Anda di halaman 1dari 7

Hello!

Made by : Clarissa Julianti

start Lets
gooo
Dualisme Kepimpinan
nasioanal
Apa itu adanya
dualime
kepimpinan?
Dualisme Kepemimpinan adalah adanya dua
pemimpin yang memiliki kewenangan yang
sama, contohnya dualisme kepemimpinan
Soekarno-Soeharto pada tahun 1966-1967 setelah
peristiwa G 30 S PKI.
Latar
Belakang
Di awal 1966, kondisi politik indonesia bergejolak. Soekarno diprotes keras karena G30S dan
perekonomian yang memburuk. Puncaknya, pada 11 Maret 1966. Demonstrasi mahasiswa secara
besar-besaran terjadi di depan Istana Negara. Demonstrasi ini didukung tentara. Menteri/Panglima
Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar Soekarno memberikan surat perintah
untuk mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan.

Maka, pada 11 Maret 1996 sore di Istana Bogor, Soekarno menandatangani surat perintah untuk
mengatasi keadaan. Surat itu dikenal sebagai Supersemar

Isinya, Soekarno memerintahkan Soeharto untuk: Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu
untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya
Revolusi,
KEWENANGAN
Soekarno terdesak Memasuki pertengahan 1966, masalah

SOEHARTO
Supersemar bertujan mengatasi situasi saat itu. dualisme kepemimpinan nasional makin terasa. Soekarno
Pada praktiknya, Setelah mengantongi tidak lagi bisa mencabut Supersemar ketika MPRS
Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah memutuskannya sebagai TAP MPRS Nomor IX/1966 pada
keputusan lewat SK Presiden No 1/3/1966 21 Juni 1966.
tertanggal 12 Maret 1966
Saat itu, MPRS mencabut Soekarno sebagai presiden
Keputusan tersebut yakni: 1.)Pembubaran PKI seumur hidup sekaligus memberi kewenangan Soeharto
beserta ormasnya dan menyatakannya sebagai sebagai pengembang Supersemar untuk membentuk kabinet
partai terlarang pada 5 Juli 1966.
2.) Penangkapan 15 menteri yang terlibat atau Pada 22 Juni 1966,
pun mendukung G30S Pemurnian MPRS dan Soekarno bersikeras tidak mau membubarkan PKI. Pidato
lembaga negara lainnya dari unsur PKI dan yang dikenal sebagai Nawaksara ini ditolak oleh MPRS.
menempatkan peranan lembaga itu sesuai UUD Kemudian pada 10 Januari 1967, Soekarno mengirim surat
1945. kepada Ketua MPRS Jenderal AH Nasution.
Soekarno Dalam surat itu, Soekarno menyatakan
akan menyerahkan pemerintahan kepada

menyerah
Surat yang bernama Soeharto. Penyerahan kekuasaan itu
"Pelengkap Nawaksara" itu terjadi pada 22 Februari 1967. Soekarno
berisi kurang lebih sama dengan menyampaikan kepada menteri-menteri
Nawaksara. di Istana Merdeka. Malam harinya,
Soekarno kembali Menteri Penerangan BM Diah
menyampaikan beberapa alasan membacakan pengumuman Soekarno.
terjadinya peristiwa G30S atau Tak lama kemudian, MPRS mencabut
yang disebutnya dengan Gestok kekuasaan Presiden Soekarno dan
(Gerakan 1 Oktober). Sebulan menetapkan Soeharto sebagai pejabat
kemudian, pada 7 Februari presiden yang tertuang dalam TAP MPRS
1967, Soekarno kembali Nomor XXXIII/1967.
mengirim surat, kali ini untuk
Soeharto.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai