OLEH :
KELOMPOK 1
1. ARGANESHA SATYA A
(03)
2. ARIFATUL HASANAH(04)
3. DIYAN RICKIE W
(08)
4. DWI DAMARA K
(09)
5. EVI DWI PRATIWI
(11)
6. GEAVANY ELOK F
(12)
7. ICHA TIRHISS F
(15)
8. NARAWIKAN WISMANTO (22)
9. REGITHA APRICIA
(24)
10.WIDYANTARI R
(29)
KELAS : XI IPA 3
Salah satu penyebab yang membuat runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah
keadaan keamanan dalam negeri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi
setelah adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI. Kekacauan yang timbul di Negara ini
akibat pengkhianatan PKI berakibat pada berbagai bidang seperti politik dan perekonomian.
Diantaranya adalah Perekonomian yang anjlok, harga bahan pangan menjulang tinggi, bahan
pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di seluruh wilayah negeri ini. banyak
muncul berbagai kegiatan-kegiatan aksi mahasiswa yang membahas mengenai perbaikan
tatanan hukum yang berlaku di Indonesia agar sesuai dengan tuntunan pancasila. Pada hal ini
yang memiliki kesempatan untuk menyerukan berbagai pendapat untuk memperbaiki
ketentuan hukum di Indonesia yang masih belum sesuai dengan keadaan yang berlaku.
Dalam pembahasan ini, dibahas berbagai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama
masa kepemimpinan sebelumnya. Aksi ini digelar oleh mahasiswa yang menamakan dirinya
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Gerakan mahasiswa ini juga diikuti oleh
elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan lain-lain.Aksi-aksi inilah yang kemudian memicu
pecahnya revolusi di negara ini. Para demonstran ini pada tanggal 10 Januari 1966
mendatangi DPR-GR dan menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang merupakan
tuntutan rakyat indonesia kepada pemerintahan presiden soekarno setelah Indonesia
mengalami peristia G30S/PKI.
TRITURA
indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar pada tanggal 11 Maret 1966.
Supersemar berisi:
1.
Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan
ketenangan sertakestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/ Panglima Tertinggi/
Pemimpin Besar revolusi/ Mandataris MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan
negara republic Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin
2.
Besar Revolusi.
Mengadakan koordinasi pelaksanaaan perintah dengan panglima-panglima
3.
Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan
Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI itu.
Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit.
Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui
Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral
Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam
hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai
situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu
mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa
yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan.
Presiden Soekarno menyetujui hal itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai
Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan
kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Surat Supersemar tersebut tiba
di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh
Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Sutjipto meminta agar konsep tentang
pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga.
Supersemar
Indonesia (PKI) termasuk semua bagian-bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai ke
daerah beserta semua organisasi yang bernaung di bawahnya. Keputusan pembubaran dan
pelarangan PKI itu diambil oleh pengemban Supersemar berdasarkan pertimbangan bahwa
PKI telah nyata-nyata melakukan perbuatan kejahatan dan kekejaman. Bukan itu saja, tetapi
telah melakukan pengkhiatan terhadap Negara dan rakyat Indonesia yang sedang
berjuang.sehingga dilakukan pembersihan terhadap PKI dan Para Menteri-menterinya.
tahun
1966,
MPRS
meminta
presiden
Soekarno
untuk
memberikan
Dwikora. Kabinet ini dibuat untuk memenuhi dan melaksanakan Trikora. Tugas Kabinet
Ampera adalah menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Tugas pokok Kabinet Ampera
berdasarkan Tap MPRS No. XIII Tahun 1966,yang di kenal sebagai Dwidharma, adalah:
1. mewujudkan stabilitas politik
2. mewujudkan stabilitas ekonomi
Dengan progam-progam yang dikenal sebagai caturkarya, diantaranya:
1. memperbaiki peri kehidupan rakyat, terutama dibidang sandang dan pangan
2. melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti dicantumkan dalam
ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966
3. melaksanakan politik luar negri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
sesuai dengan ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, dan
4. melanjutkan perjuangan anti imperalisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
manifestasinya
Kabinet Ampera
selain itu, Soeharto juga membentuk Kabinet pembangunan untuk melakukan tugas yang
disebut Panca Krida yang meliputi:
1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
2. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
3. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
4. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
Melalui adanya ketetapan yang mengatur masalah-masalah ketidakstabilan politik di
Indonesia, berangsur-angsur reda setelah kekuasaan pemerintah Negara berada di tangan
indonesia.
2. Kebijakan Juli 1968 mempunyai sasaran pokok:
Penguasaan harga pangan, harga sandang, dan valuta asing.
o Penyediaan yang cukup bagi sarana-saran untuk peningkatan produksi dalam
negeri, khususnya pangan dan sandang.
Perbaikan prasarana yang menunjang proses produksi
Perbaikan kelembagaan di bidang perdagangan, perbankan dan fiskal.
3. Kebijakan April 1970 mempunyai sasaran:
Lebih memperkuat stabilitas ekonomi.
Mendorong ekspor untuk peningkatan penerimaan devisa
Mendorong peningkatan produksi
Mendorong dan memperlancar perdagangan
o Memperluas kegiatan ekonomi masyarakat yang berarti juga memperluas
lapangan kerja.
b. REPELITA II
Repelita II berlaku pada tahun 1974 1979. Titik Berat Repelita II adalah Pada sektor
pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku
meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya. Sasaran Repelita II adalah
Tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan
memperluas kesempatan kerja. Tujuan Repelita II adalah Meningkatkan pembangunan di
pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi. Pelaksanaan
Pelita II adalah cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada
awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi
turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%..
Repelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun.
Perbaikan juga berhasil dalam hal irigasi dan pada bidang industri juga terjadi kenaikna
produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
c. REPELITA III
Repelita
III
berlaku
pada
periode
April
1979
hingga
31
Maret
1984
Titik Berat Repelita III adalah pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang selanjutnya. Menekankan
bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor. Pertumbuhan perekonomian periode
ini dihambat oleh resesi dunia yang belum juga berakhir. Sementara itu nampak ada
kecendrungan harga minyak yang semakin menurun khususnya pada tahun-tahun terakhir
Repelita III. Menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, usaha pemerintah diarahkan
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, baik dari penggalakan ekspor mapun pajakpajak dalam negeri. Pertumbuhan perekonomian periode ini dihambat oleh resesi dunia yang
belum juga berakhir. Keadaan ini membuat posisis neraca pembayaran Indonesia semakin
buruk. Untuk mengatasi ancaman ini, juga dalam rangka meningkatkan daya saing produk
Indonesia, pemerintah memberlakukan devaluasi rupuah terhadap US$ sebesar 27,6% pada
30 maret 1983. Menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, usaha pemerintah diarahkan
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, baik dari penggalakan ekspor mapun pajakpajak dalam negeri. Untuk itu anggal 31 Maret 1983 pemerintah memberlakukan
kebijaksanaan bebas visa dari 26 negara yang berkunjung ke Indonesia kurang dari 2 bulan.
Maksudnya agar turis semakin tertarik mengunjungi Indonesia.
d. REPELITA IV
Terjadi pada periode 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik Berat Repelita IV adalah pada
sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin- mesin industri sendiri, baik industri
ringan yang akan terus dikembangkan dalm repelita-repelita selanjutnya meletakkan landasan
yanag kuat bagi tahap selanjutnya. Tujuan Repelita IV adalah Menciptakan lapangan kerja
baru dan industri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal
sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
e. REPELITA V
Diberlakukan mulai tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994 yang menekankan bidang
transportasi, komunikasi dan pendidikan. Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap
1. M. Jusuf
Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir (lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi
Selatan, 23 Juni 1928 meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 September 2004
pada umur 76 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Jenderal M. Jusuf adalah salah
tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia.
Ia merupakan salah satu saksi yang hadir dalam peristiwa penandatanganan Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
M Jusuf
ruangan. Ketika pertemuan itu selesai, Jusuf dan Menteri Urusan Veteran, Basuki
Rachmat, pergi ke luar gedung MPR untuk bergabung Amirmachmud Panglima
KODAM V / Jaya. Presiden Soekarno meninggalkan ruang rapat di MPR, karena
kondisi yang tidak aman diluar sana, untuk menuju ke Bogor.
Jusuf kemudian menyarankan bahwa tiga dari mereka pergi ke Bogor untuk
memberikan dukungan moral kepada Sukarno. Ketiga kemudian pergi ke kediaman
Letnan Jenderal Soeharto, untuk melaporkan situasi. Menurut Amirmachmud, Suharto
meminta tiga Jenderal untuk menyampaikan pesan kepada Sukarno perihal
kesiapannya
dalam
memulihkan
keamanan
Indonesia
apabila
presiden
memerintahkannya.
2. Amirmachmud
Amirmachmus (lahir di Cimahi, 21 Februari 1923 meninggal di Cimahi, 21 April
1995 pada umur 72 tahun) adalah seorang Jenderal Militer Indonesia yang merupakan
saksi mata penandatanganan Supersemar, sebuah dokumen serah terima kekuasaan
dari Presiden Sukarno kepada Jenderal Suharto.
Amirmachmud
Basuki Rachmat
Di Bogor, ketiga jenderal bertemu dengan Soekarno yang sedang tidak tenang dengan
keamanan dan desakan di masyarakat. Soekarno kemudian mulai mendiskusikan
dengan ketiga Jenderal tentang apa yang harus dilakukan untuk memulihkan situasi.
Jusuf dan Basuki hanya terdiam, tapi Amirmachmud bahwa Soeharti berpesan kepada
Soekarno, apabila ia memerintahkannya dia dapat menyanggupi pengaman di
Indonesia hingga pulihseperti semula. Presiden Soekarno setuju akan hal itu,
kemuadian pertemuan dibubarkan, Sukarno mulai mempersiapkan Keputusan
Presiden.
Keputusan yang akan menjadi Supersemar akhirnya siap dan menunggu tanda tangan
Sukarno. Sukarno memiliki beberapa keraguan pada beberapa menit sebelum
penandatanganan tetapi Jusuf mendorongnya untuk menandatangani. Soekarno
akhirnya menandatangani dan menyerahkan Supersemar kepada Basuki akan
diteruskan kepada Soeharto.
Dengan demikian berakhirlah proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa
G30S/PKI, yaitu berupa akhir kekuasaan orde lama yang dipimpin presiden Soekarno
dan awal pemerintahan orde baru yang dipimpin presiden Soeharto.