Anda di halaman 1dari 1

Nama : Afrel Refiana

Kelas : XII MIPA 7


Materi : Proses Peralihan Kekuasaan Politik Dari Soekarno ke Soeharto

Proses peralihan kekuasaan politik dari Presiden Soekarno


ke Presiden Soeharto dimulai sejak setelah terjadinya Gerakan 30
September 1965 yang disinyalir dilakukan oleh Partai Komunis
Indonesia (PKI) atau G-30S/PKI. Setelah peristiwa tersebut,
Presiden Soekarno dianggap tidak tegas karena tidak langsung
membubarkan PKI. Hal ini memicu unjuk rasa yang menuntut Tiga
Tuntutan Rakyat atau Tritura yang berisi (1) pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya; (2)
perombakan kabinet Dwikora; dan (3) turunkan harga pangan.

Untuk meredakan amarah rakyat, maka Presiden Soekarno


mengeluarkan sebuah surat perintah pada tanggal 11 Maret 1966
atau Supersemar yang berisi pemberian instruksi kepada
Pangkopkamtib (Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban) Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap
perlu dalam mengamankan situasi negara yang sedang rentan
pada saat itu. Dengan surat perintah ini, Soeharto membubarkan PKI dan banyak
partisipannya yang ditangkap.

Selain itu, seiring dengan surat perintah tersebut disahkan oleh MPRS
dalam TAP MPRS No. IX/1966, Presiden Soekarno tidak bisa mencabut
Supersemar kembali. Gelar Soekarno sebagai presiden seumur hidup yang
dikeluarkan MPRS pada tahun 1963 dicopot. Pada tanggal 5 Juli 1966,
MPRS memberikan wewenang kepada Soeharto untuk membentuk kabinet
baru. Kekuasaan Soeharto semakin menanjak kala ditetapkan sebagai
pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden
Soekarno ditolak oleh MPRS. Soeharto pun menjadi presiden sesuai hasil
Sidang Umum MPRS (TAP MPRS No. XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret
1968.

Jadi, peralihan kekuasaan politik dari Soekarno ke Soeharto diawali dengan


Supersemar yang memberikan kekuasaan bagi Soeharto dalam menertibkan situasi negara
yang sedang rentan pasca G-30S/PKI dengan membubarkan PKI dan menangkap para
partisipannya. Supersemar disahkan dalam TAP MPRS No. IX/1966 dan gelar Soekarno
sebagai presiden seumur hidup dicabut. Pada tanggal 5 Juli 1966, MPRS memberikan
wewenang kepada Soeharto untuk membentuk kabinet baru. Soeharto ditetapkan sebagai
pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno ditolak
oleh MPRS. Soeharto berhasil menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (TAP
MPRS No. XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968.

Anda mungkin juga menyukai