ORDE BARU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. AYU DINIA PUTRI
2. NUR FADILA
3. TIARA ATRIANI SYAM
4. HERNI RAHMAYANI
GURU PEMBIMBING :
ELANOVITA SARI, S.Pd
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul
“ORDE BARU”. Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat sebagai media sumber informasi
dan pengetahuan. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1 Mengetahui Bagaimana Masa Transisi Menuju Orde Baru Sukarno Ke Suharto!
2 Mengetahui Bagaimana Kebijakan Kebijakan Politik Dan Ekonomi Masa Orde Baru!
3 Mengetahui Bagaimana Integrasi Timor Timor!
4 Mengetahui Bagaimana Akhir Masa Orde Baru!
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sejarawan M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2008: 568)
menulis, “dengan kekuasaan Supersemar yang diperolehnya, Soeharto dan para pendukungnya
kini menghancurkan sisa-sisa demokrasi terpimpin di hadapan Soekarno yang marah tapi tak
mampu berbuat apa-apa.”
Gelar “presiden seumur hidup” yang dikeluarkan MPRS pada 1963 kepada Soekarno
dicopot. Soekarno dilarang mengeluarkan keputusan presiden. Dia menolak, tapi semua mata
bisa melihat, era Soekarno sudah di pinggir tebing.
Saat itu, Indonesia kayak punya dua Presiden. Soekarno sebagai pucuk tertinggi, tetapi
nggak punya kekuatan, dan Soeharto, Pejabat Presiden, yang punya kuasa dan bisa ngelakuin
apa aja. Soeharto menjalankan kebijakan-kebijakan, sementara Soekarno “disetir” sebagai
tukang tandatangan dokumen. Selanjutnya, Soeharto ditunjuk sebagai ketua presidium kabinet.
Setahun setelah perintah pertama Soeharto membubarkan PKI, pada 12 Maret 1967, MPRS
mengangkat Soeharto menjadi Presiden. Dan lahirlah era orde baru.
Masih banyak desas-desus yang menjadi misteri soal Supersemar. Pertama, soal
keterlibatan CIA. Ada kabar yang mengatakan kalau CIA telah memantau pergerakan
Soekarno dan memang “berniat” membantu menggulingkan kekuasaannya. Dalam dokumen
CIA, mereka punya banyak catatan tentang apa yang terjadi di masa itu. Dokumen itu
dilaporkan pada 12 April 1966 dan baru dipublikasikan 2016.
CIA punya informasi bahwa pada 11 maret 1966, Soekarno dan Soebandrio, di tengah
pertemuannya dengan kabinet baru, keluar dari Istana Bogor. Selain itu, pada 12 maret 1966,
CIA mengetahui bahwa masyarakat dan TNI AD saat itu berpihak ke Soeharto. Soekarno pun
secara de facto menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada Jenderal Soeharto. Pada 14 Maret
1966, CIA juga mengetahui kalau Soekarno kalang kabut dan “berusaha menjaga
kekuasaannya.” 16 Maret, Soekarno berusaha mengambil kembali kekuasaannya dari Soeharto,
atas kesalahpahaman yang terjadi. Selain keterlibatan CIA, misteri paling besar ada di sumber
tergulingnya kekuasaan Soekarno: surat sakti Supersemar. Sampai saat ini, ada 4 versi
supersemar yang disimpan oleh ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia). 1 dari pusat
penerangan TNI AD, 1 dari Akademi Kebangsaan, dan 2 dari Sekretariat Negara (ada yang
versi 1 lembar dan 2 lembar). Meski begitu, kata M. Asichin, mantan kepala ANRI, dari
semuanya, tidak ada satu pun yang merupakan naskah Supersemar yang asli. Saat ini, semua
orang yang berperan langsung, mulai dari Soeharto, Soekarno, dan tiga orang yang mengantar
Soeharto (Amir Machmud, M. Yusuf, Basuki Rachmat) menerima supersemar sudah tiada.
Selama hidupnya, tidak ada satupun di antara mereka yang mau buka suara. Ini membuat
sejarah peristiwa ini seperti dipaksakubur pelan-pelan. Membuatnya buram, dan kita, hanya
bisa mengenangnya, dengan penuh tanda tanya.
6
3) Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan
sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk mampu
berperan secara aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR
yang dikenal sebagai Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru sangat
dominan.
4) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya
Pancakarsa, bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat
mengenai Pancasila. Semua organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila,
bahkan dilakukan penataran P4 untuk para pegawai negeri sipil.
KEHIDUPAN EKONOMI
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.
Bukan tanpa dasar, Trilogi Pembangunan dibuat karena Indonesia mengalami inflasi yang
sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebih sebesar 650% setahun. Nah, beberapa
kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:
7
1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan
sandang dan pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.
a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pertumbuhan ekonomi berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun
menjadi 47,8%. Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan
investor Jepang dan golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya
peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi
Pembangunan dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu:
b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;
c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);
d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah
kritis).
8
2.3 Integrasi Timor Timor
Faktor Penyebab Lepasnya Indonesia dari Timor Timur
1) Tidak terpenuhinya hak-hak dasar rakyat seperti kesejahteraan, keadilan, keamanan,
pendidikan dan kesehatan. Belum lagi minimnya srana pendidikan, kesehatan maupun
transportasi disana. Perkara inilah yang membuat saudara-saudara kita di Timor Timur
tertarik dengan ide kemerdekaan.
2) Lemahnya kesadaran politik masyrakat. Ide-ide disintegarsi merupakan lat permainan
Negara-negara kapitalis penjajah. Yang diuntungkan dari disintergasi adalah Negara-
negara penjajah. Karena itu, meminta bantaun kepada Negara kapitalis penjajah
sesungguhnnya bukanlah solusi, tetapi justru akan menimbulkan penderitaan baru.
2) Kebebasan berupa jejak pendapat bagi masyarakat Timor Timur untuk tetap memilih
menjadi bagian Indonesia ataukah memisahkan diri dan merdeka.
3) Kebijakan B.J Habibie dengan memberiakan opsi referendum untuk mencapai solusi final
atas masalah Timor Timur.
9
Namun, angin kencang yang dapat menggoyang kekuasaan Orde Baru terjadi pada
pertengahan 1997, akibat krisis ekonomi. Dikutip dari buku Detik-detik yang Menentukan.
Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006) yang ditulis presiden ketiga Bacharuddin
Jusuf Habibie, krisis moneter itu "berkembang menjadi krisis multidimensional
berkepanjangan di berbagai bidang". Krisis menyebabkan Presiden Soeharto meminta Dana
Moneter Internasional (IMF) untuk ikut membantu. Namun, IMF tidak dapat membantu. Krisis
berlanjut, yang menyebabkan 16 bank harus ditutup. Buku yang ditulis Habibie itu mencatat,
pada akhir Januari 1998, nilai rupiah terpuruk di angka Rp 11.050. Krisis bahan pokok juga
terjadi. Pengangguran pun makin meningkat, dari 4,68 juta pada 1997 menjadi 5,46 juta pada
1998. Krisis itu juga yang menyebabkan rakyat menuntut perubahan kepemimpinan. Wacana
reformasi pun bergulir, bermula dari diskusi dan aksi di dalam kampus, hingga akhirnya
demonstrasi terbuka yang dilakukan mahasiswa di jalan raya.
Demonstrasi mahasiswa semakin membesar, terutama setelah terjadi penembakan
terhadap mahasiswa yang melakukan demonstrasi di depan Universitas Trisakti. Penembakan
yang terjadi pada 12 Mei 1998 itu menewaskan empat mahasiswa Trisakti. Tragedi Trisakti itu
disusul terjadinya kerusuhan yang terjadi di Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia pada
13 dan 14 Mei 1998. Harian Kompas pada 18 Mei 1998 memberitakan bahwa kerusuhan yang
terjadi di Jakarta saja menyebabkan kerugian fisik hingga Rp 2,5 triliun. Buntut penembakan
Trisakti adalah semakin beraninya mahasiswa melakukan aksi demonstrasi. Hingga pada 18
Mei 1998, mahasiswa mulai masuk ke pelataran halaman DPR dan menduduki kompleks
parlemen tersebut.
Pendudukan gedung DPR/MPR oleh mahasiswa menyebabkan tuntutan mundur tidak
hanya disampaikan arus bawah. Pada 18 Mei 1998, pimpinan DPR yang diketuai Harmoko pun
meminta Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Internal pemerintahan pun goyah, terutama setelah Menteri Pariwisawata, Seni, dan
Budaya Abdul Latief memilih mundur pada 17 Mei 1998. Menurut sumber Kompas, Abdul
Latief mundur karena persoalan keluarga. Presiden Soeharto sebenarnya juga menyiapkan
sejumlah langkah agar transisi kekuasaan berjalan mulus. Salah satunya, rencana pembentukan
Kabinet Reformasi. Namun, rencana itu bahkan tidak didukung sejumlah menteri di kabinet.
Kompas memberitakan, 14 menteri bidang ekonomi, keuangan, dan industri (ekuin),
menyatakan tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi.
Pernyataan dalam Deklarasi Bappenas itu membuat Soeharto merasa terpukul. Hingga pada 21
Mei 1998, pada pukul 09.00 WIB, Soeharto mengumumkan sebuah keputusan bersejarah. Dari
credentials room di Istana Merdeka, Soeharto menyatakan mundur dan menyerahkan
kekuasaan kepada BJ Habibie yang saat itu menjabat wakil presiden. Orde Baru yang dibangun
Soeharto pun berakhir.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah Orde Baru memegang tampuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan,
muncul suatu keinginan untuk terus-menerus mempertahankan status quo. Hal ini
menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut.
Akhirnya berbagai macam penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah
Orde Baru.
Kebijakan Politik Dalam Negeri Indonesia pada masa Masa Orde Baru
a. Pelaksanaan pemilu 1971
b. Penyederhanaan partai politik
c. Dwifungsi ABRI
d. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Masa Orde Baru antara lain
a) Indonesia kembali menjadi anggota PBB
b) Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan hubungan
c) Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional
Maka dari itu marilah sama-sama kita isi kemerdekaan, kedaulatan dan kedamaian
Negara kita yang telah diperjuangkan dengan air mata dan darah para pejuang. Dengan sesuatu
yang bermanfaat dan tentunya sesuatu yang dapat membuat Negara kita lebih baik lagi
kedepannya.
11