Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang
DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK DAN EKONOMI
PADA MASA ORDE BARU

Disusun Oleh :

1. WIDYATUN HASANAH
2. DIANA LESTARI
3. M. PRAMUDA RAMDONI

KELAS : XII IIS 2

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 LOMBOK TENGAH


MAN 2 LOTENG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Dengan Rahmat dan Hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Kebijakan Politik
Dan Ekonomi Pada Masa Orde Baru” ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kepada pihak - pihak yang telah membantu kami
mendapatkan informasi tentang segala yang berkaitan dengan makalah ini .
Kami pun meyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini oleh
sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan agar kedepannya kami dapat merangkai makalah yang lebih baik lagi
dan tentunya lebih berkualitas.

Jelantik, 21 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Orde Baru...................................................................................2
B. Latar Belakang Orde Baru...........................................................................2
1. G30S/PKI...............................................................................................2
2. Kondisi Perekonomian...........................................................................3
3. Tuntutan Tritura.....................................................................................3
4. Supersemar.............................................................................................4
C. Ciri-Ciri Pemerintahan Orde Baru...............................................................4
1. Dwifungsi ABRI....................................................................................4
2. Terbatasnya Pilihan Politik....................................................................5
3. Pembangunan yang Masif......................................................................5
4. Pemerintahan Sentralistik.......................................................................5
D. Perkembangan Ekonomi dan Politik Masa Orde Baru................................6
E. Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi Masa Orde Baru........................6
F. Runtuhnya Orde Baru................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orde Baru adalah masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia
yang menggantikan Orde Lama pemerintahan Soekarno. Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga tahun 1998. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela. Pendekatan keamanan yang
diterapkan Orde Baru dalam menegakkan stabilisasi nasional secara umum
memang berhasil menciptakan suasana aman bagi masyarakat Indonesia.
Pembangunan ekonomi pun berjalan baik dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik.
Pada masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan
bangsa Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah
meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa,
Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor
Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif dari program ini adalah
terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan
terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu
“Bagaimanakah dampak dari Politik dan Ekonomi pada masa Orde Baru” ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu “untuk mengetahui
dan memahami tentang dampak dari Politik dan Ekonomi pada masa Orde
Baru”

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Orde Baru


Orde Baru adalah rezim yang pernah berkuasa di Indonesia dengan
waktu lama, yaitu 32 tahun. Orde baru dimulai pada tahun 1966 hingga 1998
dan dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Istilah “Orde Baru” diciptakan untuk
membedakan periode ini dengan periode Indonesia sebelumnya yang dipimpin
oleh Presiden Soekarno.
Masa pemerintahan ini berlangsung sejak diterimanya Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) pada 11 Maret 1966 oleh Jenderal Soeharto dan
berakhir ketika reformasi terjadi pada tahun 1998. Namun, kebenaran
mengenai penyerahan pemerintahan kepada Soeharto melalui Supersemar
sendiri hingga saat ini masih menuai perdebatan, Pahamifren.
Adapun selama berjalannya rezim ini, Indonesia telah mengubah
struktur ekonomi, politik, sosial-budaya, dan bidang lainnya. Sejarah Orde
Baru banyak sekali diwarnai catatan negatif di bidang politik, HAM, militer,
maupun sosial. Sayangnya, beberapa pengaruh dari perubahan-perubahan atau
catatan negatif di era Presiden Soeharto ini bahkan masih terasa sampai saat
ini, lho.

B. Latar Belakang Orde Baru


1. G30S/PKI
Setelah Gerakan 30 September 1965 (G30S) ditumpas, berdasarkan
berbagai bukti yang serta berhasil dikumpulkan, Partai Komunis Indonesia
(PKI) dituding sebagai dalangnya. Hal ini memicu kemarahan rakyat.
Bentrokan fisik antara masyarakat yang setia pada Pancasila dan UUD
1945 dengan massa PKI terjadi di Jakarta serta berbagai daerah di seluruh
Indonesia.
Sementara itu, untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan
Darat, pada tanggal 14 Oktober 1965, Panglima Kostrad/Pangkopkamtib
Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat. Bersamaan

2
dengan itu dimulai tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur
PKI dan ormasnya.

Aksi masih terjadi di kalangan masyarakat luas. Berbagai partai


politik, organisasi massa, pemuda, kaum wanita, dan masih banyak lagi
secara serentak membentuk Front Pancasila untuk menghancurkan
pendukung G30S/PKI. Mereka meminta penyelesaian politis terhadap
pihak yang terlibat dalam G30S/PKI. 
Kesatuan aksi saat itu meliputi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia), KAPPI (Kesatuan
Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia), dan lain-lain. Kesatuan aksi yang tergabung dalam Front
Pancasila kemudian dikenal dengan sebutan Angkatan 66.
2. Kondisi Perekonomian
Di sisi lain, kondisi perekonomian semakin bertambah buruk.
Barang keperluan sehari-hari semakin sulit didapat dan harganya pun
mahal sehingga terjadi inflasi. Pemerintah sempat membuat keputusan
pemotongan nilai mata uang rupiah dari Rp1.000 menjadi Rp1. Akan
tetapi, harga barang bukan semakin menurun malah kian tinggi. Pelajar
yang tergabung dalam Front Pancasila bahkan menyatakan kebijakan
ekonomi pemerintah saat itu tidak dapat dibenarkan.
3. Tuntutan Tritura
Pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila mendatangi gedung DPR-GR untuk
mengajukan Tri Tuntutan Rakyat atau Tri Tuntutan Nurani Rakyat. Isi
tuntutan Tritura tersebut, yaitu:
a. Pembubaran PKI dan ormasnya.

3
b. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
c. Penurunan harga-harga barang.
Akhirnya, pada tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno
mengumumkan perubahan kabinet. Namun, perubahan tersebut tidak
memuaskan hati rakyat Indonesia karena masih banyak tokoh diduga
terlibat dalam G30S/PKI ada di dalam kabinet baru, yang dikenal sebagai
Kabinet Seratus Menteri.
Pada saat pelantikan anggota kabinet baru tanggal 24 Februari
1966, para mahasiswa, pelajar, dan pemuda memenuhi jalan menuju Istana
Merdeka. Aksi itu kemudian dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa, hingga
akhirnya terjadi bentrokan antara Pasukan Cakrabirawa dan demonstran.
Peristiwa ini mengakibatkan seorang mahasiswa Universitas Indonesia
(UI), Arif Rahman Hakim gugur. Gugurnya Arif Rahman Hakim ini
semakin memberikan semangat juang demonstran untuk menuntut
perubahan dan perbaikan taraf hidup bagi bangsa Indonesia.
4. Supersemar
Melihat situasi semakin tak terkendali, Presiden Soekarno akhirnya
menyusun Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) untuk Jenderal
Soeharto. Isi Supersemar adalah untuk mengendalikan kondisi negara dan
mengamankan wibawa pemerintah. Soeharto akhirnya mengatasi keadaan
serba tidak menentu dan sulit terkendali, sehingga orde baru pun dimulai.
Surat perintah ini digunakan oleh Soeharto untuk memenuhi tuntutan
Tritura, seperti membubarkan PKI, menangkap menteri yang diduga
terlibat G30S, membentuk kabinet baru, dan menjalankan pemerintahan.

C. Ciri-Ciri Pemerintahan Orde Baru


Adapun ciri-ciri pemerintahan Orde baru adalah sebagai berikut:
1. Dwifungsi ABRI
Banyak prajurit militer dari berbagai pangkat, jabatan, dan
angkatan ikut bekerja dalam pemerintahan, seperti menjabat posisi lurah
atau kepala desa. Hal ini dianggap sebagai tanda menguatnya KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam rezim Orde Baru.

4
2. Terbatasnya Pilihan Politik
Pemilu tahun 1977 hanya diikuti oleh tiga partai politik yakni PDI,
PPP, dan Golongan Karya. Penyederhanaan ini dilakukan untuk
membatasi banyaknya ideologi yang berkembang. Pembagian tersebut
diharapkan dapat menciptakan kestabilan politik. Sayangnya,
menyederhanakan pilihan politik justru menguatkan Golongan Karya.
Kejadian ini dapat dimungkinkan karena Soeharto membuat kebijakan
yang mendukung kemenangan Golongan Karya, seperti peraturan
monoloyalitas PNS.

3. Pembangunan yang Masif


Pemerintahan Orde Baru mempunyai tekad untuk menempatkan
pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik sebagai prioritas. Hal ini
sebagai respon atas kekacauan ekonomi yang terjadi pasca 1965. Selain
itu, pemerintah juga membuka penanaman modal asing dan dalam negeri
untuk masuk serta membuka usaha di Indonesia.
Melalui modal tersebut, pembangunan dapat berlangsung lancar
dan perekonomian kembali normal. Meski demikian, kebijakan
penanaman modal ini disebut hanya menguntungkan keluarga cendana
karena sebagian besar bisnis di Indonesia saat itu dikelola oleh anggota
keluarga Soeharto.
4. Pemerintahan Sentralistik
Sistem pemerintahan sentralistik menguatkan kekuasaan pusat
terhadap daerah. Hal ini disebabkan ketergantungan yang tinggi dari
pemerintah daerah atau keputusan pemerintah pusat. Pada masa Orde
Baru, kebijakan pemerintahan sentralistik ini berupa kebijakan ekonomi
dan pembangunan, sekaligus penerapan kebijakan politik.

5
D. Perkembangan Ekonomi dan Politik Masa Orde Baru
Ekonomi Indonesia pada sejarah Orde Baru membaik dalam waktu
singkat. Hal ini terjadi karena bantuan aliran modal yang dibuka lebar melalui
konsorsium IGGI. Rezim Orde Baru dapat membuat kestabilan ekonomi
bahkan sebelum tahun 1970. Pembangunan ekonomi nasional Orde Baru
dilakukan melalui Repelita. Program Repelita ini didasarkan atas pemerataan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.
Sementara pada perkembangan politik, masa Orde Baru selama 32
tahun memiliki proses politik sangat dinamis. Pemerintah berhasil
menyelenggarakan 6 kali pemilu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1998. Namun, semua proses demokrasi tersebut dimenangkan oleh
Golongan Karya dan Presiden Soeharto untuk menjabat kembali. Hal ini
dinilai sebagai cara pemerintah mempertahankan kekuasaannya.
Bisa dibilang, pada materi Sejarah kelas 12 ditekankan bahwa
kekuasaan pemerintah Orde Baru sangatlah besar sehingga tidak ada kekuatan
lain yang bisa mengimbanginya. Hal ini tentu kurang baik bagi sistem
demokrasi Indonesia saat itu, Pahamifren.

E. Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi Masa Orde Baru


 Pendekatan keamanan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru
dalam menegakkan stabilisasi nasional secara umum memang berhasil
menciptakan suasana aman bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan
ekonomi pun berjalan baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena
setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya
dapat terlihat secara kongkret. Indonesia berhasil mengubah status dari negara
pengimpor beras menjadi bangsa yang bisa memenuhi kebutuhan beras sendiri
(swasembada beras). Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan
perbaikan kesejahteraan rakyat, penurunan angka kematian bayi dan angka
partisipasi pendidikan dasar yang meningkat dalam Dampak Kebijakan Politik
Dan Ekonomi Masa Orde Baru.
Namun, di sisi lain kebijakan politik dan ekonomi pemerintah Orde
Baru juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang ekonomi dan

6
politik. Dalam bidang politik, pemerintah Dampak Kebijakan Politik Dan
Ekonomi Masa Orde Baru cenderung bersifat otoriter, Presiden mempunyai
kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan. Peran
negara menjadi semakin kuat yang menyebabkan timbulnya pemerintahan
yang sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai dengan adanya pemusatan
penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah diberi
peluang yang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola
anggaran daerahnya sendiri. Otoritarianisme merambah segenap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan
politik
Pemerintah Orde Baru dinilai gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik, Golkar dianggap menjadi alat politik untuk mencapai
stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai lainnya hanya sebagai alat
pendamping agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan
bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah
kekuasaan secara sepihak. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), sehingga banyak wakil rakyat yang
duduk di MPR/ DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang
diwakilinya.
Meskipun pembangunan Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi
Masa Orde Baru menunjukan perkembangan yang menggembirakan, namun
dampak negatifnya juga cukup banyak. Dampak negatif ini disebabkan
kebijakan Orde Baru yang terlalu memfokuskan/ mengejar pada pertumbuhan
ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya
korupsi para pejabat di Indonesia.
Distribusi hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk
pembangunan tidak dibarengi kontrol yang efektif dari pemerintah terhadap
aliran dana tersebut sangat rawan untuk disalahgunakan. Pertumbuhan
ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata
sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini berdampak pada
munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia, kesenjangan kota

7
dan desa, kesenjangan kaya dan miskin, serta kesenjangan sektor industri dan
sektor pertanian.
Selain masalah–masalah diatas, tidak sedikit pengamat hak asasi
manusia (HAM) dalam dan luar negeri yang menilai bahwa pemerintahan
Orde Baru telah melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah
melanggar HAM. Amnesty International misalnya dalam laporannya pada 10
Juli 1991 menyebut Indonesia dan beberapa negara Timur Tengah,Asia
Pasifik,Amerika Latin, dan Eropa Timur, sebagai pelanggar HAM. Human
Development Report 1991 yang disusun oleh United Nations Development
Program (UNDP) juga menempatkan Indonesia kepada urutan ke 77 dari 88
pelanggar HAM (Anhar Gonggong ed, 2005:190).
Selain keberhasilan yang dapat dicapai oleh Orde baru, di sisi lain
kebijakan politik dan ekonomi pemerintah Orde Baru juga memberi beberapa
dampak yang lain, baik di bidang ekonomi dan politik. Berikut ini dampak
positif dan negatif bidang ekonomi dan politik pada masa orde baru.
No. Bidang Dampak Positif Dampak Negatif
1. Politik 1. Pemerintah mampu 1. Pemerintah Orde Baru gagal
membangun pondasi memberikan pelajaran
yang kuat bagi berdemokrasi yang baik dan
kekuasaan lembaga benar kepada rakyat Indonesia.
kepresidenan yang2. Sistem perwakilan bersifat semu
membuat semakin bahkan hanya dijadikan topeng
kuatnya peran untuk melanggengkan sebuah
Negara dalam kekuasaan secara sepihak.
masyarakat. 3. Terbentuk pemerintahan yang
2. Situasi keamanan bersifat otoriter, dominative dan
pada masa ORBA sentralistis.
relatif aman dan4. Kebijakan politik teramat
terjaga dengan baik birokratis, tidak demokratis, dan
karena pemerintah cenderung KKN.
mampu mengatasi 5. Dwifungsi ABRI terlalu
semua tindakan dan mengakar masuk ke sendi-sendi

8
sikap yang dianggap kehidupan bebangsa dan
bertentangan dengan benegara.
Pancasila.
3. Dilakukan peleburan
partai dimaksudkan
agar pemerintah
dapat mengontrol
parpol.
4. Keamanan dalam
negeri lebih terjamin.
2. Ekonomi 1. Pertumbuhan 1. Perbedaan ekonomi antardaerah,
ekonomi yang tinggi dalam masyarakat terasa
karena setiap semakin tajam.
program 2. —Terciptalah kelompok yang
pembangunan terpinggirkan (Marginalisasi
pemerintah terencana sosial)
dengan baik dan3. —Menimbulkan konglomerasi
hasilnya pun dapat dan bisnis yang erat dengan
terlihat secara KKN (Korupsi, Kolusi dan
konkrit. Nepotisme)
2. Indonesia mengubah 4. —Pembangunan hanya
status dari negara mengutamakan pertumbuhan
pengimpor beras ekonomi tanpa diimbangi
terbesar menjadi kehidupan politik, ekonomi, dan
bangsa yang sosial.
memenuhi 5. —Meskipun pertumbuhan
kebutuhan beras ekonomi meningkat tapi secara
sendiri (swasembada fundamental pembangunan
beras). ekonomi sangat rapuh.
3. Penurunan angka6. —Munculnya rasa
kemiskinan yang ketidakpuasan di sejumlah
diikuti dengan daerah karena kesenjangan

9
perbaikan pembangunan, terutama di Aceh
kesejahteraan rakyat. dan Papua
4. Penurunan angka7. —Kecemburuan antara
kematian bayi dan penduduk setempat dengan para
angka partisipasi transmigran yang memperoleh
pendidikan dasar tunjangan pemerintah.
yang semakin
meningkat.
5. Perkembangan GDP
per kapita Indonesia
yang pada tahun
1968 hanya AS$70
dan pada 1996 telah
mencapai lebih dari
AS$1.000.
6. Investor asing mau
menanamkan modal
di Indonesia
7. Sukses
menumbuhkan rasa
nasionalisme dan
cinta produk dalam
negeri.
Selain masalah-masalah diatas, pemerintahan Orde Baru juga telah
melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah melanggar HAM.
Amnesty International misalnya dalam laporannya pada 10 Juli 1991
menyebut Indonesia  sebagai pelanggar HAM. meskipun pertumbuhan
ekonomi meningkat tetapi secara fundamental pembangunan tidak merata
tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi
penyumbang terbesar devisa negara seperti di Riau, Kalimantan Timur dan
Irian Barat/Papua. Faktor inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab
terpuruknya perekenomian Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

10
F. Runtuhnya Orde Baru
Berakhirnya masa Orde Baru di Indonesia ditandai dengan adanya
krisis ekonomi yang melanda sejak tahun 1997. Krisis tersebut membuat nilai
tukar rupiah jatuh. Badai krisis moneter berlarut-larut akhirnya memancing
kelompok kritis di masyarakat. Kelompok kritis menilai permasalahan
ekonomi ini bertumpu pada kesalahan urus pemerintah Orde Baru. Situasi
yang awalnya hanya berupa krisis ekonomi berkembang menjadi krisis
kepercayaan.

Kepercayaan terhadap pemerintah menurun sehingga memicu


kerusuhan, demonstrasi besar, bahkan penjarahan terutama di Jakarta.
Kemarahan masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa semakin menjadi
setelah Soeharto dicalonkan kembali sebagai Presiden Republik Indonesia
pada pemilu ke-6. Para mahasiswa akhirnya menuntut adanya reformasi pada
tahun 1998. Reformasi ini memiliki beberapa tuntutan penting, seperti:
1. Penghapusan Dwifungsi ABRI.
2. Penurunan maupun pengadilan terhadap Soeharto dan kroni-kroninya.
3. Penghapusan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4. Penegakan supremasi hukum.
5. Amandemen UUD 1945.
6. Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya.
Melihat tuntutan reformasi semakin besar, Presiden Soeharto akhirnya
menyampaikan pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998. Berakhirnya
masa jabatan Soeharto inilah yang menjadi tanda runtuhnya Orde Baru dan
berganti menjadi era Reformasi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah Orde Baru dinilai gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik, Golkar dianggap menjadi alat politik untuk mencapai
stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai lainnya hanya sebagai alat
pendamping agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan
bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah
kekuasaan secara sepihak. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), sehingga banyak wakil rakyat yang
duduk di MPR/ DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang
diwakilinya.
Meskipun pembangunan Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi
Masa Orde Baru menunjukan perkembangan yang menggembirakan, namun
dampak negatifnya juga cukup banyak. Dampak negatif ini disebabkan
kebijakan Orde Baru yang terlalu memfokuskan/ mengejar pada pertumbuhan
ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya
korupsi para pejabat di Indonesia.

B. Saran
Tanamkanlah budaya membaca mulai dari sekarang, khususnya
tentang sejarah Indonesia agar kita tidak menjadi penerus bangsa yang buta
akan masa lampau di negeri sendiri, dan tentunya untuk dapat mengambil
pelajaran dari apa yang pernah terjadi.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://pahamify.com/blog/materi-sejarah-kelas-12-orde-baru/

13

Anda mungkin juga menyukai