Anda di halaman 1dari 11

Bab IV

Indonesia pada Masa Orde Baru


(1966–1998)
A. Masa transisi

B. Stabilisasi Politik dan Rehabilitasi Ekonomi

C. Integrasi Timor Timur

D. Dampak Pemerintahan Orde Baru

Daftar
Isi
A. Masa Transisi

Aksi-Aksi Tritura

Surat Perintah Sebelas


Maret

Dualisme Kepemimpinan
Nasional
Aksi Tritura
Latar Belakang
• Peristiwa G 30 S/PKI, krisis ekonomi, krisis politik.

Aktor
• KAMI, KAPI, KAPPI, KASI (tergabung dalam Front
Pancasila).

Isi Tritura
• Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya.
• Pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI.
• Penurunan harga-harga kebutuhan pokok/perbaikan
ekonomi.
Kronologi Aksi Tritura

• Demonstrasi pertama gerakan mahasiswa terjadi pada 8 Januari 1966 di


Gedung Sekretariat Negara.
• Pada 12 Januari 1966 kelompok pemuda dan mahasiswa yang tergabung
dalam Front Pancasila melakukan demonstrasi di depan Gedung DPR-GR.
• Pada 24 Februari 1966 seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim tertembak saat
sedang berdemonstrasi di depan Istana Negara.
• Pada 25 Februari 1966 Presiden Soekarno membubarkan KAMI.
Surat Perintah Sebelas Maret

• Aksi demonstrasi menentang pemerintah Demokrasi Terpimpin


meningkat.
Latar • Keamanan Presiden Soekarno terancam.
belakang
• Presiden perlu memulihkan kewibawaan pemerintahan.

• Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya


Isi keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya revolusi.
• Menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan
Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi.
• Melaksanakan dengan pasti ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

• Kondisi keamanan negara berhasil dikendalikan.


• Wibawa tentara semakin meningkat, Soeharto sebagai pemegang
Dampak
mandat Supersemar memiliki kekuatan politik.
Dualisme Kepemimpinan Nasional

Mengapa terjadi dualisme kepemimpinan nasional?

Berdasarkan Ketetapan Nomor


XIV/MPRS/1966 dinyatakan ”apabila
presiden berhalangan, kedudukannya
digantikan oleh pemegang mandat
Supersemar”.

Berdasarkan Ketetapan Nomor


XIII/MPRS/1966, MPR memberikan
tugas kepada pengemban mandat
Supersemar untuk membentuk
Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan
Rakyat).
Apa dampak dualisme kepemimpinan nasional?

Soeharto turut menentukan nama-nama menteri yang mengisi pos


jabatan di Kabinet Ampera.

Presiden Soekarno berkedudukan sebagai pemimpin kabinet,


sedangkan Letjen Soeharto bertindak sebagai pelaksana
pemerintahan.

Popularitas Presiden Soekarno semakin merosot.

Muncul tuntutan agar Presiden Soekarno mengundurkan diri dari


jabatannya.
Kronologi Pengunduran Diri Presiden Soekarno

 Pada Juni 1966 Presiden Soekarno menyampaikan pidato pertanggungjawabannya


sebagai presiden yang kemudian dikenal dengan nama pidato Nawaksara.
 Pada 20 Juni hingga 5 Juli 1966, melalui Ketetapan Nomor V/MPRS/1966, MPRS meminta
Presiden Soekarno melengkapi isi pidato Nawaksara.
 Presiden Soekarno pun menyampaikan kembali pidato pertanggungjawaban pada 10
Januari 1967 di hadapan anggota MPRS dan DPR-GR. Pidato tersebut dituangkan dalam
Surat Presiden RI Nomor 1/Pres/1967 dan diberi nama ”Pelengkap Nawaksara”
(Pelnawaksara).
 Pada 9 Februari 1967 DPR-GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS agar
mengadakan sidang istimewa untuk mengatasi situasi politik yang memanas.
 Para pimpinan ABRI tersebut membujuk Presiden Soekarno untuk menyerahkan
kekuasaan pada pengemban Ketetapan Nomor IX/MPRS/1966, yaitu Letjen Soeharto,
sebelum sidang umum MPRS dilaksanakan.
 Pada 22 Februari 1967 Presiden Soekarno secara resmi mengundurkan diri dari
jabatannya.
Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR
Sementara.
Selanjutnya, Soeharto resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 27 Maret
1968. Pelantikan Presiden Soeharto ini menandai dimulainya periode Orde Baru.

Back
Pembahasan Selanjutnya
Pembahasan Mengenai :

Stabilisasi Politik dan Rehabilitasi


Ekonomi Masa Orde Baru

Anda mungkin juga menyukai