Anda di halaman 1dari 46

XII MIPA 5

Indonesia masa orde baru


&
masa reformasi
By Alia Dhoriyfah
Daftar Isi :
• Indonesia masa
Orde Baru
PROSES LAHIRNYA
ORDE BARU
A. Krisis Politik Pasca G-30S/PKI
• Setelah sidang Kabinet Dwikora pada 6 Oktober 1965,
penyelesaian politik terhadap pelaku G-30-S/PKI belum terlihat,
hal ini memicu aksi tegas dari kelompok pemuda, mahasiswa, dan
buruh seperti KAPPI, KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI dan
KAGI yang membentuk Front Pancasila pada 26 Oktober 1965.

• Gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI meluas dan


menyebabkan ekonomi memburuk hingga 12 Januari 1966
dipelopori oleh KAMI dan KAPPI dalam front pancasila
mengajukan Tri Tuntutan Hati Nurani Rakyat atau Tritura ke
DPR-GR dengan tiga tuntutan utama, yaitu :
• pembubaran PKI
• pembersihan kabinet dari unsur unsur G-30S/PKI
• penurunan harga/ perbaikan ekonomi
• 21 Februari 1966 Presiden Soekarno melakukan reshuffle
kabinet dengan nama Kabinet Dwikora yang
Disempurnakan, namun masyarakat kecewa karena beberapa
tokoh anti-Gerakan 30 September seperti A.H. Nasution
disingkirkan. Kabinet ini dijuluki “Gestapu” atau “100
menteri” oleh mahasiswa.

• Saat pelantikan 24 Februari 1966 menyebabkan demo


serentak di ibukota, bentrokan di depan istana
menewaskan mahasiswa UI Arief Rachman Hakim sebab
peluru. Insiden ini memicu krisis kepemimpinan nasional.

• Pada 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAM


hal ini memperparah krisis politik. Untuk mengatasi krisis
politik, Soekarno memanggil Front Pancasila, PNI-Asu (PNI Ali
Surachman), dan Partindo pada 10 Maret 1966, tetapi pertemuan
tidak memuaskan karena gagal memenuhi permintaan
pembubaran PKI
B. Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dan
tindak lanjutnya
Surat Perintah 11 Maret 1966, menandai peralihan
kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Dalam surat
tersebut, Soekarno memerintahkan Soeharto selaku
panglima angkatan darat dan pangkopkamtib untuk
memulihkan pemerintahan pasca G-30-S/PKI. akhirnya
Soeharto menggantikan Soekarno sebagai Presiden RI.
1) Supersemar Sebagai tonggak orde baru • Pada 11 Maret 1966, sidang paripurna kabinet Dwikora yang
disempurnakan dipimpin oleh Soekarno untuk mengatasi krisis
dihadang demonstran. Dianggap mengkhawatirkan, Soekarno
meninggalkan sidang menuju Bogor bersama tiga perwira tinggi
TNI AD, yaitu. mayjen Basuki Rachmat, Bridgen M. Jusuf, dan
Bridgen Amir Machmud, untuk mengeluarkan Supersemar.
Soeharto ditugaskan untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban.

• Pada 12 Maret 1966, Soeharto membubarkan dan melarang PKI


serta organisasi terkait. Kemudian, pada 18 Maret 1966,
dikeluarkan Keputusan Presiden No. 5 yang menahan 15
(Subandrio, Chairul saleh, surachman, setiadi, oei tjoe, jusuf
muda, Achmadi, Achadi, Sumardjo, Armunanto, Martopradopo,
Astrawinata, Tumakaka, Sumarno, Sjafei) terlibat G-30 S/PKI.
Tindakan ketiga melibatkan penunjukan lima Menko ad interim
(sultan hamengkubuwono IX, leimena, adam malik, roeslan,
Idham Chalid)
• Pada 1966-1967, dualisme kepemimpinan terjadi antara
2) Masa Transisi (1966- Soekarno dan Soeharto. Soeharto berhasil menumpas G-30-
S/PKI, stabilisasi ekonomi, dan mendapatkan wewenang dari
1967) Surat Perintah 11 Maret 1966 serta Ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966.

• PKI dibubarkan dan Kabinet Ampera dibentuk sesuai


ketetapan No. XXV/MPRS/1966 dan disahkan pada 28 Juli
1966. Meskipun kabinet ini dipimpin oleh Soekarno tetapi
sehari-hari dijalankan oleh Presidium Kabinet, yaitu Jenderal
Soeharto. Kabinet Ampera bertugas stabilisasi politik dan
ekonomi (Dwi Dharma) dengan program Catur Karya yaitu :
• memperbaiki kehidupan rakyat terutama dibidang sandang
dan pangan
• melaksanakan pemilihan umum dengan batas waktu seperti
yang dicantumkan dalam ketetapn MPRS No. XI/MPRS/1966
• melakukan politik luar negeri yang bebas dan aktif
• melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme
dalam segala bentuk manisfestasinya
3) Penyerahan Kekuasaan • Pada Sidang Umum MPRS 1966, Presiden Soekarno diminta
pertanggungjawaban terkait G-30-S/PKI. Presiden Soekarno
Pemerintahan menyampaikan pidato Nawaksara tetapi beliau tidak membahas isu G-
30-S/PKI. akhirnya pimpinan MPRS meminta kelengkapan Nawaksara,
khususnya terkait G-30-S/PKI dan akibat kemunduran ekonomi dan
akhlak. Pada 10 Januari 1967, Soekarno menyampaikan Pelengkap
Nawaksara ( pel. nawaksara) namun tidak memuaskan.

• Pada 9 Februari 1967, DPR-GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada


MPRS untuk sidang istimewa guna peralihan kekuasaan. Dengan pendekatan pribadi,
pimpinan ABRI mengusulkan agar Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan
kepada Jenderal Soeharto untuk menjaga martabat Soekarno. Penyerahan kekuasaan
resmi terjadi pada 20 Februari 1967 hari kamis pukul 19.30 di Istana Negara,
disaksikan oleh Ketua Presidium Kabinet Ampera dan para menteri.

• Pada 12 Maret 1967, Soeharto dilantik sebagai Presiden RI, mengakhiri Orde Lama
dan memulai Orde Baru. Sebulan setelahnya, MPRS mengangkat Soeharto sebagai
Presiden RI pada sidang umum MPRS V, dan pelantikan berlangsung pada 27
Maret 1968.
MASA PEMERINTAHAN
ORDE BARU
Orde Baru bukan penyangkalan terhadap masa lama,
melainkan sebagai pembaruan untuk mengatasi
masalah bangsa yang dianggap sangat kronis.
Pembaruan ini melibatkan perubahan dan peningkatan
dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan kata
lain, Orde Baru menjadi awal dari koreksi terhadap
penyimpangan masa lalu. Tugasnya juga mencakup
restrukturisasi kekuatan untuk meningkatkan stabilitas
nasional dan mempercepat pembangunan menuju
masyarakat yang makmur.
A. Upaya Pemerintahan Orde Baru
Dalam Menciptakan Stabilisasi
Ekonomi dan Politik
Upaya Pemerintah Orde Baru Dalam Menciptakan Stabilisasi Politik

Instabilitas politik di era Orde Lama menjadi cermin


bagi Orde Baru, yang menyadari pentingnya
stabilitas politik dalam pembangunan. Orde Baru
mengambil langkah-langkah politik dengan
menciptakan berbagai instrumen politik untuk
mencapai stabilitas politik. Beberapa instrumen
politik pemerintah Orde Baru antara lain sebagai
berikut :
a) Penataran P-4 • Pancasila merupakan bagian dari sistem nilai budaya dan
filosofis bangsa Indonesia, diakui sebagai nilai luhur yang
memberi kekuatan hidup dan membimbing masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik.
• Terdapat berbagai tafsiran terhadap Pancasila, yang mendorong
Soeharto untuk menyatutafsirkan sebab apabila memiliki
banyak tafsir bisa membahayakan seperti yang terjadi saat orde
lama hingga muncul tragedi G30-S/PKI. anjuran ini diulang saat
acara Dies Natalis di UGM tahun 1974.

• Soeharto membentuk Panitia Lima (moh. hatta, Achmad Soebardjo,


Maramis, Pringgodigdo, Sunario) pada 1974 untuk merumuskan
tafsiran resmi. Panitia ini menghasilkan "Uraian Pancasila" pada 10
Februari 1975, kemudian dibahas bersama Pemerintah dan disahkan
sebagai Ekaprasetia Pancakarsa pada Sidang Umum MPR-RI Maret
1978. Dengan Ketetapan Nomor II/MPR/1978, Ekaprasetia
Pancakarsa dijadikan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila (P-4), yang wajib diikuti oleh setiap warga negara untuk
melahirkan manusia Pancasila yang konsisten dan konsekuen.
b) Dwifungsi ABRI
• Dwifungsi ABRI pada era reformasi dikritik karena
dianggap sebagai campur tangan militer dalam politik
dan masalah negara, serta hal hal penting yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. hal ini dinilai
menyimpang dari konsep asli A.H Nasution yaitu
rakyat dan ABRI adalah kekuatan yang terintegrasi
( Dwi Pengabdian).

• Gagasan pemerintah Orde Baru dinilai sebagai Dwi


Kekuasaan karena menyebabkan militer terlibat
dalam berbagai sektor dan mengurangi peran sipil
dalam kepemimpinan negara, sebab sipil dinilai
belum mampu memimpin atau mengelola negara.
• Pemilihan umum (pemilu) adalah proses bagi rakyat untuk memilih
C) Fusi Partai Pemilu orang orang untuk mengisi jabatan jabatan politik tertentu. Pemilu
pertama di era Orde Baru dilaksanakan pada 3 Juli 1971. pada 23
Mei 1970 Presiden mengeluarkan Surat Keputusan No. 34 yang
menetapkan organisasi politik yang dapat menjadi peserta pemilu
dan memiliki wakil di DPR/DPRD.
• Orde Baru menyederhanakan kehidupan partai dengan
mengelompokkan mereka. Partai Islam seperti NU,sementara partai
nasionalis seperti Partai Katolik, tergabung dalam Demokrasi
Pembangunan. Kelompok Prei Golongan Karya, awalnya Sekber
Golkar, juga terbentuk.
• Pada 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 tentang Partai
Politik, terjadi fusi partai politik, menyisakan dua partai, yaitu
Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia,
serta Golongan Karya. Pemilu berikutnya pada 1977-1997, disebut
Pemilu Orde Baru, hanya diikuti dua partai dan Golongan Karya
sesuai aturan Fusi Partai Politik 1975, dengan Golkar selalu
menang.
A. Upaya Pemerintahan Orde Baru
Dalam Menciptakan Stabilisasu
Ekonomi
2). Upaya Menciptakan dan Politik
Stabilitas dan
Pertumbuhan Ekonomi
Pada awal Orde Baru, ekonomi Indonesia memburuk dengan inflasi mencapai 120% pada akhir 1967.
Presiden Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan pada 6 Juni 1968 untuk memulihkan
perekonomian, sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XLI/MPRS/1968 yang menetapkan tugas pokok
Kabinet Pembangunan disebut Pancakrida, yaitu :
1) Menciptakan stabilisasi politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak berhasilnya pelaksanaan Rencana
Pembangunan Lima Tahun da Pemilu.
2) Menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun
3) Melaksanakan Pemilihan Umum selambat-lambatnya pada tanggal Juli 1971.
4) Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat denga
mengikis habis sisa-sisa G-30-S/PKI dan setiap perorangan yang melakukan penyelewengan, serta
pengkhianatan terhadap Pancasil dan Undang-Undang Dasar 1945.
5) Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyelurul terhadap aparatur negara baik di
tingkat pusat maupun daerah
• Dalam melaksanakan pembangunan pemerintah Orde Baru
bertumpu pada Trilogi Pembangunan sebagai berikut:
1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

• Pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli


Ekonomi Presiden untuk meningkatkan kinerja perbaikan
perekonomian masyarakat, sesuai Keputusan Presiden Nomor 195
Tahun 1968. Tim terdiri dari 8 orang, termasuk Widjojo Nitisastro,
Soemitro, Radius, Moh. Sadli, Fran Seda, Subroti,Ali Wardana,
dan Emil Salim. Orde Baru mengusung pembangunan sistematik
dengan Pembangunan Lima Tahun (PELITA) dan Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN), sebagai bagian dari pola umum
jangka panjang selama 25-30 tahun. Tujuan utama adalah
menciptakan landasan kuat menuju masyarakat adil dan makmur.
Titik berat pembangunan masing masing pelita adalah sebagai berikut :

Beberapa program pembangunan untuk kehidupan masyarakat saat orde baru antara lain :
A) Swasembada • Sebagai bangsa agraris, Sejak Orde Baru
memimpin pada tahun 1967, pembangunan
Pangan pertanian menjadi fokus utama. Melalui kerja
keras, terutama sejak Pelita (1969), Indonesia
berhasil meningkatkan hasil pertanian dan
memperbaiki kehidupan petani
• mencapai swasembada beras pada 1984 yang
merupakan kebutuhan pokok. Pada saat itu,
Indonesia yang sebelumnya merupakan
pengimpor beras terbesar di dunia, berhasil
menjadi swasembada. Keberhasilan ini memicu
undangan untuk Presiden Soeharto berpidato di
Konferensi ke-23 FAO di Roma, Italia, pada 14
November 1985.
B) Keluarga • Program KB dikendalikan oleh BKKBN
Berencana sejak 1970, bertujuan menyelaraskan
jumlah penduduk dengan laju
pembangunan. Program ini berhasil
menekan pertumbuhan penduduk dan
meningkatkan kesejahteraan. Prestasi
keberhasilan program ini memperoleh
pengakuan UNICEF yang dinyatakan oleh
Direktur Eksekutifnya, James P.Grant, yang
memuji Indonesia atas penurunan tingkat
kematian bayi dan usaha lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
C) Rumah untuk • Pembangunan perumahan vital bagi rakyat,
Keluarga bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi
juga membentuk watak dan jiwa melalui
kehidupan keluarga. Pada Mei 1972,
pemerintah membentuk Badan Kebijaksanaan
Perumahan Nasional (BKPN) untuk
memantapkan program tersebut, dengan
Perum Pembangunan Rumah Nasional
(Perumnas) sebagai pelaksana. Meskipun
Orde Baru berhasil dalam berbagai bidang
hingga Pelita VI, krisis ekonomi sejak 1997
menantang, mengakibatkan terhentinya
pelaksanaan program Pelita VI.
B. Menguatnya Peran Pemerintahan
Orde Baru Terhadap Kehidupan
Masyarakat
• Pemerintah Orde Baru menggunakan Golkar sebagai mesin
politik untuk mencapai stabilitas, sementara PDI dan PPP
dianggap pelengkap. Golkar, dengan tiga jalur kekuatan yaitu
ABRI, Birokrat, dan Golkar sendiri, selalu meraih kemenangan
dalam pemilu Orde Baru, dengan perolehan suara di atas 50%,
bahkan mencapai 74% pada pemilu 1997. Dwifungsi ABRI
berkembang menjadi kekaryaan, memasuki semua sektor
kehidupan, termasuk bidang bidang yang seharusnya rakyat
dapat berperan lebih besar ternyata diisi oleh personel ABRI.

• Sistem perwakilan bersifat semu dan dijadikan topeng untuk


melanggengkan kekuasaan sepihak, dengan Soeharto selalu
terpilih sebagai presiden melalui MPR. Otoriterianisme
merajalela dengan demokratisasi yang dibangun melalui KKN.
B. Menguatnya Peran Pemerintahan
Orde Baru Terhadap Kehidupan
Masyarakat
• Pemerintah Orde Baru memiliki kendali kuat terhadap media massa dan
menghentikan publikasi yang mengkritik, seperti yang terjadi pada
majalah Tempo, Detik, dan Editor pada tahun 1994.

• Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai tingkat pesat hingga


1980-an, terutama dengan angka pertumbuhan sekitar 7,7%, kritik terhadap
pemerintah muncul dari kelompok pemikir kritis, terutama gerakan
mahasiswa. Peristiwa Malari tahun 1974, sebagai demonstrasi mahasiswa
anti-Jepang,
diatasi oleh pemerintah Orde Baru.
• Setelah Malari, pemerintah memberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus
(NKK) dan Birokratisasi Kehidupan Kampus (BKK) untuk mengendalikan
aktivitas mahasiswa dan melarang mereka terlibat dalam politik praktis. Sejak
NKK/BKK diterapkan pada tahun 1978, aktivitas kemahasiswaan terkonsentrasi di
kantong-kantong Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Fakultas.
C. Akhir Pemerintahan Orde Baru
• Pemerintahan Orde Baru, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto,
menciptakan stabilitas politik yang mendukung kesuksesan pembangunan.
Kabinet-kabinetnya mampu menjalankan tugas sesuai harapan, berbeda dengan
kabinet sebelum Orde Baru. Golkar kembali memenangkan Pemilu 1997, dan
Soeharto ditetapkan sebagai presiden dengan B.J. Habibie sebagai wakilnya.
Kabinet Pembangunan VII, yang dibentuk pada 1998, memiliki masa jabatan
tertinggi selama Orde Baru, tetapi terhenti oleh demonstrasi menuntut reformasi
dan kerusuhan massa. Gerakan reformasi muncul akibat krisis ekonomi dan
penyelenggaraan negara yang berunsur korupsi kolusi nepotisme (KKN).

• Krisis ekonomi yang bermula dari krisis moneter berkembang menjadi krisis
multidimensi berakibat menggerus kepercayaan rakyat pada Presiden Soeharto.
Hal ini mendorong pengunduran diri Soeharto pada Mei 1998 dan membubarkan
kabinet, serta melantik B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Habibie kemudian
membentuk kabinet kabinet Reformasi Pembangunan dalam situasi darurat.
MASA REFORMASI
• Jatuhnya Kekuasaan
Pemerintahan Orde Baru dan
Pemerintahan Orde Lahirnya
Baru berjalan selamaReformasi
32 tahun dengan kemajuan yang signifikan,
namun krisis moneter tahun 1997
mengungkap rapuhnya pondasi ekonomi
akibat praktik korupsi. Perekonomian
merosot, memicu gerakan reformasi dan
tuntutan pengunduran diri Soeharto sebagai
presiden
A) Krisis Multidimensional
• Pada 1997, krisis moneter melanda
Indonesia karena perekonomian yang
rapuh dan praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) yang merajalela. Krisis
ini berkembang menjadi krisis ekonomi,
sosial, politik, dan kepercayaan terhadap
kepemimpinan Soeharto, menciptakan
krisis multidimensi.
1.) Krisis Ekonomi • Sejak Juli 1997, krisis moneter melanda Indonesia dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika hingga
menyentuh angka 16.000 per dollar Amerika.
• Krisis ini memicu kemerosotan ekonomi secara luas,
mengakibatkan bank terpuruk dan bank beku operasi (BBO).
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) untuk mengawasi 40 bank bermasalah dan
pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk
membantu bank.
• Manipulasi terhadap KLBI memperbesar beban keuangan
negara. Banyak usaha kecil dan menengah (UKM) bangkrut,
PHK meningkat, harga sembako melambung tinggi, dan terjadi
kelangkaan. Indonesia mengalami dampak krisis ekonomi yang
paling buruk dibandingkan negara Asia lainnya, disebabkan
oleh pondasi ekonomi yang rapuh dan praktik KKN serta
monopoli ekonomi hingga muncul istilah Crony capitalism
untuk menyebut pembangunan ekonomi indonesia saat orde
baru.
2) Krisis Sosial
Krisis ekonomi meningkatkan pengangguran,
PHK dan menurunkan daya beli masyarakat,
memicu aksi massa, buruh, dan mahasiswa yang
menuntut pemulihan ekonomi. Kerusuhan besar
terjadi pada 13-14 Mei 1998 di Jakarta dan Solo
dengan pembakaran, penjarahan, pembunuhan,
dan tindak asusila. Banyak kendaraan dan pusat
perbelanjaan dibakar, ribuan orang tewas hangu
dan perekonomian Jakarta dan Solo lumpuh
untuk beberapa waktu
3) Krisis Politik Krisis politik terjadi karena ketidakpercayaan
rakyat terhadap kepemimpinan Soeharto yang
sarat dengan praktik KKN. Praktik politik
otoriter dan rekayasa dalam MPR dan DPR
dianggap merusak demokrasi. Meskipun
banyak masyarakat menentang pencalonan
kembali Soeharto pada Sidang Umum MPR
1998, ia terpilih sebagai Presiden RI untuk
ketujuh kalinya, hal ini menunjukkan
ketidakpedulian MPR terhadap aspirasi
masyarakat.
B) Muncul Gerakan Reformasi
• Terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden melalui Sidang Umum MPR pada Maret 1998
tidak membawa dampak positif bagi pemulihan ekonomi Indonesia malah memperparah krisis
dan menimbulkan tuntutan reformasi yaitu :
1) Bubarkan Orde Baru dan Golkar
2) Hapuskan Dwifungsi ABRI
3) Hapuskan KKN
4) Tegakkan supremasi hukum, hak asasi manusia (HAM)
dan demokrasi.
• aksi mahasiswa menuntut reformasi mencapai puncak pada 12 Mei 1998,
menyebabkan Tragedi Trisakti dengan 4 mahasiswa tewas. Kerusuhan massal 13-
14 Mei 1998 mengakibatkan kerugian triliunan rupiah, hilang nyawa dan luka.

• tuntutan mahasiswa terfokus pada Sidang Istimewa MPR dan pencabutan mandat
MPR kepada Presiden Soeharto sejak 18 Mei 1998 mahasiswa mendatangi gedung
DPR/ MPR RI dan dengan ultimatum pada 20 Mei 1998 menyebutkan bahwa akan
melaksanakan Sidang Istimewah MPR jika presiden tidak mengundurkan diri
C) Pengunduran Diri Presiden
• 22 Januari 1998 : Nilai rupiah turunSoekarno
terhadap dollar Amerika( Timeline)
• 18 Mei 1998 : Harmoko ( ketua DPR/MPR dan GOLKAR)
hingga angka 16.000/dollar Amerika menyatakan agar presiden soeharto turun jabatan dan
• 10 Maret 1998 : Soeharto terpilih disidang umum MPR untuk mahasiswa tetap mengepung gedung DPR/MPR
ke tujuh kalinya sebagai presiden dan Bj. Habibie sebagai • 19 Mei 1998 : Presiden soeharto berbicara di TVRI,
wakilnya menyatakan bahwa tidak aakn turun jabatan melainkan
• 4 Mei 1998 : Harga BBM dan transportasi naik, terjadi demo akan mengganti kabinet dengan komite reformasi dan
di Bandung, Yogyakarta dan ada 6 korban meninggal di mengadakan pemilu. mahasiswa semakin banyak
Medan mengeping gedung DPR/MPR
• 9 Mei 1998 : Soeharto pergi ke Kairo untuk pertemuan • 20 Mei 1998 : demo besar besaran di monas yang di
negara berkembang G-15 pelopori amin rais berhasil di gagalkan dan demo besar juga
• 12 Mei 1998 : tragedi trisakti menewaskan 4 mahasiswa di lakukan oleh sultan hamengkubuwono IX di yogyakarta,
trisakti surakarta, medan dan bandung.
• 13 Mei 1998 : Kerusuhan massa di Jakarta dan Solo • 21 Mei 1998 : Pada pukul 9.00 WIB, Soeharto resmi
• 14 Mei 1998 : demonstrasi semakin banyak dan mengepung mengundurkan diri dan BJ. Habibie selaku wakil diangkat
gedung DPRD menjadi Presiden RI.
• 15 Mei 1998 : Presiden Soeharto memutuskan kembali dari
Kairo karena keadaan kacau di Indonesia
2. Kondisi Politik, Ekonomi, Sosial
dan Hukum pada Masa Reformasi
Reformasi di Indonesia, sebagai
perubahan nilai-nilai yang mendasari
pemerintahan, ditegakkan melalui pilar-
pilar supremasi hukum, HAM, dan
demokratisasi. Pasca-jatuhnya
Pemerintahan Orde Baru, terjadi
perkembangan signifikan di bidang
politik, ekonomi, sosial, dan hukum.
) Kondisi Politik
Demokratisasi di Indonesia berkembang
setelah Soeharto lengser. Berbagai
perubahan dilakukan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan
reformasi. Pimpinan berikutnya setelah
Soeharto meliputi B.J. Habibie, K.H.
Abdurrahman Wahid, Megawati
Soekarnoputri, dan Soesilo Bambang
Yudhoyono..
1) Masa Kepepimpinan BJ. yang lebih demokratis, terbuka dan adil.
• Selama kepemimpinannya, Habibie berupaya mewujudkan masyarakat

• Reformasi dilakukan dengan membuka ruang kebebasan pers dan berserikat,


Habibie mengizinkan pemilu lebih demokratis, dan membiarkan lembaga
kepresidenan lebih terbuka terhadap kritik.
• Pada masa ini, terbit UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah
• memisahkan Kepolisian RI dari ABRI pada tanggal 5 Mei 1999 dan
menghapus Dwifungsi ABRI, yang berujung pada perubahan nama ABRI
menjadi TNI.
• Enam bulan setelah Habibie menjadi Presiden, Sidang Istimewa digelar
pada 10-13 November 1998, mempersiapkan jalan menuju liberalisasi
politik dan pemilu demokratis. Pada 7 Juni 1999, pemilu dianggap paling
demokratis, melibatkan 48 partai.
• MPR hasil Pemilu 1999 menggelar Sidang Umum pada 1-20 Oktober 1999.
Pidato pertanggungjawaban B.J. Habibie ditolak, karena lepasnya Timor-
Timur dari NKRI melalui referendum pada 30 Agustus 1999. Habibie tidak
mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan tersebut. K.H.
Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden, dan Megawati Soekarnoputri
sebagai Wakil Presiden RI.
2) Masa • Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dilantik pada 20 Oktober 1999, menghadapi masalah KKN,
pemulihan ekonomi, BPPN, BUMN, inflasi, menjaga kurs rupiah, Jaringan Pengaman Sosial (JPS),
masalah disingritas, konflik etnis umat beragama terutama di aceh, maluku dan papua, dan penegakan
Kepepimpinan hukum serta penegakan hukum HAM.
• Presiden Abdurrahman Wahid menghadapi masalah Bruneigate, meskipun tidak terbukti di
bdurrahman Wahid pengadilan. Skandal ini menurunkan kredibilitas rakyat terhadapnya. Skandal Bruneigate dan
pengangkatan Wakil Kepala Polri Komjen (Pol) Chaeruddin menjadi pemangku sementara jabatan
Kepala Polri tanpa persetujuan DPR RI telah memicu konflik antara pihak eksekutif dan legislatif.
• konflik dengan DPR muncul setelah dikeluarkannya Memorandum I pada 1 Februari 2001, yang
diikuti oleh Memorandum II pada 30 April 2001. Kekecewaan DPR terhadap kepemimpinan Wahid
semakin memuncak
• Meskipun dimakzulkan, Wahid mengeluarkan maklumat yaitu:
a) Membekukan MPR RI dan DPR RI;
b) Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun.
c) Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru, dengan membekukan
Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung
• Presiden dinilai melanggar TAP NO. VII/ MPR/2000 atas masalah Bruneigate. Pada Sidang Istimewa
MPR 23 Juli 2001, Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden RI menggantikan Wahid.
Hamzah Haz terpilih sebagai Wakil Presiden RI.
3) Masa Kepemimpinan • Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden RI
dari 2001 hingga 2004. Pemerintahannya menangani
Megawati konflik di Maluku, Aceh, dan Papua, serta masalah
terorisme. Dalam demokrasi, Megawati dianggap berhasil,
terutama dalam pelaksanaan Pemilu presiden secara
umum pertama kali tahun 2004 yang berlangsung aman
dan damai sehingga banyak kalangan yang menganggap
beliau sebagai presiden peletak dasar ke arah kehidupan
demokrasi.
• Meski popularitasnya menurun pada akhir masa
jabatannya, dan kekecewaan masyarakat memengaruhi
pemilihan presiden 2004 di mana Megawati gagal terpilih
untuk periode kedua. Susilo Bambang Yudhoyono
kemudian menggantikan posisi presiden.
4) Masa Kepemimpinan SBY• Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden ke-6
Republik Indonesia pada 20 Oktober 2004.
Pemerintahannya menyelesaikan konflik di Ambon,
Sampit, dan Aceh, terutama melalui perundingan dengan
Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, Filandia melalui
Crisis Management Initiative pimpinan marttu ahtisaari.
perundingan berhasil membuahkan damai antara RI dan
GAM.
• Selama masa jabatannya, diadakan Pemilu Legislatif pada
2009, dimenangkan oleh Partai Demokrat dengan 20,85%
suara.
• Pemilihan Presiden tanggal 8 April 2009 dimenangkan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono sebagai
wapresdengan 60,80% suara tanpa putaran kedua. Mereka
dilantik pada 20 Oktober 2009 dan membentuk Kabinet
Indonesia Bersatu II untuk masa bakti 2009-2014.
Kondisi Ekonomi

Reformasi ekonomi bertujuan


memperbaiki lembaga keuangan,
terutama sektor perbankan, serta
meningkatkan transparansi pemerintah
untuk menghilangkan korupsi, kolusi,
nepotisme, dan praktik ekonomi
merugikan negara dan rakyat.
beberapa kebijakan perbaikan perekonomian nasional dilakukan antara lain sebagai
berikut.
1) Menstabilkan kurs rupiah dan menghindari inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi).
Bank Indonesia berketetapan untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat.
2) Pembenahan dan restrukturisasi perbankan dengan tujuan untuk mempercepat dan
memulihkan kembali sistem perbankan agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai
pendukung kegiatan ekonomi.
3) Restrukturisasi utang merupakan hal penting. Tanpa restrukturisasi utang sektor
swasta, tidak saja tekanan permintaan yang sangat besar terhadap valuta asing akan
terjadi, melainkan pada gilirannya juga akan sangat mengganggu neraca pembayaran luar
negeri.
4) Reformasi struktural di sektor riil yang mencakup kegiatan penghapusan berbagai
praktik monopoli, deregulasi, dan debirokratisasi di berbagai bidang, termasuk bidang
perdagangan dalam dan luar negeri serta bidang investasi, serta privatisasi BUMN.
5) Pengadakan program-program untuk rakyat seperti program Jaring Pengaman Sosial
(JPS), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dan pemberian
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam bidang pendidikan. 6) Pemberantasan
praktik KKN yang merugikan negara dan rakyat, terutama pada sektor keuangan dan
lembaga-lembaga yang berkaitan dengan keuangan, seperti BUMN pertambangan,
migas, perkebunan, kehutanan, serta perpajakan.
• Era reformasi membuka peluang partisipasi masyarakat dalam memberikan

C) Kondisi tanggapan terhadap kebijakan pemerintah, terutama di bidang pers yang mengalami
pencerahan dengan kebebasan pers. Pertumbuhan pers dianggap menguntungkan,

Sosial mengisi celah ruang publik antara pemerintah dan rakyat serta memainkan peran
sentral dalam menyebarkan informasi. Kebebasan berpendapat tanpa batasan
menyebabkan seringnya aksi unjuk rasa, ditujukan kepada pemerintah dan instansi
lain yang dianggap merugikan masyarakat. Namun, kebebasan ini juga dianggap
berlebihan dan dapat menyebabkan disintegrasi nasional dan sosial.

• Konflik di beberapa daerah, seperti Sambas dan Sampit, menunjukkan pertentangan


antara penduduk asli dan pendatang. Pertentangan sosial berdimensi agama,
terutama antara Islam dan Kristen, juga muncul, terutama di Ambon. Faktor
eksternal, seperti konflik elite, provokator, dan pengaruh informasi global, turut
memicu konflik.
• Pada era reformasi, penegakan HAM diperkuat dengan pembentukan Komnas
HAM sebagai lembaga perlindungan HAM nasional. Komnas HAM memiliki peran
kajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan mediasi terhadap
persoalan hak asasi manusia.
PERAN PELAJAR, MAHASISWA
dan TOKOH MASYARAKAT
ada masa pergerakan
• Pelajar, mahasiswa, dan tokoh masyarakat memainkan peran krusial dalam sejarah
politik Indonesia. Organisasi seperti Boedi Oetomo, yang dipelopori oleh pemuda

nasional indonesia
dan mahasiswa kolonial, memegang peran penting dalam perjuangan nasionalisme
Indonesia dari berdirinya pada 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada 1945.
Pemuda dan mahasiswa, dengan pemikiran berani dan kritis, berperan signifikan
dalam mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

• Selain itu, tokoh masyarakat seperti dr. Wahidin Soedirohusodo, H.


Samanhudi, H.O.S Tjokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Hasyim
Asy'ari turut berkontribusi besar dalam perubahan politik dan dinamika
ketatanegaraan Indonesia. Mereka mendirikan organisasi pada masa
pergerakan nasional dan menciptakan keberagaman ideologi. Tokoh seperti
H.O.S. Tjokroaminoto menjadi guru bagi pemimpin besar Indonesia,
termasuk Soekarno, Kartosuwiryo, Semaoen, Alimin, Muso, dan Tan
Malaka.

• Peristiwa Rengasdengklok menjelang Proklamasi Kemerdekaan menunjukkan


peran pemuda, mahasiswa, dan tokoh seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Ahmad Subardjo dalam mengubah arah politik Indonesia. Kejadian itu
mencerminkan inspirasi bagi generasi berikutnya untuk berjuang demi kemajuan
bangsa.
• Kemahasiswaan berkembang pesat dengan afiliasi partai pada era multipartai. Pada

pada masa Orde Baru, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) terbentuk pada 25 Oktober
1966, melibatkan berbagai organisasi seperti PMKRI, HMI, PMII, GMKI, SOMAL,

rde lama - Reformasi


Mapancas, dan IPMI. KAMI didirikan untuk koordinasi aktivitas mahasiswa,
terutama dalam menentang PKI, dan memicu munculnya aksi lain seperti KAPI,
KAPPI, dan KASI yang berperan dalam pendirian Orde Baru.

• Gerakan mahasiswa 1966, yang membawa Indonesia ke Orde Baru, terus memberi
inspirasi. Pada 15 Januari 1974, peristiwa Malari mencuat sebagai protes mahasiswa
terhadap kebijakan pemerintah terkait kerja sama dengan pihak asing. Mahasiswa
menilai hal ini merugikan rakyat dan memicu aksi besar menentang kedatangan
Perdana Menteri Jepang. Malari bukan saja peristiwa tunggal; sebelumnya, ada
protes Golput (1972), protes pembangunan TMII (1972), kerusuhan rasialis di
Bandung (Agustus 1973), dan kedatangan Ketua IGGI J.P. Pronk (November 1973).

• Puncak Malari terjadi saat PM Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Jakarta pada
Januari 1974. Dipimpin oleh Hariman Siregar dan Syahrir, mahasiswa UI
memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan demonstrasi menentang modal
asing, khususnya yang diwakili oleh Jepang
• Pemberlakuan NKK/BKK dan pembatasan lembaga
mahasiswa meredam gerakan kemahasiswaan, • Tokoh-tokoh itu pada 10 November 1998 bertemu,
berdiskusi di rumah kediaman Gus Dur atau K.H.
menjauhkan mahasiswa dari politik. UU No.8/1985
Abdurrahman Wahid. Pertemuan menghasilkan Deklarasi
semakin menyulitkan gerakan mahasiswa. Seperempat
Ciganjur. Isi deklarasi itu antara lain sebagai berikut.
abad kemudian, gerakan reformasi 1998 lahir pasca
a. Mengupayakan terciptanya kesatuan dan persatuan
Malari, menurunkan pemerintahan Orde Baru. Dipicu nasional.
isu liberalisme dan krisis ekonomi, demonstrasi besar- b. Menegakkan kembali kedaulatan rakyat.
besaran terjadi pada 12 Mei 1998, dikenal sebagai c. Melaksanakan reformasi sesuai dengan dengan kepentingan
Tragedi Trisakti. Korban jiwa dan tekanan masyarakat generasi bangsa.
berhasil menurunkan Soeharto, membuka Era d. Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna
mengakhiri masa pemerintahan transisi.
Reformasi. Persatuan antara golongan tua dan muda,
e. Menghapus Dwifungsi ABRI secara bertahap.
dengan tokoh masyarakat seperti Gus Dur, Megawati,
Pertemuan dan "Deklarasi Ciganjur" telah memainkan
Amien Rais, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X, peranannya sendiri yang penting dan unik. "Pertemuan
memainkan peran penting dalam berhasilnya gerakan Ciganjur" memberikan sumbangannya pada gerak maju usaha
reformasi. Reformasi
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai