Anda di halaman 1dari 4

Lahirnya orde baru

Orde baru adalah suatu tatanan peri kehidupan rakyat, dan Negara yang diletakkan
kembali pada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan kosekuen. Lahirnya
orde baru diawali dengan dikerluarkannya surat perintah 1 maret 1996 (Supersemar). Orde
baru hadir dengan semangat koreksi total atas penyimpangan yang dilakukan ole horde
lama. Pemerintah orde baru dipimpin oleh soeharto sejak tahun 1967 sampai tahun 1998.

a. Latar belakang lahirnya pemerintahan orde baru


Usaha untuk penumpasan terhadap PKI dilakukan oleh banyak pihak. Selain
pemerintah, masyarakat juga ikut menumpas PKI. Kesatuan aksi yang muncul untuk
menentang G-30 S/PKI antara lain kesatuan aksi pemuda pelajar indoensia (KAMI),
Kesatuan Aksi Pelajar Indoensia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia
(KAPPI), dan kesatuan aksi sarjana Indonesia (KASI). Kesatuan-kesatuan aksi yang
bergabung dalam front pancasila tersebut lebih dikenal dengan sebutan angkatan 66
tersebut kemudian diarahkan dengan agenda utamanya menuntut perbaikan terhadap
kebijakan ekonomi indoonesia.
Pada tanggal 12 januari 1996 berbagai kesatuan aksi yang bergabung dalam
front pancasila berkumpul dihalaman Gedung DPR GR untuk mengajukan trituntutan
rakyat (tritura). Isi tritura yaitu pembubaran PKI berserta organisasi massanya,
pembersihan kabinet dwikora dari unsur PKI, dan penurunan harga-harga barang.
Pada tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet.
Ternyata perubahan kabinet itu tidak memuaskan hati rakyat karena banyak tokoh
yang terlibat G-30-S/PKI berada di dalam kabinet baru yang dikenal dengan kabinet
seratus menteri.
Pada saat pelantikan kabinet tanggal 24 Februari 1966 para mahasiswa, pelajar
dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju istana merdeka.
Sebelumnya, antara presiden soekarno dan letjen soeharto terjadi ketidaksepakatan
mengenai penyelesaian krisis politik yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Peristiwa
tersebut terjadi pada tanggal 2 Oktober 19665 pascaperistiwa G-30-S/PKI. Dalam
negeri adalah menumpas PKI berserta antek-anteknya. Dengan cara tersebut, rasa
keamanan dan keadilan rakyat akan terpenuhi.
Adapun presiden soekarni berpendapat bahwa pembubaran PKI mustahil
dilakukan karena akan menimbulkan inkonsistensi terhadap pelaksanaan prinsip
Nasakom (nasionalis-agama-komunis) yang terjadi dasar pemikiran politik Indonesia
pada saat itu.
Dalam pertemuan tersebut presiden didampingi oleh A.M Hanafi (duta besar
Repbulik Indonesia untuk Kuba), Dr.Sumanto (Menteri dalam negeri), Dr. Subandrio
(Wakil perdana menteri), Dr. J. Leimena, Mayjen achmadi (Menteri Penerangan), dan
Dr. Chairul Saleh. Agar partai-partai politik serta berbagai organisasi massa yang
hadir pada waktu itu menolak dan mengancam aksi demonstrasi mahasiswa dengan
tuntutan trituranya. Pertemuan tersebut berakhirdengan deadlocj karena keinginan
Presiden Soekarni berseberangan dengan permintaan Front Pancasila terutama
mengenai pembubaran PKI.)
Presiden sorkarno kemudian pergi ke Istana Bogor didampingi oleh
Waperdam I Dr. Subandrio dan Waperdam III Dr. Chairul Saleh. Dr. J. Leimana
(Waperdam III), kemudian menutup rapat siding dan menyusul Presiden Soekarni ke
Istana Bogor.
Selanjutnya para perwira tinggi Angkatan Darat yang terdiri dari Mayjen
Basuki Rahmat, Brigjen Amir Mahmud, dan Brigjen M.
Letjen soeharto mengizinkan ketiga perwira tinggi tersebut pergi ke istana
bogor dan berpesan untuk disampaikan kepada Presiden Soekarno bahwa Letjen
Soeharto sanggup mengatasi keadaan apabila Presiden Soekarni memercayakan hal
tersebut kepadanya.
Surat tersebut berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengatasi masalah
keamanan dan krisis politik yang terjadi pada saat itu. Surat itulah yang dikenal
dengan Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.
Supersemar memerintahkan kepada Letjen Soeharto agar mengambil tindakan
yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya
pemeritahan, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibaan presiden/panglima
tertinggi/pemimin besar revolusi/mandataris MPR demi untuk keutuhan bangsa dan
Negara Republik Indonesia.
b. Pembentukan Kabinet Ampera
Tindakan Letjen Soehari antara lain sebagai berikut.
1) Pada tanggal 12 maret 1996 dikeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran
dan larangan PKI beserta dengan ormas-ormasnya. Keputusan tersebut diperkuat
dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS Nomor 1/3/1996
tanggal 12 maret 1996
2) Pada tanggal 18 Maret 1996 Letjen Soeharto mengamankan lima belas orang
menteri yang dinilai tersangkut dalam G-30-S/PKI dan diragukan etika baiknya,
hal tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 5 tanggal 18 maret
1996.
3) Pada tanggal 27 Maret 1996 Letjen Soeharto membentuk Kabinet Dwikora yang
disempurnakan untuk menjalankan pemeritnahan dengan tokoh-tokoh yang tidak
terlibat dalam G-30-S/PKI.
4) Membersihkan lembaga legislatif yang dimulai dari tokoh-tokoh MPRS dan DPR
GR yang diduga terlibat G-30-S/PKI
5) Memisahkan jabatan pimpinan DPR GR dengan jabatan eksekutif sehingga
pimpinan DPR GR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS
dibersihkan dari unsur-unsur G-30-S/PKI dan sesuai dengan UUD 1945, MPRS
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan.

Sidang umum IV tersebut menghasillan 24 ketetapan penting. Ketetapan-


ketetapan penting tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Ketetapan MPRS nomor IX/MPRS/1966 tentang pengesahan dan pengukuhan


Supersemar.
2) Ketetapan MPRS Nomor X/MPRS/1966 mengatur Kedudukan Lembaga-
Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah.
3) Ketetapan MPRS Nomor XII/MPRS/1966 tentang kebijakan politik luar
negeri Republik Indonesia Bebas Aktif.
4) Ketetapan MPRS Nomor XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet
Ampera.
5) Ketatapan MPRS nomor XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/Penunjukan
Wakil Presiden dan Tata Cara Pengangkatan Pejabat Presiden.
6) Ketetapan MPRS Nomor XIX/MPRS tentang peninjauan kembali ketetapan
MPRS yang bertentangan dengan UUD 1945.
7) Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 tentang sumber tertib hukum
republik Indonesia dan Tata urutan perundang-undangan di Indoensia.
8) Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan
Pernyataan PKI dan Ormas-ormasnya sebagai organisasi terlarang di
Indonesia

Kabinet baru tersebut ditetapkan oleh MPRS dan bernama Kabinet Amperta.
Dengan adanya Ketetapan MPRS Nomor XIII/MPRS tentang Kabinet Ampera,
maka Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Dwikora yang disempurnakan,
kemudian letjen Soeharo pada tanggal 25 Juli 1996 memberuk kabinet ampere.

Berikut pertimbangan-pertimbangan yang mendasari ketetapan tersebut.

1) Keseluruhan pidato presiden yang berjudul Nawaksara dan Pelengkap


Nawaksara tidak memenuhi harapan rakyat khususnya anggota-anggota
MPRS karena tidak memuat secara jelas pertanggungjawaban tentang
kebijakan presiden mengenai pemberontakan G-30-S/PKI, kemunduran
ekonomi, dan kemerosotan akhlak.
2) Presiden telah menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada penngemban
keketapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966.
Selanjutnya Letjen Soeharto diambil sumpah dan dilantik sebagai pejabat
Presiden Republik Indonesia.)
Dengan dilantiknya Letjen Soeharto sebagai pejabat presiden Republik
Indonesia, maka secara resmi terjadi pergantian pemerintahan Orde Lama ke
pemerintahan yang baru (Masa Orde Baru).

Anda mungkin juga menyukai