Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH

SUPERSEMAR

DISUSUN OLEH :

FATIMATUS ZAHROH

No. 08

XII – IPS 3
SMA NEGERI 3 BANGKALAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “SUPERSEMAR”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 28 November 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Proses Lahirnya SUPERSEMAR........................................................2

2.2 Kontroversi Supersemar......................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................7

3.2 Saran....................................................................................................7

Daftar Pustaka.......................................................................................................8

Lampiran................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat
menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden
Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi
perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku   Panglima Komando Operasi
Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari
Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah.
Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai
versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan
oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana proses lahirnya SUPERSEMAR?
 Bagaimana kontroversi supersemar?

1.3 Tujuan Penelitian


 Mengetahui proses lahirnya SUPERSEMAR
 Mengetahui kontroversi supersemar

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Lahirnya SUPERSEMAR


Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang
disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani
oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku
Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib)
untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi
situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari
Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku
sejarah. Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa
terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah
supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.
Bagi bangsa Indonesia Supersemar memiliki arti penting berikut.
1. Menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.
2. Dengan Supersemar, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk
menjamin kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia.
3. Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.
Ide lahirnya Supersemar pada saat itu  bermula dari Mayjen
Soeharto yang menugaskan 3 perwira TNI AD,Brigjen M.Jusup ,Brigjen
Amir Machmud dan Brigjen Rachmat Basuki untuk menemui Presiden
Soekarno di Istana Bogor.Ketiga perwira TNI AD itu menyampaikan
pesan bahwa Soeharto mampu mengendalikan dan memulihkan keamanan
jika diberikan surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya
melakukan tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban paska
gerakan G-30SPKI.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah Apakah benar pada saat
itu Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar sesuai hati nuraninya

2
atau memang ada tekanan yang dapat mengancam keselamatan jiwanya
ataukah benar Supersemar itu merupakan bagian strategi  Soeharto untuk
mengambil kekuasaan dari Presiden Soekarno.
Munculnya sejumlah pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar –
wajar saja sebab sampai saat ini  publik masih ragu terhadap isi
Supersemar  yang hingga kini tidak ditemukan  surat aslinya meski
berbagai pihak  terutama Kearsipan Negara  terus berupaya  mencari
aslinya  namun hingga kini  belum mampu menemukannya.Semasa
hidupnya pelaku sejarah  Jendral Purn.M.Jusup ,Amir Macmud ,Basuki
Rachmat dan terakhir Mantan Presiden Soeharto  tidak pernah
menunjukan surat aslinya,apakah  memang tidak ada aselinya atau
memang sengaja dihilangkan.
Kedudukan Supersemar secara hukum semakin kuat setelah
dilegalkan melalui Ketetapan MPRS No. IX/ MPRS/1966 tanggal 21 Juni
1966. Dalam melaksanakan langkah-langkah politiknya, Letjen Soeharto
berlandaskan pada Supersemar. Agar dikemudian hari tidak menimbulkan
masalah, maka Supersemar perlu diberi landasan hukum. Oleh karena itu
pada tanggal 20 Juni 1966 MPRS mengadakan sidang umum. Berikut ini
ketetapan MPRS hasil sidang umum tersebut.
1. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang Pengesahan dan Pengukuhan
Supersemar.
2. Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, tentang Pemilihan Umum yang
dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 5 Juli 1968.
3. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang penegasan kembali Landasan
Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
4. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, tentang Pembentukan Kabinet
Ampera.
5. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966, tentang Pembubaran Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh
wilayah Indonesia.  
Dalam sidang ini, MPRS juga menolak pidato pertanggungjawaban
Presiden Soekarno yang berjudul “Nawaksara” (sembilan pasal), sebab

3
pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno tidak menyinggung
masalah PKI atau peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965.
Selanjutnya MPRS melaksanakan Sidang Istimewa tanggal 7 – 12 Maret
1967. Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan empat Ketetapan
penting berikut.
1. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan dari
Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden
sampai dipilihnya presiden oleh MPRS hasil Pemilu.
2. Ketetapan MPRS No. XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan kembali
Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Indonesia
sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara.
3. Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang pencabutan Ketetapan
MPRS No. XVII/MPRS/1966 tentang Pemimpin Besar Revolusi.
4. Ketetapan MPRS No. XXXVI/MPRS/1967 tentang pencabutan Ketetapan
MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang pembentukan panitia penelitian ajaran-
ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Berdasarkan   Ketetapan  MPRS  No. XIII / MPRS / 1966 maka


dibentuk Kabinet Ampera pada tanggal 25 Juli 1966. Pembentukan
Kabinet Ampera merupakan upaya mewujudkan Tritura yang ketiga, yaitu
perbaikan ekonomi. Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi Dharma
yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Program
kerjanya disebut Catur Karya, yang isinya antara lain:
1. memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan,
2. melaksanakan Pemilu,
3. melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan
nasional, dan
4. melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya.

2.2   Kontroversi SUPERSEMAR

4
  Menurut penuturan salah satu dari ketiga perwira tinggi AD yang
akhirnya menerima surat itu, ketika mereka membaca kembali surat itu
dalam perjalanan kembali ke Jakarta, salah seorang perwira tinggi yang
kemudian membacanya berkomentar "Lho ini khan perpindahan
kekuasaan". Tidak jelas kemudian naskah asli Supersemar karena
beberapa tahun kemudian naskah asli surat ini dinyatakan hilang dan tidak
jelas hilangnya surat ini oleh siapa dan dimana karena pelaku sejarah
peristiwa "lahirnya Supersemar" ini sudah meninggal dunia. Belakangan,
keluarga M. Jusuf mengatakan bahwa naskah Supersemar itu ada pada
dokumen pribadi M. Jusuf yang disimpan dalam sebuah bank.
Menurut kesaksian salah satu pengawal kepresidenan di Istana
Bogor, Letnan Satu (lettu) Sukardjo Wilardjito, ketika pengakuannya
ditulis di berbagai media massa setelah Reformasi 1998 yang juga
menandakan berakhirnya Orde Baru dan pemerintahan Presiden Soeharto.
Dia menyatakan bahwa perwira tinggi yang hadir ke Istana Bogor pada
malam hari tanggal 11 Maret 1966 pukul 01.00 dinihari waktu setempat
bukan tiga perwira melainkan empat orang perwira yakni ikutnya Brigadir
jendral (Brigjen) M. Panggabean.
Bahkan pada saat peristiwa Supersemar Brigjen M. Jusuf
membawa map berlogo Markas Besar AD berwarna merah jambu serta
Brigjen M. Pangabean dan Brigjen Basuki Rahmat menodongkan pistol
kearah Presiden Soekarno dan memaksa agar Presiden Soekarno
menandatangani surat itu yang menurutnya itulah Surat Perintah Sebelas
Maret yang tidak jelas apa isinya. Lettu Sukardjo yang saat itu bertugas
mengawal presiden, juga membalas menodongkan pistol ke arah para
jenderal namun Presiden Soekarno memerintahkan Soekardjo untuk
menurunkan pistolnya dan menyarungkannya.
Menurutnya, Presiden kemudian menandatangani surat itu, dan
setelah menandatangani, Presiden Soekarno berpesan kalau situasi sudah
pulih, mandat itu harus segera dikembalikan. Pertemuan bubar dan ketika
keempat perwira tinggi itu kembali ke Jakarta. Presiden Soekarno
mengatakan kepada Soekardjo bahwa ia harus keluar dari istana. “Saya

5
harus keluar dari istana, dan kamu harus hati-hati,” ujarnya menirukan
pesan Presiden Soekarno.
Tidak lama kemudian (sekitar berselang 30 menit) Istana Bogor
sudah diduduki pasukan dari RPKAD dan Kostrad, Lettu Sukardjo dan
rekan-rekan pengawalnya dilucuti kemudian ditangkap dan ditahan di
sebuah Rumah Tahanan Militer dan diberhentikan dari dinas militer.
Beberapa kalangan meragukan kesaksian Soekardjo Wilardjito itu, bahkan
salah satu pelaku sejarah supersemar itu, Jendral (Purn) M. Jusuf, serta
Jendral (purn) M Panggabean membantah peristiwa itu.
·         Menurut Kesaksian A.M. Hanafi dalam bukunya "A.M
Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto", seorang mantan duta besar
Indonesia di Kuba yang dipecat secara tidak konstitusional oleh Soeharto.
Dia membantah kesaksian Letnan Satu Sukardjo Wilardjito yang
mengatakan bahwa adanya kehadiran Jendral M. Panggabean ke Istana
Bogor bersama tiga jendral lainnya (Amirmachmud, M. Jusuf dan Basuki
Rahmat) pada tanggal 11 Maret 1966 dinihari yang menodongkan senjata
terhadap Presiden Soekarno.
Menurutnya, pada saat itu, Presiden Soekarno menginap di Istana
Merdeka, Jakarta untuk keperluan sidang kabinet pada pagi harinya.
Demikian pula semua menteri-menteri atau sebagian besar dari menteri
sudah menginap diistana untuk menghindari kalau datang baru besoknya,
demonstrasi-demonstrasi yang sudah berjubel di Jakarta. A.M Hanafi
Sendiri hadir pada sidang itu bersama Wakil Perdana Menteri (Waperdam)
Chaerul Saleh.
Menurut tulisannya dalam bukunya tersebut, ketiga jendral itu tadi
mereka inilah yang pergi ke Istana Bogor, menemui Presiden Soekarno
yang berangkat kesana terlebih dahulu. Dan menurutnya mereka bertolak
dari istana yang sebelumnya, dari istana merdeka Amir Machmud
menelepon kepada Komisaris Besar Soemirat, pengawal pribadi Presiden
Soekarno di Bogor, minta izin untuk datang ke Bogor. Dan semua itu ada
saksinya-saksinya. Ketiga jendral ini rupanya sudah membawa satu teks,
yang disebut sekarang Supersemar. Di sanalah Bung Karno, tetapi tidak

6
ditodong, sebab mereka datang baik-baik. 8Tetapi di luar istana sudah di
kelilingi demonstrasi-demonstrasi dan tank-tank ada di luar jalanan istana.
Mengingat situasi yang sedemikian rupa, rupanya Bung Karno
menandatangani surat itu. Jadi A.M Hanafi menyatakan, sepengetahuan
dia, sebab dia tidak hadir di Bogor tetapi berada di Istana Merdeka
bersama dengan menteri-menteri lain. Jadi yangdatang ke Istana Bogor
tidak ada Jendral Panggabean. Bapak Panggabean, yang pada waktu itu
menjabat sebagai Menhankam, tidak hadir.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu penyebab yang melata rbelakangi runtuhnya orde lama dan
lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negeri yang tidak
kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa
pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan Presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan di indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau
Supersemar.
Ide lahirnya Supersemar pada saat itu  bermula dari Mayjen Soeharto
yang menugaskan 3 perwira TNI AD,Brigjen M.Jusup ,Brigjen Amir
Machmud dan Brigjen Rachmat Basuki untuk menemui Presiden Soekarno di
Istana Bogor. Ketiga perwira TNI AD itu menyampaikan pesan bahwa
Soeharto mampu mengendalikan dan memulihkan keamanan jika diberikan
surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya melakukan tindakan
untuk memulihkan keamanan dan ketertiban paska gerakan G-30SPKI.

3.2 Saran
Sebaiknya perlun ditinjau kembali mengenai surat perintah sebelas
maret ( supersemar ) yang isinya merupakan mandat dari presiden soekarno
kepada jenderal soeharto dalam rangka melakukan stabilitas keamanan negara
yang dipercayakan kepada TNI AD.Namun ada penafsiran dengan pengalihan
kekuasaan diambil alih sehingga soeharto menjadi presiden.

8
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnaen, Dede. 2013. “Makalah Supersemar” (online) (http://dede-


zulkarnain.blogspot.co.id/2011/12/makalah-supersemar.html,
diakses 25 November 2015)

Admin. “Orde Baru” (online) (http://www.wikipedia.com/Orde-Baru.html,


diakses 25 Novemebr 2015

9
LAMPIRAN

10

Anda mungkin juga menyukai