Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Aksi-aksi Tritura, Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) dan


Dualisme Kepemimpinan Nasional

oleh :
ANISA TRI HAPSARI
ANISA AKHLA
ELOK PUTRISIA
MAULANA DWI SANTOSO
MUHAMMAD ANDRI RAFIQI
NABILA AISYAH NURJANAH
NANDA AULIA
SITI AMALIA MAGFIRAH

KELAS: XII IPA 2

SMA NEGERI I PANYIPATAN


2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Sejarah Indonesia yang berjudul
“Aksi-aksi Tritura, Surat Perintah 11 Maret(SUPERSEMAR) dan Dualisme
Kepemimpinan Nasional” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pelajaran Sejarah Indonesia, yang berisikan tentang Sejarah dari Aksi-aksi
Tritura,Surat Perintah 11 Maret (SUPREMASAR) dan Dualisme
Kepemimpinan Nasional ,untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih Bapak Ananda Perdana Raihan selaku
guru mata pelajaran Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini, dan
dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembacanya.

Panyipatan, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
1.4 Manfaat.....................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.1 Terjadinya Aksi Tritura.............................................................................................6
2.2 Dampak Aksi Tritura................................................................................................7
2.3 Tokoh Perumusan SUPREMASAR..........................................................................7
2.4 Tokoh Perumusan SUPREMASAR..........................................................................7
2.5 Dualisme Kepemimpinan Nasional..........................................................................8
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1Kesimpulan................................................................................................................10
3.2Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI semakin keras,
pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Keadaan negara Indonesia sudah
sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik.
Harga barang naik sangat tinggi terutama Bahan bakar minyak (BBM). Oleh
karenanya, pada tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori
kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR
menuntut Tritura. Isi Tritura adalah:
1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Turunkan harga pangan
Tuntutan pertama dan kedua sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-
Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sedangkan
tuntutan ketiga baru diserukan saat itu. Tuntutan ketiga sangat menyentuh
kepentingan orang banyak.
Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle
kabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut
kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari
1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru.
Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal
Presiden Soekarno, seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim meninggal. Pada
tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi
gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).
Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura akhirnya diikuti
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno
yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima Angkatan
Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban.
Soekarno mengadakan sidang kabinet. Sidang ini ternyata diboikot oleh para
demonstran yang tetap menuntut Presiden Soekarno agar membubarkan PKI,
dengan melakukan pengempesan ban-ban mobil pada jalan-jalan yang menuju ke
Istana.
Belum lama Presiden berpidato dalam sidang, ia diberitahu oleh Brigjen Sabur,
Komandan Cakrabirawa bahwa di luar istana terdapat pasukan tanpa tanda
pengenal dengan seragamnya. Meskipun ada jaminan dari Pangdam V/Jaya Amir
Machmud, yang hadir waktu itu, bahwa keadaan tetap aman, Presiden Soekarno
tetap merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang.
Tindakan itu diikuti oleh Waperdam I Dr.Subandrio dan Waperdam III
Dr.Chaerul Saleh yang bersama-sama dengan Presiden segera menuju Bogor
dengan helikopter. Sidang kemudian ditutup oleh Waperdam II Dr.J. Leimena,
yang kemudian menyusul ke Bogor dengan mobil.
Sementara itu, tiga orang perwira tinggi TNI-AD, yaitu Mayjen Basuki Rahmat,
Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amir Machmud, yang juga mengikuti sidang
paripurna kabinet, sepakat untuk menyusul Presiden Soekarno ke Bogor. Sebelum

4
berangkat, ketiga perwira tinggi itu minta ijin kepada atasannya yakni
Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto yang juga merangkap selaku
panglima Kopkamtib.
Pada waktu itu Jenderal Soeharto sedang sakit, dan diharuskan beristirahat di
rumah. Niat ketiga perwira itu disetujuinya. Mayjen Basuki Rachmat menanyakan
apakah ada pesan khusus dari Jenderal Soeharto untuk Presiden Soekarno, Letjen
Soeharto menjawab: “sampaikan saja bahwa saya tetap pada kesanggupan saya.
Beliau akan mengerti”
Latar belakang dari ucapan itu ialah bahwa sejak pertemuan mereka di Bogor
pada tanggal 2 Oktober 1965 setelah meletusnya pemberontakan G-30-S/PKI.
Antara Presiden Soekarno dengan Letjen Soeharto terjadi perbedaan pendapat
mengenai kunci bagi usaha meredakan pergolakan politik saat itu.
Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan nasional yang
mengarah pada Dualisme Kepemimpinan. Disatu pihak Presiden Soekarno masih
menjabat presiden, namun pamornya telah kian merosot. Soekarno dianggap tidak
aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan.
Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato pertanggungjawabannya hingga
dua kali oleh MPRS. Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah
Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnya membubarkan PKI,
namanya semakin populer.
Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai
pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet,
yang diberi nama Kabinet Ampera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa aksi Tritura terjadi?
2. Apa saja dampak dari aksi Tritura?
3. Siapa yang merumuskan SUPERSEMAR?
4. Dimana,kapan dan bagaimana terjadinya peristiwa SUPERSEMAR?
5. Apa yang dimaksud dengan Dualisme Kepemimpinan nasional?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut?
1. Untuk mengetahui bagaimana aksi Tritura terjadi
2. Untuk mengetahui dampak dari aksi Tritura baik secara negative maupun
secara positif
3. Untuk mengetahui siapa yang merumuskan SUPERSEMAR
4. Untuk mengetahui dan memahami apa itu peristiwa SUPERSEMAR
5. Untuk mengetahui apa itu Dualisme Kepemimpinan Nasional

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
peristiwa yang terjadi pada bangsa Indonesia yaitu aksi Tritura, SUPERSEMAR
dan Dualisme Kepemimpinan yang merubah kehidupan bangsa Indonesia dan
dampaknya yang masih terasa sampai saat ini.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Terjadinya Aksi Tritura
Naiknya Letnan Jenderal Soeharto ke kursi kepresidenan tidak dapat dilepaskan
dari peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G 30 S PKI. Ini merupakan
peristiwa yang menjadi titik awal berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan
hilangnya kekuatan politik PKI dari percaturan politik Indonesi Peristiwa tersebut
telah menimbulkan kemarahan rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara
menjadi kacau, keadaan perekonomian makin memburuk dimana inflasi mencapai
600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan
menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

Aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S PKI


semakin meningkat. Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-
pemuda, antara lain:
1. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI)
3. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
4. Kesatuan Aksi Wanita Indonesia ( KAWI)
5. Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
6. Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang demonstrasi yang menuntut
pembubaran PKI makin bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik
politik makin bertambah panas oleh keadaan ekonomi yang semakin memburuk.
Perasaan tidak puas terhadap keadaan saat itu mendorong para pemuda dan
mahasiswa mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih dikenal
dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).
Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-
kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR
mengajukan tiga buah tuntutan yaitu: (1) Pembubaran PKI, (2) Pembersihan
kabinet dari unsur-unsur G30S PKI, dan (3) Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Tuntutan rakyat banyak agar Presiden Soekarno membubarkan PKI ternyata tidak
dipenuhi Presiden. Untuk menenangkan rakyat Presiden Soekarno mengadakan
perubahan Kabinet Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri, yang ternyata belum
juga memuaskan hati rakyat karena di dalamnya masih bercokol tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa G30S PKI.
Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri pada tgl 24 Pebruari 1966, para
mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka.
Aksi itu dihadang oleh pasukan Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok
antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan
gugurnya mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rachman Hakim.
Sebagai akibat dari aksi itu keesokan harinya yaitu pada tanggal 25 Februari 1966
berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yaitu
Presiden Soekarno sendiri, KAMI dibubarkan.
Insiden berdarah yang terjadi ternyata menyebabkan makin parahnya krisis
kepemimpinan nasional. Keputusan membubarkan KAMI dibalas oleh mahasiswa
Bandung dengan mengeluarkan “Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes

6
pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan.

Perjuangan KAMI kemudian dilanjutkan dengan munculnya masa


Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), krisis nasional makin tidak
terkendalikan. Dalam pada itu mahasiswa membentuk Resimen Arief Rachman
Hakim. Melanjutkan aksi KAMI. Protes terhadap pembubaran KAMI juga
dilakukan oleh Front Pancasila, dan meminta kepada pemerintah agar meninjau
kembali pembubaran KAMI. Dalam suasana yang demikian, pada 8 Maret 1966
para pelajar dan mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyerbu dan
mengobrak–abrik gedung Departemen Luar Negeri, selain itu mereka juga
membakar kantor berita Republik Rakyat Cina (RRC), Hsin Hua.
Aksi para demonstran tersebut menimbulkan kemarahan Presiden
Soekarno. Pada hari itu juga Presiden mengeluarkan perintah harian supaya agar
seluruh komponen bangsa waspada terhadap usaha-usaha “membelokkan jalannya
revolusi kita ke kanan”, dan supaya siap sedia untuk menghancurkan setiap usaha
yang langsung maupun tidak langsung bertujuan merongrong kepemimpinan,
kewibawaan, atau kebijakan Presiden, serta memperhebat “pengganyangan
terhadap Nekolim serta proyek “British Malaysia”.

2.2 Dampak Aksi Tritura


Dampak dari aksi Tritura ini terbagi menjadi dampak positif dan negative
yaitu :
1. Dampak positif
 Semua kalangan masyarakat Indonesia dan gerakan aksi pemuda
mahasiswa segera ingin merealisasikan isi tritura.
 Pembubaran PKI dan organisasinya, yang hampir mengancam ideologi
bangsa.
 Pembersihan kabinet Dwikora
2. Dampak Negatif
 Aktivis HAM, mengecam aksi-aksi kabinet-kabinet dan lan-lainnya.
Karena terjadi peristiwa pelanggaran HAM di dalam aksi itu.

2.3 Tokoh Perumusan SUPERSEMAR


Tiga orang perwira tinggi yaitu, Mayor Jendral Basuki Rahmat,
BrigadirJendral M.Yusuf, dan Brigadir Jendral Amir Machmud yang telah diberi
izin olehSoeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk menghadap
PresidenSoekarno untuk memohon agar mengambil tindakan untuk mengatasi
keadaan.Adapun yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira
tinggi, bersama Brigadir Jendral Subur (Komandan Pengawal Presiden
Cakrabirawa)

2.4 Perumusan SUPERSEMAR


Menurut Letjen Soeharto, pergolakan rakyat tidak akan reda sebelum rasa
keadilan rakyat dipenuhi dan rasa ketakutan rakyat dihilangkan dengan jalan
membubarkan PKI yang telah melakukan pemberontakan. Sebaliknya Presiden
Soekarno menyatakan bahwa ia tidak mungkin membubarkan PKI karena hal itu
bertentangan dengan doktrin Nasakom yang telah dicanangkan ke seluruh dunia.
Dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya perbedaan paham itu tetap

7
muncul. Pada suatu ketika Soeharto menyediakan diri untuk membubarkan PKI
asal mendapat kebebasan bertindak dari Presiden. Pesan Soeharto yang
disampaikan kepada ketiga orang perwira tinggi yang akan berangkat ke Bogor
mengacu kepada kesanggupan tersebut. Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi
mengadakan pembicaraan dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio,
Dr. J Leimena dan Dr. Chaerul Saleh.
Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, ketiga perwira tinggi tersebut
bersama dengan komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur, kemudian
diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto untuk
memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Setelah dibahas bersama,
akhirnya Presiden Soekarno menandatangani surat perintah yang kemudian
terkenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret, atau SP 11 Maret, atau
Supersemar.
Supersemar berisi pemberian mandat kepada Letjen. Soeharto selaku
Panglima Angkatan Darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan
kewibawaan pemerintah. Dalam menjalankan tugas, penerima mandat diharuskan
melaporkan segala sesuatu kepada presiden. Mandat itu kemudian dikenal sebagai
Surat Perintah 11 Maret (Supersemar). Keluarnya Supersemar dianggap sebagai
tonggak lahirnya Orde Baru. Tindakan pertama yang dilakukan oleh Soeharto
keesokan harinya setelah menerima Surat Perintah tersebut adalah membubarkan
dan melarang PKI beserta organisasi massanya yang bernaung dan berlindung
ataupun seasas dengannya di seluruh Indonesia, terhitung sejak tanggal 12 Maret
1966.Pembubaran itu mendapat dukungan dari rakyat, karena dengan demikian
salah satu diantara Tritura telah dilaksanan.
Selain itu Letjen. Soeharto juga menyerukan kepada pelajar dan
mahasiswa untuk kembali ke sekolah. Tindakan berikutnya berdasarkan
Supersemar adalah dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret
1966 tentang penahanan 15 orang menteri yang diduga terkait dengan
pemberontakan G-30-S PKI ataupun dianggap memperlihatkan iktikad tidak baik
dalam penyelesaian masalah itu. Demi lancarnya tugas pemerintah, Letjen.
Soeharto mengangkat lima orang menteri koordinator ad interim yang menjadi
Presidium Kabinet. Kelima orang tersebut ialah Sultan Hamengkubuwono IX,
Adam Malik. Dr Roeslan Abdulgani, Dr. K.H. Idham Chalid dan Dr. J. Leimena

2.5 Dualisme Kepemimpinan Nasional


Disisi lain, dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Presiden
Soekarno, Soeharto sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS
untuk membentuk kabinet, yang diberi nama Kabinet Ampera.Meskipun Soekarno
masih memimpin sebagai pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan
tugas harian dipegang oleh Soeharto.
Kondisi ini memperkuat munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”,
yaitu Soekarno sebagai pimpinan pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai
pelaksana pemerintahan.Dalam situasi seperti ini dapat membahayakan bagi
persatuan dan kesatuan bangsa, dimana menjadi pertentangan terhadap politik
yang terjadi di masyarakat. Hal ini menyebabkan terbentuknya dua kubu
masyakarakat yang mendukung Soekarno dan Soeharto.
Masih dalam situasi dan usaha-usaha untuk menenangkan krisis dan
politik. Beberapa pihak meminta Presiden Soekarno agar menyerahkan kekuasaan

8
kepada pengemban ketetapan MPRS RI No. IX/MPRS/1966, yaitu Jenderal
Soeharto.Hal ini bertujuan untuk mencegah perpecahan di kalangan masyarakat
juga menyelamatkan lembaga kepresidenan dan Presiden Soekarno sendiri.
Mr. Hardi seorang sahabat Presiden Soekarno, menemui beliau dan
memohon agar Presiden Soekarno memprakarsai untuk mengakhiri dualisme
kepemimpinan negara.Februari 1967, Presiden Soekarno menyususn “Surat
Penugasan mengenai Pimpinan Pemerintahan Sehari-hari kepada Pemegang Surat
Perintah 11 Maret 1966” atas usul sahabatnya itu dan mengirimkannya pada
Jendral Soeharto.Soeharto membahas surat Presiden bersama keempat Panglima
Angkatan. Para panglima berkesimpulan bahwa draft surat tersebut tidak dapat
diterima karena bentuk surat penugasan tersebut tidak membantu menyelesaikan
situasi konfik.
Demi meredam kericuhan, Presiden Soekarno berada dalam situasi sulit,
dimana ia diberi pengajuan yang berisi pernyataan bahwa Presiden berhalangan,
atau menyerahkan kekuasaan kepada Pengemban Surat Perintah 11 Maret
1966.Yang artinya, Presiden Soekarno dengan sukarela menyetujui untuk
mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Tak lama berselang, setelah berbagai
pertimbangan dan kemungkinan terbaik. Presiden menyetujui draft yang dibuat.
Pada tanggal 20 Februari draft surat telah ditandatangani oleh Presiden. Beliau
meminta agar diumumkan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 1967. Tepat pada
pukul 19.30, Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi pengunduran
dirinya.
Pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat
Presiden Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.
Melalui Tap No. XLIV/MPRS/1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai
Presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden oleh MPR hasil pemilu.
Pengukuhan itu mengakhiri dualisme kepemimpinan nasional dan dimulainya
pemerintahan Orde Baru.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat merupakan sebuah aksi unjuk rasa yang
dilakukan oleh sebagian mahasiwa dan rakyat Indonesia. Tritura
merupakan tiga tuntutan yang diserukan mahasiswa untuk pemerintahan
Presiden Soekarno tahun 1965.
 Supersemar adalah surat perintah dari Presiden Soekarno pada saat itu
yang menginstruksikan Presiden Soeharto merupakan Panglima Komando
Operasi Keamanan dan Ketertiban untuk meredakan keamanan yang buruk
saat itu.
 Dua pemimpin atau bisa dijabarkan, dualisme kepemimpinan adalah
adanya dua pemimpin yang memiliki kewenangan yang sama.Tepatnya
dualisme kepemimpinan nasional terjadi pada tahun awal tahun 1966.

3.2 Saran
Sebagai warga Indonesia dan peserta didik kami mengharapkan tidak
lunturnya rasa nasionalisme dan juga perlunya mengingat gagasan dan nilai-nilai
yang ada sebagai rasa hormat terhadap jasa dan perjuangan dari peristiwa Aksi
Tritura, SUPREMASAR,dan Dualisme Kepemimpinan Nasional. Rasa tanggung
jawab dan gigih berjuang dapat kita contoh sebagai remaja sekaligus pelajar
indonesia
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa materi yang
kami buat ini masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu kami meminta kepada para
pembaca untuk memberikan saran , kritikan , dan hal-hal lainnya yang bisa
membangun untuk menuju kepada yang lebih baik

10
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.dosenpendidikan.co.id/isi-tritura
 https://brainly.co.id/tugas/15428569
 https://www.finansialku.com/sejarah-dan-maksudnya-
dualisme-kepemimpinan-nasional/

11

Anda mungkin juga menyukai