Anda di halaman 1dari 13

Indonesia Pada Masa Orde Baru

Nama: Nazwa Syafitri

Kelas: XII IPS 1

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN 7)

JAKARTA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Indonesia Pada Masa Orde Baru” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada bidang
studi Sejarah Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Endang, selaku guru bidang studi Sejarah
Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Kamis, 7 Oktober 2021


DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
2.1 Kebijakan politik Presiden Soeharto ketika menjabat..................................................................7
2.2 Dampak dari peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara...............................8
2.3 Krisis yang terjadi pada masa akhir Orde Baru di bidang politik, ekonomi, dan hukum............10
BAB III..................................................................................................................................................12
KESIMPULAN.......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orde baru (orba) adalah sebutan bagi masa pemerintahan (rezim) Soeharto yang
menggantikan Soekarno sebagai presiden RI ke-2 yang dimulai pada tahun 1966. Arti orde
baru adalah sebuah tata tertib atas kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia yang
diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara konsekuen dan
murni.

Pemerintahan Indonesia sempat terancam digantikan dengan paham komunis pada peristiwa
pemberontakan G30S / PKI, dan pemerintahan orde baru menitikberatkan pengembalian
Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dasar negara Indonesia.

Masa orde baru kemudian dilanjutkan dengan orde reformasi setelah berakhir pada tahun
1998 dan ditandai dengan lengsernya presiden Soeharto dari jabatannya setelah menjabat
lebih dari 30 tahun.
Masa pemerintahan orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno secara resmi
menyerahkan mandatnya kepada jenderal Soeharto melalui Supersemar (Surat Perintah
Sebelas Maret).

Latar belakang dikeluarkannya Supersemar adalah akibat peristiwa Gerakan 30 September


1965 (Gestapu, Gestok, atau G30S / PKI), yaitu aksi kudeta PKI (Partai Komunis Indonesia)
yang menculik dan membunuh beberapa perwira TNI AD dan beberapa orang penting
lainnya.

Kejadian ini memicu kekacauan negara. Pembantaian anggota PKI terjadi di mana-mana, dan
keamanan negara menjadi tidak terkendali.

Rakyat Indonesia melakukan demo besar-besaran yang menuntut pembubaran PKI dan
pengadilan bagi tokoh-tokoh PKI. Melalui bantuan Angkatan ’66, masyarakat Indonesia
mengajukan Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat, yaitu:

1. Menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI beserta organisasi-organisasi


pendukungnya, seperti Gerwani, Lekra, BTI, Pemuda Rakyat, dan sebagainya.
2. Menuntut pemerintah untuk melakukan pembersihan kabinet Dwikora (Dwi Komando
Rakyat) dari unsur-unsur PKI, seperti wakil Perdana Menteri I, Drs. Soebandrio.
3. Menuntut pemerintah untuk menurunkan harga bahan pokok dan memperbaiki
ekonomi. Kondisi ekonomi Indonesia tidak stabil sejak era kemerdekaan, dan makin
memburuk pada pertengahan tahun 60-an.

Presiden Soekarno menanggapi tuntutan tersebut dengan melakukan reshuffle pada kabinet


Dwikora. Namun reshuffle tersebut dinilai kurang memuaskan karena masih terdapat unsur
PKI di dalamnya.

Saat itu negara mengalami masa-masa genting dan kekuasaan presiden semakin lemah.
Akhirnya pada tanggal 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani surat penunjukan Soeharto
sebagai presiden RI ke-2, yang dikenal dengan nama Supersemar.

Soeharto secara resmi diangkat sebagai presiden RI ke-2 pada 22 Februari 1967, melalui
Ketetapan MPRS No. XV / MPRS / 1966 dan sidang istimewa MPRS (Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara) pada tanggal 7 – 12 Maret 1967.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa kebijakan politik Presiden Soeharto ketika menjabat?


2. Apa dampak peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Apa krisis yang terjadi pada masa akhir Orde Baru di bidang politik, ekonomi, dan
hukum?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memberikan informasi tentang Indonesia pada masa orde baru.


2. Sebagai sarana untuk mengembangkan gaya berpikir logis, kritis, dan analisis.
3. Memaparkan suasana Indonesia pada masa orde baru.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan politik Presiden Soeharto ketika menjabat

Orde Baru yaitu sebutan untuk masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde


Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru
mempunyai dengan semangat "koreksi total" atas kelainan yang diterapkan oleh Soekarno
pada masa Orde Lama.

Orde Baru berlaku dari tahun 1966 sampai 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi


Indonesia mengembang pesat walaupun hal ini terjadi bersamaan dengan
praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan selang rakyat yang kaya
dan miskin juga semakin melebar.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam lingkungan kehidupan politik Indonesia dan
secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada pengahabisan masa jabatannya.

Salah satu kebijakan pertama yang diterapkannya yaitu mendaftarkan Indonesia dibuat
menjadi bagian PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan dibuat menjadi bagian PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering dinamakan lustrasi - diterapkan terhadap orang-
orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal diterapkan dengan
menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan
Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan beberapa dari mereka yang terlibat
"dibuang" ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melewati pembuatan perhitungan


administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut
dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melewati struktur administratif yang didominasi
militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Bagiannya bahkan seringkali dipilih
dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan
aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang tidak
sewenang-wenang karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor
kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan selang pusat dan kawasan.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan
konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi
politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, dapat tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan
pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga
pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu membuat sistem politik
dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan


pengeksploitasian sumber daya lingkungan kehidupan secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang akbar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah
orang yang kelaparan dikurangi dengan akbar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
2.2 Dampak dari peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara

Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif
tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan
indikator kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian bayi dan
angka partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin meningkat.

Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber
daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam
masyarakat terasa tajam.

Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata menciptakan kelompok
masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) di sisi lain. 

Di pihak lain pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang
syarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh

Di bidang politik, pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang
baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi mesin politik
guna mencapai stabilitas yang diinginkan. 

Sementara dua partai lainya yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara Demokrasi.
Peleburan (fusi) parpol diciptakan tidak lain agar pemerintah bisa mengontrol parpol.

Dengan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru berdampak terhadap kehidupan
masyarakat. Dampaknya sebagai berikut.

1.  Dampak dalam Bidang Politik

 Adanya Pemerintahan yang Otoriter: Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat


besar dalam mengatur jalannya pemerintahan.
 Dominasi Golkar: Golkar merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan
dalam menjadi satu-satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan.

 Pemerintahan yang Sentralistis: Menguatnya peran negara juga menyebabkan


timbulnya gaya pemerintahan yang sentralistis yang ditandai dengan adanya
pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah
hanya diberi peluang yyang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola
anggaran daerahnya sendiri.

2.  Dampak dalam Bidang Ekonomi

 Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

 Adanya Kesenjangan Ekonomi dan Sosial: Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi


dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada
masyarakat. Hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial di masyarakat.

 Konglomerasi

Pola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru berdampak pada
munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia. Pemerintahan Orde Baru pada
awalnya memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan menjadi penggerak ekonomi nasional,
namun pada kenyataannya pada konglomerat lebih mementingkan bisnisnya daripada negara.

2.3 Krisis yang terjadi pada masa akhir Orde Baru di bidang politik,
ekonomi, dan hukum

Krisis politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik
pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde
Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan
kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan
demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi
bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti
dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu
adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang
berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya.

1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi
rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara (sipil)
untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.

Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996 mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu
menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Agustus
1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika
Serikat. Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1)Hutang luar negeri
Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang
itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya
untuk mengatasi krisis ekonomi.

Krisis Hukum

Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945
yanf menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pemerintah (eksekutif).

BAB III

KESIMPULAN

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde
Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Pemerintah
Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun , ternyata tidak konsisten
dan konsekuen terhadap tekan awal munculnya Orde Baru. Setelah Orde Baru memegang
tampuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan maka muncul suatu keinginan untuk
terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status. Hal ini menimbulkan akses – akses
negatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Pelaksanaan pada masa
pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Masa Orde Baru – Pengertian, Latar Belakang, Tujuan, Sejarah, Kebijakan - PKBM Minda
Utama

SEJARAH INDONESIA (1966-1998) ~ Ensiklopedia Dunia (itbu.ac.id)

http://cyndiamalita.blogspot.com/2013/11/krisis-ekonomi-sosial-hukum-politik-dan.html

Anda mungkin juga menyukai