Disusun Oleh
Kelompok 1: Sudirman
Damar Sagara ( ketua )
Farah Dita Anggraini ( sekretaris )
M. Imam Ghifary
Syelvy Juniarti
Tiara Rahmadhani
Yeni
Guru Pembimbing:
Handayani, S.Pd, M.Pd, M.Si
NIP.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang latar belakang
sejarah orde baru yang bertujuan untuk memenuhi tugas guru sejarah kami.
Kami berharap dengan disusunnya makalah sejarah ini, para siswa dapat memahami
tentang latar belakang sejarah orde baru. Semoga makalah sejarah yang kami susun dapat
berguna dan bermanfaat.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….……………….…. ii
Daftar isi…………………………………………………………………………………………....... iii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………............… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….... 1
1.4 Tujuan ……………………………………………………………………………… 2
1.5 Manfaat…………………………………………………………………………… 2
Bab II Pembahasan …………………………………………………………………………….. 3
2.1 Latar Belakang Lahirnya Orde Baru…………………………………. 3
2.2 Peristiwa Gerakan 30 September 1965
dan dampak yang ditimbulkan………………………………………… 4
2.3 Lahirnya Gerakan Mahasiswa Angkatan 66…………………….. 6
2.4 Surat Perintah Sebelas Maret 1996 atau Supersemar……… 6
2.5 Kronologis lahirnya Orde Baru…………………………………………. 7
2.6 Pembentukan Kabinet Ampera………………………………………… 7
PENDAHULUAN
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Salah
satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah
keadaan keamanan dalam negeri yang tidak kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi
karena adanya peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia
melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar. Orde Baru hadir dengan semangat
"koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde
Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.
Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Surat Perintah
Sebelas Maret (SUPERSEMAR) 1966. Setelah dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan
penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan.
Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada
pemerintah karena Soeharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Pada
tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan
pengunduran diri Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden RI.
Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan
menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. 12 Maret 1967 Jendral Soeharto dilantik
sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan
Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
Berdasarkan uraian yang kami buat, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi pembentukan orde baru?
2. Apa itu Gerakan 30S/PKI dan apa dampak yang ditimbulkan dari Gerakan 30S/PKI ?
3. Mengapa terlahir gerakan mahasiswa angkatan 66?
4. Bagaimana kejadian Supersemar?
5. Bagaimana kronologis pembentukan Orde Baru?
6. Apa itu kabinet ampera?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :
Isu sakitnya Soekarno merupakan salah satu tindakan PKI menyebarkan isu dikalangan
masyarakat. Hal ini dilakukan Aidit untuk mengambil alih kekuasaan, seandainya Soekarno tidak
memimpin lagi. Setelah itu, PKI melanjutkan sasaran utamanya kepada pimpinan Angkatan
Darat, yaitu kelompok militer yang tidak mau bekerja sama dengan PKI. Pimpinan Biro Khusus
PKI, Syam Kamaruzaman, mempersiapkan agenda untuk melaksanakan gerakan pada tanggal
30 September. Agenda tersebut, antara lain:
Gerakan militer dipimpin oleh Letkol Untung Samsuri, serta empat kompi pengawal
kepresidenan dan menamakan gerakan tersebut dengan Gerakan 30 September (Gestapu).
Sebelum melakukan penyerangan, tanggal 30 September 1965, mereka melakukan penculikan
perwira-perwira, antara lain:
1. Letnan Jenderal Achmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat).
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto (Debuti II Panglima Angkatan Darat).
3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono (Debuti III Panglima Angkatan Darat).
4. Mayor Jenderal Suwando Parman (Asisten I Panglima Angkatan Darat).
5. Brigader Jenderal Donald Izacus Pandjahitan (Asisten IV Panglima Angkatan Darat).
6. Brigader Jenderal Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur).
7. Letnan I Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H Nasution).
PKI kemudian menculik dan membawa tujuh perwira ke lubang buaya. Namun, ada tiga
perwira yang telah ditembak mati sebelum dibawa ke lubang buaya, yaitu Jenderal Achmad
Yani, Mayor Jenderal M.T Haryono, dan Brigader Jendera D.I Pandjahitan. Sebenarnya,
Jenderal Abdul Haris Nasution (Menteri Kompartemen Hankam/Kepala Staf ABRI) ikut dalam
target penculikan, namun dapat meloloskan diri sehingga para penculik membawa Letnan I P.A
Tendean dan Putri Jenderal Nasution, ade Irma Nasution ikut menjadi korban. Bersamaan
dengan waktu penculikan, Pasukan Bimasakti merebut dan menguasai gedung RRI dan Pos
Telekomunikasi di Jalan Merdeka. Pukul 07.20, Letkol Untung menyiarkan tentang adanya
gerakan pembersihan terhadap para anggota Dewan Jenderal yang berencana melakukan
kudeta terhadap pemerintahan Soekarno oleh para perwira muda. Pernyataan tersebut diulang
pada pukul 08.15. Pukul 13.00, diumumkan mengenai pembentukan Dwan Revolusi dan
Kabinet Dwikora yang dinyatakan domisioner. Pemberitahuan tersebut disiarkan melalui RRI,
bersamaan diumumkannya bahwa Dewan Revolusi merupakan sumber kekuatan dalam RI.
PKI berhasil menduduki kekuasaan di Jawa Tengah dengan menguasai Markas Kodam
VII/Diponegoro dan Markas Korem 072. PKI juga mendirikan Dewan Revolusi di Yokyakarta
yang diketuai Mayor Mulyono. Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan kepala stafnya
yaitu Letnan Kolonel Sugiyono diculik dan dibunuh oleh pemberontakan di Desa Kentungan. PKI
juga mendirikan Dewan Revolusi di Yokyakarta yang diketuai oleh Mayor Mulyono dan
disiarkan melalui RRI Yokyakarta. Pangkostrad Mayor Soeharto selaku pimpinan tertinggi
menumpas TKI pada tanggal 1 Oktober 1965. Aparat yang melakukan penumpasan, yaitu
Batalion 328 Kujang/Siliwangi, Batalion 2 Kavaleri dan RPKAD (Batalion I Resimen Para Komado
Angkatan Darat) dibawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibisono. Akhirnya pemberontakan
G30 S/PKI berhasil digagalkan dalam waktu singkat.
Dampak Positif
1. kita dapat lebih waspadai terhadap serangan yang mnyerang NKRI baik dari dalam
maupun luar
2. kita dapat bersatu dan dapat bertahan/menyadari bawah pancasila adalah jati diri
bangsa kita
3. dengan adanya G30S PKI kedudukan pancasila dalam negara menjadi lebih kuat
Dampak sosial politik dari G30S PKI
1. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara Angkatan Darat.
2. Sampai bulan desember 1965 PKI telah hancur sebagai kekuatan politik di indonesia.
3. Kekuasaan dan pamor politik presiden soekarno memudar.
4. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang PKI
atau dianggap PKI, yang tidak semuanya melalui proses pengadilan yang lumayan
banyak.
2.3 Lahirnya Gerakan Mahasiswa Angkatan 66
Pada situasi keamanan negara yang tidak menentu ini, Presiden Soekarno kelihatan
“tidak tegas”, sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan pemerintahan, aparat kemanan
dan rakyat. Melihat keadaan yang demikian, para pemuda yang tergabung dalam berbagai
kesatuan aksi mahasiswa dan pelajar melakukan unjukrasa atau demonstrasi di jalan-jalan kota
Jakarta, serta kota-kota lain di Indonesia.
Mahasiswa dan pelajar tergabung dalam Kesatuan Aksi, yakni KAMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) beramai-ramai
turun kejalan raya. Aksi KAMI dan KAPPI ini kemudian diikuti pula oleh KAGI (Guru), KABI
(Buruh) dan KASI (Sarjana). Seluruh kesatuan aksi ini berhimpun dalam wadah Laskar Ampera
Angkatan ’66.
Puncak aksi terjadi tanggal 10 Januari 1966, yang saat itu demonstran mengajukan
tuntutan kepada pemerintahaan yang dipimpin Presiden Soekarno, sebagai tuntutan rakyat.
Ada tiga tuntutan yang disebut Tritura (Tiga Tuntutan rakyat), yaitu:
1. Bubarkan PKI,
2. Turunkan Harga,
3. Rushufle Kabinet (100 menteri).
Waktu itu pemerintahan memang dipimpin banyak menteri, sehingga disebut oleh para
mahasiswa dan pelajar sebagai kabinet 100 menteri.
Dari hari ke hari aksi di jalan semakin ramai, RPKAD dan beberapa kesatuan TNI dan
kepolisian berpihak kepada kesatuan aksi. Maka tidak jarang, dalam demonstrasi itu, para
demonstran bersama-sama dengan tentara. Sedangkan istana waktu itu dijaga ketat oleh
pasukan Cakrabhirawa.
Begitu gencarnya aksi mahasiswa dan pelajar, serta kesatuan aksi lainnya, mau tidak
mau memaksa Presiden Soekarno “menyerah”. Salah satu keputusan tegas itu adalah
mengeluarkan surat keputusan “pembubaran PKI”, kemudian berlanjut kepada pengurangan
jumlah menteri, serta secara bertahap berusaha menekan harga.
Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet Dwikora yang
telah disempurnakan yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk
mencari jalan keluar terbaik agar dapat menyelesaikan krisis yang memuncak secara bijak.
Ketika sidang tengah berlangsung, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana
terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan,
maka Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Waperdam II (Wakil Perdana
Menteri II) Dr J. Laimena. Dengan helikopter, Presiden Soekarno didampingi Waperdam I, Dr
Subandrio, dan Waperdam II Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J.
Laimena pun menyusul ke Bogor.
Tiga orang perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M.
Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal Soeharto selaku
Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk minta izin akan menghadap presiden. Pada hari itu juga, tiga
orang perwira tinggi sepakat untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan
tujuan untuk meyakinkan kepada Presiden Soekarno bahwa ABRI khususnya AD tetap siap siaga
mengatasi keadaan.
Di Istana Bogor Presiden Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul
Saleh serta ketiga perwira tinggi tersebut melaporkan situasi di ibukota Jakarta. Mereka juga
memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan. Kemudian
presiden mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku
Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan,
ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Adapun yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira tinggi, yaitu
Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir
Machmud bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden
Cakrabirawa. Surat itulah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret
1966 atau Supersemar.
30 September 1965
Terjadinya pemberontakan G30S PKI
11 Maret 1966
Letjen Soeharto menerima Supersemar dari presiden Soekarno untuk melakukan
pengamanan
12 Maret 1966
Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang
22 Februari 1967
Soeharto menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari presiden Soekarno
7 Maret 1967
Melalui sidang istimewa MPRS, Soeharto ditunjuka sebagai pejabat presiden sampai
terpilihnya presiden oleh MPR hasil
pemilu
12 Maret 1967
Jenderal Soeharto dilantik menjadi presiden Indonesia kedua sekaligus menjadi masa awal
mula lahirnya era orde baru.
Pada tanggal 26 juli 1966, Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Dwikora dan
membentuk kabinet Ampera. Berdasarkan Tap MPRS No. XII Tahun 1966, presiden menugaskan
pembentukan Kabinet Ampera kepada Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban TAP
MPRS No. IX Tahun 1966. Sesuai dengan TAP MPRS tersebut pula di dalam melaksanakan tugas
itu Letnan Jenderal Soeharto telah mengadakan konsultasi dengan Pimpinan MPRS dan DPR-
GR. Kabinet Ampera terdiri dari tiga unsur, yaitu sebagai berikut.
1. Pimpinan, yaitu Presiden.
2. Pembantu pimpinan yang terdiri dari lima orang Menteri Utama yang secara bersama
merupakan Presidium dengan Letnan Jenderal Soeharto, menteri utama bidang Hankam
sebagai ketua Presidium.
3. Anggota-anggota Kabinet, yang terdiri dari 24 orang menteri yang masing-masing
memimpin departemen di bawah koordinasi Presidium kabinet melalui menteri utama
yang membawahi bidang-bidang yang bersangkutan.
Tugas pokok Kabinet Ampera berdasarkan TAP MPRS No. XII Tahun 1966 adalah mewujudkan:
Mewujudkan stabilitas politik.
PENUTUP
Kesimpulan:
Saran:
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran untuk makalah sejarah ini adalah:
1. Peristiwa G30S/PKI tahun 1965 sudah lama berlalu, dan dengan demikian ia telah
menjadi bagian dari sejarah masa lalu bangsa ini. Sebagai bagian dari sejarah, tentu saja
peristiwa itu akan selalu mengundang berbagai penafsiran post-factum, dengan sudut
pandang atau kepentingan yang mungkin berbeda-beda. Namun setiap usaha
pengungkapan kembali terhadap peristiwa itu tetap menjadi penting, karena usaha
seperti itu akan dapat memunculkan kembali sejumlah fakta baru, juga dapat
meluruskan kembali penafsiran yang keliru atas peristiwa bersejarah tersebut.
2. Dalam pergerakan mahasiswa, ada baiknya mahasiswa lebih memperhatikan akar
permasalahan. Penemuan pada akar permasalahan memungkinkan mahasiswa untuk
menyuarakan isu yang tepat sasaran sehingga mereka konsisten dalam gerakannya.
Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan
lebih mendalam dalam berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini. Akhir kata,
konsep yang jelas dalam usaha perubahan sosial ada syarat utama dalam membangun
kembali Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://susifkipsejarah2011.blogspot.co.id/2013/05/makalah-orde-baru.html
https://www.google.com/search?q=surat+perintah+sebelas+maret+1966&source=lnms&tbm=i
sch&sa=X&ved=0ahUKEwjzst7Owt7VAhVBKo8KHYUGCdMQ_AUICigB&biw=1366&bih=638#img
rc=zRWCZdyGcDTiwM:
http://deppoyaryani.blogspot.co.id/2014/05/orde-lama-dengan-dinamikanya-dan-g30s.html
http://satya-kumara.blogspot.co.id/2013/05/gerakan-mahasiswa-di-era-sukarno.html
http://www.freedomsiana.com/2017/06/pembentukan-kabinet-ampera-unsur-tugas.html
LAMPIRAN