaan daripada pedesaan, telah memacu
berbondong-bondongnya penduduk dari pedesaan ke daerah
perkotaan.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm167)
Ada beberapa hal yang akan dilihat di sini, pertama perubahan angkatan kerja
yang terjadi selama 10 tahun terakhir di Indonesia; kedua dampak dari perubahan
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 63
tersebut terhadap terjadi migrasi penduduk yang tidak hanya dari desa ke kota,
melainkan juga migrasi secara keseluruhan di Indonesia; ketiga mengkaji berbagai
implikasi pembangunan yang berkaitan dengan migrasi; dan keempat, melihat
keterkaitan antara penduduk dan dinamika pembangunan di Indonesia. (Abdullah dan
Lapian(ed),2012;hlm168)
B. DINAMIKA PENDUDUK DAN ANGKATAN KERJA
JUMLAH PENDUDUK
2,3 % . Pertumbuhan penduduk tertinggi di luar Jawa pada tahun 1980-1990 didominasi
oleh Pulau Sumatera sebesar 3,1%, diikuti oleh Kalimantan dan Sulawesi masing -
masing 2,5 % dan 2,0 % . Namun , pada tahun 1990-2000 terlihat pertumbuhan
penduduk di Pulau Kalimantan relatif mengalami peningkatan menjadi 2.6 % jika
dibandingkan dengan pulau - pulau lainnya di Indonesia. Berhasilnya program
Berencana (KB) dan tranmigrasi secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan
penduduk di Pulau Jawa.(Abdullah dan Lapian(ed),2012;hlm169-170)
Dalam sensus penduduk dikenal istilah tenaga kerja (manpower), yaitu mereka
yang merupakan bagian penduduk yang dapat dikutsertakan dalam proses ekonomi.
Kelompok usia kerja tersebut dibagi dua, yaitu penduduk yang termasuk dalam kategori
angkatan kerja (labour force) dan penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja. Di
Indonesia, menurut Biro Pusat Statistik yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah
penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan
ekonomi. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm170)
Mulai tahun 1980, 1990, hingga 2000, jumlah penduduk yang bekerja berjumlah
51 juta (50,2 %) , 71 juta (54,7 %) dan 92 juta jiwa (69,6 %) . Selama 2 kurun waktu
tersebut (1980-1990 dan 1990-2000), jumlah penduduk yang bekerja bertambah
masing-masing sebanyak lebih dari 20 juta orang. Pada tahun 1980 , jumlah penduduk
yang menganggur sebanyak 860 ribu jiwa (0,83 %) dan pada tahun 1990 jumlahnya
bertambah menjadi 2,3 juta jiwa (1,74 %) . Kemudian pada tahun 2000 terlihat jumlah
penduduk meningkat dengan tajam menjadi 4,9 juta jiwa (3,5 %) . Menurut catatan dari
Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), jumlah penduduk yang menganggur secara
keseluruhan di Indonesia pada 2002 mencapai 42 juta orang Padahal tahun sebelumnya
hanya 40 juta orang.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm172 )
Pada tahun 2001 sebesar 40 juta jiwa. Angka ini diperkirakan akan meningkat
lagl dengan bertambahnya penduduk yang putus sekolah yang jumlahnya mencapai 1.7
juta per tahun. Kiranya perlu dicermati bahwa penciptaan lapangan kerja yang padat
karya sejalan dengan kualitas sumber daya manusía (SDM) Indonesia yang masih
rendah, terutama jika ditinjau dari segi
pendidikan.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm172)
Pada tingkat pendidikan SD ke bawah ( lebih dari 50 % ) . Pada tahun 1980 tiga
perempat (87 %) penduduk Indonesia yang berpendidikan SD ke bawah. Terdapat
sekitar 38% penduduk yang tidak atau belum tamat SD. Pada tahun 1990 dan 2000,
penurunan penduduk yang berpendidikan SD kebawah dengan jumlah masing-masing
77% dan 65%. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut, pemerintah membuka dan
membangun sekolah, terutama tingkat sekolah dasar (SD) sampai ke pelosok-pelosok
nusantara. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pendidikan dengan sistem paket C
untuk menampung penduduk yang sudah tidak mungkin lagi duduk di bangku
sekolah.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm173)
Daerah lain di luar Jawa yang banyak menerima migrasi-masuk adalah Propinsi
Lampung. Pada tahun 1980, menerima migran semasa hidup sebanyak 1,8 juta orang
( 17,5 % ). Migrasi semasa hidup yang menuju Lampung terlihat semakin menurun
jumlahnya menjadi 1,7 juta ( 11,7 % ) dan 1,4 juta orang ( 7,3 % ) pada tahun 1990 dan
2000.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm177)
Pada tahun 1980, daerah pedesaan yang bermigrasi keluar sebesar 4,8 juta orang
dan meningkat menjadi 6,2 juta orang pada tahun 1990. Jumlah terus peningkatan
mencapai 13,2 juta orang pada tahun 2000 DKI Jakarta merupakan daerah penerima
migran yang terbesar di Pulau Jawa dengan jumlah masing - masing 47,8 % ( 1980 ),
37,2 % ( 1990 ), dan 13 % ( 2000 ). Penurunan tersebut antara lain disebabkan
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 68
terjadinya migrasi keluar dari daerah tersebut yang cenderung meningkat pada waktu
yang sama dengan persentase 4,0 % ( 1980 ) 9,6 % ( 1990 ) , dan 6,2 % ( 2000 ).
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm180)
Daerah perkotaan lainnya adalah perkotaan Jawa Barat. Pada 1980, jumlah
penduduk yang berstatus migran di daerah itu sebesar 10,2 % dan pada 1990 meningkat
menjadi 22,9 % . Namun pada 2000 , jumlah penduduk migran di Jawa Barat
mengalami penurunan secara dratis menjadi 10,8%. Penurunan tersebut kemudian
diikuti dengan tingginya penduduk yang keluar Jawa Barat yang jumlahnya 20 %
( 1980 ) , 13,8 % ( 1990 ) dan 5,5 % ( 2000 ) faktor yang paling berpengaruh terhadap
menurunnya jumlah migran di daerah perkotaan Jawa Barat adalah berdirinya Propinsi
Banten yang dulunya bagian dari daerah
tersebut.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm181 )
c. MIGRASI MUTAKHIR
Migran mutakhir adalah mereka yang tinggal di provinsi yang berbeda dari
provinsi yang ditinggalinya 5 tahun yang lalu. Penduduk yang bertempat tinggal 5 tahun
di daerah lain di Indonesia. Yang menarik dari migrasi mutakhir adalah jika dalam
migrasi masuk (semasa hidup maupun total) selama ini lebih banyak yang masuk ke
DKI Jakarta, namun dalam migrasi mutakhir ternyata lebih banyak yang masuk ke
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 69
Propinsi Jawa Barat (1,7 juta banding 700 ribu orang). Mengalirmya penduduk selama 5
tahun terakhir awa Barat sebagian besar sebenarnya merupakan limpahan penduduk dari
DKI Jakarta.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm184)
TKI di luar negeri semakin marak. Hanya saja permasalahan seputar TKI
tersebut tidak ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia. Seharusnya,
pemerintah selalu berupaya untuk menyelesaikan masalah TKI karena mereka
merupakan aset bangsa yang mendatangkan devisa bagi negara.
Pertama, tenaga kerja yang memiliki keterampilan, kedua, tenaga kerja yang tidak
terampil. tangga. Kedua tipologi didominasi oleh migran perempuan (Hugo, 1993).
Sebaliknya, TKI yang berangkat ke Malaysia didominasi oleh migran laki-laki dan tidak
terampil.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm192)
Penduduk Indonesia yang bermigrasi Singapura telah mulai sejak abad XIX
yang terdiri dari orang-orang dari suku Jawa Makassar, dan Bawean. Selain ke
Singapura, banyak pula penduduk Indonesia yang bermigrasi ke Malaya. Mereka tidak
hanya terdiri dari orang-orang Jawa, Makassar, dan Bawean, melainkan juga berasal
dari kelompok suku bangsa lainnya, seperti orang Minangkabau dan Bugis. Orang-
orang Jawa yang masuk Malaya terjadi paling banyak pada tahun 1921-
1931.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm192)
B. MIGRASI TKI SETELAH KEMERDEKAAN
Negara tujuan para TKI untuk bekerja ke luar negeri terutama sejak tahun 1960-
an telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan perekonomian negara
penerimanya.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm193)
Sejak tahun 1969-1993 jumlah TKI yang berhasil dikirim ke luar negeri
mencapai 866.310 orang. Kebanyakan di antara mereka ( 62,9 % ) bermigrasi dan
bekerja di Arab Saudi, sedangkan sisanya bermigrasi atau dikirim ke negara-negara lain,
seperti Malaysia ( 19,7 % ) dan Singapura ( 6 % ). Pada tahun 1996 , jumlah TKI yang
berhasil dikirim ke luar negeri sebanyak 2.260.162 orang. Bahkan, Departemen Tenaga
Kerja pada Repelita VI (1994-1999) menargetkan sebanyak 1,5 juta orang dapat dikirim
ke luar negeri dengan harapan dapat mendatangkan devisa sebesar 3 miliar dollar AS.
Banyak kalangan peneliti memperkirakan bahwa jumlath TKI yang bermigrasi secara
ilegal ke luar negeri lebih besar daripada TKI
legal.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm193)
Perubahan arah migrasi internasional di Indonesia dimulai sejak awal tahun
1980. Pada saat itu terjadi pengiriman TKI secara besar-besaran ke negara-negara Timur
Tengah karena adanya permintaan tenaga kerja murah dari Indonesia. Pada era yang
sama (1980), terlihat sekitar 70.000 orang Indonesia, khususnya mereka yang berasal
dari Bawean, menetap di Singapura. Jumlah orang Bawean tersebut ternyata hampir
separuh dari jumlah orang Melayu yang ada di
Singapura.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm194)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 72
Selama kurun satu tahun (1995-1996), TKI yang dikirim berjumlah 36.000
orang dengan negara tujuan Malaysia. Jumlah TKI yang dikirim oleh pemerintah
Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan bahkan pemerintah
telah menargetkan untuk bisa mengirim TKI sebanyak 1,5 juta orang pada Repelita VI.
jumlah TKI yang hanya berjumlah 86 ribu orang, namun pada tahun 1991-1992
mengalami peningkatan yang pesat menjadi 150 ribu orang dan puncaknya pada tahun
1996-1997 mencapai 500 ribu orang. Namun, pada tahun 1998-1999, dikirim ke sedikit
penurunan menjadi 400 ribu orang dan pada tahun 2000 penurunan sangat drastis
menjadi 330 ribu orang. Dan 1,4 juta orang Indonesia yang tinggal di Malaysia
memberikan hak suara mereka.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm194)
Hal ini terutama banyak dilakukan oleh perempuan untuk mengikuti program
pengiriman TKI ke luar negeri. Kebanyakan di antara mereka pergi ke Arab Saudi dan
kebanyak bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Maraknya PHK yang dilakukan
berbagai perusahaan telah memperparah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Salah
satu dampaknya adalah meningkatnya jumlah TKI yang bekerja ke luar negeri, terutama
ke negara-negara tetangga. Repelita VI (1994-1999), jumlah TKI yang dikirim ke luar
negeri hampir mencapai 3 juta orang. Lebih dari tiga perempat (2 juta orang) adalah
perempuan dan sepertiganya (880 ribu orang) laki-
laki.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm195-196)
Salah satu ciri umum yang membedakan tenaga kerja wanita (TKW) yang
dikirim ke negara-negara Timur Tengah dan Malaysia serta Singapura adalah
pekerjaannya. Kebanyakan TKW yang dikirim ke negara-negara Timur Tengah bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Ternyata TKI yang dikirim ke sana kalah bersaing
dengan tenaga kerja yang berasal dari Filipina. Hal ini disebabkan kualitas TKI yang
sangat rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja asal Filipina, sehingga mereka
tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke sektor-sektor yang memerlukan keahlian
dan keterampilan, seperti petugas check in di lapangan
terbang.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm196-197)
Tidaklah mengherankan apabila jumlah TKI ilegal yang ada di Malaysia lebih
besar daripada jumlah TKI ilegal. Negara yang paling banyak dikunjungi para TKI
ilegal adalah Malaysia. Hal ini mengingat negara tetangga tersebut terletak bersebelahan
dengan Indonesia. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm197)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 73
Pencatatan imigrasi Malaysia pada tahun 1993 mengumumkan bahwa TKI ilegal
di negara tersebut berjumlah sekitar 500 ribu." Kebanyakan di antara mereka bekerja di
bidang konstruksi (180 orang orang), perkebunan (170 ribu orang), pabrik (40 ribu
orang), jasa (40 orang), hotel (60 ribu orang), dan pembantu rumalh tangga (50 ríbu
orang). Tidaklah mengherankan kalau pada suatu saat para TKI dideportasi secara
besar-besaran, namun pada kesempatan lain para TKI dibiarkan begitu saja masuk ke
Malaysia tanpa melalui prosedur yang berbelit-belit. Suara dari para TKI dimanfaatkan
oleh para elite politik dari partaí tertentu di Malaysia untuk dapat menduduki kursi di
parlemen.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm197)
Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), pada tahun 1999 jumlah TKI berkisar 2,5
juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,9 juta orang berdomisili di Malaysia.
Besarnya jumlah TKI tersebut telah mengakibatkan sebagian besar pasar kerja di
Malaysia diisi oleh orang-orang Indonesia. negara tujuan lainnya yang paling banyak
diminati oleh para TKI adalah negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.
Jumlah TKI yang berada di negara tersebut berjumlah 425 ribu orang. Negara Asia
Timur lainnya yang banyak menampung TKI adalah Taiwan dengan jumlah 70 ribu
orang.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm198)
C. KARAKTERISTIK TKI
Karakteristik TKI ditentukan oleh pola migrasinya sekaligus ditentukan oleh
negara yang akan menerima mereka. TKI yang dikirim ke Timur Tengah kebanyakan
bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga Hongkong. Hasil penelitian
PPK-LIPI menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan yang pernah dikirim ke Arab
Saudi kebanyakan berpendidikarn tingkat SD yang jumlahnya mencapai 64 % ,
sedangkan yang berpendidikan tingkat SLTP ke atas jumlahnya sedikit sekali ( kurang
dari 7 % ).(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm199 )
Secara keseluruhan tampak bahwa TKI perempuan memiliki jumlah yang
hampir 3 kali lipat dari jumlah laki-laki (120 ribu orang banding 53 ribu orang). Secara
keseluruhan, TKI yang bekerja di sektor formal ternyata sebagian besar didominasi oleh
laki-laki yang jumlahnya mencapai 31 ribu orang, sedangkan perempuan hanya sekitar 6
ribu orang. Namun sebaliknya bagi TKI yang bekerja di sektor informal sebagian besar
dikuasai oleh perempuan dengan jumlah 114 ribu orang, sedangkan laki-laki hanya
sekitar 24 ribu orang.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm199)
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 74
Jumlah TKI yang dikirim menurut kawasan dan jenis kelamin ternyata
menunjukkan karakteristiknya sendiri. TKI yang bekerja di sektor formal kebanyakan
berdomisili di negara-negara Asia-Pasifik, terutama di Malaysia. Kebanyakan di antara
mereka bekerja di sektor perkebunan dan kontruksi. Namun sebaliknya TKI yang
bekerja di sektor informal sebagian besar menuju ke negara-negara Timur Tengah,
terutama ke Arab Saudi dan sebagian besar adalah perempuan serta bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm199)
Motivasi para TKI berbondong-bondong mencari kerja ke luar negeri terutama
dilandasi oleh alasan ekonomi karena semakin terbatasnya kesempatan kerja di tanah air.
Hingga awal tahun 2002, jumlah devisa yang dibawa oleh TKI hampir mencapai USS
300 juta. Dari jumlah tersebut, sekitar USS 258 juta diperoleh dari para TKI yang
bekerja di sektor informal, terutama mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm200 )
D. SUMBER INFORMASI DAN PROSES PENYESUAIAN
Salah satu kritik penting yang dilontarkan bahwa para calon TKI tidak pernah
diberikan informasi yang memadai sehingga mereka sangat mudah untuk dikelabui atau
diekspoitasi olah para calo tenaga kerja. Informasi yang seharusnya mereka peroleh
terutama tentang proses rekrutmen, jenis pekerjaan, gaji atau upah, serta berbagai
dokumen yang sama sekali tidak pernah mereka ketahui.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm200)
Hasil penelitian PPK-LIPI menunjukan lebih dari 70% TKI di kabupaten
Cianjur dan indramayu berangkat keluar negeri menggunakan jasa calo, atau istilah
setempat “sponsor”. Hanya sekitar 25% dari TKI yang mengurus sendiri
keberangkatannya dengan cara mendaftar ke PJTKI. Ada dua cara bagi pra calon TKI
untuk berangkat keluar negeri. Pertama, mereka mendatangi sendiri sponsor daerah, dan
kedua, sponsor daerah yang mendatangi mereka. Setelah semua persyaratan para calon
TKI lengkap, calon tki diserahkan sponsor daerah kepada sponsor dalam untuk
selanjutnya diproses di PJTKI. Seluruh proses perekrutan calon TKI ternyata tidak
hanya memerlukan waktu yang cukup panjang, melainkan juga membutuhkan biaya
yang tidak sendiri. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm200-201 )
Proses pengurusan semua dokumen yang diperlukan para calon TKI. Untuk
memeberikan kemudahan dan perlindungan kepada para calon TKI, kiranya semua
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 75
informasi yang menyangkut semua prosedur yang berkaitan dengan pengiriman TKI
harus transparan sehingga mereka tidak merasa dirugikan.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm202)
Informasi tentang proses penempatan dan bagaimana keadaan di Negara tujuan
sama sekali tidak pernah diberikan. Padahal informasi tersebut sangat penting dalam
rangka persiapan para calon TKI untuk beradaptasi di luar negeri. Informasi penting
lainnya yang kiranya juga sangat perlu untuk diketahui adlah mengenai keadaan social
budaya dan alam Negara tujuan. Tanpa dibekali informasi tersebut, ni8scaya mereka
akan mengalami hambatan budaya (cultural shock) dalam beradaptasi di tempat
baru.(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm202 )
E. ISU-ISU KONTEMPORES TKI
Ternyata pengiriman TKI ke luar negeri tidak luput dari berbagai permasalahan.
Permasalahan tersebut mulai terjadi sejat saat keberangkatan, yang meliputi proses
perekrutan, pengusaha dokumen, penempatan di tempat penampungan, saat bekerja di
luar negeri, hingga kepulangannya. Ada ketakutan luar biasa dari para TKI, terutama
TKI illegal, ketika mereka mendengar akan diberlakukannya undang-undang
keimigrasian yang baru di Malaysia . terbatasnya pasar tenaga kerja dan adanya
kesulitan ekonomi di dalam negeri membuat banyaknya SDM yang mencoba mengadu
nasib ke luar negeri. Namun hal itu tidak diimbangi dengan keahlian dan pendidikan
yang memadai. Ada dua macam proses perekrutan perempuan Indonesia untuk bekerja
di jepang, pertama meraka mencoba perempuan yang berasal dari daerah dan telah
bekerja di Jakarta, kedua mereka membuka proses perekrutan yang langsung di lakukan
di daerah asal. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm202-203)
Isu-isu kontemporer yang menimpa para TKI terutama berkaitan dengan
perlakuan terhadap mereka yang kurng manusiawi, mulai dari keberangkatan,
penempatan, hingga saat kembali ke tanah air. Berbagai tindakan kekerasan yang
menimpa para TKI telah menghiasi lembaran media cetak dan elektronik akhir-akhirini,
mulai dari kasus pengungsian TKI, pemerasan TKI saat tiba di bandara soekarno-hatta,
hingga pengiriman TKW ke jepang yang sering disebut dengan “duta seni”.
(AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm203)
a. PENGUNGSI TKI
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 76
Di lain pihak, Malaysia, sebagai salah satu Negara tujuan TKI, menerapkan
undang-undang kemigrasian yang baru. Undang-undang tersebut berisi ancaman
hukuman berat bagi para TKI yang tidak memiliki izin menetap di negeri tersebut.
Pembekalan keterampilan pada para TKW sebelum diberangkatkan akan menekan
jumlah eksploitasi yang dilakukan pihak-pihak calo maupun pengguna jasa. Ada
ketakutan yang luar biasa dari para TKI ilegal, ketika merka mendengar akan
diberlakukannya undang-undang kemigrasian yang baru di Malaysia. Terbatasnya pasa
tenaga kerja dan adanya kesulitan ekonomi di dalam neggeri membuat banyaknya SDM
yang mencoba mengadu nasib ke luar negeri. Namun hal ini tidak diimbangi dengan
keahllian dan pendidikan yang memadai. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm203-204)
Tingkat pengangguran di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan besarnya
pertumbuhan kesempatan kerja. Ini terlihat dari membludaknya peserta yang mendaftar
dalam pameran bursa tenaga kerja yang diadakan setiap tahun. Berbagai media masa
baik cetak maupun elektronik memberikan berbagai kekerasan dan pemerasan yang
menimpa para TKI khususnya perempuan pada saat tiba di bandara soekarno-hatta
terutama di terminal II (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm205)
b. KEKERASAN DI TERMINAL III BANDARA SOEKARNO HATTA
Berbagai tindakan pemerasan yang terjadi di terminal III sama sekali tidak bias
dikontrol aparatur keamanan, padahal yang mengelola terminal adalah aparatur
kepolisian. (AbdullahdanLapian(ed),2012;hlm206)
F. DUTA SENI
Perempuan yang semula dijanjikan untuk bekerja sebagai penari ("duta seni")
ternyata sesampainya di Jepang dieksploitasi sebagai pekerja seksual komersial (PSK).
Pembekalan keterampilan pada para TKW sebelum diberangkatkan akanenekan jumlah
eksploitasi yang dilakukan pihak-pihak calo maupun pengguna jasa. Perempuan yang
bekerja sebagai wanita penghibur di Jepang ternyata didominasi oleh mereka yang
berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ada dua macam proses
perekrutan perempuan Indonesia untuk bekerja di Jepang mereka mendapat perempuan
yang berasal dari daerah bekerja di Jakarta mereka membuka proses perekrutan yang
langsung dilakukan di daerah asal. (Abdullah dan Lapian(ed),2012;hlm207-209).
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 77
A. KESEHATAN KELUARGA
Kesehatan mempunyai nilai ekonomi karena satu dari kebutuhan dasar manusia
yang dapat menjamin kehidupan yang lebih produktif. Berdasarkan survei rumah tangga
pada tahun 1980 dan 1986, angka penderita telah mengalami penurunan dari 11,5%
menjadi 8.3 %. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
derajat kesehatan, lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi.
Pada tahun 1950, didirikan lembaga makanan rakyat untuk meningkatkan gizi
penduduk dengan tujuan menstimulasi penduduk agar mengkonsumsi makanan yang
sehat dengan slogan “empat sehat lima sempurna”. Artinya bahwa makanan yang sehat
harus terdiri dari empat komponen, yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
harus disempurnakan dengan meminum susu untuk kebutuhan akan kalsium. Lembaga
ini bertujuan meningkatkan status gizi anak dan ibu untuk membantu pertumbuhan anak
dan keselamatan ibu.
Faktor penyebab kematian yang tinggi adalah kurangnya pengertian masyarakat
tentang masalah kesehatan, penghasilan rendah, dan juga penyakit infeksi yang banyak
terdapat di kalangan masyarakat. Usaha peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
khususnya dengan memberi pendidikan kepada masyarakat, memberi pertolongan
dalam melahirkan anak, serta mengawasi kesehatan ibu dan anak. Akhirnya dibentuklah
Balai Kesejehteraan Ibu dan Anak (BKIA). Jumlah BKIA pada tahun 1951 sebanyak
387 buah dan tahun 1959 jumlahnya meningkat menjadi 2.300 buah yang letaknya
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 78
S
Tahun 1960 1964
elama
Pelita I Jumlah BKIA 2.552 4.269
Pusat
Jumlah Bidan 1.428 2.228
Kesehat
an Jumlah dukun yang dilatih 13.541 16.642
Masyar
Jumlah dukun lulus 2.457 4.429
akat
(Puskes Jumlah bidang kursus tambahan 94 95
mas)
menjadi tempat pelayanan rujukan terrendah. Namun karena jarak geografis maupun
sosial antara puskesmas dan masyarakat menjadi penyebab rendahnya minat penduduk
mendatangi puseksmas. Sampai Pelita II berakhir hanya sekitar 20% penduduk yang
mendatangi puskesmas.
Untuk mengatasi situasi ini, selama Pelita III 1979-1984, ide untuk melibatkan
masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan promosi mulai diluncurkan dengan starategi
Primary Health Care (PHC) yang dilakukan melalui relawan atau “kader” yang
dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
1. Program nutrisi
2. Program ibu dan anak
3. Program KB
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 79
4. Program imunisasi
5. Program pengontrolan diare (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 218)
Pada tahun 1968 dalam Rapat Kerja Nasional Departemen Kesehatan dibentuk
Plan of Action for Strengthening of National Service in Indonesia yang ditandatangani
oleh pemerintah Indonesia, WHO, dan UNICEF. Dalam masterplan dikenal 4 tipe
Puskesmas yaitu :
1. Puskesmas tingkat desa adalah pos kesehatan terendah yang beroperasi di desa.
2. Puskesmas kesehatan yang berada di luar negeri didudukan sederajat dengan health
center tingkat B.
3. Puskesmas pembina
4. Puskesmas ibu kota kabupaten/kotamadya.
Selama Pelita II (1974-1979), melalui program Departemen Kesehatan, setiap
kecamatan dinyatakan harus memiliki sau puskesmas dengan tenaga yang harus
dicukupi kebutuhan minimalnya (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 225).
hanya dibidang kesehatan tetapi juga usaha modernisasi kehidupan masyarakat desa
sekitarnya.
Dalam bidang farmasi, kebijakan pada Pelita I ditekankan pada produk obat jadi
dalam negeri, yaitu dengan membuka kesempatan investasi bagi modal dalam negeri
dan luar negeri pada produk tersebut. Pada Pelita II, kebijakan masih diarahkan pada
peningkatan produksi, ditambah dengan upaya pengawasan obat, antara lain dengan
registrasi obat jadi dan peningkatan sarana dan prasarana pengawasan obat lainnya.
Dalam Pelita III, kebijakan diarahkan pada rasionalisasi pengadaan dan penggunaan
obat dengan penerapan konsepsi obat esensial. Pada Pelita IV, kebijakan ditandai
dengan penekanan pada pengadaan jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
masyarakat, sedangkan pada Pelita V dititik beratkan pada peningkatan mutu serta
efisiensi untuk memperluas jangkauan distribusi dan penggunaan obat di masyarakat.
Pada 1990, pasar obat berkisar 1-1,2 triliun rupiah pert tahun. Angka ini adalah
angka pada tingkat penjualan di apotek dan toko obat (Abdullah dan Lapian (ed), 2012:
hlm 228).
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 82
Selain penyakit menular, penyakit jiwa pun menjadi masalah bagi pemerintah.
Pada tahun 1963, dimulai proyek rumah sakit jiwa di Jakarta sebagai pusatnya
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 232).
pedesaan, sehingga ideologi gender orde baru semacam ini disebut “ibuisme negara”.
Karena itu, ibuisme negara merupakan suatu konsep yang mencakup unsur-unsur politik,
ekonomi dan budaya (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 240).
Anggota perempuan yang duduk di parlemen selama periode Orde Baru (1972-1993)
Bergulirnya arus reformasi telah memberi angiin segar bagi perempuan untuk
mengenali kembali jati diri mereka. Menghangatnya isu gender, khususnya wacana
tentang ketidakberdayaan perempuan dalam era reformasi (Abdullah dan Lapian (ed),
2012: hlm 255).
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 86
merupakan titik balik dari kerusuhan dan kehingarbingaran politik ke suasana kondusif
yang memungkinkan terciptanya kebebasan berkreasi (Abdullah dan Lapian (ed), 2012:
hlm 265).
C. HEBOH SASTRA
Majalah sastra No.8, agustus 1968 memuat sebuah cerpen berjudul “Langit
Makin Mendung” karya Kipanjiusmin (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 268).
Cerpen ini menceritakan kebosanan para nabi di surgaloka. Mereka kemudian
melakukan petisi agar diizinkan turun ke bumi. Salah satu penada tangan itu adalah
Nabi Muhammad SAW. Beliau lalu disuruh turun ke bumi, di antar malaikat jibril.
Selanjutnya diceritakan situasi kota Jakarta yang penuh hirup-pikuk politik,
kemaksiatan, konfrontasi dengan malaysia, dan usaha Paduka Yang Mulia yang
mencoba menyatukan ideologi nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM)
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 268).
Sebuah cerita simbolik yang sebenarnya hendak mengkritik kebrengsekan para
pemimin negara waktu itu. Kritik sosial dengan menampilkan tokoh-tokoh simbolik,
barangkali tidak akan menimbulkan reaksi. Akan tetapi, masalahnya akan lain, ketika
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 88
D. KEMBALI KE TRADISI
Sejak tahun 1968, dan terutama paruh pertama tahun 1970-an, bermunculanlah
karya satra yang memperlihatkan semangat kebebasan berkreasi (Abdullah dan Lapian
(ed), 2012: hlm 270). Semangat yang sama yang menjadi landasan dan wawasan
estetiknya, yaitu semacam kerinduan untuk menggali nilai-nilai tradisi masa lalu budaya
leluhur. Kecenderungan yang lain tampak dari kesadaran sastrawan tahun 1970-an itu
yang menolak realisme formal, dan mulai menerima improvisasi dan antirasionalisme.
Selain anti-intelektualisme dan antirasionalisme, ada kecenderungan lain yang
mmencolok yaitu adanya penjelajahan terhadap mistisme dan tasawuf.
dan guru serta puluhan sastrawan dalam rentang waktu yang berkelanjutan (Abdullah
dan Lapian (ed), 2012: hlm 278).
Terbitnya koran-koran dan majalah lokal sekaligus merupakan wadah yang telah
memberi peluang bagi mereka untuk menyalurkan karyanya. Perubahan besar dalam
tatanan kehidupan sosial budaya di berbagai daerah. Tawaran otonomi daerah untuk
tidak bergantung pada pemerintah pusa membuka ruang bagi sastrawan di daerah untuk
menunjukan jati dirinya masing-masing. Nicaya jakarta tidak akan lagi menjadi pusat
orientasi.
Citra sastrawan dalam pandangan guru dan siswa berubah secara meyakinkan.
Anggapan bahwa membaca sastra sebagai pekerjaan yang membuang-buang waktu,
bahwa profesi sastrawan sama dengan “pengangguran”, dan bahwa pelajaran sastra
merupakan materi yang tidak penting tampak mulai berubah secara meyakinkan
(Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 282).
A. PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN
Kebijakan demokratisasi pendidikan itu tidak hanya merupakan slogan politik
tetapi menjadi kepedulian pemerintah yang terus dikembangkan, berbagai peraturan
yang lebih rendah dihasilkan untuk mendukung demokratisasi pendidikan. Bagi semua
rakyat dinyatakan secara tegas dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1950 yang
merupakan undang-undang pertama RI tentang pendidikan.
Pendidikan tidaklah bertujuan untuk mewujudkan manusia cerdas semata.
Pendidikan harus menghasilkan warga negara yang demokratis, yang bertanggung
jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dalam pasal 10 ayat (1) UU No. 4
Tahun 1950 dinyatakan bahwa anak yang sudah berusia 6 tahun sudah berhak untuk
bersekolah, sedangkan mereka yang berumur 8 tahun sudah dinyatakan wajib mengikuti
pendidikan dan pengajaran. NKRI merupakan salah satu negara yang memiliki
kebijakan wajib belajar bagi warganya. Dibandingkan dengan negara-negara Eropa
bahkan Belanda dan Asia, RI adalah negara yang sangat maju dalam menetapkan wajib
belajar.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 92
harus disesuaikan, termasuk pendidikan. Meteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Dr.
Prijono mengeluarkan istruksi Pantja Wardhana pada tahun 1961 yang menegaskan:
1. Pancasila dengan Manipol sebagai pelengkapnya, sebagai asas pendidikan
nasional.
2. Menetapkan Pantja Wardhana sebagai sistem pendidikan yang berisi prinsip-
prinsip:
a. Perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional/ internasional/
keagamaan.
b. Perkembangan kecerdasan.
c. Perkembangan emosi-artistik atau rasa keharuan dan keindahan lahir-batin.
d. Perkembangan keprigelan (ketangkasan) atau kerajinan tangan.
e. Perkembangan jasmani
3. Menyelenggarakan “hari krida” atau hari untuk kegiatan-kegiatan dalam lapangan
kebudayaan, kesenian, olahraga, dan permainan pada tiap-tiap hari sabtu.
D. PERKEMBANGAN KURIKULUM
Istilah kurikulum tidak dikenal pada masa awal kemerdekaan. Waktu itu istilah
yang digunakan adalah mata pelajaran (leervak) dan rencana pelajaran (leerplan).
Dalam UU No. 4 Tahun 1950 dan UU No. 12 Tahun 1954 terdapat berbagai ketetapan
mengenai kurikulum yang dikemukakan anggot BP-KNIP. Diberlakukannya rencana
pembelajaran yaitu SD memuat daftar mata pelajaran sebanyak 16 mata pelajaran.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 95
Pada masa berlakunya Manipol Usdek maka kurikulum harus diubah, pada
tahun 1961 terdapat mata pelajaran baru Civics yang diberlakukan pada setiap jenjang.
Kurikulum 1975 merupaakan kurikulum pertama yang mengembangkan menurut teori
dan prinsip pengembangan kurikulum. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa baru
diterapkan tahun 1984.
Kelemahan yang sangat umum pada kurikulum adalah lemahnya sosialissasi
kurikulum, dimana kurikulum sudah disebar kepada setiap sekolah tanpa proses
sosialisasi. Guru dianggap serba tahu dan serba mampu melaksanakan kurikulum
tersebut. Kemudian ketiadaan dana untuk mewujudkan kurikulum tersebut. Penggantian
kurikulum setiap seuluh tahun menjadi tradisi. Kurikulum 1994 merupakan kurikulum
nasional terakhir yang dikembangkan pemerintah pusat. Sesuai dengan tradisi penamaan
kurikulum yang sudah berlangsung 40 tahun ( kurikulum 1964, kurikulum 1968,
kurikulum 1994, dan kurikulum 2004) (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: hlm 320).
Pada awal 1950, Indonesia baru mulai menciptakan suatu sistem universitas dan
mendirikan perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang jumlahnya terus
meningkat. Pendidikan tinggi menjadi salah satu fokus utama pemerintah demi
membentuk tunas-tunas bangsa yang berkompeten dalam melaksanakan pembangunan
di segala sektor. Agar pendidikan tinggi ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, pemerintah pun membentuk lembaga pemberi beasiswa.
berubah menjadi universitas. Keenam IKIP itu adalah IKIP Jakarta menjadi Universtias
Negeri Jakarta (UNJ), IKIP Yogyakarta menjadi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
IKIP Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), IKIP Malang menjadi
Universitas Negering Malang (UM), IKIP Ujung Pandang menjadi Universitas Negeri
Makassar (UNM), dan IKIP Padang menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).
Perubahan IKIP menjadi universitas juga bukan untuk menghilangkan perannya
sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Perubahan itu justru dapat
meningkatkan peran LPTK dan meningkatkan daya tampung secara nasional (Surat
Pembaharuan, 1999) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 337).
Rektor UNJ Dr. Sutjipto, dalam sambutannya mewakili enam IKIP saat
peresmian itu menyatakan bahwa berbagai ide dan tindakan kreatif dalam penignkatan
mutu pendidikan akan terwadahi dalam lembaga pendidikan yang mempunyai
fleksibilitas tinggi. Dalam wadah universitas, terdapat banyak pilihan dan potensi
program yang lebih kaya, tentu saja tanpa meninggalkan tugas utama mengembangkan
ilmu pendidikan, ilmu keguruan, serta menghasilkan tenaga kependidikan yang
diperlukan untuk menyukseskan berfungsinya sistem pendidikan nasional (Ibid)
(Abdullah dan Lapian (ed), hlm 337).
3. Kredit mahasiswa, yaitu pinjaman bagi mahasiswa yang akan segera menyelesaikan
pendidikannya untuk penyelesaian tugas akhir. Pinjaman tanpa bunga ini harus segera
dikembalikan setelah yang bersangkutan bekerja;
4. Beasiswa bagi program pascasarjana, yang dimaksudkan untuk membantu dosen-dosen
PTN dan PTS dalam meningkatkan kualifikasinya melalui pascasarjana.
TIM MANAJEMEN PROGRAM DOKTOR (TMPD)
TMDP atau yang sejak tahun 1997 berganti nama menjadi BPPS (Biaya
Pendidikan Pascasarjana) merupakan beasiswa pendidikan untuk dosen-dosen PTN dan
PTS yang akan melanjutkan ke pascasarjana. Pembentukan TMDP didasari atas rasa
keprihatinan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Makaminan Makagiansar, karena
berdasarkan survei yang dilakukan menjelang pemberlakuan KDPPT diperoleh
kenyataan bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi saat itu ditangani oleh dosen
lulusan sarjana (S1) yang mengajar para mahasiswa program sarjana (S1).
TMDP mengawali kegiatannya mencari dana pinjaman keluar negeri dan atau
hibah beasiswa luar negeri utnuk membantu dosen-dosen melanjutkan studi. Dengan
cara tersebut, sejeumlah dosen IPB dan ITB diberangkatkan ke Amerika Serikat lewat
pinjaman luar negeri USAID, sementara sejumlahl dosen ITB ke Perancis atas bantuan
beasiswa luar negeri.
BEASISWA FORD FOUNDATION
Saat ini, Ford Foundation memiliki3 prioritas program yang menjadi tujuan,
yaitu:
1. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan melalui pengelolan
pengembangan sumber daya berkelanjutan;
2. Meningkatkan status kesehatan produksi, kualiatas kehidupan serta pengembangan diri
hak asasi perempuan;
3. Mendukung keadilan sosial dan penghargaan bagi keanekaragaman budaya (Hariyanto,
2003) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 339).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Ford Foundation membentuk International
Fellowship Program (IFP). Tujuan IFP adalah untuk membantu orang yang memiliki
potensi kepemimpinan guna melanjutkan studi di pascasarjana.
E. AKTIVITAS MAHASISWA
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 101
Lahirnya Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari perjuangan para mahasiswa
yang tergabung di dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang lahir pada
25 Oktober 1965. KAMI, yang terlahir dari 17 organisasi kemahasiswaan, terkenal
sebagai parlemen jalanan dibawah dibawah pimpinan Ma’rie Muhammad, Samroni,
Yozar Anwar, David Napitupulu, dan Cosmas Batubara (Simanjuntak, 1973) (Abdullah
dan Lapian (ed), hlm 340). Mereka melakukan demonstrasi-demonstrasi yang memaksa
sisa-sisa kekuatan Orde Lama untuk melaksanakan kehidupan yang murni berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Salah satu demonstrasi mahasiswa di Jakarta yang terkenal
dilakukan pada tanggal 10 Januari 1966, sebagai hari kebangkitan mahasiswa Indonesia,
yang kemudian melahirkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu:
1. Bubarkan PKI;
2. Rombak Kabinet Dwikora;
3. Turunkan Harga.
Dengan demikian, lahirnya KAMI merupakan satu respons positif terhadap
situasi dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia pada era Demokrasi Terpimpin.
Pemerintah mengaggap bahwa KAMI. Oleh karna itu, berdasarkan Keppres
No.41/Kogam/1996 tanggal 26 Februari 1996, KAMI dibubarkan. Meskipun demikian,
para mahasiswa bersama-sama KAPPI terus melakukan kegiatan-kegiatan untuk
menegakkan kebenaran. Tuntutan para pelajar dan mahasiswa kemudian membuahkan
hasil dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang menandai
lahirnya orde baru. Cikal bakal kesatuan mahasiswa diawali dengan pembentukan
Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia pada tahun 1951, menyusul kemudian dewan
mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga. Selanjutnya, dewan
mahasiswa itu bergabung menjadi satu mewakili seluruh mahasiswa Indonesia dengan
nama Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI). Ada juga mahasiswa yang tergabung dalam
organisasi ekstrauniversitas, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI), dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang
dilarang sejak peristiwa G-30-S 1965.
Kehidupan mahasiswa ditata kembali dengan mengeluarkan berbagai peraturan
oleh pemerintah untuk menggiring para mahasiswa ke arah kehidupan yang
sesungguhnya, seperti:
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 102
1. Setelah peristiwa Malari 1974, menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 028/U/74 tentang Petunjuk-Petunjuk Kebijaksanaan dalam Rangka
Pembinaan Kehidupan Kampus Perguruan Tinggi. Dalam aturan yang menyertai
kebijakan tersebut dijelaskan bahwa kegiatan yang bersifat politik praktis dilaksanakan
dengan bimbingan dan tanggung jawab pimpinan peerguruan tinggi berdasarkan
penilaian yang secara ilmiah (Cumming, 1981) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 342).
2. Pelaksanaan NKK ini mengarahkan mahasiswa kepada teciptanya kategori kerjayang
disebut pekerja otak(knowledge worker) yang akan menduduki posisi-posisi strategis di
dalma jaringan teknostruktur (Ibid) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 342).
Ketika KAMI lumpuh, mahasiswa bangkit dan bergerak. Gerakan mahasiswa itu
salah satunya terjadi saat mereka menolak penanaman modal asing sehingga muncul
peristiwa malari. Mahasiswa juga mengeluarkan ikrar yang menyatakan bahwa
kehidupan kenegaraan telah menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah
menganggap gerakan mahasiswa sebagai kekuatan politik akhirnya membekukan Dema
dan memberlakukan NKK/BKK. Namun, protes mahasiswa tetap saja berlangsung.
A. DARI EKSTRA KE INTRA: MASA PASANG PERANAN
DEWAN MAHASISWA
Setelah Soekarno diturunkan, KAMI yang menjadi wadah tunggal gerakan
ekstra kampus mahasiswa 66 mengalami perpecahan internal. Embrio perbedaan sudah
dapat dilihat ketika berlangsungnya Raker KAMI di Bogor pada Juni 1967. Meskipun
demikian, Raker berhasil merumuskan tujuan dan strategi perjuangan KAMI, antara lain
berbunyi: 1. Melancarkan pembangunan ekonomi secara pesat; 2. Membangun suatu
bangunan politik dan sistem demokrasi pancasila; dan 3. Melancarkan proses
modernisasi di segala bidang (Martha, 1984) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 347).
Namun setelah Raker, hasilnya tidak pernah terlaksana. Bahkan KAMI
mengalami masa surut dan memasuki tahap kelumpuhan. KAMI lumpuh terutama
akibat perbedaan pendapat yang muncul tentang wakil-wakil mahasiswa di DPR-GR.
Melihat KAMI lumpuh, kelompok-kelompok mahasiswa mulai bergerak secara sendiri-
sendiri. Dan keberadaan-kelompok diskusi makin melumpuhkan KAMI. KAMI masih
sempat mengadakan Sidang Paripurna pada 11-13 Februari 1969. Dalam Sidang
Paripurna tersebut IMADA dan PMB keluar dari ruangan.
Tetapi KNPI tidak mendapat sambutan positif dari mahasiswa. Ada dugaan
KNPI merupakan usaha pemerintah untuk memudahkan mengendalikan pemuda,
termasuk mahasiswa (Tanja, 1997) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 350). Dan juga,
KNPI menjadi arena pertarungan kekuasaaan elite-elite politik/birokrasi, karena lebih
berperan dalam mendukung atau menolak calon presiden, calon gubernur atau calon
bupati, daripada melatih diri sendiri sebagai bekal masa depan. Lembaga ini juga
menjadi semacam “jenjang karier” bagi calon politisi atau pejabat yang dipakai
pemerintah Orba.
meneriakkan Tritura Baru 1974. Kerusuhan pertama terjadi antara para demonstran
dengan alat-alat negara di dekat Istana Presiden, lalu massa melakukan pembakaran atau
perusakan kendaraan, terutama buatan Jepang, bangunan dan toko-toko. Peristiwa
Malapetaka 15 Januari (Malari) membawa dampak langsung sebagai usaha penanganan
dan antisipasi agar kejadian itu tak terulang lagi, antara lain: Pertama, penangkapan
mereka yang terlibat, Kedua, Surat Izin Cetak (SIC) dan Surat Izin Terbit (SIT) tujuh
surat kabar harian dan mingguan dicabut, Ketiga, penghapusan lembaga Aspri dan
Presiden Soeharto memegang langsung pimpinan Kopkamtib. Keempat, dikeluarkannya
tiga keputusan penting Sidan Stabilisasi Nasional yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Kelima, pada 23 Januari 1974, Laksus Pangkopkamtib Jaya membubarkan KAPPI dan
KAPI yang terlibat sebagai penghubung dan penggerak yang mendatangi sekolah-
sekolah bertalian dengan jalannya kegiatan demonstrasi. Keenam, dibentuknya Dewan
Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional.
PROTES NKK/BKK
Pada Februari 1980, sekitar 600 mahasiswa dari 41 perguruan tinggi berkumpul di
Gedung DPR RI untuk melanjutkan aksi penolakan NKK/BKK. Sepanjang
diberlakukannya NKK/BKK sampai pemberlakuan SK 0457/U/1990 tentang Pedoman
umum Organisasi Kemahasiswaan yang secara de jure menyatakan NKK/BKK tidak
berlaku lagi, akan tetapi mahasiswa tetap melakukan protes.
berupaya mencari jalan keluar dalam mengubah kondisi sosial yang terasa bertentangan
dengan ajaran Islam.
Babak baru perjalanan haji masa Orde Baru diawali pada tahun 1950 dengan
diadakannya pengaturan perjalanan haji oleh pemerintah Indonesia, yakni oleh
Kementriaan Agama. Namun pengaturan atau manajemen haji sering berganti dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu demi pelayanan kepada jemaah haji yang lebih baik,
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 111
sejak tahun 1970 pemerintah Indonesia mulai mengatur manajemen haji secara lebih
mantap dan konsisten.
Sistem kuota, undian, dan haji berdikari dihapuskan sejak 1970 sehingga setiap
calon haji mempunyai kesempatan untuk mendaftar dan berangkat menunaikan ibadah
haji pada tahun yang sama. Kebijakan itu mempengaruhi peningkatan jumlah jemaah
haji setiap tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah jemaah haji pada masa
ini. Pertama, kondisi perekonomian Indonesia yang makin membaik. Kedua,
peningkatan kesadaran beragama di kalangan masyarakat. Ketiga, daya tarik masih
merupakan faktor utama bagi seorang muslim untuk melaksanakan ibadah haji.
Selain pertambahan jumlah, latar belakang pekerjaan dan profesi jemaah haji
sesudah tahun 1970 mulai bervariasi jika dibandingkan jemaah haji masa kolonial. Pada
umumnya kelompok profesi, selebriti, dan pejabat memilih menunaikan haji yang
diselenggarakan oleh Penyelenggaran Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang mendapat
izin untuk menyelenggarakan ibadah haji khusus yang pernah populer dengan Ongkos
Naik Haji (ONH) Plus.
F. BEBERAPA MUSIBAH
Selama tiga dekade tekahir (1970-2004), jemaah haji telah mengalami berbagai
musibah besar antara lain peristiwa jatuhnya pesawat Martin Air DC.8.55F, peristiwa
terowongan Mina, serta peristiwa jumrah yang yang terjadi pada 1994 dan 2004.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 113
G. MANAJEMEN HAJI
Manajemen haji adalah salah satu aspek penting dalam perejalanan haji. Dalam
sejarah perjalanan haji Indonesia, manajemen haji selalu mengalami perubahan, seiring
dengan berkembangnya berbagai situasi yang melingkupi perjalanan haji itu sendiri.
MANAJEMEN HAJI DI TANAH AIR
Untuk pengurusan perjalanan haji, Kementriaan Agama pada 1950 membentuk
Bagian Urusan Haji, sedangkan untuk pengurusan daerah diserahkan kepada panitia
khusus yang terdiri atas bupati, penghulu, kepala kantor agama kabupaten, dan cabang
PHI setempat (Kementrian Agama, 1950) (Abdullah dan Lapian (ed), hlm 437).
Perubahan manajemen haji terjadi secara terarah sejak mulai disusunnya pembangunan
nasional dalam bentuk Repelita pada 1969/1970, yaitu ketika perjalanan haji menajadi
bagian dari pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor
17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji dinyatakan bahwa penyelenggara
Ibadah Haji dinyatakan adalah pemerintah dan/atau masyarakat.
merderkanya Indonesia, seluruh etnik yang bermukim akan diarahkan pada segi integrasi dan
asimilasi karena adanya realitas yang kompleks.
Pada masa Demokrasi Parlementer (1949-1958), sistem politik di Indonesia tergolong
demokratis dengan banyaknya partai politik yang berkuasa dan pandangan terhadap etnik
Tionghoa tidak terlalu ekstrem. Berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965),
pemerintah Indonesia dibawah suara Soekarno lebih menjalankan sistem yang cenderung
diskriminatif, namun politik asimilasi belum menjadi dasar kebijakan negara. Berakhirnya masa
Soekarno membuat Soeharto dengan era Orde Baru mengototkan gerakan yang cenderung
diskriminatif dan asimilatif terhadap etnis Tionghoa dan kebijakan ini dimulai saat Seminar
Angkatan Darat II (25-31 Agustus 1966) di Bandung digelar. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012:
Hlm. 453)
II. Kebijakan Politik
Sebelum era Perang Dunia II, orang Tionghoa sebetulnya sudah terlibat dalam
percaturan politik Indonesia. Elit peranakan Tionghoa terbagi sesuai oriantasi mereka masing-
masing. Ada yang bertolak ke Tiongkok (Kelompok Sin Po), ada pula yang berorientasi ke
Belanda (Chung Hwa Hui) dan ada juga yang bertolak ke Indonesia (Partai Tionghoa Indonesia).
Berbeda setelah Indonesia merdeka (Era Soekarno), terdapat dua organisasi sosio-
politik yaitu: Baperki (Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia) dan Qiao Zong.
Baperki didirikan pada tahun 1954, pada intinya tujuan mereka cenderung pada
integrasi berpolitik dan menyatakan bahwa rakyat Indonesia semuanya sama tanpa memandang
ras. Baperki cukup terkenal dengan istilah politik kiri yang bertujuan mendekati Soekarno untuk
menjamin perlindungan terhadap Baperki, dan Baperki sendiri mengalami masa kemunduran
setelah peristiwa G-30-S/PKI. Sedangkan, Qiao Zong yang dikuasai oleh orang yang bukan
peranakan Tionghoa, terutama mereka yang berstatus Warga Negara Asing (WNA), karena
pergerakannya yang kurang jelas mengakibatkan organisasi ini tidak diketahui kelanjutannya.
Dalam kiprah bangsa Indonesia, sudah dapat dihitung jumlah etnik Tionghoa yang
terlibat dalam kabinet kepresidenan yang berjumlah enam orang denga periode yang berbeda-
beda. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 456)
III. Kebijaksanaan Kebudayaan dan Pendidikan
Sebelum tahun 1958, sekolah Tionghoa berjumlah 2000 sekolah yang terdiri dari
sekolah yang pro-Taipei dan pro-Beijing. Pada tahun 1957, pemerintah Indonesia telah
mengumumkan peraturan untuk tidak bersekolah di sekolah Tionghoa. Lalu, peraturan ini
mengakibatkan sekolah Tionghoa yang sekitar 1.100 sekolah diubah menjadi sekolah bahasa
Indonesia.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 116
Sistem Banteng, Perpres No. 10 Tahun 1959, bahkan “Ali Baba” sudah disokong oleh
pemerintah Indonesia guna menjalankan tujuannya melemahkan ekonomi orang Tionghoa.
Terdapat lagi sistem Cukong, dan sistem ini sama sekali tidak menguntungkan pada pribumi.
Tentunya program atau sistem yang diusung hanyalah usaha semata, mengingat ekonomi dan
bisnis orang Tionghoa memang terbilang kuat.
Pada masa Soekarno sitem yang lebih utama yaitu, menjalankan berdikari dan
melalaikan perkembangan ekonomi. Sedangkan pemerintahan Soeharto memusatkan perhatian
pada perkembangan ekonomi yang sering disebut pembangunan sebagai cara melegitimasikan
rezim Orba. Pintu Indonesia yang dibuka lebar dan penanaman modal asing digalakkan.
Kelompok etnik Tionghoa, baik WNI atau asing, dikerahkan untuk menyukseskan program
ekonomi Orba.
Secara bertahap, sistem ini membuat ekonomi Pribumi berkembang dan ekonomi
Tionghoa lebih memuncak. Bahkan, melampaui batas negara Indonesia dan berkecimpung di
area Internasional. Meskipun demikian, tidak dapat disanggah bahwa kedudukan ekonomi
nonpribumi menguat pada Orde Baru, terutama dalam bidang perdagangan, yang dalam
persentase dikatakan hampir 70% dikuasai oleh pedagang Tionghoa. (Abdullah dan Lapian (ed),
2012: Hlm. 461)
VI. Era Pasca-Soeharto
Berbeda dengan Soeharto, Habibie rupanya ingin mengikutsertakan etnik Tionghoa
dalam bidang politik. Dalam bidang hukum dan budaya yang berkaitan dengan etnik Tionghoa,
pemerintah Habibie juga menjanjikan reformasi.
Berbeda dengan ketiga bidang tersebut, Habibie juga dianggap kurang simpatik
terhadap orang Tionghoa di bidang ekonomi. Dan beliau juga beranggapan bahwa ekonomi
Indonesia tidak boleh dikuasai oleh satu kalangan, yakni Tionghoa.
Berbeda dengan Habibie, Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur lebih
menaruh simpati terhadap kaum minoritas dan beliau juga yang menghapuskan Inpres
No.14/1967 yang melarang etnik Tionghoa melaksanakan adat istiadatnya secara publik.
Megawati Soekarno Putri atau disapa Ibu Mega, dianggap menaruh simpati terhadap
kalangan minoritas Tionghoa. Pada 1999 PDI mendapat suara dan dukungan besar dari etnik
Tionghoa ini, lalu pada 2002 beliau mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
nasional.
Minoritas Tionghoa di Indonesia sering dianggap sebagai kelompok yang homogen,
padahal mereka kelompok yang heterogen. Namun, sebagai minoritas, orang Tionghoa di
Indonesia terbilang masih kentara. Secara kebudayaan, peranakan Tionghoa yang bukan totok
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 118
telah terbaur, tetapi mereka masih tidak diterima sebagai bagian dari bangsa Indonesia secara
penuh. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 463)
berisi peristiwa Belanda harus menandatangani perjanjian PBB atau perjanjian New York pada
15 Agustus 1962 mengenai Nugini/Nieuw Guinea. Untuk menutup malu pemerintah Belanda,
penyerahan Nieuw Guinea kepada Indonesia melalui United Nations Temporary Executive
Authory (UNTEA) pada 1 mei 1963. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 478)
b. Penyebab Kerusuhan
Pemerintah Papua belum berpihak sepenuhnya pada masyarakat dalam mengelola
potensi daerah. Bahkan, tanah Papua dipetak-petak untuk pihak asing dan orang Jakarta,
sementara masyarakat masih terikat kemiskinan. Kondisi yang semakin memburuk menguatkan
keyakinan yang telah lama dipendam dalam hati masyarakat Papua tentang harta mereka yang
berupa potensi alam telah diambil. Akibatnya, sering terjadi polemik antara pemerintahan
dengan masyarakat mengenai hak-hak di daerah itu.
Setelah dahulu Belanda dengna Import en Export Maatschappij (IMEX)nya menikmati
keuntungan di Papua, kiini para pemilik kongkomerat Djajanti Group menikmati keuntungan
luar biasa itu. Bahkan,Izaac Hindom yang merupakan mantan gubernur Irian Jaya ikut andil
dalam menikmati keuntungan ini.
Kegiatan pertambangan di Papua yang dewasa ini menarik perhatian masyarakat karena
munculnya beberapa insiden, yaitu PT Freeport Indonesia (PTFI) milik perusahaan raksasa
Amerika Serikat, Moffet McMoran.
Kerusuhan antara suku Amungme dan PTFI menimbulkan kerusuhan di daerah Timika,
Papua. Kerusuhan ini disebabkan karena PTFI yang kurang memberikan sikap penghargaan
bukan sekedar kasihan pada suku Amungme, dan suku Amungme menuntut untuk pengakuan
tanah yang ditempati PTFI. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 486)
c. Kepemimpinan, Masyarakat, Pergolakan Antara Pusat dan Daerah
a) Kepemimpinan
Kedudukan pemimpin di Papua dikategorikan menjadi empat kategori, yang pertama adalah
politik “pria berwibawa”, dan ciri sistem ini diperoleh dari kinerja dan pencapaian. Sistem ini
terdapat pada orang Dani, Asmat, Me, Meybrat, dan Muyu.
Sistem politik kedua yaitu, sistem politik kerajaan. Dan ciri utama sistem ini yaitu dari sudut
pandang pewarisan atau ascribed status.dan masyarakat penganut sistem ini meliputi kepulauan
Raja Ampat, Semenanjung Onim, Teluk MacCluer atau Teluk Berau, dan daerah Kaimana.
Sistem politik yang ketiga yaitu, sistem politik ondoafi yang berciri pewarisan dan birokrasi
tradisional, hampir sama dengan sistem politik kerajaan. Dan penganutnya yaitu orang Sentani,
Genyem (Nimboan), Teluk Humbold), Tabla, Yaona, Yakari-Skou, Arso-Waris.
Papua sendiri mengandalkan pewarisan dalam memilih pemimpin dan ini dikategorikan
sebagai kategori ketiga yaitu, sistem campuran. Kelompok orang papua pendukung sistem
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 122
kepemimpinan ini cukup banyak yaitu, penduduk Teluk Cendrawasih, seperti orang Biak, orang
Waropen, orang Yawa dan Maya.
Struktur sosial-politik tradisional orang papua dalam hal kepemimpinan itu, tampaknya
kerap dijalankan masyarakat, teteapi struktur sosial itu sendiri memiliki kelonggaran, karena
keterbukaan menerima unsur-unsur dari luar. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 489)
b) Masyarakat
Masyarakat Papua dikelompokkan dari sudut soiologi yaitu, kelompok masyarakat kota,
kelompok masyarakat pantai, dan kelompok masyarakat pedalaman. Kelompok ini selain
memiliki perbedaan dari sudut tempat tinggal, mereka memiliki perbedaan dalam sudut profesi
dan sosial—politik-pendidikan.
Selain penggolongan masyarakat Papua dari sudut sosiologi, ada pula penggolongan yang
mempertimbangkan kemajemukan budaya dan masyarakat adat yang meliputi 250 kelompok
etnik dan subetnik.
Penggolongan masyarakat Papua, baik dari sudut pandang sosiologi maupun masyarakat
adat merupakan unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program pembangunan. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 490)
c) Pergolakan antara Pusat dan Daerah
Pertentangan antara pusat dan daerah merupakan kejadian yang tidak asing lagi, dan
persoalannya adalah kurangnya pencerminan terhadap makna peristiwa yang sudah terjadi pada
masa lalu. Penyelesaian masalah terlalu menonjolkan aspek stabilitas dan mengabaikan unsur
budaya dari suku bangsa. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 491)
adanya perbedaan pendapat mengenai sejarah penyatuan Papua pada NKRI adalah masalah-
masalah yang perlu diselesaikan.
Hal yang melatarbelakangi semua ini dititik beratkan pada ketidakberhasilannya
pembangunan di Papua, dan hal tersebut dituangkan dalam UU No. 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Propinsi Papua.
Pemekaran Papua menjadi tiga propinsi oleh pemerintah, didasarkan pada keinginan
masyarakat Papua sendiri. Tetapi, hal ini masih diragukan keasliannya.
Dan kerusuhan yang terjadi pada tahun 2000, disebabkan oleh pengabaian hak-hak adat
masyarakat dan kurangnya penghargaan terhadap orang Papua serta pelanggaran HAM yang
dilakukan aparat pemerintah dan pihak keamanan. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 496)
Hal yang mempengaruhi munculnya GAM berikutnya adalah faktor ekonomi, yang
berwujud ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi antara pusat dengan daerah. Pemerintahan
sentralistik Orde Baru menimbulkan kekecewaan berat terutama di kalangan elite Aceh. Pada
era Soeharto, Aceh menerima 1% dari anggaran pendapatan nasional, padahal Aceh memiliki
kontribusi 14% dari GDP Nasional. Terlalu banyak pemotongan yang dilakukan pusat yang
menggarap hasil produksi dari Aceh. Sebagian besar hasil kekayaan Aceh dilahap oleh penentu
kebijakan di Jakarta. Meningkatnya tingkat produksi minyak bumi yang dihasilkan Aceh pada
1970-an dan 1980-an dengan nilai 1,3 miliar US Dolar tidak memperbaiki kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Aceh.
Kemunculan GAM pada masa awalnya langsung mendapat respon oleh pemerintah Orde
Baru dengan melakukan operasi militer yang represif, sehingga membuat GAM kurang bisa
berkembang. Walau demikian, GAM juga melakukan pelebaran jaringan yang membuat mereka
kuat, baik pada tingkat internasional maupun menyatu dengan masyarakat dan GAM bisa terus
bertahan. Pada masa Orde Baru GAM memainkan dua wajah yaitu satu wajah perlawanan
( dengan pola-pola kekerasan yang dilakukan ), dan strategi ekonomi-politik yang dimainkan
(dengan mengambil uang pada proyek-proyek pembangunan ). (Abdullah dan Lapian (ed), 2012:
Hlm. 523)
dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang
berhaluan Komunis. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 523)
II. DEKOLONISASI TIMOR-PORTUGIS 1974-1975
Kolonialisasi Portugis di Timor-Timur terjadi pasca keberhasilan Kerajaan Ternate
yang dipimpin oleh Sultan Baabullah mengusir Portugis dari Maluku. Portugis menduduki
wilayah Pulau Timor bagian Timur, sedangkan Belanda menguasai Pulau Timor bagian barat
atas dasar kesepakatan tahun 1915. Timor-Timur juga sering disebut sebagai Timor Portugis
merupakan salah satu provinsi di luar negeri. Pada masa penjajahan Portugis, Timor-Timur
tertutup dari dunia luar. Portugis membentuk polisi rahasia yang disebut dengan Polisi
Internationale Defese do Estado (PIDE).
Perubahan kebijakan terhadap Timor-Timur oleh bangsa Portugis terjadi pasca adanya kudeta
militer di Portugis atas Antonio de Oliveire Salazar oleh Jenderal de Spinola.
Kudeta ini dikenal dengan Red Flower’s Revolution (Revolusi Bunga) atau juga sering
disebut Revolusi Anyelir. Pemerintahan di Portugal beralih dari dictator menjadi demokrasi.
Disebut Revolusi Anyelir dikarenakan pada saat itu ditiap-tiap moncong senjata diberi bunga
Anyelir berwarna merah. Revolusi yang terjadi pada tanggal 25 April 1974, membawa pengaruh
yang besar terhadap kebijakan Portugis terhadap negara koloninya. Semua koloni Portugis
diberikan kebebasan untuk berdiri sendiri dan berkembang. Rakyat mendapatkan kesempatan
untuk berpolitik. Muncul adanya dekolonisasi Portugis terhadap Timor-Timur.
Dalam rangka pelaksanaan dekolonisasi, Menteri Seberang Lautan Portugis, 16-19 Oktober
1974 datang ke Indonesia untuk membicarakan masalah tersebut. Presiden Indonesia, Soeharto,
menegaskan beberapa hal, yaitu:
1. Indonesia tidak memiliki ambisi teritotial
2. Sebagai negara yang memperoleh kemerdekaan dari perjuangan menentang penjajahan,
Indonesia mendukung gagasan Portugis untuk melaksanakan dekolonisasi Timor-Timur.
3. Dekolonisasi berdasarkan prinsip penentuan nasib sendiri
4. Dekolonisasi diharapkan berlangsung dengan aman tertib dan tidak menimbulkan goncangan di
daerah sekitarnya.
5. Apabila rakyat Timor-Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka akan ditanggapi secara
positif selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm.
527)
III. MASA PERANG SAUDARA: AGUSTUS-DESEMBER 1975
Operasi Seroja adalah operasi militer terbesar yang pernah dilakukan oleh
Indonesia. Setelah pengeboman angkatan laut Dili, pasukan yg berlayar dari laut Indonesia
mendarat di kota sekaligus menurunkan pasukan. 641 Pasukan terjun payung Indonesia
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 126
melompat ke Dili, di mana mereka terlibat dalam enam jam pertempuran dengan kelompok
bersenjata FALINTIL. Menurut penulis Joseph Nevins, kapal perang Indonesia mengarahkan
pasukan tentara untuk maju dan pesawat transportasi Indonesia sendiri menurunkan beberapa
pasukan tentara mereka di atas pasukan Falintil yang akhirnya mundur dan menderita akibat
serangan tersebut. Pada tengah hari, pasukan Indonesia telah merebut kota dengan korban 35
tentara Indonesia yang tewas, sementara 122 orang bersenjata FALINTIL tewas dalam
pertempuran tersebut.
Pada tanggal 10 Desember invasi kedua menghasilkan penguasaan kota terbesar
kedua, Baucau, dan pada Hari Natal, sekitar 10.000 hingga 15.000 tentara mendarat di Liquisa
dan Maubara. Pada April 1976 Indonesia memiliki sekitar 35.000 tentara di Timor Timur,
dengan 10.000 lain berdiri di Timor Barat Indonesia. Sebagian besar pasukan ini berasal dari
pasukan elit di Indonesia. Pada akhir tahun, 10.000 tentara menduduki Dili dan 20.000 lainnya
telah dikerahkan di seluruh Timor Leste. Kalah jumlah, pasukan FALINTIL melarikan diri ke
gunung-gunung dan terus melancarkan operasi tempur gerilya.
Pada tanggal 12 Desember 1975, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang
"sangat menyesalkan" terhadap invasi Indonesia ke Timor Timur, menuntut agar Jakarta
menarik pasukan "tanpa penundaan" dan memungkinkan penduduk di pulau tersebut
untuk menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri. Resolusi itu juga
meminta agar Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan segera untuk melindungi
integritas teritorial Timor Leste.
Pada tanggal 22 Desember 1975, Dewan Keamanan PBB bertemu dan
mengeluarkan resolusi yang sama dengan Majelis. Resolusi Dewan menyerukan
kepada Sekretaris Jenderal PBB "untuk mengirim darurat perwakilan khusus ke Timor
Timur dengan tujuan membuat penilaian situasi di lapangan yang sedang terjadi dan
membangun kontak dengan semua pihak di wilayah tersebut dan semua negara yang
bersangkutan untuk memastikan pelaksanaan resolusi saat ini.
Daniel Patrick Moynihan, Duta Besar AS untuk PBB pada saat itu, menulis
dalam otobiografinya bahwa "Amerika Serikat berharap hal-hal berubah seperti yang
mereka lakukan, dan bekerja untuk membawa persoalan ini. Departemen Luar Negeri
menginginkan bahwa PBB ternyata sama sekali tidak efektif dalam tindakan-tindakan
apa pun yang dilakukan [berkaitan dengan invasi Timor Timur]. Tugas ini diberikan
kepada saya, dan saya membawanya ke depan dengan tidak berarti tanpa
sukses".Kemudian, Moynihan mengakui bahwa, sebagai duta besar AS untuk PBB, ia
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 127
telah membela dengan "tidak tahu malu" mengenai kebijakan Perang Dingin terhadap
Timor Timur. (Abdullah dan Lapian (ed), 2012: Hlm. 530)
perang dunia II pada satu sisi dan pertarungan ideology serta kepentingan nasional dari
Negara-negara anggota perserikatan bangsa-bangsa pada sisi lain.
Walaupun banyak perbedaan antara orde baru dengan orde lama, namun dalam
dua hal ada persamaannya yaitu Sama- sama mempunyai persepsi negatif terhadap
wacana hak asasi manusia dan sama-sama jatuh oleh krisis ekonomi yang tidak bisa
diatasinya dengan cepat.
a) Untuk mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
b) Meningkatkan perlindungan serta penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.
untuk pembentukan sebuah komisi nasional hak asasi manusia untuk melaksanakan
penyuluhan,pengkajian, pemantauan dan medisi.
c. UU No. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Hak asasi manusia adalah seperangkat yang yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk than yang maha esa dan merupakan anugerahnya
yang wajib dihormati , dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Ditinjau dari perspektif historis, undang-undang ini merupakan undang-undang
yang sangat penting, bukan saja karea merupakan undang-undang yang pertama dalam
sejarah republic Indonesia secara komprehensif mengatur penghormatan , perlindungan,
penegakan serta pemenuhan hak asasi manusia, baik dalam hak ekonomi, sosial dan
budaya serta hak sipil dan politik, tetapi juga secara substantif meletakan dasar untuk
menjabarkan dan menerjemahkan lima sisal pancasila ke dalam norma-norma hukum
sehingga dapat ditindaklanjuti. Undang-undang ini terdiri dari 11 bab dan 106 buah
pasal, serta sebuah penjelasan
Pasal 4 UU 39 tahun 199 tentang hak asasi manusia memuat tujuh hak yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun, yakni:
a) Hak hidup
b) Hak tidak disiksa
c) Hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani
d) Hak beragama
e) Hak tidak diperbudak
f) Hak diakui sebagai pribadi dan persamaan di depan hukum
g) Hak tidak dituntut hukum yang berlaku surut
(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 562).
yang tercantum dalam ketetapan MPR nomor TAP XVII/MPR/1998 dan undang-
undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM.
e. UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
Pada dasarnya, undang-undang ini merupakan pelaksanaan dari pasal 104
undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM undang undang ini terdiri dari 10
bab dan 51 pasal, yaitu:
a) Bab I ketentuan umum
b) Bab II kedudukan dan tempat kedudukan pengadilan HAM
c) Bab III lingkup kewenangan
d) Bab IV hukum acara
e) Bab V perlindungan korban dan saksi
f) Bab VI kompensasi,resitusi dan rehabilitasi
g) Bab VII ketentuan pidana
h) Bab VIII pengadilan HAM
i) Bab IX ketentuan peralihan
j) Bab X ketentuan penutup.
f. BERBAGAI UU LAINNYA
Dalam penjelasan undang-undang nomor 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa
undang-undang tentang HAM merupakan payung dari seluruh peraturan perundang-
undangan tentang HAM oleh karena itu pelanggaran baik langsung maupun tidak
langung atas hak asasi manusia dikenakan sanksi pidana, perdata atau administrative
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Udang-undang tersebut tidak
mencantumkan ketentuan pidana terhadap pelanggaran pasal-pasalnya (Abdullah dan
Lapian (ed). 2012.: hlm. 575).
Dengan demikian, undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM ini harus
dibaca dalam kaitannya dengan keseluruhan peraturan perundang-undangan yang ada
maupun yang akan dibentuk pada masa yang akan datang.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal 28 ayat 4 UUD 1945, serta
pasal 1 ayat (1) , pasal 71 dan pasal 72 undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang
HAM, penanggung jawab utama terhadap terlaksana atau tidak terlaksananya hak asasi
manusia di Indonesia adalah pemerintahan republik Indonesia , terutama cabang
legislative dan cabang eksekutifnya(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 576). Secara
efektif pasal 72 undang-undang ini menegaskan bahwa kewajiban tanggung jawab
pemerintah untuk, menghormati, melindungi dan menegaskan , memajukan dan
memenuhi hak asasi manusia itu meliputi langkah-langkah implementasi yang efektif
dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya , pertahanan keamanan Negara
dan bidang-bidang lainnya
b. DPR RI
DPR RI merupakan salah satu lembaga Negara yang ikut bertanggung jawab
dalam melindungi dan menegakkan hak asasi manusia.
c. MA DAN JAJARAN LEMBAGA YUDIKATIF
Mahkamah agung bersama mahkamah konstitusi mempunyai peranan penting
dalam terwujud tidaknya salah satu hak asasi manusia yang penting, yaitu hak
memperoleh keadilan yang diatur dalam pasal 17 UU nomor 39 tahun 1999 tentang
HAM(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 577).
d. MK
Mahkamah konstitusi dibentuk berdasarkan pasal 24 Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, dengan undang-undang organiknya, yaitu undang-
undang Nomor 24 tahun 2003, dan diundangkan pada tanggal 13 agustus 2003.
kongres kebudayaan yang diadakan pada tahun 1957 di bali mengangkat tema
masalah hubungan antara arsitekturdan seni rupa, seni dan masyarakat, serta
kebudayaan dalam konstitusi.
suasana usaha itulah yang pada gilirannya menegetengahkan seni popular yang meniru
produk-produk barat yang akhirnya memukau generasi muda sehingga mereka
menganggap bahwa segala seni tradisi sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan bias
patut ditinggalkan.
Dake, ia dianggap terlalu terpengaruh oleh kesaksian satu saja yaitu pengakuan bekas
ajudan soekarno.
Menurut Victor Miroslav Fic, bahwa tragedi usaha kudeta 1 oktober 1965 adalah
hasil dari persekongkolan Soekarno-Aidit-Mao TSe Tung (cina), namun akhirnya
menjatuhkan soekarno dan mengakibatkan hancurnya PKI (Abdullah dan Lapian (ed).
2012.: hlm. 606). Meskipun terdapat beberapa kelemahan metodologis rekonstruksi dari
kedua ilmuan tersebut, satu hal yang tak bisa dilupakan ialah bahwa kecurigaan
soekarno juga dianut oleh beberapa peneliti Indonesia, peneliti asing, dan bahkan
kalangan MPRS yang pada masa peralihan itu masi aktif.
Peristiwa tanggal 30 september-1 oktober 1965 merupakan dasar dari proses
kejatuhan Bung Karno sebagai presiden dan berakhirnya periode demokrasi Terpimpin
dalam sejarah politik Indonesia serta merupakan awal dari peralihan politik yang
fundamental.
a. KASUS BALI
Setelah terjadi usaha kudeta militer pada oktober 1965 di Jakarta, konflik social
hebat terjadi di Bali. Pada saat itu Robinson mencari ke akar bali yang sesugguhnya ,
pertama, ketika ada transformasi konflik politik, ekonomi dan sosial di bali sepanjang
masa kolonial (1882-1942) Kedua, pada masa pendudukan jepang (1942-1945),
demikian juga ketika merebaknya revolusi nasional (1945-1949) dan akhirnya pada
tahun-tahun pasca kemerdekaan yang memuncak pada pembantaian 1965-1966 Ia
melihat kondisi pada masa sebelum kemerdekaan, bali berada dalam persaingan
politikyang juga serius(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 605).
Para ahli melukiskan bahwa kekuasaan pada masa setelah kudeta sebagai
penyimpangan sejarah yang disebabkan oleh campur tangan yang disesalkan oleh pihak
komunis. Beberapa pengamat melukiskan bahwa proses pembunuhan atau pembantaian
itu adalah konsekuensi dari hasrat bali yang mengakar secara religious yang
membebaskan pulau itu dari malapetaka dan memulihkan keseimbangan kosmis.
b. KASUS JOMBANG DAN KEDIRI
Hermawan menjelaskan bahwa kasus jombang dan Kediri memperlihatkan
adanya hubungan yang erat antara malam pembantaian para jenderal di Jakarta dan
konflik yang meletus di daerah(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 609). Namun
demikian, bentuk dan identitas konflik itu sangat erat kaitannya dengan tradisi yang
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 142
telah mengakar kuat seperti amok. Ingatan pada tradisi ini turut memberi kontribusi
pada corak konflik. Merosotnya ekonomi menjelang peristiwa G-30-S, selain tingginya
laju inflasi tahun 1961-1965, juga telah memicu konflik sosial berakhir dengan
pembunuhan. Faktor balas dendam tentara dan genocide oleh Negara juga tampaknya
berpengaruh.
Akhinya pembunuhan para jenderal ternyata jauh menusuk ke jantung Esprit de
corps angkatan darat. Ketika pembunuhan itu terjadi, maka segala persaingan atau
bahkan konflik di antara mereka mencair dan digantikan oleh hasrat balas
dendam.terbunuhnya para jenderal seakan-akan membuka jalan bagi keabsahan untuk
membalas dendam yang dsebarkan dari pusat ke masyarakat yang paling pinggir sekali
pun.
B. KRISIS NASIONAL DI TINGKAT LOKAL
Sebelum pecahnya peristiwa G-30-S, PKI di Aceh sebenernya mempunyai status
sebagai partai legal. Dugaan terhadap PKI semakin memuncak ketika dilakukan
penggalangan masa melalui rapat-rapat umum.
Sumatra barat juga tidak asing dengan komunisme. Sudah sejak awal tahun
1920-an gerakan komunis memperkenalkan dirinya. Hanya saja bukan ideologinya yang
menjadi daya Tarik tetapi ajaran penentangan kolonialisme yang menarik perhatian.
Ketika tragedi G-30-S terjadi, masyarakat Bandung masih belum mengetahui
apa yang sedang berlangsung di ibukota. Tetapi memang kondisi perekonomian telah
semakin menunjukan tanda-tanda keresahan sejak mulai naiknya berbagai harga
kebutuhan pokok.
Yogyakarta, ibu kota RI pada masa revolusi, ternyata juga merupakan daerah
dengan kesadaran politik yang tinggi. Menjelang terjadi peristiwa G-30-S, suasana di
Yogyakarta juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang memburuk. Hal
ini terasa sekali ketika ketersediaan beras semakin mengkhawatirkan. Situasi politik pun
semakin tidak sehat.
Persaingan politk serta persoalan agraria menyebabkan hubungan PNI dan PKI,
dua partai di daerah semakin tegang. Konflik memunca setelah terjadinya konflik antara
PKI dan militer.
Adapun di Surakarta, segera setelah demonstrasi terpimpin berdiri, dengan
dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959, PKI berhasil menggandeng kelompok
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 143
tentara, khususnya angkatan darat, untuk menjadi kekuatan politik besar di wilayah
Surakarta.
Dibandingkan dengan kasus lokal yang terjadi di berbagai daerah, Blora
menampakkan perbedaan. Di Blora tidak ada konflik serius, apalagi pertentangan fisik.
Perkembangan situasi di Blora dirasakan pada awal bulan November 1965 sejak
diadakan penangkapan oleh aparat militer dan sipil secara bersamaan terhadap elite PKI
dan tokoh ormasnya. Meskipun demikian, dalam kasus Blora ini dapat dikatakan bahwa
penghancuran PKI di tingkat lokal merupakan satu babak saja dari seluruh skenario
yang direncanakan para elite militer di tingkat pusat.
Daerah Ngawi, Jawa Timur, memaparkan wajah konflik yang berbeda. Ketika
G-30-S terjadi, ketegangan politik yang telah ada sejak pemelihan umun 1955 begitu
saja meningkat di wilayah Jawa timur. PKI yang ingin tampil sebagai partai terbesar di
Jawa Timur, semakin aktif meluaskan pengaruhnya dengan merekrut para petani ke
dalam wadahnya. Maka wacana politik yang memancing keterlibatan petani kecil pun
dipopulerkan. Untuk menghadapi PKI yang semakin ofensif, Nahdlatul ulama pun
mempersiapkan barisan dengan melibatkan gerakan pemuda ansor dan banser. Hal ini
semakin intesif dilakukan sejak bulan oktober dan November 1965. Ketika itu pula
dikumandangkan seruan jihad atau perang suci jihad fisabilillah. Konflik dan
pengejaran PKI yang mengcekam ini terjadi hamper di seluruh Jawa Timur terutama di
Pasuruan, Banyubiru, dan Jember.
Di pasuruan, suasana politik mulai terasa sejak pemilihan umum pada tahun
1955. PNI mulai muncul sebagai partai terbesat, sedangkan PKI sendiri muncul sebagai
partai terbesar keempat. NU dan Masyumi tampil sebagai partai terbesar kedua dan
ketiga.tetapi setelah pemili, PKI mulai meluaskan pengaruh dengan merekrut massa
pendukung di kalangan petani kecil dan masyrakat ekomoni lemah, kaum buruh dan
pedagang kecil di perkotaan.
Pertentangan essensial antara landasan ide nasionalisme, agama, dan komunis
seakan akan di demonstrasikan ke permukaan. Oleh karena itu kelompok islam pun
melihat aksi-aksi PKI sebagai ancaman dan tantangan terhadap otoritas islam.
Pada 3 oktober 1965, NU resmi menyatakan diri bekerja sama dengan TNI-AD
untuk memulihkan keamanan dan menjaga keutuhan bangsa. Itulah sebabnya, Jemaah
NU mulai mengantisipasi Aksi-aksi PKI di puat dan di daerah. Aksi-aksi itu dimulai
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 144
sejak oktober 1965 sampai akhir November 1965. Dalam masa yang pendek itu, suatu
tragedy besar terjadi.
Gerakan pembunuhan berlangsung atas dukungan yang di berikan oleh
kelompok gerakan pemuda Ansor, di bawah Nadlatul Ulama (NU). Setelah berakhirnya
aksi bunuh-membunuh di tingkat lokal, tampak kondisi politik masyarakat masih
menyisakan peristiwa berupa pengasingan-pengasingan bagi meraka yang diindikasi
terlibat G-30-S. hal ini dapat dilihat pada upaya rehabilitasi mental bagi wanita yang
dianggap sebagai onderbouw PKI, terutama bagi wanita yang bergolongan B sewilayah
jawa.
Di pusat rehabilitasi ini diadakan kegiatan pembinaan mental bagi wanita
memulai pendidikan dan penerangan agama, olahraga, kesehatan, dan kerajinan.
Akhirnya, sebagaimana studi hermawan menyatakan ternyata ada beberapa hal yang
bisa diambil sebagai kesimpulan. Pertama, tidak ada pola tunggal pembasmian dan
bahkan pembunuhan yang diterapkan secara nasional. Kedua, pembunuhan di jawa
tengah terutama adalah akibat dari oprasi militer, bukan konflik sosial yang peneuh
kekerasan. Pola ketiga, di tunjukan di daerah jombang dan Kediri, dimana peran tentara
relative pasif. Dengan dukungan tentara yang merupakan actor utama dalam uaha
“pembersihan” golongan komunis, gerakan pemuda islam berjuang untuk membasmi
komunis yang mereka anggap “anti Tuhan”.
Ketika semua itu telah berakhir dan zaman baru dalam kehidupan politik
Indonesia bermula, siapakah yang tidak akan termenung mengingat betapa anak bangsa
telah saling membunuh karena bisikan ideologi dan kesadaran sosial yang berbeda-beda.
Presiden soekarno tidak pernah membayangkan bahwa dewan revolusi yang
diperkenalkannya dan bahkan dipupuknya bahkan menimpa bangsa sendiri. Bahkan
bung karno menitihkan air mata ketika sedang berpidato ketika ia teringat betapa
semangat revolusi yang dikibarkannya bahkan membalik menusuk bangsa sendiri.
Tahun 1965 dan 1966 bukanlah sekedar masa mulai terjadinya proses pergeseran
kekuasaan tetapi adalah pula saat ketika bangsa terjerumus dalam tragedi yang paling
traumatis
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 145
Panglima ABRI jenderal TNI Wiranto dan kassospol ABRI Letjen TNI Susilo
Bambang Yudhoyono menyusun konsep reformasi ABRI di tengah masih kuatnya
pemerintah Orde Baru(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 620). Hal ini dilakukan
karna adanya perbedaan pemahaman dan cara pandang reformasi di ruang publik yang
dikhawatirkan bisa mengarah pada revolusi.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 147
Pada sidang umum MPR 1998 istilah “Reformasi” pertama kali disampaikan
oleh kassospol ABRI Letjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pandangan akhir
tersebut, fraksi ABRI menyampaikan dua isu utama agenda nasional:
1. Desakan atau tuntutan agar krisis moneter dan krisis ekonomi dapat segera diatasi,
sehingga tidak muncul tuntutan yang lebih besar lagi.
2. Desakan dan tuntutan agar dilakukan reformasi menyeluruh, khususnya di bidang
ekonomi, politik dan hukum
(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 621).
Bagi ABRI, istilah reformasi adalah penbaruan dan bukannya revolusi yang
menuntut perubahan radikal(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 621). Reformasi
yang diperjuangkan ABRI adalah pembaharuan yang dilakukan secara konstitusional,
konseptual, gradual dan tepat sasaran sesuai dengan urgensinya.
Hasil jajak pendapat menunjukan bahwa sebagian besar perwira tinggi mabes,
angkatan, dan polri menyetujui reformasi dilakukan secara gradual, konseptual dan
konstitusional. Dengan keputusan ini maka dialog pun dilancarkan(Abdullah dan
Lapian (ed). 2012.: hlm. 622)
Namun, unjuk rasa yang semula tertib dan terkendala, dengan cepat bisa berubah
menjadi bringas dan liar. Dalam situasi ini, ABRI yang bertugas mengamakan tiga
unsur utama sebuah Negara, yaitu wilayah nasional, pemerintah yang sah, dan rakyat
yang berdaulat. Dialog sangat dibutuhkan dalam menghadapi permasalahan bangsa saat
itu.
Dari hasil kunjungan ke berbagai daerah dan dari dialog dengan para pakar dan
tokoh masyarakat, Kassospol ABRI sampai pada kesimpulan, bahwa meskipun presiden
soeharto pasca siding umum MPR 1998 masih memiliki legilitas, tetapi ia telah
kehilangn legitimasi moral(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 624). Dinamika
politik yang terjadi pasca sidang tersebut mengisyaratkan perlunya ABRI merespon
secara positif aspirasi masyarakat.
Reformasi, sebagai proses perubahan tatanan sosial yang tidak bisa ditunda-
tunda, disepakati segenap lapisan masyarakat maupun pemerintahan orde baru.
Penolakan terhadap soeharto sebagai presiden RI dengan gencar disuarakan, bahkan
sebelum SU MPR 11 maret 1998. Pihak mahasiswa beranggapan, bahwa sumber dari
rintangan terhadap reformasi terletak pada presiden soeharto yang telah berkuasa selama
32 tahun(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 624).
ABRI berusaha mengarahkan berbagai aksi massa untuk tetap dalam rambu-
rambu hukum. Dalam rangka menghindari konflik antara mahasiswa dan pemerintah,
ABRI membangun dialog dengan para mahasiswa tersebut berdasarkan kebijakan
panglima ABRI. Dalam kaitan inilah, kassospol ABRI Susilo Banbang Yudhoyono
menemui Amien Rais di Yogyakarta dan para pemuka masyarakat di Surabaya. Ia
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 150
Kehati- hatian ABRI dalam bertindak dan merepon maraknya aksi-aksi unjuk
rasa mahasiswa di berbagai kampus merupakan sikap persuasive dan akomodatif ABRI
dalam menangkap tuntutan perubahan agar agenda reformasi dapat terlaksana dengan
baik. ABRI mengadakan rapat “curah pendapat fungsional”. Dalam rapat itu,
dipaparkan konsep reformasi yang mengacu pengarahan pengab setelah melakukan
pertemuan dengan presiden soeharto(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 627).
ABRI berdialog dengan pakar politik dan tokoh masyarakat untuk memperoleh
masukan bagi penyelesaian krisis. Perkembangan kondisi sosial politik nasional yang
bergerak cepat dan krisis telah membentuk kesadaran kolektif melalui protes sosial
semakin meluas dan menguat. Sorotan dunia internasional pun tidak dapat diabaikan,
terutama pasca peristiwa trisakti yang memicu suasana semakin tidak terkendali.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 151
Selain itu, pengamanan di setiap sudut kota ditujukan untuk mencegah terulangnya
kerusuhan.
ABRI tidak memungkinkan melakukan pemberangusan gerakan mahasiswa
yang mulai mengarahkan aksi demonstarsi demo ke gedung DPR/MPR yang terletak di
kawasan senayan. Gedung DPR/MPR yang semula sulit ditembus para demonstan, pada
tangga 18 mei 1998 dibuka oleh aparat keamanan. Lalu pimpinan DPR membacakan
sikap untuk prsiden soeharto secra arif mengundurkan diri. Keputusa MPR yang
melibatkan unsur pimpinan F-ABRI untuk mendesak mundurnya presiden soeharto
mengejutkan mabes ABRI. Pada pukul 20.00 wib, tanggal 18 mei 1998, jenderal TNI
wiranto, sebagai panglima ABRI yang bertanggung jawab sebagai keselamatan Negara,
mengadakan konferensi pers dan menyatakan bahwa pernyataan pimpinan DPR/MPR
untuk meminta presiden mengundurkan diri tersebut bersifat pribadi, meskipun hal
tersebut disampaikan secara kolektif.
Pada tanggal 19 mei 1998, presiden soeharto mengundang para tokoh
masyarakat di istana merdeka untuk meminta saran mengenai rencana pembentukan
dewan reformasi politik(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 632). Keesokan harinya,
pengumuman pembatalan acara apel akbar disampaikan amien rais yang ditayangkan
langsung melalui televisi. Peringatan hari kebangkitan nasional selanjutnya diperingati
di halaman gedung DPR/MPR oleh para mahasiswa yang telah beberapa hari
menduduki gedung tersebut dan Amien Rais pun hadir pula di acara itu.
Kassospol ABRI menyiapkan rancangan skenario pergantian kepemimpinan
nasional yang akan diuslkan mabes ABRI melalui fraksinya dalam pertemuan di DPR
yang diselenggarakan pada pagi hari tanggal 30 mei 1988. Usulan tersebut yaitu:
a. Melalui sidang umun MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden dengan pemilu
dipercepat
b. Presiden mundur, kemudian wakil presiden yang menggantikan kedudukan presiden
c. Presiden dan wakil presiden mundur, kemudian menteri dalam negeri, menteri luar
negeri dan meteri pertahanan dan keamanan tampil sebagai triumvirate.
d. Tidak ada pertanggungjawaban dan presiden mundur
e. Sidang istimewa MPR.
(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 632).
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 154
Pertemuan di DPR yang dihadiri 171 orang dan 325 anggota fraksi karya
pembangunan (FKP) sebagai fraksi terbesar di DPR-RI memilih aternatif ke empat dan
kelima, yaitu presiden mundur dan segera digelar sidang istimewa MPR(Abdullah dan
Lapian (ed). 2012.: hlm. 633). Dari diskusi tersebut, ditarik suatu kesimpulan perlunya
aksi nyata reformasi, yaitu pergantian kepemimpinan nasional secepatnya sebagai upaya
untuk mengakhiri krisis politik. Dinamika peerkembangan politik seblangsung semakin
cepat. Pada tanggal 20 mei 1998, menteri sekretaris Negara saadilah mursyid menemui
presiden untuk melaporkan bahwa komite reformasi belum bisa terbentuk dan
menyampaikan surat pengunduran diri 14 menteri tersebut.
Pada tanggal 21 mei 1998 presiden soeharto dan wakil presiden B.J Habibie tiba
di istana merdeka. Pagi itu hadir pula pimpunan mahkamah agung, keta MPR/DPR,
harmoko beserta wakilnya dan para menteri. Pada pukul 09.00 wib presiden soeharto
membacakan pidato pengunduran dirinya dan dilanjutkan oleh B.J Habibie yang
mengucapkan sumpah sebagai presiden RI menggantikan soeharto(Abdullah dan Lapian
(ed). 2012.: hlm. 635). ABRI sebagai alat Negara harus memiliki sifat pasti dan tegas
ditengah ketidak pastian situasi, seperti saat berlangsungnya peralihan kekuasaan. Sikap
ABRI tersebut mengandung beberapa substansi penting. Pertama, dukungan terhadap
berhentinya presiden soeharto sekaligus harus memberikan dukungan terhadap
pergantian presiden secara konstitusional. Kedua, pesan moral kepada seluruh
masyarakat untuk menerima proses tersebut, sebagai realisasi dari tuntutan dan
keinginan bersama. Ketiga, ajakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan berbagai
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 155
perbedaan yang ada dan kembali merekatkan persaudaraan sebagai bangsa yang bersatu.
Keempat, mencegah kehendak untuk melaksanakan tindakan di luar hukum terhadap
mantan presiden yang justru akan menodai proses demokrasi yang diperjuangkan saat
ini(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 635).
Dengan demikian hal pentig yang hars dicatat adalah sikap kompromi ABRI
terhadap munculnya gerakan mahasiswa menentang kepemimpnan presiden soeharto
pada bulan mei 1998. Tindakan-tindakan ABRI berperan secara positif dalam megawal
proses suksesi yang berlangsung secara konstitusional dan damai.
Keinginan reformasi yang telah bermula sejak tahun 1980-an tidak bisa berbuat banyak
karena strategi baru ini belum terkonseptualisasikan dan belum terwadahi secara
structural. Sistem politok yang dibangun pada masa orde baru bertumpu pada ketokohan
soeharto sehingga bersifat nasional itulah sebabnya dalam praktiknya, orde baru banyak
mengebiri sistem politik yang seharusnya dijalankan secara demokratis. Padahal, setiap
sistem selalu terjadi dinamika dari dalam dan tantangan dari luar.
Faktor lain yang memengaruhi jatuhnya soeharto adalah desakan dari luar, yakni
dunia internasional. Ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri, membuat orde
baru tak terelakan dari dampak kekuatan kapitalisme internasional.
Jatuhnya rezim orde baru yang ditandai dengan lengsernya soeharto pada 21 mei
1998 merupakan akibat dari krisis ekonomi dan politik. Terjadinya krisis ekonomi
menyusul krisis moneter pada pertengahan tahun 1997. Ketika krisis moneter mendera
asia dan merembes ke Indonesia, soeharto mengira ia masih mampu menggenggam
kekuasaannya. Oleh karena itu, ia tidak memerintahkan para menterinya untuk
mendapatkan strategi alternative untuk melanjutkan pembangunan ekonomi dan sosial.
Tetapi kegagalan yang mendasar dari soeharto adalah ia tidak mempersiapkan bangsa
dalam proses pengalihan kekuasaan secara bertanggung jawab, dari birokrasi militeristik
ke cara demokratik, suatu sistem yang cocok bagi masyarakat multi etnik dan aspirasi.
Dua hari sebelum mengundurkan diri dari jabatannya, presiden soeharto
menyatakan akan melaksanakan dan memimpin reformasi, seakan masih dapat
mengkooptasi gerakan reformasi yang semakin luas. Pertemuannya dengan beberapa
tokoh kalangan islam dari berbagai organisasi dan profesi merupakan upaya untuk
mengajukan penyelesaian perubahan secara damai akan tetapi, pertemuan itu hanyalah
sekedar memperpanjang politiknya saja.
memenuhi syarat mendapat kesempan akses untuk menerima, tahap demi tahap, isi awal
bantuan sebesar $43 miliar.
Meskipun demikian Indonesia dianggap segen dan mengulur ulur waktu untuk
menerapkan reformasi yang telah dijanjikan. Dibuatlah perjanjian ketiga yang lebih
panjang lagi dan lebih tegas, yang diumumkan pada tanggal 10 april 1998. Isi perjanjian
adalah 117 tindakan yang harus diselesaikan pemerintah Indonesia pada jangka waktu
tertentu untuk menghindari kehilangan akses lebih lanjut terhadap paket itu.Akhirnya
presiden soeharto menandatangani memorandum sebanyak 50 butir mengenai
pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi dan moneter yang harus dilakukan Indonesia
dengan bantuan IMF, bank dunia, dan Asian Development Bank (ADB).
Tampaknya penyelesaian krisis ekonomi indonesa berlarut- larut. Hal ini karena
krisis ekonomi disertai krisis kepercayaan yang akut terhadap kekuasaan yang sedang
bekerja. Memasuki bulan mei 1998, tekanan kaum reformis dan gerakan mahasiswa
semakin kuat mendesak soeharto untuk mengundurkan diri. Tekanan demi tekanan
politik dari orang-orang terdekatnya akhirnya membawa presiden soeharto menyatakan
berhenti dari jabatannya.
B. BERGULIRNYA REFORMASI
Sesudah pemerintahan soeharto berakhir, sejarah Indonesia memasuki periode
ketika masyarakat begitu mengharapkan perbaikan kehidupan demokrasi dan
kesejahteraan melalui gerakan reformasi. Dalam konteks pelaksanaan pemerintahan
orde baru itulah praktik KKN tumbuh subur yang menjadi faktor utama jatuhnya
soeharto.
a. PEMERINTAHAN B. J HABIBIE
Orde baru sebagai sistem ternyata tidak tumbang dalam waktu singkat. Hal itu
dapat dilihat naiknya habibie menggantikan soeharto. Naiknya Habibie sebagai presiden
disebut secara kebetulan. Menurut emmerson, B.J habibie tidak akan mengganti
kebijakan yang telah dilakukan kecuali memperbaiki rezim soeharto (Abdullah dan
Lapian (ed). 2012.: hlm. 649). Banyak analisis mengatakan hal tersebut karena Habibie
merupakan anak kesayangan Soeharto. Kedekatan Habibie yang telah lama berguru itu
pula yang menyebabkan ia diangkat oleh Soeharto menjadi wakil presiden.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 159
Habibie tidak begitu saja mengambil alih falsafah otoriter pendahulunya. Akan
tetapi, yang terlihat sebaliknya. Habibie dengan cepat merombak sebagian besar dari
warisan pedahulunya. Kabinet reformasi yang diumumkan pada 22 Mei 1998 mengganti
kabinet pembangunan diisi oleh menteri lama. Habibie memisahkan jabatan jaksa agung
dan gubernur bank sentral dari kabinet hal itu dilakukan agar kedua kedudukan itu di
depolitisasi sehingga dapat mendorong penerapan hukum yang lebih netral dan
kebijakan moneter yang lebih independen. Suatu kemajuan yang penting di catat dalam
dunia perbankan sejak orde baru adalah Bank Indonesia di beri hak untuk memelihara
independensi melalui UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
mentornya, yaitu mantan presiden soeharto. Bagaimanapun juga waktu tidak boleh
disia-siakan dalam upaya serius untuk membangun pemerintahan yang baik dan bersih.
Serangkaian keputusan yang telah ditetapkan jelas menunjukan bahwa presiden habibie
tidak membiarkan dirinya menjadi batu sandungan yang menghambat harapan-harapan
untuk membawa Indonesia kembali pada azas dasar akan keberadaannya sebagai sebuah
Negara bangsa.
Reformasi sesungguhnya tidak berarti suatu perubahan total melainkan suatu
perbaikan pesat tanpa mengganggu kesinambungan. Pada akhir masanya sebagai
presiden, Habibie dan kabinet-kabinetnya tidak hanya mempercepat proses evolusioner
melainkan juga memperkenalkan beberapa perubahan revolusioner yang cukup penting.
Keuntungan dan kerugian dari berbagai undang-undang, dekrit, ketetapan dan peraturan
yang diperdebatkan, namun ecara keseluruhan semua itu tidak hanya mencerminkan
upaya serius habibie menanggapi berbagai tuntutan yang bertentangan yang dihadapi
oleh bangsa tetapi juga visinya akan masa depan. Masalah ekonomi jelas merupakan
ujian berat pertama bagi Habibie namun dia berhasil memperbaiki nilai tukar rupiah,
dari Rp. 17.000 per US Dollar menjadi Rp.6.000 dan dia memisahkan Bank Indonesia
dari control Negara. Habibie juga telah menuntaskan perdebatan yang hamper
terlupakan yang terjadi setelah De Javasche Bank yang dimiliki oleh Belanda telah
dinasionalisasikan dan diubah menjadi Bank Indonesia.
Di samping berbagai keputusan politik dan ekonominya yang harus dibuatnya
dalam periode kepemimpinnnya yang singkat, presiden Habibie memulai suatu proses
“desakralisasi” kepresidenan. Dia pergi ke pasar-pasar menanyakan para pedagang kecil
bagaimana keadaannya, berkunjung ke parlemen untuk berdiskusi dengan para
pemimpin parlemen. Ketika dia membubarkan badan yang menangani program
indoktrinasi, BP7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila), presiden Habibie telah secara simbolik mengakhiri kekuasaan
Negara yang digunakan untuk mengamankan kesucian ideologi Negara dan
mengendalikan hampir semua symbol dan slogan Negara yang ditujukan kepada
menteri kolektif bangsa.
Setelah menghabiskan sekitar satu tahun periode kepresidenannya yang begitu
riuh, Habibie mulai merenungkan dan dia sudah berpikir bahwa keberadaan masyarakat
madani yang kuat yang berdiri antara kondisi masyarakat sesungguhnya dengan dunia
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 161
kekuasaan Negara dapat menjamin perkembangan yang sehat dari masyarakat yang
demokratis. Presiden habibie menghimpun sejumlah intelektual dan ahli terkenal serta
beberapa pejabat tinggi militer yang aktif untuk mengembangkan strategi bagaimana
Negara dapat mendorong pertumbuhan masyarakat madani yang sehat.
Situasi politik di ibukota sangat genting sedangkan daerah-daerah, terutama yang
bergejolak, juga menuntut perhatian. Keputusan B.J Habibie tentang GAM (Gerakan
Aceh Merdeka) yakni mengembalikan Aceh pada kekuasaan sipil. Presiden Habibie
mengunjungi aceh dan mengadakan pertemuan umum di masjid pusat. Tindakan
berhadapan langsung dengan masyarakat kemudian diikuti oleh Komandan Angkata
Bersenjata, Jenderal Wiranto, yang dengan santun menyatakan permintaan maaf kepada
warga aceh atas segala tindakan yang tidak patut yang mungkin telah dilakukan oleh
anak buahnya. Daerah lain yang bergejolak adalah irian jaya ( provinsi yang kemudian
di bawah presiden Abdurrahman wahid, pengganti Habibie, berganti menjadi papua).
Propinsi ini tidak pernah mengalami situasi damai sepenuhnya sejak secara resmi
menjadi propinsi ke-26 dari Republik Indonesia, yakni sejak hasil pepera (penentuan
pendapat rakyat) di sahkan dan disetujui oleh majelis umum PBB. Para tokoh papua
menuntut kemerdekaan papua namun saat itu presiden habbie telah habis masa
jabatannya.
Ada empat keputusan besar yang ditetapkan sebagai undang-undang yang
diajukan oleh Habibie yang telah membuka lembar baru dalam sejarah Indonesia, yaitu:
1) Izin pembentukan partai politik
2) Undang-undang otonomi daerah
3) UU kebebasan pers
4) Referendum Timor Timur
Habibie belum banyak memenuhi harapan rakyat, antara lain dalam hal penegakan
hukum dalam kasus trisakti, penculikan aktivis, dan penanganan terhadap koruptor.
E. ACEH
Apakah kasus Timor Timur merembet ke Aceh dan Papua? Banyak orang
menduga kalau Timor Timur lepas dari wilayah Republik Indonesia, maka itu akan
memberi peluang besar kepada propinsi lain, terutama Aceh dan Papua, untuk juga
lepas. Setain Aceh dan Papua, daerah yang sempat dianggap berpotensi pisah adalah
Riau dan Kalimantan Timur.Dua propinsi yang disebut pertama memiliki alasan yang
lebih kuat daripada dua terakhir. Aceh yang bersifat sentrifugal, menurut Emmerson,
karena perlakuan yang tidak adil dari pusat, bahkan trauma pelaksanaan Daerah Operasi
Militer (DOM) yang berkepanjangan, merupakan faktor kuat ancaman disintegrasi
teritorial Indonesia. Aceh adalah daerah modal Republik Indonesia, tidak saja dalam arti
sumbangan konkret berupa pesawat terbang Seulawah, tetapi juga semangat perjuangan
melawan penjajahan seperti diperlihatkan pahlawan mereka seperti Teuku Umar dan
Tjoet Njak Dien.
Selain DOM, gas alam cair (LNG) yang berasal dari perut bumi Aceh juga tetap
tidak memberi kesejahteraan kepada masyarakat setempat. Kekecewaan berat rakyat
menjadi lahan subur bagi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pimpinan Teungku Hasan di
Tiro.Dilihat dari landasan perjuangannya, GAM tidak terlalu kuat dan tidak
argumentatif, kecuali mengacu pada akar-akar sejarah.Hasan Tiro tampaknya begitu
obsesif terhadap kejayaan Aceh tempo dulu seperti kebanyakan orang Aceh pada
umumnya.la sendiri menyatakan "Aceh Merdeka" dalam konsesnya dengan
menggunakan dasar yang dibangun oleh Kesultanan Aceh pada abad XVII, masa Sultan
Iskandar Muda. Alasan lain Hasan Tiro adalah sentimen karena ketidaksenangannya
pada orang Jawa, yang dalam pandangannya tidak lebih dari penjajah, sama seperti
Belanda dulu.
Konflik yang telah berajalan sejak tahun 1976 akhirnya dapat
diselesaikan.Setelah melalui jalan panjang, akhirnya terlaksanalah penandatanganan
MOU (Memory of Understanding) antara pemerintah Indonesia dan pihak GAM di
Helsinki.Finlandia pada 15 Agustus 2005.Peristiwa berseprah ini kemudian
membuahkan suasana perdamaian dan kedamaian bagi masyarakat.baik di dalam
maupun di luar Aceh. Suatu peristiwa alam yang dianggap merupakan faktor yang turut
mendorong bagi rekonsiliasi pihak.pihak yang bertikai di Aceti adalah tsunami yang
terjadi pada tanqgal 26 Desember 2004.Tsunami yang telah menghancurkan sebagian
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 166
witayah Aceh tersebut bagi masyarakat Aceh tampaknya dilihat sebagai -mukjizat- yang
diberikan Tuhan agar pihak-pihak yang bertlkai di Aceh melakukan perdamaian (Pace
2007:134) (Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 661). Pada peristiwa
penandatanganan Mou tersebut, pihak Indonesia menggunakan bagian pidatonya dalam
bahasa Aceh, pitu Pat ujeuen han pirang, pat prang tan reda yang berarti selalu ada
waktu untuk hujan behenti dan selaiu ada waktu untuk mengakhiri sebuah perang.
Adapun pihak GAM antara Lain menyatakan “hari ini kita mengakhiri konflik yang
telah mengakibatkan penderitaan yang amat sangat bagi rakyat Aceh... dengan
penandatangan perjanjian damai ini adalah (merupakan) awak dari proses yang akan
mengantarkan keadilan kepada rakyat Aceh...” (Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm.
661). MOU yang menghasilkan perdamaian menjadikan Aceh sebagai "daerah
istimewa- dalam konteks NKRI.
Hasan Tiro kemudian datang ke Banda dan mergatakan supaya rakyat menjaga
perdamaian.Ini merupakan Sikap untuk memendam getirnya sejarah konflik di Aceh.
Tokoh pendiri GAM itu juga menyatakan bahwa ia menghargai kebijaksanaan dan
tekad baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
sejak awal tahun 2000 telah merintis jalan bagi penyelesaian konflik berkepanpngan di
Aceh dengan harus melalui perundingan, bukan dengan kekerasan senjata.
Memang sempat tersiar kabar bahwa isu pemisahan diri dari NKRI juga muncul
di Propinsi Riau dan Kalimantan Timur. Faktor kekayaan alam dan ketidakmerataan
pendapatan antara daerah dan pusat tampaknya menjadi dalih untuk bergerak ke arah
sana. Meskipun demikian, perasaan anti Jakarta yang terdapat di kedua witayah itu tidak
sekuat di Aceh dan Papua.Nyatanya, gerakan Riau Merdeka hanya sebatas
wacana.terutama yang diembuskan oleh segelintir kaum elite. Secara perlahan
kemudian tidak terdengar lagi wacana seperti itu.baik di Riau maupun di Kalimantan
Timur.
(Abdullah dan Lapian (ed). 2012.: hlm. 662). Seorang dosen Universiti Malaya pernah
mengemukakan kekagumannya atas keberhasilan reformasi di Indonesia. Dia
mengatakan, kalau saja Malaysia memiliki kesempatan semacam reformasi seperti yang
berjalan di Indonesia, Malaysia akan mencapai kesejahteraan yang lebih meningkat lagi.
Meskipun merupakan suatu pandangan seseorang, pernyataan itu menunjukkan
keyakinan bahwa demokrasi akan menjadi faktor pendorong tercapainya kesejahteraan
rakyat. Pengalaman berdemokrasi Indonesia setelah Lengsernya Soeharto
rnemperlihatkan peralihan kekuasaan.meskipun dililiputi ketegangan. tetap berjalan dan
transparan dari satu pemerintah ke pemerintah berikutnya, beturut.turut Habibie.
Abduqahman Wahid (Gus Dur). Megawati Soekatnoputri, dan Susito Bambang
Yudhoyono (SBY). Meskipun diwamai gejol.ak dan kerusuhan di berbagai daerah,
pelaksanaan Pemilu 1999 relatif berjalan damai dan demikian pula pada Pemilu
2004.Pemilu 1999 melibatkan peserta pemilu lebih dari dan Pemilu 2004 kira.kira
75%.membuat Indonesia merupakan negara berdemokrasi terbesar di dunia.
Tentu saja kualitas dan substansi berdemokrasi yang bermakna dan mampu
membawa rakyat untuk mempetoleh kesejahteraan secara merata belum tercapai
sepenuhnya.Pemberantasan korupsi.pelaksanaan otonomi dan lingiungan masih meojadi
masalah besar yang tidak mudah dikerjakan oleh pemerintahan ke depan. Menurut
Stanley, ada yang mengatakan bahwa salah satu warisan buruk Orde Baru yang sulit
untuk diatasi adalah korupsi. Bahk.an dengan otonomi daerah (Abdullah dan Lapian
(ed). 2012.: hlm. 663). kemudian terungkap bahwa telah terjadi desentralisasi korupsi ke
daerah. Imbas pelaksanaan otonomi daeah juga terlihat pada semakin merosotnya
kondisi lingkungan hidup.Dengan maksud meningkatkan sumber PAD, maka banyak
kegiatan yang justru meugiOn linqkungan hidup sering terjadi di berbagai daerah di
Indonesia.Belum lagi ketidaksiapan dan kelemahan koordinasi yang baik antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai musibah akibat alam
yang sering terjadi.
ada sejak 1999 dan direvisi pada 2004, pelaksanaannya masih menjadi tanda tanya besar.
Dalam kaitannya dengan pemerintah, sejak reformasi digulirkan, gejala yang sulit
dibendung adalah pernekaran witayah. Hal ini tampaknya merupakan pelaksanaan
otonomi daerah melalui tentang Otonomi Oaerah No. 22 tahun 1999 yang direvisi
dengan UU No. 34 tahun Meskipun muncul pendapat sebaiknya pernekaran witayah
dihentikan. dalam kenyataannya pertambahan Pembentukan daerah kabupaten dan
propinsi terus berjalan. Padahal pebksanaaan otonomi daerah banyak yang Carut
marut.Persoalan ini tertetak pada perspektif elite pemerintah daerah tentang
desentralisasi. Riyaas Rasyid. mantan menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. pemah
mengatakan bahwa untuk menerapkan UU otonomi daerah diperlukan berbagai
peraturan pelaksanaan. Namun pelaksanaannya tidak sekaligus.tetapi secara bertahap,
dilihat dari daerah yang sudah siap dalam memenuhi persyaratan.
c. MASALAH PERBATASAN DAN ISU LINGKUNGAN
Pengalaman “lepasnya” Pulau Sipadan dan Ligitan yang ke wilayah Malaysia
pada akhir tahun 2003 telah menyadarkan bangsa Indonesia atas kelengahannya dalam
“memelihara” pulau-pulaunya. Dalam konteks kedaulatan wilayah sebuah negara
kepulauan Seperti Indonesia.peristiwa geografi.sejarah itu tampaknya memperlihatkan
kecilnya perhatian terhadap kondisi negeri yang terdiri dari ribuan pulau dan taut yang
begitu luas. Padahal dengan diakuinya negara Indonesia sebagai negara kepulauan
(archipelago state) sesuai dengan UNCLOS tahun 1982, tetapa luasnya tanggung jawab
untuk memelihara kedaulatan wilayahnya.Masalah lingkungan dan bencana alam yang
terus-menerus mendera hampir di seluruh kepulauan Indonesia tampaknya menjadi
catatan sejarah kontemporer. Pada akhirnya memang disadari bahwa posisi wilayah
Indonesia di kelilingi “lingkaran api” (ring of fire). Akan tetapi.bencana yang terjadi
tidak hanya disebabkan karena faktor alam, tektonik atau vulkanik. melainkan banyak
juga yang disebabkan oleh tindakan manusia. Kebakaran hutan dan banjir tidak dapat
dilepaskan dari akibat pertuatan manusia.
Ketika bagian terakhir ditulis, usia reformasi sudah berjalan sepuluh tahun.
Banyak keberhasilan sudah dicapai. Proses demokrasi telah berjalan, meskipun banyak
orang mengatakan masih prosedural Ini berarti melaksanaan demokrasi telah memenuhi
tata Cara dan mekanisme sesuai dengan peraturan dan perundangan. Adapun substansi
demokrasi untuk memenuhi harapan rakyat guna meningkatkan kesejahteraannya masih
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 170
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Masa awal orde baru ditandai oleh terjadinya perubahan besar dalam
pegimbangan politik di dalam negara dan masyarakat, sebelumya pada era Orde
Lama bahwa pusat kekuasaan ada di tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada
Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan yang dibagi dalam militer, teknokrat,
dan kemudian birokrasi. Banyak pula krisis yang terjadi disana-sini yang terjadi
dalam pemerintahan orde baru mulai dari krisis politik, krisis moneter, krisis
hukum dan krisis kepercayaan serta krisis sosial dan karena terjadi banyak krisis ini
mengantarkan Pemerintahan Orde Baru ke runtuhan yang pada akhirnya di
gulingkan oleh rakyat. Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan
perikehidupan lama dengan tatanan perikehidupan yang baru dan secara hukum
menuju ke arah perbaikan. Gerakan reformasi, pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan, terutama perbaikan dalam
bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum.
4.2 SARAN
Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang
efisien dalam melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil
maupun militer secara terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai
dukungan dan finansial. Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun
hanya di beberapa daerah. Beberapa kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh
media menjadi salah satu bukti nyata masih adanya penggunaan birokrasi untuk
suksesi. Sebenarnya penguatan atau ”penaklukan” birokrasi bisa saja dilakukan
dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk
merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Namun
sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk
memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 172
Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus
bersaing dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri
bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset Negara
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 173
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (2011) Indonesia dalam Arus Sejarah ; Jilid 8 Jakarta : Ichtiar Baru
Van Hoeve
I n d o n e s i a D a l a m A r u s S e j a r a h J i l i d 8 | 174
LAMPIRAN
Tanggung Jawab