Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI MASA


ORDE BARU

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Ghina Mardhiyah
2. Ridha Amana Sabila
3. .Intan Nabila
4. .Tegas Sedah
5. M. Rivyal
6. Badru Tamam
7. M. Fahruroji

MAN 1 PANDEGLANG

Jln. Raya Labuan KM.2 Ciekek PO BOX 41 TELP/FAX (0253)201244


Pandegalang 42211 Karaton, Kec. Majasari, Kab. Pandeglang Prov. Banten
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Guru dan teman-teman yang telah
memberikan saran dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Sejarah Indoneisa untuk
bahan diskusi, menjelang ujian semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangan-kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan berlapang dada
sekali apabila Bapak Guru, teman-teman serta para pembaca untuk memberikan
saran dan kritiknya.

Sekian terima kasih.

Pandeglang, 28 Oktober 2021

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Orde Baru adalah istilah umum untuk sistem politik yang berlaku setelah
berkuasanya Soeharto tahun 1966 hingga kejatuhannya pada Mei 1998. Orde
baru juga didefinisikan sebagai tatanan kehidupan negara dan bangsa yang
diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD 1945.
Orde Baru merupakan koreksi total atas segala penyimpangan dan
penyelewengan kehidupan bangsa dan negara dari jalur Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

Lahirnya Orde Baru ditandai oleh munculnya TRITURA (Tri Tuntutan


Rakyat) sebagai ide perjuangan yang dirumuskan oleh Angkatan “66/KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)”. TRITURA berisikan 3 tuntutan yang
meliputi pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan
harga Rumusan Permasalahan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kami memiliki rumusan masalah yaitu :
 Bagaimana perkembangan politik dan ekonomi pada masa orde baru?

3. Tujuan
a) Untuk mengetahui perkembangan politik dan ekonomi pada masa orde baru.

4. Metode

Dalam pembuatan makalah ini kami mengungkapkan metode yang lazim di


gunakan adalah sebagai berikut:

a) Mencari data / informasi


b) Membaca atau mengamati sumber data / informasi
c) Melakukan interpretasi atau mengartikan data / informasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Orde Masih


a. Akhir Masa Demokrasi Terpimpin
Berakhir Demokrasi Terpimpin berarti juga berakhirnya kekuasaan
presiden Seokarno digantikan dengan Orde Baru dibawah kepemimpinan presiden
Soeharto.
Pergantian Peralihan kepemimpinan dari Soekarno kepada Soeharto, tidak
terjadi begitu saja melalui proses yang mulus. Pada kurun waktu tahun 1965-1967
merupakan tahun-tahun yang penuh intrik dan ketegangan politik. Peristiwa dini
hari tanggal 1 Oktober 1965 dapat dilukiskan sebagai percobaan kudeta yang
gagal dari golongan kontra revolusioner yang menamakan dirinya Gerakan 30
September.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh Jenderal Soeharto sejak Peristiwa 30
September 1965 sampai diangkat sebagai pejabat presiden pada tahun 1967,
merupakan kudeta merangkak (creeping coup). Proses kudetanya tidak langsung
menghantam, melainkan secara perlahan. Bahkan setelah kekuasaan beralih,
Soekarno masih berstatus sebagai presiden. Inilah dualisme kepemimpinan yang
terjadi dalam kurun waktu peralihan kekuasaan Soekarno kepada Soeharto.
Peristiwa 30 September 1965 menjadi titik awal bagi keruntuhan Soekarno
dari panggung politik Indonesia. Peristiwa ini masih menyimpan misteri tentang
pelaku dan pihak sebenarnya yang harus bertanggung jawab, namun titik awal
inilah yang kemudian menghasilkan berbagai persepsi dan hasil studi menyangkut
jatuhnya Presiden Soekarno sepanjang periode 1965-1967. Turunnya Soekarno
dari kursi kepresidenan melahirkan suatu pemerintahan baru yang memiliki
semangat untuk menegakkan Pancasila dan melaksanakan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Tekad inilah yang disebut sebagai Orde Baru dan
melahirkan kepemimpinan baru yaitu Soeharto.
Tafsir atau peristiwa yang menjadi titik awal dimulainya peralihan
kekuasaan Soekarno kepada Soeharto, sebagaimana yang telah disebarluaskan
kepada masyarakat selama 32 tahun rezim Orde Baru berkuasa, cenderung
merupakan penilaian tunggal dan bersifat indoktriner. Di samping itu, cukup
banyak bahan sejarah dan saksi peristiwa tersebut yang akhirnya melahirkan
pendapat yang beraneka ragam. Secara khusus mengenai pergantian kekuasaan
negara dari Soekarno kepada Soeharto, telah memunculkan dugaan adanya kudeta
yang dilakukan Soeharto terhadap Soekarno.

2
Terlihat jelas ketika pasca penyerahan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar/SP 11 Maret) 1966, benar-benar dimanfaatkan oleh Soeharto sebagai
pengemban surat sakti, dengan mengambil kebijakan dan keputusan politik,
seperti pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya.
Padahal dictum dari Supersemar sendiri lebih menekankan pada penyerahan
kekuasaan militer (dalam artian pengamanan jalannya pemerintahan) dan bukan
sebagai penyerahan kekuasaan politik. Supersemar bukanlah transfer of authority
(pengalihan kekuasaan) dari presiden Soekarno kepada Soeharto. Hal-hal inilah
yang mengindikasikan adanya kudeta perlahan dalam proses peralihan kekuasaan
dari Soekarno kepada Soeharto.
Klimaks dari segela permasalah berujung pada sidang Istimewa MPRS.
Pada tanggal 23 Februari 1967, Seokarno secara resmi menyerahkan kekuasaan
pemerintah kepada pengemban Supersemar. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka pada sidang MPRS tanggal 7-12 Maret 1967 memutuskan:
Pidato Nawaksara berserta pelengkapnya tidak memenuhi harapan rakyat
dikarenakan tidak secara jelas mengenai pemberontakan Gerakan 30 September.
Presiden telah menyerahkan kekuasaaan kepada pengemban Supersemar. Presiden
telah melakukan kebijakan yang secara tidak langsung menguntungkan bagi
Gerakan 30 September
Pada 12 Maret 1967, Seoharto akhirnya diambil sumpah dan dilantik
sebagai presiden Republik Indonesia yang ke-2 berdesarkan ketetapan MPRS No.
XXXIII/MPRS/1967.
b. Kehidupan Politik pada Masa Orde Baru 

Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun. Dalam masa 32
tahun dalam kepemimpinannya, banyak kebijakan yang berpengaruh cukup besar
pada proses berjalannya Negara Indonesia. Mulai dari kebijakan politik ataupun
kebijakan ekonomi. Kebijakan politik yang digunakan terbagi menjadi dua, yakni
kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri. Masing-masing dari kebijakan
dikeluarkan berdasar kebutuhan Negara. Jadi, kebijakan yang dikeluarkan ialah
yang memberi manfaat serta memajukan kepentingan rakyat banyak.

a) Kebijakan politik dalam negeri

Kebijakan dalam Negeri, dapat kita lihat sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pemilu 1971

Pemilu yang telah diatur dengan SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu
akan diselenggarakan pada tahun 1971 ini, berbeda halnya dengan pemilu tahun
1955 pada orde revolusi atau orde lama. Dalam pemilu ini, para pejabat
pemerintah hanya berpihak pada salah satu peserta Pemilu yakni Golkar. Jadi,

3
Golkar lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun berikutnya yaitu tahun
1977, 1982, 1987, 1992, sampai 1997.

2. Penyederhanaan Partai Politik

Penyederhanaan partai politik terdiri dari dua partai serta satu golongan
karya yaitu:

1) Partai Persatuan Pembangunan/PPP koalisi dari partai Nahdlatul Ulama,


Perti, PSII dan Parmusi.

2) Partai Demokrasi Indonesia koalisi dari partai Nasional Indonesia, partai


Murba, partai Katolik, IPKI dan Parkindo.

3) Golongan Karya atau Golkar.

3. Dwifungsi ABRI

Dwifungsi ABRI merupakan peran ganda ABRI sebagai kekuatan


pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik. Peran sebagai kekuatan sosial
politik ABRI ditugaskan untuk mampu berperan aktif dalam pembangunan
nasional. ABRI juga mempunyai wakil dalam MPR yang diketahui sebagai Fraksi
ABRI, sehingga posisinya pada masa Orde Baru sangat dominan.

4. Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P-4)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia


Pancakarsa, mempunyai tujuan untuk memberi pemahaman pada semua lapisan
masyarakat tentang Pancasila. Seluruh organisasi tidak diperkenankan memakai
ideologi selain Pancasila, bahkan dilaksanakan penataran P4 bagi para pegawai
negeri sipil.

b) Kebijakan politik luar negeri Indonesia 

Kebijakan politik luar Negeri, dapat kita lihat sebagai berikut:

1. Indonesia menjadi anggota PBB kembali

Sewaktu Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia


terkucilkan dari pergaulan internasional dan menyusahkan Indonesia dalam
ekonomi maupun politik dunia. Kondisi ini lalu mendorong Indonesia kembali
lagi menjadi anggota PBB menurut hasil sidang DPRGR. Jadi, pada tanggal 28
September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi bagian anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik antara Malaysia dengan Singapura serta


pemutusan hubungan dengan Tiongkok

4
Ketika tahun 1965, terjadi pertikaian antara Indonesia dengan Malaysia
dan Singapura. Untuk memulihkan dan memperbaiki hubungan diplomatik,
diadakan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam
Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11
Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura lewat
pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

3. Memperkuat kerja sama regional serta Internasional

Indonesia mulai menguatkan kerjasama regional dan internasional dengan


menggunakan beberapa upaya, yaitu:

 Turut andil dalam pembentukan ASEAN. Indonesia sebagai salah satu pendiri
ASEAN.

 Mengirim kontingen Garuda dalam rangka misi perdamaian.

 Ikut berperan dalam Organisasi Konferensi Islam/OKI.

Materi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi pada masa orde baru
memang identik dengan presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto. Selain
kebijakan politik, kebijakan ekonomi pada masa orde baru diprakarsai oleh
Soeharto. Untuk mengetahui perkembangan kehidupan ekonomi pada masa orde
baru, simak penjelasan di bawah ini.

c. Perkembangan Kehidupan Ekonomi pada Masa Orde Baru

Pemerintahan orde baru mempunyai slogan yang mengungkapkan fokus


utama mereka dalam memperlakukan kebijakan ekonomi, yakni Trilogi
Pembangunan.

 Pertumbuhan ekonomi yang lumayan tinggi.

 Penyeimbangan pembangunan beserta hasilnya yang mengarahkan pada


terwujudnya keadilan sosial untuk seluruh rakyat.

 Stabilitas Nasional yang sehat serta dinamis.

Bukan tanpa dasar atau landasan, Trilogi Pembangunan diciptakan karena


Indonesia mengalami inflasi yang sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang
lebihnya sejumlah 650% setahun. Beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan
pada masa orde baru ialah:

1. Rencana pembangunan 5 lima tahun/Repelita

5
Pada April 1969, pemerintah merancang Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) dengan tujuan untuk meningkatkan sarana dalam ekonomi,
kegiatan ekonomi dan kebutuhan sandang serta pangan. Sistem Repelita akan
dievaluasi selama lima tahun sekali.

2. Repelita I pada tanggal 1 April 1969-31 Maret 1974

Sasaran utama yang akan diraih adalah pangan, sandang, papan, perluasan
lapangan kerja dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan ekonomi berhasil naik
sebesar 3 hingga 5,7%, sementara tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%.
Namun, kebijakan pada masa Repelita I dirasa hanya menguntungkan pihak
investor Jepang serta golongan orang-orang kaya saja. Hal ini membangkitkan
munculnya peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari/ Malari.

3. Repelita II pada tanggal 1 April 1974 - 31 Maret 1979

Mengutamakan sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan


mentah menjadi bahan baku.

4. Repelita III pada tanggal 1 April 1979-31 Maret 1984

Repelita III menegaskan pada Trilogi Pembangunan dengan memusatkan


pada asas pemerataan, yaitu:

 Pemerataan akan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

 Pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan dan pelayanan.

 Pemerataan pembagian penghasilan.

 Pemerataan kesempatan bekerja.

 Pemerataan kesempatan dalam berusaha.

 Pemerataan kesempatan bergabung dalam pembangunan.

 Pemerataan dalam penyebaran pembangunan.

 Pemerataan dalam memperoleh keadilan.

5. Repelita IV pada tanggal 1 April 1984 - 31 Maret 1989

Memusatkan pada sektor pertanian ke arah swasembada pangan dengan


meningkatkan industri yang bisa menghasilkan mesin sendiri.

6
6. Repelita V pada tanggal 1 April 1989-31 Maret 1994

Memfokuskan pada sektor pertanian untuk meningkatkan swasembada


pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga kerja dan cakap
menghasilkan mesin-mesin sendiri.

7. Repelita VI dimulai pada tahun 1994

Pembangunan berpusat pada pada sektor ekonomi, industri, pertanian dan


peningkatan potensi sumber daya manusia.

d. Revolusi Hijau

Revolusi Hijau pada hakikatnya adalah suatu perubahan cara bercocok


tanam dari sistem tradisional/peasant ke sistem modern /farmers. Guna
meningkatkan produksi pertanian biasanya dilancarkan empat usaha pokok, yang
terdiri dari :

a) Intensifikasi

Intensifikasi yakni penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi


pertanian untuk mengoptimalkan lahan yang ada untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Perubahan ini dilangsungkan melewati program Panca Usaha Tani
yang terdiri dari:

 Pemilihan dan pemakaian bibit/varietas unggul.

 Pemupukan yang pas.

 Pengairan yang pas.

 Pemberantasan hama dengan intensif .

 Teknik/Cara penanaman yang baik.

b) Ekstensifikasi

Ekstensifikasi yakni perluasan lahan pertanian untuk mendapatkan hasil


pertanian yang lebih maksimal.

c) Diversifikasi

Diversifikasi atau keanekaragaman usaha tani.

7
d) Rehabilitasi

Rehabilitasi yakni pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian


yang telah kritis.

8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Orde baru didefinisikan sebagai tatanan kehidupan negara dan bangsa
yang diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD 1945.
Orde Baru merupakan koreksi total atas segala penyimpangan dan penyelewengan
kehidupan bangsa dan negara dari jalur Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah orde baru yaitu
kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri. Masing-masing kebijakan tentunya
dikeluarkan berdasarkan kebutuhan Negara.
Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, peran negara sangat
kuat karena kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di
Indonesia.

2. Saran
Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya.
Untuk itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran,
kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas ini.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rollafardila.com/2020/11/perkembangan-politik-dan-ekonomi-
masa.html

10

Anda mungkin juga menyukai