Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

NAMA KELOMPOK 5
1. ACHMAD FAJAR RIYADI
2. DITO AKBAR WIJAYA
3. MEGA
4. MEILISA TIARA DAMAYANTI
5. PUTRI INDAH CAHYANI
6. RISKY KURNIASARY
KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

A.Proses Transisi Menuju Masa Orde Baru


Peristiwa G-30-S/PKI menimbulkan kekecewaan rakyat kepada pemerintahan karena dianggap
tidak tegas dalam mengambil sikap tentang penyelesaian politik terhadap tokoh-tokohnya.

1. Aksi-aksi Tritura
Pada tanggal 25 Oktober 1965 mahasiswa Indonesia membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI). Dalam rangka meningkatkan kegiatannya KAMI dan KAPPI beserta partai-
partai politik dan organisasi massa lainnya mendirikan Front Pancasila pada tanggal 26 Oktober
1965.

Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung
dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR dan mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah
yang disebut Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA). Adapun isi tritura adalah bubarkan PKI dan ormas-
ormasnya, bersihkan Kabinet Dwikora dan unsur-unsur G-30-S/PKI, dan turunkan harga /
perbaikan ekonomi.

Untuk menenangkan rakyat, Presiden Soekarno hanya membubarkan Kabinet Dwikora,


kemudian mebentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan atau lebih dikenal sebagai “Kabinet
100 Menteri”. Namun didalmnya masih bercokol tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G-
30-S/PKI. Hal tersebut menyebabkan aksi demonstrasi makin hebat.

Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri pada tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa,
pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju istana merdeka. Aksi itu dihadang oleh
pasuka Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok dengan para demonstran. Ketika
melakukan aksi-aksi demonstrasi tersebut, seseorang mahasiswa gugur yang bernama Arif
Rahman Hakim, kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera.

Akibat dari aksi para mahasiswa, pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan berdasarkan
keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (KOGAM), yaitu Presiden Soekarno sendiri.
Keputusan membubarkan KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan. Perjuangn
KAMI kemudian dilanjutkan dengan munculnya Masa Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
krisis nasioanal makin tidak terkendalikan. Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan
oleh Front Pancasila.

2. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

Akibat keadaan negara yang tidak terkendali dan kewibawaannya menurun maka
presiden Soekarno memerintahan Mayor Jenderal Basuki Rachmad, Brig.Jend M. Yusuf,
Brig.Jend Amir Mahmud, dan Brig.Jend Sabur membuat konsep surat perintah kepada Letjend
Soeharto. Malam hari itu juga tanggal 11 Maret 1966 di Istana Bogor surat perintah selesai
dibuat dan ditanda tangani Presiden Soekarno. Surat perintah inilah yang kemudian terkenal
dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Tanggal 11 Maret 1966 dianggap
sebagai titik awal/tonggak sejarah lahirnya orde baru.

Surat perintah tersebut malam itu juga diterima oleh Letjend Soeharto. Adanya wewenang yang
diperoleh dari Supersemar, Letjend Soeharto sebagai Men/pangad segera melakukan tindakan
sebagai berikut.

a. Tanggal 12 Maret 1966, dikeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran dan
larangan PKI beserta ormas-ormasnya yang bernaung danberlindung atau senada
dengannya, beraktifitas dan hidup di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan tersebut
diperkuat dengan keputusan presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966
tanggal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya mendapat
sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat karena merupakan salah satu realisasi dari
Tritura.
b. Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang Menteri yang
dinilai tersangkut dalam G/30SPKI dan diragukan etika baiknya yang dituangkan dalam
keputusan presiden nomor 5 tanggal 18 Maret 1966.
c. Membersihkan lembaga legislatif dimulai dari tokoh-tokoh pimpinan MPRS dan DPR-GR
yang diduga terlibat G/30SPKI. Sebagai tindak lanjut kemudian dibentuk pimpinan DPR-
GR dan MPRS yang baru. Pimpinan DPR-GR baru memberhentikan 62 orang anggota
DPR-GR yang mewakili PKI dan ormas-ormasnya.
d. Memisahkan jabatan pimpinan DPR-GR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan
DPR-GR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan dari unsur-unsur
G/30SPKI seperti halnya dengan DPR-GR keanggotaan PKI dalam MPRS dinyatakan
gugur. Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
daripada lembaga kepresidenan.

3. Dualisme Kepemimpinan Nasional Dan Penyelesaiannya

Agar roda pemerintahan tetap berjalan maka berdasarkan tap.MPRS/1966, Presiden soekarno
membubarkan cabinet dwikora yg disempurnakan lagi,kemudian memerintahkan kepada letjen
soeharto untuk membentuk cabinet ampera berdasarkan keputusan presiden no 163 tanggal
25 juli 1966. Tugas pokok kabinet dwikora tertuang dalam dwidarma kabinet ampera.

Dalam pelaksanaan pembentukan kabinet Ampera berakibat” muncul dualisme kepemimpinan


“,yaitu ir Soekarno sebagai pemimpin pemerintahan sedangkan letjen soeharto sebagai
pelaksana pemerintahan . adanya dualism kepemimpinan nasional akhirnya menimbulkan
pertentangan politik dalam masyarakat yang mengarah munculnya pendukung soekarno dan
pendukung soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa MPRS
berusaha mengalihkan kekuasaan pemerintah dari orde lama kepada orde baru melalui cara-
cara konstitusional untuk itu MPRS mengeluarkan surat keputusan no: 5/MPRS/1966 untuk
meminta pertanggung jawaban presiden soekarno khususnya mengenai peristiwa G-30-S/PKI
beserta epilognya kemunduran ekonomi, dan kemunduran akhlak bangsa Indonesia .

Menanggapi hal tersebut Presiden Soekarno menyampaikan amanah yang diberi judul
“NAWAKSARA” (kata nawa artinya 9, sedangkan kata aksara artinya pasal ) hal itu disebabkan
Presiden Soekarno tidak menjelaskan kebijakan yang telah diambil berkaitan peristiwa G-30-
S/PKI beserta epilognya.

Pada tanggal 10 januari 1967 dengansebuah surat Presiden Soekarno menyampaikan pelengkap
nawaksara (pel-nawaksara) untuk memenuhi permintaan MPRS untuk membahas pelengkap
nawaksara , pimpinan MPRS menyelenggarakan musyawarah pada tanggal 21 januari 1967 dan
mengeluarkan pernyataan bahwa Presiden telah alpa dalam memenuhi ketentuan-ketentuan
konstitusional .

Sementara itu DPR-GR dalam revolusi dan memorandum tanggal 9 februari 1967 menolak
nawaksaraberikut pelengkapnya sebagai pertanggung jawaban . DPR-GR juga berpendapat
bahwa Presiden Soekarno secara konstitusional, politis / idiologis membahayakan keselamatan
dan keutuhan bangsa negara dan Pancasila. Berdasarkan itu semua maka DPR-GR mengusulkan
kepada pimpinan MPRS untuk segera menyelenggarakan siding istimewa MPRS untuk maksud
memberhentikan IR. Soekarno sebagai Presiden RI dan memerintahkan kepada lembaga
kehakiman yang berwenang untuk mengusut , memeriksa , dan menuntut secara hukum.
Presiden Soekarno yang merasa dirinya tidak mendapat dukungan politik lagi segera mengambil
keputusan . untuk itu , paada pukul 19.30 WIB tanggal 20 februari 1967 Presdiden Soekarno
membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya dan menyerahkan kekuasaan
pemerintahan kepada jend Soeharto . penyerahan kekuasaan itu sesuai dengan Tap. MPRS
no.XV tahun 1966 .

Pada tanggal 4 maret 1967 letjen Soeharto memberi keterangan didepan sidang DPR-GR
tentang penyerahan kekuasaan pemerintahan yang terjadi sementara itu penyerahan
kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno kepada jend Soeharto tidak menyurutkan
langkah MPRS untuk menggelar sidang istimewa .

Pada tanggal 7 – 12 maret 1967 MPRS melaksanakan sidang istimewa salah satu hasilnya adalah
ketetapan MPRS no.xxxiii/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintah negara dari
Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto pemegang Tap MPRS no. IX/MPRS/1966 sebagai
pejabat Presiden hingga dipilihnya presiden oleh MPRS hasil pemilu .
Pada tanggal 12 maret 1967 letjen Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik
Indonesia oleh ketua MPRS jend Abdul Haris Nasution. Setelah setahun dilantik menjadi pejabat
Presiden, Soeharto dilantik menjadi presden RI . pada tanggal 27 maret 1968 dalam sidang
umum V MPRS. Melalui Tap no. XL/V/MPRS/1968, letjend Soeharto dikukuhkan sebagai
Presiden RI hingga terpilih Presiden oleh MPR hasil pemilu . pengukuhan tersebut menandai
berakhirnya dualisme kepemimpinan nasional dan dimulainya pemerintahan orde baru.

Anda mungkin juga menyukai